Buku ini sebagian besar diambil dari kumpulan Blog Miund, Setelah diseleksi. hanya lulisan-tulisan Miund yang mcmuat pemikirannya. lcbih tepat kegokilannya saja yang akhirnya diambil. Cara pandangnya terhadap sesuatu seringkali ringan tapi tajam, Idealis tapi lidak hams menjadi scorang yang ingin tampil menjadi guru, apalagi menggurui, Kadang tampak 'termehe-mehe'. naif, bingung dengan langkah yang diambilnya. Yang akhirnya membuat lulisan wanita pekerja di dunia 'creative" ini jadi lucu. dalam. sekaligus gila, Tapi itulah kejujuran Miund, dengan sisi kcras kepalanya sekaligus kcbingungannya, Mungkin karena itu pula. Miund bisa mcmotrct banyak kejadian disekitamya, kejadian sehari-hari. yang bisa membuat kita tersenyum. geleng*geleng kepala, sampai hanyut dan tanpa sadar kita bilang: Anjrit lo. Und! Sambil menutup buku. Selcsai, Yang pasti, membaca karyanya membuat kita makin tcrbuka. bahwa banyak hal-hal kecil. yang tanpa kita sadari lernyata besar. dan banyak hal-hal besar yang ternyata bisa menjadi kecil, Mulai dari pekerjaan dia sehari-hari, tcntang sahabat-sahabatnya, dan tentu cinta. yang ia sebut sebagai 'chapter'kehidupan yang lak pcrnah selesai dibahas, Setclah membaca buku ini. barangkali kita bisa sepakal, bahwa sosok gambaran seorang Miund dengan gamblang dapal terungkap dari tulisan Carl Sandburg yang ada di blog-nya:'/ am an idealist. I don't know where I'm going, but I'm on my way!" GOKIL! se"bunh kowpflaXi kadodolan GOKIL SEBUAH KOMPILASI KEDODOLAN ? Asmara Letizia Wreksono Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak katya tulis ini dalambentuk dan dengan cam apapun, termasuk fotokopi, tanpa ijin tertulis dari penerbit Isi di luai tanggung jawab percetakan ISBN: 797-1238-40-5 RAHAT BOOKS Jl. Waiga 23A, Pejaten Barat, Pasai Minggu Jakarta Selatan, 12510, Indonesia Ph: 4?2 21 797 6587, Fax: -+?2 21 7919 0995 e-mail: Rahat_B00ks@3rah00.com Sanksi Pelaiiggaian Pasal 44: Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang peiubahan atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hale Cipta sebagaimana telah diubah oleh Undang-undang No. 7 Tahun 1987: 1. Barangsiapa dengan sengaja dan atari tanpa hak ntenguntumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau member! ijin untulc itu, dipid-uia dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- (Seratus juta nipiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, meng-edarkan, atau ntenjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalant ayat (1) dipid-uu de- ngan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (Lima pukdt juta nipiah). "Buku siaiani Sungguh buku yang benar-benar pen ting!" -Arie Dagienkz, Penyiar- "It's so entertaining with lots of insights. It's smart, funny and imaginative as weii. Miund bisa dengan cerdas ngegambarin Indonesia di abad 21 ini. Buku ini 'penting giia' buat gaui, supaya kita gak 'basi' kaio iagi nongkrong" -VJ Daniel, Presenter- "Miund dan tuiisannya adaiah kombinasi menghibur antara humor, inteiektuaiitas, dan kecerdasan untuk menangkap hai-hai remeh yang dibuatnya menjadi pen ting untuk direnungkan. Waiaupun gay a menuiisnya (atau mungkin karena faktor iain) agak apoiogetik (banyak 'maaf dan 'pun ten', say a merasa potensi kepenuiisan Miund sangat besar. Dan semoga bertambah besar, ancur, iucu, berkuaiitas. Say a tunggu kegiiaannya yang berikut..." -Dewi Lestari, Penulisforeword Saya selalu berkeyakinan bahwa menulis adalah se-buah ekspresi paling intelek. Itu sebabnya saya tidak ber-hasil menjadi penulis. Seumur hidup sejak saya bisa membaca dan menulis, saya hanya bisa mimpi jadi penulis. Se-harusnya saya sudah menyadari itu, karena satusatunya pelajaran waktu SD yang tidak pernah saya kuasai adalah menulis halus. Secara menulis halus aja gak becus, gima-na bisa menulis buku? Tapi kalau urusan membaca, lumayan banggalah pa-da prestasi sendiri. Tiap bulan, dua judul buku harus ta-mat. Secara hanya bukulah yang paling mudah membuat ngantuk menjelang tidur tiap malam (satu judul) dan paling pas mengisi kekosongan waktu, saat memenuhi the nature call di pagi hah (satu judul lagi). Kalau mau d\-extend lagi, kekaguman saya pada sebuah buku, tentu saja pada para penulisnya. Masa demi masa melahirkan generasi demi generasi penulis. Dari tulisan penuh nilai spiritual di masa Singosari karya para em-pu, berlanjut ke masa kisah kehidupan penuh roman para satrawan sebelum kemerdekaan, diteruskan oleh para re-alis dengan kata dan kalimat tegas kadang pahit di masa setelah kemerdekaan, kini lahirlah generasi penulis pemer-hati tittle details in life dari rahim maya yang bernama blog. Walaupun saya bukan penggemar blog, tapi para penulis yang berawal dari hobby nge-blog ini berhasil me-mikat hati saya ketika tulisan mereka pun terbit dalam bentuk buku. depan.indd 4 4/27/2DD7 12:24:40 PM Apakah Miund seorang penulis yang lahir dari ke-biasaan nge-blog? Mungkin saja, saya tidak tahu, karena saya juga belum pernah membaca blog-nya si Miund ini. Namun yang menarik dari tulisannya adalah kejujurannya, maaf maksud saya ke naifannya. Ke naifan yang juga di-miliki oleh para blogger dalam tulisan mereka semua. En-tah kenapa kita sekarang ternyata jatuh hati pada pribadi dan ekspresi yang naif. Mungkin karena dengan naif kita tidak harus jujur, tapi tidak kemudian menjadi munafik atau pembohong. Sikap naif sekarang ini, saya curiga, adalah sikap yang sengaja, dengan sadar, dipilih oleh sa-habatku ini. Ini adalah jenis naif yang tidak menjadikan ia bodoh, karena Miund adalah seorang lulusan desain grafis SR ITB, yang mampu menulis. Tidak seperti ke naifan yang hanya berdasarkan perasaan saja. Naif-nya seorang Miund adalah, naif yang mengekspresikan intelektualitas-nya, walaupun masih terbatas come on it's not like she's a Ph.D or something tapi tetap intelek. Melihat sebuah kehidupan dari jendela seorang Miund ini, terus terang sangat subjektif. Entah kenapa dia mem-pertanyakan hal-hal yang nggak penting. Entah kenapa juga dia memaparkan data-data yang belum tentu ilmiah, atau menampilkan sosok yang sebetulnya terlalu biasa. Kenapa juga dia harus menceritakan pengalaman priba-dinya yang kadang tidak signifikan dalam kehidupan diri-nya sendiri, apalagi untuk orang lain. Namun ternyata di-situlah keasyikan membaca tulisan para penulis generasi naif ini. Asyik, pace-nya cepat, subjektif dan gak harus ada isinya, yang penting menghibur. Persis seperti acara TV. depan.indd 5 4/27/2DD7 12:24:40 PM Oh ya sedikit ralat lagi, ternyata Miund lulusan Desain Interior SR ITB. Maaf ya kalau ada salah penulisan, maklum saya bukan penulis. Farhan Talkshow Host kata miund. Menulis buku sebelum usia 30 sepertinya sedang jadi trend dewasa ini. Banyak penulis bermunculan, dan he-batnya, banyak dari mereka adalah teman saya. Lebih gila lagi, karena kesibukan saya jarang (baca: hampir tidak pernah) bertemu dengan orang-orang ini kecuali ketika bertandang ke toko buku dan menemukan nama-nama mereka di rak "New Arrivals" dan "Best Seller". Sungguh kenyataan yang aneh. Kalau orang bertanya: "Miund, kapan novel kamu jadi?" saya bingung menjawabnya. Bukan karena writer's block yang sering saya alami, bukan pula karena pekerja-an menumpuk yang menghalangi saya untuk menulis. Tapi beban "novel" itulah yang menjadi sebuah titik di otak saya. "Saya nggak nulis novel," begitu jawab saya selalu. Dan diskusi pun menjadi panjang. Jadi apa sih buku ini sebenarnya? Buku ini adalah kumpulan tulisan saya di dunia maya, melalui sebuah jalur bernama weblog ya ya, saya memang trend-follower\..so what gitu loh. Disini saya mendapat pembaca rutin yang beberapa diantaranya selalu mendo-rong saya untuk mengemas tulisan-tulisan ini dalam ben-tuk sebuah buku. + "Haduuuhhh siapa juga yang mau baca cerita hidup gue boooo???" - "Kalo lu nggak mulai-mulai juga, gimana mau tau siapa yang mau baca tulisan lu?" Benar juga. Pembaca di blog memang ada, tapi apakah pembaca beneran juga eksis? Hm. + "Nanti kalo pada nggak suka gimana?" - "Resiko. Vang penting lu udah berani nyoba 'kan?" Benarjuga. + "Oke... oke... tapi tulisan gue kan belum cukup banyak buat jadi buku!" - "Siapa bilang?" + "Gue!" - "Ya kan bisa dikembangin kalo kurang!" Bisa sih. + "Jadi kayak kumpulan kolom gitu? Aduh bo, gue kan bukan Ayu Utami atau Wimar Witoelar" - "Ha? Maksudnya?" + "Ya kan tulisan gue belom go public. Masa mau dibukuin? Pede amat gue?" - "Di BLOG lu bilang belom go public? Semua orang kan baca!!" + "Tapi kan Blog itu bukan majalah atau koran!" - "So? Emang masukin tulisan lu dari blog lu sendiri itu ilegal? Punya lu juga gitu Ion" + "Tapi kan nggak orisinil dong kalo yang udah depan.indd 8 4/27/2DD7 12:24:40 PM ada di blog gue masukin lagi kesini" - "Ya kan ada tulisan baru lu juga! Lu sebenernya niat gak sih bikin buku?" + "Niat!" - "Ya udah, tunggu apa lagi? SUSUN DEH BURUAN!" Iya juga sih. Percakapan-percakapan di atas adalah perang yang beberapa bulan belakangan ini melanda batin saya. Saat tulisan ini diketik, saya belum memikirkan judul buku ini, karena bab ini bukanlah foreword, author's gratitude page dan lain sebagainya. Bab ini adalah awal dari pem-buatan buku ini, bab yang meyakinkan saya untuk segera membuat buku ini menjadi kenyataan, apapun genre-nya, apapun warna covernya dan bagaimana anehnya pun isinya nanti. So let's start compiling. TERIMA KASIH! Tuhan Vang Maha Esa untuk semua karuniaNya dalam hidup ini. Mama, Papa, Yodee, Wenni, Tiyas, Wasis Gunarto & Grace Khoesuma, rekan-rekan Rahat Books, Yosa, Tya dan Keluarga Usuluddin, Farhan & Aya, Arie Dagienkz & Tarra, Daniel Mananta, Dewi Lestari & Marcell, Sita Nur-santi, Evi, Sapto, Wita Caramell, Riana Andam Dewi, Hil-bram Dunar, Salman Hasky, Millian Ikhsan, rekanrekan Impero dan IntuitiF, sahabat-sahabat ex Hard Rock FM Jakarta, Andi Faisal, Uli Herdinansyah, Agus Purnomo, Er-win Simponi, Jasmin Simon, Ferrad Aziz, Ihwan Manggeng, Etty Sukardi, Pramarika Christanti, Rien Saptarina, Dhany Ichram, Ken Irawati, Dina Septiana, Zessi Faly, Tina Djakaria & Aidil, Hardian Trisaputra, semua sahabat di FremantleMedia Indonesia dan keluarga besar eks Duvis, sahabatsahabat alumni Seni Rupa ITB, Tongsigaangsa 96, Geng Cemas, Geng Slem, sahabat sahabat eks Pop City, teman-teman Indigo Productions, Key Mangunsong & Raditya, Geng Strawberry, teman-teman blogger yang suka main-main ke blog saya: Kenny Santana, Mas Rio, Mas Harry Bunga Kamboja, Silverlines, Lenje, Anne, Chacha, Pak Aroeng, Vincent, Bleu, Mama Lesca, Mama Rashel, Ninit Yunita, Madame Meltje, Ecky, Farika, Paman Tyo, Teh Ophi, Prabowo, Fitri Mohan, Stella, Golda, juga para silent readers yang sampai kini masih malu-malu meninggalkan jejak ... dan semua orang yang menjadi inspirasi, yang belum sempat saya sebutkan satu persatu. Sekali lagi terima kasih! Buku ini dipersembahkan untuk Mama dan Papa Honesty is the best policy, but insanity is a better defense. - Steve Landesberg - www. miund. com mereka yang SERIHG disebut namanya... m_mi Nimi pacf plan lava Siai ?; j nut- ?> ii .? Kialiaaa Dipaa'IP- >d P*>- uu ul? ?!?? !?=n I - art ? louu - - ?: tsv-' l_t*? .. I .- ; . -:.r ; (?_; Ttuife*?111 at mi fcerBBl* ? Ml AlUll ? ' r . ; In ???ntr.i'i . ; 'Mion' .... I i i : - i? usrii iiu r.ni -,rr. laai fcaiu: ;?!-:... I - }??-?. paia kliaa itbafai pin. Kiuka marapaiktaalkan din ???? -i- 'AlllUl'. ? hint i.i.rt baianda Wenbi -*?--?; - ??[ - '-"I Wtmjfh atau banvl 1 "inti m (nine dalam i-m niaai ABIi raanialdartin b*ib*(at .??i'-ifi' dedal. ;>r-.: man-tankaa jedsh unoik diri ;andiri das Hftk MM mtlihal pna--i - --r-.i-1 ? . Andar ;:- I: :p-r - jj *???: ai ;?:- ? ;?-? 1 lltlt .?; fH' dU ?TbKI miD-iJ: dan l>-:tltr* (xmo< Iba?U ?-?'>? v?i !?;? ????? r - ; dlB - ? 7 - j ? ? j - I' aM- :.iui|U> ipiiifi di 'hi : -.;; - - ? ? ?? ?.' . ? I - t -' **? viaj ?iai'" ???iiiiib j ; . I ? - ; . - iava d?? M?t mju 10 ufcaa Ufa Ma .? ? . -.1. ai I .- i. ??' . ; j?i> life? U ? . ? ; 1 . r. a?? pud- i.' --dia( :aia lu ' * -' ?iau| lai Milalu d>:tbbl Tipi ? . . . ll j, BlXtlll ?... lai Aaaa ladaag eibi ; ? ? ; haul . .ivaava ;up. Tryai. lahibai iava lai min[- (ambar dan baipiaiaii :Aaf_ daiuaai [iihi '-.'I-; yinf tak dna|ut? tail kaaadalaa* ava Lihai laja . ?. ia> Mill .-it mat,' Safe* Vibi ml panfplan ; buat :i patar. Heg*4ll- Iff. Un jadi iNalhuiini It-lioi :?- - iinj iih^n j ,--.11. k* taaah air. dia ~r.-r-': ; : - Slyt dan k*B) jaajiaa Kb 'tapa iaa[ka aiaia bvafatava ;adi :i- i-.;" -?? i ? pacaiaa das ???I Btsfaealt-1 ttlaau :iaasa nraikii :ava vatji daalituttr tifkt vatf i*laau iBi daftar isi Foreword ... 6 Kata Miund ... 9 Terima Kasih ... 13 1. Sejarah ... Sejarah! ... 19 2. Berbagai Kejadian dan Pikiran Dodol... 21 3. Aneka Teori Kurang Penting ... 77 4. Kehidupan Menurut Saya ... 111 5. Penampilan itu Penting ... 139 6. Saya (Suka) Anak-anak ... 163 7. Tentang Orang-orang (Terkenal)... 177 8. Cinta, Bab Yang Tidak Pernah Akan Selesai di tulis ... 199 SEJARAH.. SEJARAH! my first entry! hooray! Thursday, May 13, 2DD4 Hooray for me! My first entry with free tutorial from Bologna, Italy. Thank you Kenny!! Luv you! Posted at 12:49:57 am by miunds Inilah entry pertama dalam blog saya. Walau bukan ek-sistensi pertama di dunia may a, I'm a confirmed geek. Terima kasih Kenny San tana ;) BERBAGAI KEJADIAN DAN PIKIRAN DODOL "Miund, kenapa sih io suka aneh?" "Aneh mananya?" "Pikiran io aneh" "Nggak aneh ah. Gue cuma mau ngeiiat apa yang nggak mau diiiat sama orang tain" "Ya itulah kenapa io aneh" "Biarin" Saya memang egois daiam menuiis. Daiam rentang waktu 2004-2007, dari data numerik yang ada, terbukti keegoisan saya berhasii bikin orang-orang ter-hibur. Mungkinkah apa yang tercatat disini juga meng-hibur? Siiakan memutuskan :) intermezzo pagi hari... Ternyata nggak cuma pembicaraan dua arah aja yang enak buat didengerin. Pembicaraan searah juga, apalagi kalo terjadi pagi-pagi sekali di saat yang ngede-ngerin juga baru bangun tidur dan belum terlalu aware dengan sekitar. Dua hari lalu, saya mengalaminya. Ceritanya lagi naik Jakarta Metro, taksi handal pilihan kedua kalau si Burung Biru lagi gak avaiiabie. Nggak seperti supir-supir lain yang otomatis mengecilkan radio saat penumpang naik, kalau yang ini malah ngegedein volume. Mungkin dia bete sama saya secara dia saya ang-gurin di depan rumah sekitar 20 menit. Makanya bales dendamnya gitu. Awalnya sih emang rada terganggu ya, tapi lama-lama saya jadi nyimak suara mbak-mbak dispatcher bernama Marni dengan seluruh supir taksi Jakarta Metro. "1236... 1236 dikopi, ganti" "1236... oke sudah bersama tenggo" Setelah mendengarkan beberapa lama, saya baru ngeh kalau 'tenggo' yang dimaksud artinya 'tamu' alias penumpang. "1365... tolong dong Pak dipercepat... ini tenggonya sudah menyapa terus, ganti" "Iya bener alamatnya di CiPer. Cipulir Permai tiga... dikopi" Halah. Ada lagi CiPer segala macem. Ampun. "Tolong bapak kalau masuk antri ini hanya satu jalur, ganti" "Ya dirojer 1456. Belum bersama tenggo?" "Tunggu dong BAPAK! Ini akan saya lelang lagi. 5abar dikit kenapa sih" Mbak Marni rupanya gampang naik darah. Sampai suatu saat saya mendengar pembicaraan searah yang LUCU ba-nget. "Ya dikopi 1887. Mengarah CiPer 5 blok V. Ini bagai-mana sudah duapuluh menit tenggonya menyapa" "Blok V, 1887. BLOK V." "Iya bener kok disini CiPer 5 blok V. Sudah standby? Sebentar saya cek" "1887, BLOK V BUKAN PM!" "V itu yang ujungnya LANCIP! Aduh gimana sih ini neranginnya?" "1887 dikopi... V itu kayak angka 5 romawi! BUKAN P PETE" "1887 sudah mengarah?" Saya setengah mati nahan ketawa. Rupanya pak 1887 salah alamat... "1887 dikopi sudah bersama tenggo. Tolong ya pak, lain kali bedain antara V sama P!" Gokil si mbak Marni... galak juga ternyata. / wonder if being a taxi-radio dispatcher is really a frustrating job... kasus salah dengar Sebenernya kejadian ini udah lama... tapi berhubung hari ini saya sibuk berat, tadi di mobil sambil macet sempet mesem-mesem sendiri kalo inget. Dialami oleh seorang teman saya yang jelas kalo namanya disebut disini pasti tersinggung... oleh karena itu kita panggil saja dia miss A. Si miss A ini orangnya rada ribet. Segala sesuatu yang gampang maunya dibikin sulit. Ngga ngerti kenapa tapi kayaknya emang cara kerjanya begitu. Naaah suatu hari, teman saya yang lain minta tolong sama si miss A, dikala perempuan yang satu ini sedang sibuk. Teman: "Bow, tolong gue bentar dong" Miss A: "Aduh aduh gue lagi hatpig" Teman: "Hah?" Miss A: "Aduh bo Io liat deh gue lagi hatpig berat!" Teman: "Topi babi?" MiSSA: "HATPIG!! HATPIGGM! RIBET ARTINYA!" Alah...ternyata teh maksudnya HECTIC... naha atuh jadi topi babi... Kejadian kedua adalah semasa kecil... ketika saya selalu menyanyikan Garuda Pancasila dengan pede... "Garuda Pancasilaaa...akulah pendukungmu...patriot proklamasi sedia berkorban untukmuuu...Pancasila dasar negaraaa Rakyat adil makmur sentosa... DIBADI BANGSA- KUUU..." Baru kelas lima SD saya sadar bahwa DIBADI adalah PRI-BADI. Yaahhh...namanya juga salah...mohon dimaapkan...hihihi... sahabat yang aneh... Ternyata... umur persahabatan itu memang tidak da-pat menentukan betapa sahabatsahabat kita kadang mengejutkan kita dengan berbagai kelakuan dan perkataan mereka. Situasi 1: Sedang berjalan-jalan di Metro Plaza Senayan bersama Wenni dan Tiyas. Pemyataan bodoh: Saya: "Bo, gue nggak ngerti deh ama Superman baru. Kenapa ya ketika dia jadi Clark Kent itu rambutnya gonjes, tapi kalo jadi Superman teh cepak. Ga berantakan lagi kalo terbang. Edan yah!" Tanggapan tolol pertama: Tiyas: "Mungkin pake hairspray" Tanggapan tolol kedua: Wenni: "In kalo gue mah gak mikirin rambutnya. Yang gue gak ngerti... Superman itu kenapa mata-nya pake infra red? Hari gini jamannya udah blue-tooth gitu loohh..." *catatan redaksi: Wenni bekerja di bidang teiekomunikasi. Situasi 2: Makin panik mencari kado untuk pacar saya, di tengah mal yang sudah mau tutup tersebut. Pernyataan panik: Saya: "Gue nyari cologne Banana Republic! Ga ma-suk di Indonesia! Aduh gue nyari dimana ya???" Tanggapan menenangkan penuh keyakinan: Wenni: "ALAAHHH dari tadi nyari itu? Bo, tenang deh. Di Sports Station juga ada!" Pertanyaan heran: Saya: "SUMPAH LO? KENAPA GA BILANG DARI TADI???" Pernyataan yakin seyakin-yakinnya umat: Wenni: "Ada lageeh... orang gue juga pernah beli kok. Di Plaza Indonesia juga ada. Sok atuh kita ke Sports Station" Sambil menuju tempat yang dimaksud, kami berjalan ber-sisian. Pernyataan yang lagi-lagi diucapkan dengan nada yakin jaya: Wenni: "Gue tuh waktu itu beli di Plaza Indonesia. Lengkap ada body lotion-nya segala..." Tanggapan penuh kecurigaan mendadak: Saya: "Ooo... emang di Sports Station-nya ada di mana? Kok gue ga pernah liat?" Jawaban dengan nada yakin jaya dan mimik muka sok tau: Wenni: "Deket tempat baju baju renang gitu kok!" Teriakan kencang: Saya: "BOOOOM! GUE NYARI BANANA REPUBLIC, BUKAN BANANA BOAT\\\\\u Dan adegan ini berakhir dengan sesi ketawa gila, sambil pukul-pukulan dan kejarkejaran di seputar Sports Station YANG TERNYATA SUDAH BERGANTI NAMA sejak 1997 menjadi ROYAL SPORTING HOUSE. Ckckck.-.sungguh tidak dewasa kelakuan kami ini...Tiyas, ternyata sahabat kita itu memang one of a kind sekali... karena dia bisa-bisanya nyamain Superman sama HP...dan tidak tahu bedanya Banana REPUBLIC dengan Banana BOAT. Sungguh sahabat yang aneh Kami pun melanglang buana lagi, dan berhenti di depan gerai Calvin Klein. Saya menunjuk sebotol parfum berjudul ETERNITY. Saya: "Bo, liat deh tuh parfum Eternity. Inget gak di Borma Setiabudi dulu ada palsuannya namanya 'En-ternity1? Gokil banget ya dipalsuin aja gitu..." Wenni: "Oh emang ada macem-macem. Ada POSES-SION, bukan POISON...ada AGUA DI GIO...tapi ada yang bener-bener spektakuler..." Tiyas: "Apaan?" Wenni: "Gue pernah liat parfum judulnya DOLCE & GABAN" Saya: "ANJROOOOOTT!!! HAUHAUHAUHAKAHKAHKA-HAKHAKHAKKK!!!!! Mungkin bikinan JEPANG!" Wenni: "Gue sih pengennya DOLCE & SHARIVAN... hauhauhaakahkahka!!" Kenapa yah gak sekalian DORCE & GABAN? Hiahiahia-hiahaihi... polisi... polisi... Sesuai rencana beberapa minggu lalu (eh minggu atau hari sih? Perasaan udah lama banget rencananya!), saya mengarahkan mobil ke arah sebuah Plaza di bilangan Senayan (anjiiisss... tempat ini lagi... HUEEEKKKKKM!) untuk bertemu dengan GSM alias Geng Sabtu Malam. Me-luncurlah saya menyusuri Kapten Tendean yang macetmacet ayam, masuk ke Jalan Santa yang penuh dengan bis kota lalu mengambil jalur alternatif Kertanegara untuk segera berbelok ke depan gedung PL) dan memutar di balik Al-Azhar. Baru sampai depan rumah Kapolri, mata saya nyangkut di gerombolan polisi yang sedang bertugas mengamankan jalan secara Pak Kapolri baru pulang kerja. Lampu sen sudah tek tok ke kiri, ngantri karena arus lalu lintas lumayan ramai...menyebabkan saya sempat mengamati seorang polisi dengan saksama. Oh no...hati ini serasa berhenti berdetak sesaat karena objek pandangan saya... ....mirip Samuel Rizal...(dengan fitur wajah yang lebih ke-ras, tentunya) Tinggi, besar, cepak (YA IYALAH... POLISI GITU LOH!), ganteng dan sama sekali tidak pas berdiri di pinggir jalan raya. Lebih pas berakting di layar kaca...Mendadak saya melupakan trauma macet 3 jam di Patiunus seperti Jumat lalu dan perut ini tiba-tiba serasa bergejolak dengan perasaan mehe-mehe...Dan lebih mehemehe lagi saat mata kami bertemu...lalu... Pak polisi ganteng tersenyum dan menganggukkan kepala dengan takzim pada pengendara mobil yang sedang menyetir sendirian ini... OH NO!!!! AKU TERPESONAAAA!!! *sayup-sayup terdengar intro lagu Andai la Tahunya Kahitna di kepaia saya * Saya jelas salting berat secara ke-gap sedang mengagumi pemandangan indah berseragam (eugh) coklat-coklat tersebut. Dengan gugup saya menganggukkan ke-pala sambil menyeringai bodoh, dan sedikit memajukan mobil beberapa senti demi menghindari pandangannya. Tapi namanya barang bagus, tak urung daku kembali me-nengok ke sumber pengganggu konsentrasi tersebut. Objek ternyata sedang menjulurkan kepala sedikit ke samping dan kembali tersenyum padaku! GOKIIILLL!!!! Untung lalu lintas mulai bersahabat dan saya segera me-lesat maju sembari menyembunyikan senyum tolol yang dua kali ke-gap oleh objek tersebut...Begitu macet-macet ayam terjadi lagi di depan Al-Azhar, langsung saya mene-lepon ceu Wenni... memberikan laporan pandangan mata. + "WENNIIIIM! GUA JATUH CINTA SAMA POLISH!!" - "ANJIS! Gua pikir penting!" Lalu dengan lancar saya bercerita mengenai kronologis kejadian seperti di atas. Untuk orang dengan short memory syndrome seperti saya, mengingat segala sesuatunya dengan detail pertanda kejadian tersebut sangat ber-kesan, toh? + "Oh no Wenni, aku terpesonaaa..." - "Eh bo, moral of the story is\ mari kita melamar menjadi Kapolri. Jam segini udah pulang! Asik banget kayaknya tu kerjaan..." Ya, sahabat saya itu memang sangat pandai dalam meli-hat detail-detail kecil yang kurang penting dalam sebuah cerita, lalu mem BLOW UP nya menjadi topik utama. Ciri khas seorang calon manajer promo kawakan. + "WENNI!!! GUA SERIUUUUSSS!!!" - "Miund! Masya Allah! Nyebut neng! Naha atuh sih tiba-tiba ngeceng polisi?" + "Wen, walau tadi terhalang kaca mobil dan mata-hari senja yang kurang banget... aku dapat merasa-kan bahwa tatapannya sangat teduh..." - "GELOOOOOOM!" + "... dan gak tau kenapa ya...diliatin gitu aja kok gue berasa aman..." - "YA IYALAH KAN ELU NGELIATIN POLISI!!! KALO GARONG MUNGKIN RADA KURANG!" + "Tapi ya bo, sumpah... ini nih cinta pada pandangan pertama euy..." - "Und pikirin deh... YAKIN LO MAU PACARAN SAMA POLISI?" + "Wen, gue bahkan sudah membayangkan bahwa di hari pernikahan gue dan dia nanti, kami akan berjalan dibawah barisan pedang...seperti Anissa Pohan dan anaknya SBY!" Wenni ketawa mampus. Percakapan gak penting ini sung-guh mengingatkan saya pada kejadian road trip tolol beberapa minggu lalu. - "Anjrot ya Io! Kalo baru jadi pengawal Kapolri mah boro-boro pedang maliiiihhh!!!" + "TERSERAH! Pake lightsaber juga gua rela!" - "Bo, dia itu pendidikannya apa... yakin Io mau jadi anggota PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA?" + "Kalau itu yang dinamakan pengorbanan, aku rela..." - "T*I LO!!!" Lagi-lagi sesi ketawa mampus dari kedua belah pihak. + "HEH! Ngaca ya! Yang anak tentara tuh sapa? Ja-ngan suka mencela! Inget bapak lu tuh kerjanya apa-an!!" - "MAKANYA GUE NASEHATIN BIAR LO GA MENG-ULANGI KESALAHAN IBU GUE!!!" + "HEH SETAN! Ibu Io nikah ama bapak Io dan meng-hasilkan empat anak yang semuanya berjaya dalam karir dan kehidupan. Salah mananya???" - "Bo bener deh, kalo lu punya suami tentara, anak lu entar kaya gue...Dulu gue waktu kecil kalo pagi-pagi tugas gue adalah ngelapin pangkat bapak gue pake brasso!" Kini saya yang ketawa mampus. + "MALIH ITULAH KEWAJIBAN SEORANG ANAK!" - "Anjrit ya lo...anjrit banget ya Io Und...sumpah.. kenapa ya Tuhan...kenapa dia harus menelepon gue dengan hal-hal gak penting beginih..." Gak kerasa, setelah perut keram dan mata banjir gara-gara ketawa, sampai juga saya di Plaza Terkutuk. Nggak lama langsung ketemuan sama neng Wentjeh dan neng Sita. Cerita pun diulang kembali. Tak lama kak Sapto bergabung dan ronde tiga pengulangan cerita naksir apa- rat pun kembali digelar. Gongnya adalah ketika kakak Evi datang dengan sebuah CD Paul Anka untuk diriku...oh... sungguh mengharuken...dan sebagai imbalannya akupun mengulang cerita tersebut untuk yang KEEMPAT kalinya! Ironisnya, dari semua orang yang saya ceritain, yang tampak setuju hanya kakak Sapto secara Evi, Sita dan Wenni nampak skeptis dan cenderung melecehkan. Huh. "Tuh kan Kak Sapto, terbukti kan bahwa sebenarnya aku gak pemilih soal pasangan. TEMEN-TEMENKU inilah yang bikin repot!!!" Kak Sapto hanya tersenyum simpul sambil berusaha me-nahan supaya sup ayamnya tak tersembur keluar. Sungguh sopannya. Tuh Wen, Sit, Vi...jadi manusia tuh kayak kakak Sapto dong. Sopan, baik, jaga perasaan orang... dan suportif dalam tiap langkah kawannya. Bukan seperti kalian, perempuan-perempuan sialan yang taunya cuma ngetawain orang doang. Jujur ya, sekarang saya jadi punya respek lebih sama mereka yang bekerja di bidang ke-amanan. Dan mind you, polisi itu ga cuma ngejagain ke-amanan maii. Mereka bertanggung jawab atas keamanan NEGARA! Didukung dong temennya kalo naksir aparat!!! Dasar kalian perempuan keparaaaatt!!! HUAAHAAKHAKH-KAHKAHKAKKKKK!!!! Haduh. Aduh senangnya hari ini karena saya dibukakan mata oleh Yang Kuasa bahwa masih banyak cowok kece diluar sana dengan jenjang karir yang jelas, peraturan monogami yang sesuai moral dan kadar ke macho an yang tak di-ragukan...Mari mari kita galakkan ngeceng aparat, secara mereka berbaju ketat (yang ini pernah dibahas duluuuu banget... hihihihihi). Lupakan cowokcowok metroseksual, say goodbye pada atlit yang pinternya cuma di lapangan, tinggalkan kaum selebriti yang terlalu banyak penggemar dan usir keinginan memiliki pacar brondong... Karena pria-pria berseragam pun dapat menggoda iman, ternyata. bulan puasa bersama wenni -1997- + "Neng gue laper" - "Sabar atuh namanya juga puasa" + "Neng lu minum aja depan gue. Gue imannya kuat kok" + "Nggak ah. Lu kan puasa" - "Gua ngidam Suis Butcher deh" + "Mau buka di sana? Sok atuh nanti kita ke sana..." - "Sekarang aja kesananya" + "SEKARANG BARU JAM DUA SIANG, WENNI!" - "Yah elu kan bisa makan duluan" _i_ ii ii Dan pembicaraan ini berakhir dengan kegiatan me-list tempat-tempat menyelerakan untuk buka puasa. Pada kenyataannya, Suis Butcher tak jadi kami sambangi, dan dua anak sialan ini mentok di Gelael untuk buka puasa di Kentucky Fried Chicken. -2000- - "Neng, bosen nih. Jalan-jalan yuk. Temenin gua ngabuburit." + "Tapi cuma bisa sampe jam setengah lima. Gua teh mau ke gereja ntar sore" - "Lo ke gereja? Oh iya yah...mau ujian, ngejar ber-kah ya lo" + "Sial" - "Ya udah atuh gua temenin ke gereja" + "Nanti kaya supir nunggu di mobil?" - "Ya gua masuk aja, susah amat" + "Eh apakah wajar ngabuburit di gereja?" - "Ah wajar-wajar aja. Yang penting gua ga pindah agama" + "Yakin? Lo ke kosnya si Dewi ajah kan deket gereja. Entar gua jemput" - "Ih, ga boleh nih gua ke gereja?" + "Bo, absurd banget tauu... Ntar gua dimarahin ibu bapak lo gimana?" - "YA ENGGAK LAH! KENAPA MESTI MARAH? KAN GUA CUMA NEMENIN LO!" + "Eh atuuuhh... lagi puasa ngga boleh emosiii!!!" - "Ya makanya, pokoknya entar gua ikut. Titik" + "Mau ngecengin Topsy sama Cesar ya lo?" - "YA ENGGAK ATUHl" + "Oh kirain..." - "Eh, emang mereka satu gereja sama lo?" + "Ehng... udah beberapa kali sih ketemu terus..." - "PANTES!" Sore itu Topsy dan Cesar sebagai duo kembar atlet renang yang sempat masuk dalam daftar kecengan Miund dan Wenni kebetulan tak hadir dalam kebaktian. Tapi Miund dan Wenni menemukan bahwa ternyata cowok-cowok dari jurusan Tambang juga layak dikecengi karena tampak sungguh menawan diantara umat gereja yang ra-ta-rata setengah tua. -2006- - "NENG! NENG!" + "Nelepon tuh pake 'halaw' dulu atuhl" - "Wan ini gawat Neng. Bulan puasa kali ini gawat pisan..." + "Gawat kunaon?" - "Banyak godaan menerpa gua euy!" *muiai mengira-ngira apa saja godaan yang mampir di rumah sahabat saya itu* + "Godaan naoooonn???" - "Jadi ya gua mimpi kita makan di food court belakang ITENAS ituh... lengkap siah ada elu ada Wulan sama Tiyas juga. Kita makan RAWON sama TEMPE MENDOAN" *gubrak* + "Setan, gua pikir lo mimpi seksual atau apa gitu" - "Mimpi seksual mah masih bisa dikontrol. Tapi booo ...RAWON sama MENDOAN itu looohhh!!! Gua jadi pengeeeeennn..." + "Lo sadar ga sih sekarang baru jam berapa?" - "Iya jam 12 siang... dan gua BARU BANGUN. Edan urang kesiangan siah hudang teh...Meni ayeuna ngi-dam BATAGOR RIRI oge tah. Parah yeuh. Parah." + "Ih kaya turis lo." - 7 know! Asa seumur hidup urang jadi orang Bandung asli tak pernah sekalipun ngidam BATAGOR RIRI... Naha atuh ayeuna teh kieu..." + "Sing sabar nengsiiihh..." - "Eh yang di belakang ITENAS itu food court-nya masih ada gak ya?" + "Puja sera maksud lo" - "Iyah! Pujasera! Masih ada ga sih?" + "MENEKETEHEEEEEE!!!" Setelah sepuluh tahun bersahabat dengan seorang musli-mah kontemporer bernama Wenni, saya memang hafal be-ntul tabiatnya tiap Ramadan tiba. Sebagai warga non- Islam yang tak kalah sekuler, saya selalu menjadi tim ba-ngunin sahur orangorang se-kos...tak terkecuali Neng Wenni yang berdomisili nun jauh di Bandung Selatan sana. + "Halo? Neng? BANGUN! SAHUR! SAHUR!!" - "Nggghhh..." + "HALAAAAWWWWW!!!" - "Iya iya ga usah tereaaaakk!!" + "Udah bangun?" - "Udaaaahh..." + "Bohong" - "Udah!" + "Buka matanya!" - "UDAH!" + "BOHONG!" - "Bulan puasa teh gua ga bakal bohong siah..." + "Ya udah. Gua mo tidur lagi yah. Daaaahhh!" -"Daahh!!" Tindak lanjut pembicaraan pagi buta via telepon itu ber-sambung pada kurang lebih jam 10 pagi saat menjelang kuliah tiba. Wenni datang tergopoh-gopoh sambil makan rati. + "LO GAK PUASA??" - "Nggak euy." + "Kenapah?" - "Ga kuat bo. Tadi gak sahur" + "KAN UDAH GUA BANGUNIN!" - "Kan gua ketiduran lagih..." Neng Wenni memang selalu berusaha untuk menjalankan ibadah puasa dengan sempurna. Seperti mengurangi ke-biasaan bergosip, misalnya. Buat dia, puasa sambil bergo-sip itu haram hukumnya. Tapi puasa tak berarti pura-pura gak tau sama keadaan. Buktinya dia dengan setia mende-ngarkan cerita saya mengenai seorang artis yang tak kunjung dibayar honornya kemarin itu... hihihihi... Nah, Neng Wenni ini sungguh hebat. Kalau dulu dia nggak kuatan kalau lupa sahur, sekarang mah canggih. Cukup dengan D'Crepes atau bubur gandum, staminanya gak tu-run sedikitpun sehari penuh. Tapi Neng Wenni ini punya kebiasaan yang kurang baik bagi kesehatan lambung... yaitu... KALAP SAAT BERBUKA PUASA Ya...ya. Dan inilah yang sekarang dijadikan alasan bagi-nya untuk tidak sahur. Dasaaaarrrrrr perempuan aneeee-ehhh!!! Tapi saya mengacungkan jempol sebanyak-banyaknya buat si Neng belakangan ini. Karena seiring bertambahnya usia, dirinya semakin taat menjalankan perintah agama. Walau harus berjuang keras melawan godaan-godaan sin-ting seperti batagor Riri. Masih untung kegodanya cuma sama batagor ya Neng...kalo sama DJ Riri kan agak sulit tuh... inget Pak A... Dulu saya pernah bekerja dibawah seorang bos yang suka banget jadi pusat perhatian anak buahnya. Se-but saja namanya Pak A. Si bapak ini memang perlente sekali. Usia tigapuluhan, punya keluarga sakinah, istri yang cantik dan anak yang lucu. Orangnya pun bertang-gung jawab sekali pada pekerjaan. Paling tidak, kelihat-annya begitu. Masih normal kedengarannya? Ya memang masih. Nah...si Pak A ini selalu ingin kami-kami anak buah 'me-ngetahui1 atau paling tidak 'ingin tahu' tentang dirinya. Saya dan teman-teman awalnya memang pengen tahu... sebatas keingintahuan anak buah pada umumnya. Di satu titik, kami berhenti mencari informasi karena menurut kami, pengetahuan kami tentangnya sudah cukup. Ternyata kami salah besar. Suatu hari, Pak A mengangkat sebuah isu yang seru diba-has yaitu mengenai dansadansi. Tertunjuklah seorang penulis berinisial M (bukan saya), untuk mengupas isu ini secara lagi jadi bahan omongan. Simak pembicaraan Pak A dan oknum M. Pak A: "M, kamu tau banyak nggak mengenai dansa?" M: "Nggak terlalu sih, Pak... tapi saya bisa riset kok" Pak A: "Kamu riset dimana?" M: "Bisa di internet, bisa juga interview para pedansa langsung." Pak A: "Kamu nggak mau interview saya?" Oknum M mengerutkan dahi. Belum sempat bertanya lebih lanjut, Pak A langsung mengumumkan pada seisi ruangan bahwa dirinya adalah pelaku dansa dansi yang cukup ak-tif, dan secara sukarela membagi pengetahuannya tentang dansa. Ini masih normal. Lain waktu, Pak A menyuruh anak buahnya untuk menulis mengenai golf dan wine. Pak A: "Golf itu permainan yang penuh seni. Tanya saya aja... saya tau banyak tentang golf Oknum L: "Oh emang handicapnya berapa Pak?" Pak A: *beiaga nggak denger, mikir sebentar fain me-ianjutkan* "Saya sering main di driving range" Oh... masih driving range toh Pak A: "Tulis dong tentang wine. Kita ini concern sama gaya hidup Iho!" Oknum D: "Angle tulisannya?" Pak A: "Ya nanti saja kita ngobrol. Saya suka sekali minum wine" Singkat kata, untuk ukuran pemred majalah... Pak A ini senang sekali bila dirinya dijadikan nara sumber. Dan untuk ukuran pemred majalah gaya hidup, orang ini tampak kurang terlalu banyak tahu tentang gaya hidup metropolitan...tapi paling senang dianggap yang maha tahu tentang dugem Jakarta. Pak A: "Party nanti malam itu adanya dimana ya?" Oknum S: "Di BC Bar, pak" Pak A: "BC Bar itu dimana?" Oknum S *m&nyembunyikan cengiran melecehkan *: "Di sampingnya Hard Rock Cafe, Pak" waktu itu Hard Rock Cafe masih di Sarinah Thamrin. Pak A: "Ooo...sebelahnya Kedutaan Perancis ya? Oke nanti malem saya datang" Ketika pak A meninggalkan ruangan, oknum-oknum anak buah tertawa terbahak-bahak, dan berbagai celaan ber-aroma gosip langsung membahana. "Katanya gaul dan funky... Hard Rock Cafe aja ga tau!" "Makanyaaa... banyakan gaul di Mangga Besar siiihh!!" Kejam sekali teman-teman saya waktu itu. Dari situlah, kami semua berkesimpulan bahwa Pak A ini agak 'sok tau', pengen dianggap pandai... dan senang sekali bila ditanya. Gongnya adalah ketika Pak A baru pu-lang liburan dari Bali. Kami sekantor kompakan untuk 'pura-pura tidak tahu dan tidak peduli' untuk membuktikan bahwa beliau memang suka ditanya, dan melihat reaksi-nya bila tidak ada yang bertanya. "Pssst... Pak A dateng! Jangan ada yang nanya dia weekend kemana!" seorang rekan memberi warning, melihat mobil Pak A memasuki pelataran parkir. Kami pun stand by di komputer masing-masing, belaga serius ngejar deadline. "Hai semuaaa!!! Waduuuh... sibuk banget sih anak-anak buahku nih...santai dikit dong kerjanya...mungkin kalian semua butuh liburan" Semua saling lirik di balik monitor komputer. Indikasi pertama dia minta ditanya. "Hai Pak. Kok baru dateng?" sapa sekretaris redaksi kami yang memang kadang suka terlalu ramah. Semua melemparkan pandangan judes padanya. Yang dipandang langsung ciut, dan dengan tidak bertanggung jawab membenamkan wajah dibalik majalah yang sedang dibaca. Pak A senyum-senyum misterius. "Iya nih. Baru bangun. Capek sih weekend-nya" Indikasi kedua muncul. Saya dan rekan seberang meja intip-intipan menahan tawa. Pak A mendekati meja saya. "Gimana, Miund, kapan kita naik cetak?" "Nggak ada masalah Pak. Semua sesuai schedule," ujar saya sok lempeng. Pak A menepuk-nepuk bahu saya, "Bagus itu. Tapi kamu tampak tegang. Butuh relaksasi sepertinya. Ke Spa mungkin?" Saya menggeleng, "Nggak ah. Bokek. Kalo gajinya naik sih boleh" Pak A segera menjauh dari meja saya. Istimewanya orang ini adalah kapanpun topik 'gaji' diutarakan, mendadak ru-ang privasi kita sebagai pegawai yang biasanya sempit, jadi luas mendadak. Ia mendekati rekan saya yang sibuk menahan senyum. "Kamu kok senyum-senyum? Lagi seneng ya? Kayak saya aja" Tanggapan normal untuk pernyataan seperti diatas adalah: "Emang Bapak lagi seneng kenapa?" Tapi berhubung tanggapan tersebut dapat memancing beliau untuk ber-cerita mengenai weekend-nya di pulau Dewata sampai le-wat jam kantor, rekan saya menjawab taktis: "Ah enggak Pak. Lagi olah raga muka" Pak A belum menyerah. Ditanggapi anak buahnya dengan datar dan tak ada resiprokrasi tidak menyetopnya untuk menghampiri korban terakhir...sekretaris redaksi kami yang manis wajahnya dan tulus budinya. "Kamu lagi baca apa? Ini kan majalah saingan" Sekretaris cantik kami langsung salah tingkah. Kami semua menyembulkan kepala dari balik layar monitor ma-sing-masing, memperingatkan dengan bahasa mata padanya untuk tidak terpancing. "Eng... tadi nemu di reception, Pak." Pak A saat ini sudah mengambil majalah tersebut, lalu dengan wajah serius membalik-balik halamannya. Dia berhenti di halaman mode. "Model ini mirip juga ya sama saya? Iya gak? Hahahaha..." Pak A mencoba melawak, dan gagal total secara yang di-tunjuk adalah model ngetop Aldebaran dengan dada te-lanjang memamerkan six-pack. Sekretaris redaksi kami tertawa basa-basi. "Mirip sih...dari jauh..." jawabnya dengan terpaksa. Sejauh ini, rekan-rekan redaksi sudah be-rani kembali berkonsentrasi pada pekerjaan walau kuping masih pada berdiri untuk terus menyimak percakapan pak A dan sekretaris. "Aldebaran itu hitam ya kulitnya. Kayak saya. Iya gak? Liat deh..." "Oh iya ya..." "Coba saya sama kamu iteman mana?" "Iteman Bapak lah... hehehe..." "Iya nih. Kamu ati-ati Iho, jangan suka kelamaan pa-nas-panasan. Nanti lebih item seperti saya" Saya melirik rekan yang duduk di samping saya. Matanya menyipit, mulutnya menyeringai, hidungnya berkerut. Saya tahu yang ada di pikirannya: Jangan terjebak... jangan terjebak... jangan terjebak... Suara sekretaris muncul lagi setelah didahului dengan de-sahan nafas menyerah. "Emang bapak itemnya gara-gara panas-panasan?" Semua kepala menyembul kembali dari balik monitor, me-mandang sekretaris dengan penuh angkara murka. Sekretaris redaksi yang manis dan berbudi tulus telah menya-dari kesalahannya, terpaksa tersenyum, memiringkan kepala dan berpura-pura menunggu jawaban Pak A dengan antusias... sembari menghindari pandangan rekanrekan seruangan. "Oh iya...jadi weekend kemarin saya panas-panasan di pantai. Ke Bali! Seru sekali..." Dan sekretaris redaksi kami jadi korban kemarahan se-kantor. + "Lo gimana sih? Kita kan udah kompakan!" - "Aduh sorii... soriii... abis dia gak berenti ngomong boo...deket meja gue!" + "Bilang aja minta naik gaji apa susahnya sih! Dia pas-ti kabur! Miund aja bisa tuh!" - "Miund kan emang judes" + "Ya apa kek... ngehindar apa kek! Kan ga perlu judes!" - "Yaahh...boo...abis kasian...minta ditanya banget..." Huahuahuahahkahakhakhakakk... Kadang kekesaian memuncak bikin saya ekstra produktif maki-maki orang tak berdosa di dunia may a. Dan kadang, tuiisan yang dihasiikan iebih dramatis daripada kejadian sebenarnya. ratu komplain nasional vs warga negara yang baik Latar Belakang Mega proyek renovasi sekolah dasar negeri, terjadi te-pat dibelakang istana Ratu Komplain Nasional. Hal ini menyebabkan terjadinya polusi suara yang sangat mengganggu bagi keluarga Ratu pada umumnya dan Ratu pada khususnya karena singgasananya berbatasan langsung dengan sumber kebisingan. Situasi 1 Ratu Komplain Nasional ditemani sahabatnya yang ber-nama Warga Negara Yang Baik baru pulang dari tamasya keliling kota. Mendadak kereta kencana mereka yang sudah masuk setengah kilometer menuju istana, dihalau para kuli untuk mundur kembali, karena ada TIGA truk pengaduk semen yang hendak keluar melalui jalan pribadi tersebut. Ratu Komplain Nasional: "Udah gila kali ya! Mereka pikir daerah ini tempat industri? Sinting! Ini peruma-han yang aman damai tentram loh jinawi!" Warga Negara Yang Baik: "Yah paduka Ratu...namanya juga proyek" Ratu Komplain Nasional: "Tapi ini kan nggak bener. Masa gue mesti atret sampe berapa ratus meter hanya demi biar mereka bisa lewat? Perasaan gue warga daerah ini deh! Goblok!" Warga Negara Yang Baik: "Tapi ini kan proyek pem-bangunan sekolah, Paduka Ratu...untuk perkembangan generasi bangsa kita juga..." Ratu Komplain Nasional: "Ya bukan berarti dong! Emang enak disuruh mundur-mundur begini? Yang tinggal disini duluan kan gue, bukan kuli-kuli ini!" Warga Negara Yang Baik: "Ampun Paduka...mereka itu kan orang kecil...cuma mencari sesuap nasi. Itupun dapat kerjaan di proyek sekolah milik pemerintah...kebayang kan berapa upah mereka...Mohon dikasihani, Paduka Ratu..." Kalau sudah begini, Ratu kalah telak. Hanya bisa misuh-misuh sambil menahan kesal. Situasi 2 Ibu suri siang itu bersin-bersin terus. Ratu Komplain Nasional khawatir berat. Tetapi ketika koki kerajaan memberitahu apa sebab sebenarnya, Ratu Komplain Nasional marsh besar. Warga Negara Yang Baik: "Paduka...mengapa wajah Paduka Ratu siang ini tampak tak sedap dipandang?" Ratu Komplain Nasional: "Jangan asal deh, mungkin mata lu aja yang rusak. Nih ya, ibu gue aja sampe bersin-bersin gara-gara proyek sekolah sialan itu. Debunya bikin kesehatan terganggu!" Warga Negara Yang Baik: "Paduka Ratu...memang ada debu yang mengganggu...tapi hamba punya kabar gem-bira buat Paduka...Ini ada pemberitahuan dari Ketua RT bahwa proyek renovasi sekolah ini hanya akan dilaksana-kan dalam waktu empat bulan saja" Ratu Komplain Nasional: "APAAAA?? EMPAT BULAN??? UDAH GILA KAYAKNYA SI KETUA RT! PECAAATM!" Warga Negara Yang Baik: "Ampun Paduka...Ketua RT hanya rakyat kecil biasa...beliau hanya menjalankan tu-gas..." Ratu Komplain Nasional: "Petugas kecil? Sekarang gue mau tanya sama lu. Dimana istana Pak RT berada?" Warga Negara Yang Baik: "Eng...di blok sebelah, Paduka" Ratu Komplain Nasional: "Apa dia mengontrak atau me-miliki istananya sendiri?" Warga Negara Yang Baik: "Informasi terakhir...istana beliau milik pribadi, Paduka" Ratu Komplain Nasional: "Kamu tau berapa nilai istana beliau bila dijual beserta tanahnya?" Warga Negara Yang Baik: "Menurut data, dua milyar masih bisa nego" Ratu Komplain Nasional: "JADI DIA PETUGAS KECIL APANYA???" Warga Negara Yang Baik: "Ampun Paduka... ampun..." Ratu Komplain Nasional: "Dan dia tinggal SATU BLOK LEBIH JAUH dari kita. Benar?" Warga Negara Yang Baik: "Benar, Paduka" Ratu Komplain Nasional: "Lalu dia hanya dengan modal kertas sama mesin tik bapuk bisa mengeluarkan SELE-BARAN PEMBERITAHUAN tentang proyek yang MUNGKIN mengganggu kenyamanan? Benar?" Warga Negara Yang Baik: "Benar, Paduka" Ratu Komplain Nasional: "Apakah kamu pikir debu sialan ini sampai ke istananya yang SATU BLOK LEBIH JAUH dari kita itu?" Warga Negara Yang Baik: "Eng... tidak, Paduka" Ratu Komplain Nasional: "Ini yang kamu pikir ADIL?" *meremas-remas kertas selebaran pemberitahuan* Warga Negara Yang Baik: "Tidak Paduka...tapi...kalau boleh hamba mengingatkan...proyek ini untuk sekolah dasar, Paduka...Untuk kepentingan anakanak bangsa di masa depan..." Ratu Komplain Nasional: "AAAAARRRGGGHHH!!!" Dan Ratu Komplain Nasional sekali lagi kalah telak, walau pendapatnya didukung kenyataan yang ada bahwa Pak RT melakukan ketidak adilan yang teramat sangat. Situasi 3 Ratu Komplain Nasional terpaksa lembur mengurusi tetek bengek kerajaan entertainment yang harus diselesaikan di kantor hingga larut malam. Baru dapat memejamkan mata tepat pukul tiga lewat tiga puluh dini hari. Tiba-tiba ia terbangun dengan kejamnya oleh deru BOR dan suara getokan martil yang sahut menyahut...ditingkahi seruan-seruan khas pekerja bangunan asal Jawa Barat {'Jang nu ieu didieu lain? D1TAMP1 ATUH BEUL! SIAH GAROBLOGU). Ketika dilirik, jam weker masih menunjukkan pukul enam tiga puluh pagi hari. Ratu Komplain Nasional: "AAAAAAGGGGHHHHH!!!!!" Warga Negara Yang Baik: "Selamat Pagi Paduka Ratu..." Ratu Komplain Nasional: "SURUH MEREKA DIAM! SURUH MEREKA BERHENTI!" Warga Negara Yang Baik: "Paduka...itulah kehidupan proyek... nampaknya pembangunan sekolah sudah mengalami kemajuan. Mereka udah mulai pasang rangka untuk lantai dua..." Ratu Komplain Nasional: "GUA GAK PEDULIM! SURUH DIAAAMMM GUA BELOM TIDUR SEMALAMAAAAANNN!!!" Warga Negara Yang Baik: "Tapi Paduka... sebentar lagi anak-anak SD akan memperoleh sekolah baru... yang lebih bagus dari sebelumnya..." Ratu Komplain Nasional: "DIAM!!! KALO EMANG NIAT, SEKOLAH PAKE ATAP RUMBIA JUGA BISA!" Warga Negara Yang Baik: "Jangan Paduka... kita harus peduli pada generasi muda bangsa kita... mereka harus mendapatkan pendidikan dan fasilitas yang terbaik" Ratu Komplain Nasional: "T*IIIII!!! T*I KUCIIII-INGGGGM! AJARIN AJA MEREKA NGEROKOK! SURUH BELI PAPIR, TERUS AJARIN NGELINTING ABIS ITU SURUH NYI-MENG AJA BIAR PADA DIEM! GUA MAU TIDUR LAGI!" Warga Negara Yang Baik: "Paduka Ratu...ini buat kepentingan umum...Apakah Paduka Ratu lupa akan pelajar-an PMP...Utamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan?" Ratu Komplain Nasional benar-benar kehilangan kesabar-an. Segera ia mencabut samurainya, dan... JLEB. "AHGGGHHM!" Satu tusukan di dada kiri Warga Negara Yang Baik cukup membuatnya terdiam selamanya, tersungkur lalu jatuh ke tanah. Ratu Komplain Nasional duduk di sisi tempat tidur, tidak menyesali perbuatannya sama sekali. Dua belas tahun dicekoki Pendidikan Moral Pancasila, lenyap sekejap... ironisnya disebabkan oleh proyek yang akan menjadi tempat anak-anak diajarkan untuk menerima pelajaran yang sama. Alter ego yang moralis kadang merepotkan. Huh. hidup ini audisi Tadi malam, di tengah banjirnya kota Jakarta, sekitar 30 bapak-bapak berkumpul di ruang tamu rumah saya. Ada apa gerangan? Ternyata si Papah didaulat menggelar acara malam silaturahmi antar warga kompleks. Pak RT pun datang berkunjung. Sedikit penasaran liat doi setelah si Papah mengirim surat keluhan abis-abisan gara-gara pembangunan sekolah di belakang rumah yang sangat mengganggu itu. Ternyata dia baik-baik saja dan nampak sudah dimaafkan oleh bapak-bapak sekompleks. Malam pun berlalu dengan akrab dan kekeluargaan. Or so I thought Sebelum bapak-bapak sekompleks lengkap berkumpul, saya dan si pacar permisi keluar untuk bermalam mingguan di Plaza Senayan. Melihat PS yang seperti kota mati itu, setelah menyantap semangkuk ramen di Sushi Tei saya dan si pacar pulang dengan buru-buru. Takut jalanan banjir lagi secara hujan kembali turun. Setibanya saya dirumah, si pacar langsung pulang setelah berpamitan dengan si mamah dan saya hinggap sejenak di meja makan. Si mamah dengan cekikikan berbisik-bisik melaporkan sesi 'nguping' gak sengaja yang berlangsung sejak kira-kira dua jam yang lalu Mamah: "Kasian Pak Y" - maksudnya Pak RT. Saya: "Kenapa?" Mamah: "Dari tadi diserang terus sama warganya. Dibanding-bandingin sama RT yang dulu, who happens to be present" Saya: "No kidding!" Mamah: "Ember." Saya: "Trus defense-nya apa?" Mamah: "Ya boro-boro defense. Diem aja dari tadi" Saya: "Aduh kasihannya... Trus?" Mamah: "Yah gitu deh. Di sini aja kalo mau dengerin." Saya: "Males ah. Aku mau main The Sims aja di kamar" Saya pun naik ke atas lewat tangga garasi, sedikit teng-sin soalnya sama bapakbapak karena kostum cewek gipsi dengan rok yang penuh untaian benang mungkin akan di-anggap aneh. Siang ini saya makan sama si mamah dan si papah. Ternyata benar, semalam itu judulnya adalah "Pengadilan RT" oleh para warganya. Waduh. Tak urung diri ini merasa bersalah karena pernah memaki-maki RT walau lewat blog Saya: "Emang kenapa sih dia bisa turun banget performance - n y a ?" Papah: "Ya iyalah. Dia itu kan masih kerja. Masih sibuk sama urusan lain. Belum siap jadi RT." Saya: "Emang ada kandidat lain yang mau jadi RT?" Mamah: "Wan itu sih banyak bener. Pak R itu napsu pengen jadi RT. Pak YS juga. Malah semalem dia urun saran bagaimana kalau jabatan RT itu dipegang secara bergantian. Padahal kalo mereka yang jadi RT belum tentu bisa lebih bener daripada yang sekarang" Papah: "Sebenarnya inti dari kumpul-kumpul semalam itu kita ingin cari solusi biar bisa membantu Pak Y dalam menjaga lingkungan sini. Tapi karena udah pada sebel, akhirnya jadi ajang salah-salahan." Saya: "Terus yang menengahi siapa?" Papah: "Ya kebetulan aku dan mantan RT yang dulu" Saya: "Kasihan juga. Tapi ya gimana ya...serba salah juga kalo jadi Pak Y" Dan berkat obrolan siang ini saya jadi tahu kalau jaman si Papah bujangan dulu, RT yang menjabat waktu itu pernah punya inisiatif bikin kalender kompleks tiap tahun baru dari sisa uang iuran warga. Baru tahu juga kalau dulu pernah ada imbauan untuk menanam pohon perdu di tiap halaman dari mantan RT masa jabatan ke-sekian. Dan juga baru tahu kalau RT yang sekarang ini sebenarnya not so bad karena dari semua RT yang pernah menjabat, cuma dia satusatunya yang transparan banget soal penggunaan biaya iuran. Warganya jadi tau kalau Ibu M males bayar iuran sampah, jadi tau kalau Bapak B ogah bayar iuran keamanan dan jadi tau kalo Bapak G paling rajin bayar iuran sampai pernah dijuluki 'warga teladan'. Gokil. Dari situ juga saya baru tau kalau jadi RT itu susah juga. Mesti proaktif sama warganya. Mesti bisa sok akrab nanya-nanya tentang lingkungan, ada keluhan apa eng-gak, kalo ada keluhan apa kira-kira ada solusi yang bisa dieksekusi segera. Terus mesti follow-up ke kelurahan... terus sampai tingkat Gubernur jika masalah tak tersele-saikan. Walah walaaaahhh... ribet. Yang paling ajaib: semua keribetan menghadapi warga yang kian kritis ini harus dilakukan secara gratisan. Suka-rela. Amal. Itupun masih dinilai sama orangorang. Kalo bagus gak ada yang muji, tapi kalo jelek dihina dina bah-kan diadili. Ih, mending jadi Presiden kaleeee...paling enggak sering masuk tipi. Anyway, poin tulisan ini adalah...betapa sekarang saya jadi makin 'ngeh' kalau kita sebagai manusia selalu dinilai sama orang lain. Atas dasar apapun. Orang pasti punya penilaian terhadap hal-hal yang kita lakukan dan mau itu baik atau jelek, kita harus terima. Nggak segampang itu ngelawan orang-orang yang menilai kita, karena mereka punya hak. Ketika kita berani tampil dan terlihat oleh umum, kita sudah dengan sengaja menceburkan diri kita ke laut. Kalau nyeburnya di laut cetek masih nggak masalah. Paling kena uburubur. Nyeri banget tapi diken-cingin juga ilang. Tapi kalo nyebur di laut dalem? Kalo di-makan paus sekalian ilang sih nggak masalah. Ketika kaki digigit hiu trus putus dan dalam kondisi sekarat? Itu yang jadi masalah. Cuma keberanian yang diperlukan, sebenarnya. Saya ka-gum sama orang-orang yang berani tampil. Saya kagum sama orang-orang yang apapun penilaian masyarakat tetap eksis di muka umum. Penyanyi ME, misalnya. Man, dari mana ya dia dapet attitude itu. Hebat banget bos. Di tengah perkara memalukan yang menurut sebagian besar masyarakat adalah 'bodoh1, dia berani Iho diundang ke berbagai talkshow...nyany'\ pula. Soal otak saya nggak mau komentar lebih banyak. Tapi soal nyali, wah. Canggih lah. Saya sedang berusaha mengumpulkan keberanian. Tapi nampak sulit aja gitu. Ibarat ikutan Indonesian Idol, saya baru sampe taraf lulus pre-casting. Belom masuk dinilai sama juri utama. Boro-boro ikut babak spektakuler. Sekarang kesimpulannya cuma satu: Hidup ini audisi. Maka dari itu, tiap hari saya harus melakukan segala hai dengan se-baik-baiknya. Di Indonesian Idol, jurinya cuma 4. Di kehidupan, sedunia aja gitu yang menilai. Sinting bukan? Jadi inget kata-kata mantan bos saya dulu, ketika saya dan teman-teman sekantor nyela-nyela seorang penyanyi mu-da. "Paling enggak, dia udah berani muncul di depan umum. Kalian mana? Udah pernah nyoba belom? Jangan cuma bisa ngatain orang." Dulu sih saya cuma mencibir dikuliahin begitu. Plis deh, cuma ngeledek dikit aja pake ditegur. Now it's different. I'm putting myself out there. And if all else fails. ...at least I tried. kenapa ya... Cuma iseng aja... pengen tanya... Kenapa sih istilahnya "LENGGANG KANGKUNG"? Kenapa bukan "LENGGANG TERONG" atau "LENGGANG BA-YAM" atau "LENGGANG KOL"? Hm... cuma pengen tanya aja... ada yang bisa jawab? ketololan yang benar-benar TOLOL Jadi ya... sore ini saya lagi bener-bener konsentrasi terburu deadline. Tapi entah kenapa tiba-tiba saya ketemu sebuah berita yang sangat MENGGANGGU di detik. com mengenai pemindahan bendera pusaka yang makan biaya 3 Milyar rupiah. UDAH GILA KALEEEEEEM! Bo, plis deh. Hari gini, makan sebulan aja susah. Kerja banting tulang, dimaki-maki, pusing, stress demi mempertahankan hidup dan segala gayanya...dapet gaji yang katanya udah lu-mayan...masih aja kurang berasanya...jangan ngumpulin duit 3 milyar. Ngumpulin 10 juta aja masih jauh dari impian. Dan bapak-bapak kita di pemerintahan itu dengan dodol-nya malah mikirin BENDERA PUSAKA...gimana cara mindahinnya dan gimana cara nyimpennya sampe ngejaga ke-lembaban udara disekitarnya. Untuk lebih rincinya, kata-nya sih ini nih biaya yang dibutuhkan (sumber: detik. com): Lemari ukuran 1,6x2,2x0,8 meter bahan perunggu bermo-tif dengan ketebalan 0,05 mm plus pintu gapura dilapisi emas murni... biayanya Rp 1,9 M CCTV system untuk pengamanan...biayanya Rp 2,3 M Alarm, lampu penerangan, vakum udara dan kelembaban udara...biayanya Rp 250 juta Kotak kaca ukuran 2x3x0,25 m, kotak bingkai kuning- an siku ukuran 5x5x0,5 m plus kaca ukuran 2 cm biayanya...Rp 300 jt. Makin lama negara ini makin kaya Srimulat. PLN bolak balik madamin listrik...katanya kurang dana buat suplai listrik... tapi sempet pasang iklan segede-gede gaban di koran... Omigod I actually AM living in irony. Puteri Indonesia dikirim ke acara Miss Universe untuk me-wakili bangsa kita. Wah, kalo ngeliat kedodolannya bebe-rapa waktu lalu sih emang dia bener-bener mewakili KE-TOLOLAN para pemimpin bangsa. Tapi jadinya karena dibi-lang 'mewakili bangsa', jadi deh generalisasi...bangsa Indonesia itu dodol semua. Yah bo, kalo gaji udah 40 juta sebulan, dapet rumah di-nas, jatah beras dan kerjaan tinggal ngantuk-ngantuk kalo sidang maaahhh...boro-boro mikirin orang laper. Yang dipikirin adalah bendera yang udah berpuluh-puluh taun umurnya...Yang dipikirin adalah masang iklan untuk bilang ke masyarakat kalo everything is OK. Mungkin emang iya...segala pejabat di atas sana itu emang kalo jatoh dari tingkat 10 gedung ga bakal gegar otak... Secara emang ga ada otaknya... Mari-mari kita tonton dagelan gratis ini, sambil ngemil ba-tu. Sukur-sukur dapet tiket ke Monas untuk menyaksikan betapa indahnya bendera pusaka yang disimpen rapet-rapet itu. Kali-kali aja bisa kenyang. Indonesia sudah gendheng. Gendheng tenan. sore-sore abis meeting seharian dan capek... gjuka merasa heran kalau... 1. Ada presiden gak penting dari Amrik dateng dan orang-orang pada ribut sendiri padahal yang diributin boro-boro peduli...Yang ada jalanan jadi macet banget dan merugikan siapa? Yak benar...kita-kita juga... 2. Meeting di kantor yang keren banget. Oh maap, yang ini sih bukan heran tapi sirik lebih tepatnya. 3. Ngeliat cewek cantik tapi nggak ngerti cara dandan yang baik dan benar... 4. Ada orang yang masih pake celana ngatung dipadu dengan ankle boots mahal. Asa menghilangkan esensi 'kemahalannya' euy... 5. Kenapa yah kalo abis meeting seharian begini berasa ngambang dan nggak mood lagi ngapa-ngapain... 6. Orang-orang bilang makan bakso itu 'snack1... 7. Udara panas, gerah dan lembab tapi nggak ujan-ujan kaya sekarang! 8. Ngeliat ibu negara Amrik itu tabah banget mendam-pingi suaminya yang ditolak dimana-mana...kalo saya mah mending nyumput di kampung halaman, nunggu suami balik dan ngasih uang belanja plus oleh-oleh... 9. Memperhatikan betapa kafe-kafe sialan itu men-charge minuman dengan gilagilaan. Berapa susah sih bikin es teh mangga? Mudah sodara-sodara...campur teh dengan air, kasih es trus gula cair dan masukkan mangga yang sudah dipotong kecil-kecil sekali. EDAN! Masa segitu aja 25 ribu peraaakkk?? 10. Ternyata bila seseorang sedang ngantuk dan bosan seperti sekarang, semua hai bahkan yang paling tolol bisa terasa menarik untuk dicaci dan dimaki... HUH abis naik mobil mahal... Hm Baru pulang dari Bandung ama si bos, naik mobil seharga 650 juta. The best part? HE LET ME DRIVE OH THE WAY BACK!!! WAHO OOOO OEEE Y Y Y!!!! Edan. Kampungan pisan... tapi cuek ah Awalnya he insisted to drive on the way to Bandung. And me, I was forced to enjoy all the luxury... ahkahkahakhakhakhk... + "Bos, yang ini buat apa?" - "Buat masang iPod" + "Waaahhh!! KEREN BANGET SIH BISA PAKE iPOD di mobil!!!" - "Miund kamu kampungan sekali" + "Biarin! Kalo yang ini buat apa?" - "Pencet aja" Dipencet. + "WUAAAAM! HEBATTTM! ADA TEMPAT MINUMANNYA!" - "Halah.... susah bawa proletar..." + "WAH WAAAHHM! ADA DUA BOS! ADA DUA!" - "Apanya?" + "Tempat minumannya!" -"Haduh..." Bos saya sepertinya udah malu jaya kalo dimobil itu isinya gak cuma kita berdua. Sepanjang jalan menuju Bandung, yang ada saya tetap terkagum-kagum sama isi dan ke-canggihan mobil tersebut. Dan dalam perjalanan pulang, si bos ketiduran secara te-par abis syuting seharian. Sayapun dengan bahagia men-jajal kemampuan mobil keren itu. Di kilometer 48 mendadak si bos kebangun dan kaget. - "MIUND! LO SEBERAPA NGEBUT SIH? KOK BARU JAM SEGINI UDAH NYAMPE SINI?" + "Hah? Enggak ngebut ah!" - "ITU JALAN 200 NGGA NGEBUT APANYA???" + "Haaa??? Oh iya ya? Oh maaaaappp...nggak berasa!!" - "Anak gila" Kami pun mengobrol, tetap mengomentari beberapa fitur mobil keren yang kami kendarai. Sampai tiba-tiba si bos bilang gini: - "Bo, entar kalo ada tempat yang decent untuk berhenti, minggir bentar gue pengen pipis" + "Wan. Ini nih kekurangannya mobil ini." - "Kenapa?" + "Harusnya ada tombol yang kalo dipencet, langsung ngerubah tempat duduk jadi kloset" - "ADUH KAMPUNGAAANNN!!!!!" + "BIARIN! DARIPADA PIPIS PAKE BOTOL???" - "Hm... you gave me an idea" + "AAAAAAAARRRGGGHH!!! TIDAAAAAKKK!!!! JANGA-AANNNM!" Seumur-umur bekerja, saya memang banyak mempelajari karakter atasan-atasan saya. Ada yang cuek bebek, ada yang want to know semua urusan orang, ada juga yang pinter banget kaya profesor. Tapi yang satu ini beda. Apapun karakter dia yang sebenarnya, jangan tempatkan kami berdua di satu tempat kecil dalam waktu lebih dari satu jam, karena akan terdengar teriakan-teriakan dan celaan-celaan jahanam dan tertawa-tawa dodol cuma gara-gara hai yang nggak penting seperti botol air dan penutup jendela otomatis. Halaahhh halah Ali in ail, makasih Iho bos. Gak tiap hari nih nyetir mobil yang starternya tinggal dipencet...ahuahauhuahauhau-hauhakhahakhkahkahkakk... road trip! road trip! Kondangan adalah hai yang paling menyebalkan apa-lagi buat perempuan single yang udah mau muntah kalau ditanya 'kapan nyusul?1. Lebih beban lagi kalau di-adakan di luar kota dan yang menikah kebetulan teman baik yang sangat baik hatinya sehingga akan menimbulkan perasaan bersalah bila kita tidak datang. Untuk memenuhi undangan yang digelar di Bandung kali ini, saya mengajak sesama perempuan single bernama Neng Wenni. Dimulailah ROAD TRIP kami pada hari Sabtu pagi pukul 07.30. Setelah ceceu Wenni sempat terkunci di kamar mandi dengan ajaibnya, kamipun lepas landas menuju Bandung. Berbagai insiden tolol terjadi sepanjang perja-lanan. Salah satunya adalah kejadian kelewatan pintu tol Gatot Subroto. Harusnya naik di depan Semanggi, saya bablas sampe Planet Hollywood. Efek-efek nyawa belom ngumpul. + "Yah malih... kok gue gak masuk ke jalan tol ya??? EMANG MO KE KANTOR???" - "HUAHKAHKAHKAHKAHAK.. .Makanya jangan mikir yang enggak-enggak luu!!" + "Tapi di depan kan masih bisa masuk. Tuh liat deh Wen..Jalan tol aja ngasih kesempatan kedua untuk masuk... tandanya Tuhan pasti ngasih kesempatan kedua juga sama kita dalam kehidupan..." *swiiingg... diam sesaat* - "MONYOOOOONGGGG!!! HUAAKAHKAHAKHAKHKA SOK BIJAK BANGET SIH LO???" Memasuki daerah Bekasi - "NAH ITU TUH UND PABRIK YKK!" + "Kenapa gituh?" - "BO! Kalo udah liat pabrik itu, gue rasanya baru bener-bener ke luar kota" + "Lu tau gak itu pabrik apa?" - "Tau! Pabrik retseleting! Terbesar siah di dunia!" + "Lu tau gak singkatan dari apa?" - "Nggak tau... emang apa?" + "Gak yakin juga sih... Yusuf dan Kawan-Kawan gitu?" - "Atau Yosep dan Kawan-Kawan?" + "Yang Kancing Kancing?" - "Hah! Gak ngerti ah!" " Kelar salam-salaman dengan pengantin, makan sekadar-nya lalu nongkrong di KapuLaga, sore itu juga kami kembali ke Jakarta dengan perut keram, pipi tegang dan suara nyaris habis karena seharian ketawa-ketawa najis gak berhenti. Lagilagi di tol terdengar berbagai pernyataan dan pertanyaan tolol. Cape ngobrol, masing-masing mulai menyanyi bersama mengikuti lagulagu dari tape. Sampai ke putaran kedua kaset Utha Likumahuwa (gokil, kurang eighties apa kami ini...), kami mulai kreatif mengganti lirik... "Janganlah kau...BAMBAAAANGGG...aku pasti DADAA-AANGGGGG..." Hah. Sumpah lemes. Udah gitu sampe Jakarta masih mak-sain ngeceng dulu di CiTos pula. Ketemuan dulu sama Neng Sita, Neng Evi dan Kakak Sapto. Geng tetap malam Minggu gitu ceritanya...Hihihihihihi... Gitu deh dokumentasi perjalanan tek-tok Sabtu kemaren. Seru, berkesan...tapi satu hai yang nggak terbukti nih: Kata horoskop saya bakal ketemu cowok kece di perjalanan. MANAAAA??? Yang banyak juga supir truk dan yang ada saya stuck di mobil sama seorang wanita yang kekeuh minta atret mobil waktu Pabrik YKK udah lewat di perjalanan pulang. - "Gue belom berasa masuk Jakarta kalo belom lewat YKK" + "Yeee!!! Salah sendiri tadi nggak liat!" - "MUNDUUURRM!" + "HAYAAAHHHM! Nih, gue berhenti aja deh di bahu jalan situ, lu nyebrang trus hitchike naek truk ngele-watin YKK. Abis itu nyebrang lagi trus hitchike lagi sampe mobil gue. Cepet, gue kasih waktu 10 menit!" Wenni manyun. + "Udahlah Wen, tadi juga udah liat pabrik Honda ?kan?" - "Honda itu gak kayak YKK..." + "Ya iya masa mobil kaya retseleting..." Haaaaaggggghhhh... sayang Tiyas gak ikutan nih...laen kali kita road trip bertiga ya girls! Diiringi tembang-tem-bang apik dari 14 Karat Soul tentunya...hakhakhakahkak... Ke Jogja seru gak? Seru gak? Seru dong!!! WUHUUUUUU!!!! pikiran hyper di hyper-market Kemaren ceritanya ke sebuah hypermarket sama si mamah. Biasa deh belanja bulanan sekaligus malak dikit-dikit... di perihal beli yakult dan sebagainya. Anyway, saya lewat di sebuah aisle dengan rak raksasa berisi rupa-rupa mainan. Keren sih, karena anak jaman sekarang itu mainan gampang banget belinya dan murahmurah. Tapi ada satu hai yang MENGGANGGU saya duh, ga tau kenapa ya...efek-efek lagi MAR AH kali...Saya terganggu sekali dengan sebuah tulisan segede dosa yang berbunyi: 1. MAINAN ANAK LAKI-LAKI Saya langsung meneliti isi rak itu: Bola karet, ember dan satu set sekop untuk main di pantai, berbagai jenis raket plastik dan bola-bolaannya, mobil-mobilan, pestol-pestol-an, boneka anjing dari karet...(sebuah adaptasi literal dari makian yang sempat popular di kalangan barudak EnHaii: A***NG A***NGAN KAREEETTT!!!!) dan lain sebagainya. What's up with that? I must be getting REALLY OLD by ever saying this: When did toys become genderized? Dulu seinget saya...waktu masih kecil, saya main segala mainan yang ada. Balok-balokan, boneka anjing, kucing, sapi, kura-kura...sampai mobil-mobilan matchbox, truk radio control, lego, puzzle, ember dan sekop. Gak ada di kamus saya kalau mainan itu ada "mainan laki-laki dan mainan perempuan". Mainan adalah mainan. Seorang anak perempuan nggak berarti tolol dalam menjungkir-balikkan truk big foot radiocontrol-nya. Seorang anak perempuan nggak berarti bego dalam menyusun LEGO jadi bentuk rumah yang lengkap dengan jendela, pintu sampai taman. Begitu juga anak laki-laki, nggak berarti nggak bisa nyisirin rambut Barbie supaya gak kusut. Bukan berarti juga mereka gak boleh suka sama teddy bear yang enak di-peluk-peluk kalau tidur. Karena mainan seharusnya tak berkelamin. Mainan itu klasifikasinya hanya tiga, dan gak ada hubungannya sama gender! 1. Mainan bayi 2. Mainan anak-anak 3. Mainan DEWASA Nah, dari ketiganya, mungkin yang bisa dikasih pemba-gian antar gender itu adalah kategori nomor 3...walau pasti PORNO, therefore harus diperjelas mainan apa untuk siapa lengkap dengan cara penggunaan supaya tidak salah urat. My next wonder was when I travelled down the canned food aisle. Mata jelalatan dan mendarat di sebuah sup to-mat kaleng berjudul CAMPBELL'S. The thing that popped into my head was: 2. ANDY WARHOL, / WORSHIP YOU... Iyalah bo, whoever able to get away saying "Soup is ART", in my world, is considered the MUSE, GOD, GODFATHER... whatever title you decide. So I think, Warhol's great. So I strolled around s'more to find something that I'm really certain I would buy. When I got into the instant food section, I spotted something: 3. ARTIFICIAL MEAT Oh man... have we run out of real cows in this world? Why do human always try to beat God by making things that are "quite close" to the real thing? Why do we ne-verget tired of competing with nature? Ngeri banget sih, bertarung kok sama alam. Mending sama Vety Vera gak siy? *BLETAAAKKM! Iyaaa iyaa maaapp gariiingggg!!!* Trus jalan-jalan lagi dan melihat banyak ikan segar dijual. My next wonder is... 4. MENGAPA ADA IKAN BERN A MA "IKAN AYAMAYAM"? Siapa sih yang punya ide BRILIAN mendapatkan nama tolol seperti itu? HUH! Secara mirip ayam aja enggak... Ah udah ah, ngantuk... abis marah-marah capek juga... Sampai besok, teman-teman... mikirin negara di pagi buta ?2.25 a.m Me: but you spend your money on foreign brands that operate HERE, right? They are part of huge corpora ti- ons that, mind you, are LOCAL corporations. So you do have contribution in the country's economy Hint: oh I do? yaaayyy... Me: Z itu holding company-nya namanya PT. M. without PT M, there will never be a Z outlet here, and mind you, PT. M itu ngga cuma Z aja brandnya. They have S (which hold BLA and BLA and tons of other brands too), N and many other well known brands. And PT M itu is owned by an Indonesian. A damn well filthy rich Indonesian. So there, you contributed LOTS to the country's economy already without knowing and realizing it. Ya begitulah percakapan yang terjadi kalau tiba-tiba ada orang yang mendadak mengeluarkan statement menge-jutkan seperti... "Aku tnerasa kurang berguna bagi nusa dan bangsa" Ya. Dan uniknya, pernyataan itu timbul di tengah percakapan mengenai rencana shopping akhir minggu. Ya ya ya. Sungguh absurd. Terkadang saya memang bertanya-tanya juga: apa sih yang udah saya kasih ke negara? Pajak yang dipotong dari gaji setiap bulan? Cukupkah? Menurut saya sampai sekarang sih cukup aja. Niat ngasih lebih? Belom ah. Nggak nasionalis? Ya...kalo orang mau mikir begitu sih sila-kan. Kenapa saya bisa sangat apatis terhadap hal-hal seperti itu? Cek dulu deh berapa gaji anggota DPR sekarang. Katanya wakil rakyat tapi gajinya gak mewakili pendapatan rakyat. Katanya wakil rakyat tapi waktu mobil dinas ditarik aja ributnya kaya kandang. Katanya wakil rakyat tapi waktu sidang kerjaannya tidur. Trus diinepin pula di hotel yang jaraknya cuma selemparan Rambo dari kantor. Cih! Udahlah...saya mah ga merasa bersalah dengan pendapatan saya. Gak merasa malu dengan shopping habit saya. It's because I EARNED IT. Saya harus kerja keras untuk bisa belanja-belanja tiap weekend. Harus lembur sampe subuh...harus rela dimaki-maki kalo acara yang on-air gak beres...harus tega ninggalin keluarga tugas ke luar kota...harus bisa kreatif terus 24 jam sehari...harus lucu...dan harus mau capek. Untuk bisa ngedapetin kerja-an ini juga harus sekolah sampe lulus, gak pake nyogok dan gak pake joki. Makanya gak malu. Yang malu tuh harusnya yang duduk di DPR, dapet kursi empuk...leyeh-leyeh kena AC kalo sidang abis itu dapet duit rapat...dan bisa jadi wakil rakyat gara-gara malsuin ijazah. Gaji gede, mobil dapet...nikmat bener deh hidup yaaa... Saya ngga bilang saya lebih berguna bagi nusa dan bangsa dibanding orang-orang itu... Tapi paling enggak, saya punya harga diri. Hihihihihi... edan. Pagi buta ngomongin negara dan perekonomian. Miund banget Ya gak Wen? Hihihi... sambil menunggu... Hari ini ceritanya begini... Saya mulai terbiasa dengan tidur tanpa AC, jendela ter-buka dan bising yang membahana dari proyek sekolah ter-kutuk di belakang rumah. Sejak jebolnya AC kamar yang tak diduga-duga akhir September lalu, saya memang kembali ke gaya hidup proletar sederhana dan ketimur-timur-an sebagai lawan dari gaya hidup borjuis mewah dan ke-barat-baratan yang selama ini dituduhkan orang pada saya. Setiap ditanya: "Kapan beli AC baru?" saya cuma menjawab: "Ntar kalo dapet THR". Haahaaaa...padahal mah belom cenchuuu...secara menurut Neng Wenni, kantor saya itu kaya industri rumah tangga...huahuahauhau-hau... Weil anyway, ternyata bergaya hidup sederhana ini ada untungnya buat diriku: 1. Bisa bangun lebih pagi SETIAP HARI 2. Terkena hawa segar walau sedikit campur debu proyek 3. Menjadi live audience kisah cinta terlarang Penjelasan lebih lanjut untuk poin nomor 3: Jadi, sepertinya di kompleks yang saya tinggali sejak masih bayi ini ada sebuah tradisi dimana setiap ada proyek (entah itu pembangunan rumah, renovasi dan sebagainya), pasti timbul kisah cinta antara para asisten rumah tangga yang sebagian besar adalah WANITA dengan para pekerja proyek yang jelas seluruhnya PRIA. Ini sudah sangat biasa, bahkan beberapa asisten rumah tangga saya yang terdahulu sampai melaju ke pelaminan dengan pekerja proyek idaman hatinya. Sebelah rumah saya kebetulan dihuni oleh keluarga teman kuliah saya yang berdarah Tionghoa bernama The Silvia (bacanya TE seperti dalam "SATE", bukan THE seperti dalam THE END). Rumah keluarga si The ini memiliki halaman belakang yang berbatasan dengan tembok sekolah yang sedang dibangun. Walau jarak pandangnya tak sedekat dari kamar saya yang nota bene berada di lantai 2 dan NEMPEL dengan tembok belakang rumah, sepertinya cukup buat saling rayu antar asisten rumah tangga dan pekerja proyek. Pagi ini saya terbangun bukan karena getokan martil atau raungan bor seperti biasanya...tapi karena siulan-siulan genit para pekerja proyek. Merasa sedikit GR, saya ber-jalan menuju jendela, menengok ke atas dan benar saja ...sedikitnya 6 pekerja proyek sedang bergelantungan di atas rangka lantai 3 bangunan setengah jadi itu sambil senyum-senyum mupeng. Untungnya mereka TIDAK tersenyum pada saya. Sambil malas-malasan, saya menyalakan televisi lalu me-nyimak sebuah tayangan tentang makanan di Discovery Travel and Living. Nggak sampai 2 menit, saya sadar Tunggu deh, mereka lagi ngegodain siapa ya? Si The kan baru nikah...kurang ajar bener godain istri orang??? Saya segera kembali ke pinggir jendela, yakin nggak keli-hatan karena kawat nyamuk putih tentu melindungi pan-dangan dari luar. Saya memperhatikan para pekerja proyek dengan seksama. PP 1: "Neng! Swit swiiiww! Neng! Seksi amat siihh??" PP 2: "Neng... sini Neng, pijetin Abang dong...capek nih..." PP 3: "Ah ayeuna mah sombong euy si Neng teh..." PP 4: "Neng... beiah dieu atuh beberesnaaaa..." Saya baru ngeh. Waaaa....para pekerja proyek ternyata sedang menggoda asisten rumah tangga keluarga The. Dasaaarrr...Huh. Sayapun kembali ke tempat tidur, menonton televisi. Tak lama suara-suara pekerja proyek menghilang dan terdengar tinggal satu melakukan...monolog. Monolog?? Hmm... "Neng... kemaren abang tunggu di depan, Neng nggak keluar-keluar..." "Yah abang padahal udah rapi bener... katanya mau nonton sama abang..." "Bilang dong sama tuannya... mau keluar gituh" "Nanti malem ya Neng... kan malem panjang. Kita ke Pasar berdua" "Loh, nggak mau berdua nih? Katanya kemaren nggak seneng kalo rame-rame..." HIYAAAAAAAAAHHHHHHHH!!!!! Doi janjian aja gitu sama si Neng asisten rumah tangga sebelah. Gokiiiilll!!! Saya langsung ingat kejadian beberapa tahun lalu saat salah satu asisten rumah tangga di rumah saya berpaca-ran dengan salah satu pekerja proyek yang sedang me-ngerjakan renovasi rumah tetangga saya. Nama asisten rumah tangga saya adalah Popon, sementara pekerja proyek itu adalah Nanang. Popon dan Nanang berpacaran sembunyi-sembunyi rupanya. Sampai suatu hari kami di-kejutkan oleh kabar bahwa Popon hamil karena Nanang. Pertanyaannya: Dimana, kapan, dan bagaimana caranya mereka melaku-kan hai tersebut sehingga menimbulkan kehamilan? Ini pertanyaan yang selalu timbul di kepala saya tiap kali mendengar skandal asisten rumah tangga hamil oleh (pilih salah satu): 1. Pekerja proyek 2. Tukang bakso 3. Tukang mi ayam 4. Tukang sayur / mean... DUDE! Where? How? When??? Pertanyaan bodoh ini sempat saya lontarkan pada beberapa teman...dan ada beberapa jawaban mengejutkan: "Bo! Di daerah Martimbang situ kan banyak semaksemak. Nah, pada di situ tuh kalo malem! Si Peyi kantornya kan dulu di situ. Dia sering lembur dan kalo lembur suka denger krusuk-kresek dari semak-semak! Ternyata para asisten rumah tangga lagi begituan!!" "Yaaa gampang atuh Und...kalo yang punya rumah lagi pada pergi...tinggal telepon juga pada dateng tuh laki-laki. Jangan salah lo, tukang bakso deket rumah gue udah pada bawa hp" "Ada tuannya juga cuek. Bilang aja sodara dari kampung. Dateng nginep juga didiemin kan? Kenapa mesti heran?" / wonder what's gonna happen with The's household assistant and the project worker. I just hope they'll live happily ever after... ANEKA TEORI KURANG PENTING of freedom' untuk menyatakan apa yang kita pikirkan. Yang suka bikin bete adaiah kaiau tuiisan atau gambar yang kita post di blog kita mendadak nyebar ke millsmills tanpa pencantuman kredit. Yang orang nggak (mau) tau adalah: blog itu juga hasil karya. Tulisan saya juga pernah nyebar dengan gokilnya. Apalagi waktu ngebahas Unyil. Padahal teori yang ada disini ngaco semua dan me-rupakan hasil ngobrol nggak penting dengan temen-temen sekantor. Oh well... silakan menikmati deh ;) lagu dan permainan anak-anak: sebuah analisa mini Kenapa ya kalo main tak umpet atau tak jongkok 1. atau tak patung itu istilahnya 'jaga' atau 'jadi1? Nge'-jaga'in apa dan 'jadi' apa sih??? Suka nggak make sense deh permainan jaman dulu itu ya? Kenapa bas bis bus pisang rebus, duit seratus gu- 2. nung meletus, pak tani ketiban papan, matinya jam delapan, dikubur tahun depan, entar malem jadi se-tan? Kenapa begitu lagunya? Kenapa ada duit seratus lalu gunung meletus? Kenapa pak tani baru ketiban papan aja udah mati dan pas jam delapan? Lalu kenapa dikuburnya taun depan? Dan kenapa entar malem udah jadi setan secara dikuburnya masih lama? Ampun!! Ini pikiran kalo dilepas emang suka kemana-mana. Maap maaaaapp....hihihihi... analisa lanjutan Kelihat animo dan antusiasme teman-teman blogger dalam pembahasan mengenai lagulagu permainan jaman kecil yang tampak sangat singkat, baik rasanya bila saya melanjutkan pembahasan secara lebih mendetil wa-lau dengan resiko d\-copy paste dan disebar lagi lewat email seperti posting mengenai si Unyil beberapa waktu lalu *anjis GR pis an urang teh* Tom Tom Jerry Tom Tom owe owe Sim Sim Jerry Sim Sim owe owe Jimmy Jimmy Takades Takades Isdet Lagu diatas memiliki banyak nian versi, dan tak jarang membuat saya merasa terpancing berbaku hantam dengan orang yang bertahan bahwa versinya adalah yang paling benar. Mulai dari 'Jimmy Jimmy TAKABEL TAKABEL ISDET' sampai 'Jimmy Jimmy TAKAPET TAKAPET ISDET'. Tapi rnari kita lihat baik-baik liriknya, karena saya yakin mengandung sesuatu yang berarti... .... mungkin juga enggak sih. On to the next song: Do mikado mikado eska, eskado eskado bea bei dp cip One Two Three Four Ini juga salah satu lagu meaningless yang kerap membuat saya dan teman-teman seangkatan adu mulut memperta-hankan prinsip. Banyak banget versinya, mulai dari yang 'dewa dewi prit prit' sampe 'beba bebi bit bit'. Menurut saya, esensi yang terkandung dari lagu ini memang hanya ada di bait satu (Do mikado mikado eska) dan bait ter-akhir yang mana menentukan siapa yang harus keluar dari lingkaran. Sungguh taktis. Salut! Lagu berikut agak creepy menurut saya, karena agak... apa ya... agak kurang sadar sosial. Simak liriknya: Uiar naga panjangnya bukan kepaiang Berjaian-jaian seiaiu kian kemari Umpan yang besar ituiah yang dicari Ini dianya yang terbeiakang Perhatikan kata-kata yang di-bold: Ular Naga. Binatang seperti apakah yang dimaksud? Ular dan naga adalah dua mahluk berbeda. Yang satu real, yang satu fiksi. Sungguh aneh. Dan yang mengganggu saya sejak menginjak bang-ku SMP dan belajar Bahasa Indonesia dengan (agak) lebih serius, "terbeiakang" selalu berarti "retarded" atau cacat mental. Bukankah dengan menyanyikan lagu ini kita me-ngajari anak-anak kita dengan salah? Hm. Harusnya: Ini dia yang paling belakang. Secara melodi pas kok. Gimana? Pas kan? *edan* Lagu berikut... pastinya dapat diingat dengan sangat baik: A... B... C... A Adi B Bobi C Chica Putih putih meiati Alibaba Merah merah delima Pinokio Siapa yang baik hati? Cinderella tentu disayang mama Ah masa, ah iya. GENGSI DONG! Di awal dapat dimengerti bahwa Adi (Bing Slamet), Bobi (Sandhora) dan Chica (Koeswoyo) adalah artis-artis cilik yang sangat ngetop pada jaman itu. Tapi rnari kita tilik mengapa Alibaba mendadak 'putih-putih meiati1? Setahu saya, Alibaba berasal dari Timur Tengah dan secara geo-grafis tidak dapat dikatakan berasal dari negara kulit putih. Apalagi ada bunga meiati yang turut terlibat. Lalu, apakah Pinokio benar-benar semerah delima? Karena boneka kayu ini jelas kecokelatan. Bila ini ternyata diambil dari baju yang dikenakan Pinokio, mungkin saja. Tapi be-narkah semerah itu? Lalu, kita tahu Cinderella itu memang baik hati...namun bukankah ia adalah anak yatim yang DIBENCI oleh ibu tirinya? Sungguh kontradiktif sekali dengan fakta yang ada. Hm. Dan setelah ucapan "GENGSI DONG", para partisipan permainan ini langsung 'membeku1 jadi patung. Sungguh aneh. Apakah patung dipandang 'gengsian' oleh siapapun yang menulis lagu permainan ini? Well, itu masih misteri. Mengapa juga pada awalnya dia iseng goda-godain patung yang sudah pasti bakal nyue-kin. Aneh. Lagu berikutnya adalah contoh kekurang kreatifan anak-anak angkatan saya, ketika dengan seenak jidat menga-daptasikan jingle iklan obat anti mabok ke permainan. Antimo obat anti mabok Mabok darat fautan udara Minumfah sebelum berpergian Antimo menyegarkan perjalanan Anda! Kalau saya jadi pencipta lagu, saya gak mau dapet Grammy Award atau AMI Award. Cukup dengan lagu saya di-nyanyikan anak-anak singkong dan dijadikan ikon permai-nan, itu sudah cukup. Kalo bahasa Inggrisnya mah... EVERGREEN bo. Sumpah den. Selanjutnya adalah lagu yang tak kalah fenomenal, meru-pakan turunan dari bas bis bus, sebuah lagu untuk me-nentukan siapa yang 'JAGA' atau 'JADI1... Bin tang Mas yang keluar Adik saya digigit utar U/arnya ular naga Naganya nagasari Sarinya Sari Kay a Kay any a kaya monyet! Nah, si "jaga" atau "jadi" ini selalu menjadi "musuh" semua partisipan permainan. Aneh sekali padahal dia kan "menja-ga" (sebuah hal yang kurang jelas) atau "menjadi" (sese-orang yang agak aneh karena mau aja disuruh ngejar tementemennya satu persatu). Dan merujuk ke lagunya, kenapa Bintang Mas yang keluar? Kenapa keluar? Dan bans pertama lagu ini sungguh tak berkorelasi dengan bansbans selanjutnya yang terkesan punya 'hook' ke baris-baris di bawahnya. Mungkin kalau Bintang Mas tidak keluar, maka adik saya tidak digigit ular nagasari yang kaya monyet pada akhirnya itu. Ada lagi lagu yang sangat lucu dan sampai saat ini saya selalu cekikikan sendiri kalau ingat. Lagu ini dipopulerkan oleh puppet show favorit saya... UNYIL! Wak wak gung Nasinya nasi jagung Laiapnya iaiap kangkung Pit a/aipit Kuda iari kejepit Kosong kosong kosong Isi isi isi ISI! Wak wak gung menurut pandangan saya adalah usaha menirukan bebunyian alat musik, sementara lagunya baru mulai di baris kedua dan ketiga. Nasinya nasi jagung itu sangat kontekstual karena nasi jagung sempat populer sebagai makanan jaman susah dulu. Tapi pertanyaan saya adalah: sejak kapan kangkung ada laiapnya? Setau saya, lalap itu biasanya dengan selada, kemangi atau kol. Belum pernah nyoba deh lalap kangkung. Lanjut ke baris keempat, seperti halnya baris pertama, PIT ALAIPIT saya curiga adalah bentuk usaha anak-anak menirukan bunyi peluit. Yang paling nahas adalah baris selanjutnya, dima-na kuda yang sedang Iari mendadak kejepit (entah apa). Kosong dan Isi itu diduga adalah perangkap kuda yang sudah dibuat para pemburu. Sungguh kurang sehat, me-ngajari anak-anak untuk berburu kuda (??!!??). Yah, mungkin cukup pembahasan kali ini. Lagu-lagu di atas memang aneh, ajaib dan luarbiasa. Untuk siapapun penciptanya, Anda sukses berat Bos! Maka sebagai tribute , saya akan menutup posting ini dengan... Ah mas a... Ah iyaaa. GENGSI DONG! *jadi patung* teori-teori ke"dokter"an + "Bos, dulu waktu kuliah kamu ambil dua major ya?" - "Enggak. Gue ekonomi UNPAD. Kenapa emang?" + "Oh. Kirain nyambi kuliah kedokteran" -"Kenapa sih?" + "Itu... eng... tulisannya kok jelek banget" Dan bos saya serta merta merengut sebal. Bwahahakhakahkahk... Itulah ibu-ibu dan bapak-bapak. Saya nggak abis pikir aja. Kenapa ya dokterdokter itu umumnya memiliki tulisan tangan yang ancur buradul. Saya nggak membuat ge-neralisasi disini, tapi menurut pengalaman, seumur-umur saya berobat ke dokter jarang ada yang tulisannya dapat dibaca sekali lewat. Dan uniknya, makin 'manjur' seorang dokter mengobati pasiennya, makin jelek tulisannya. Tadi sepanjang sore saya kepikiran tentang hai ini dan tak urung lahir beberapa dugaan dodol yang mungkin dapat kita renungkan bersama. Belum bisa dikatakan jadi teori sih... tapi lumayan buat dipikirin. Adapun dugaan-dugaan mengapa dokter umumnya punya tulisan jelek adalah se-bagai berikut... 1. Semasa kuliah anti menyontek dan dicontek Tulisan jelek sulit dicontek. Itu adalah idiom yang amat berlaku dalam jenis perkuliahan apapun, mulai dari yang banyak tulis menulisnya sampai yang minim tulis menulis tapi kaya di gambar. Dulu saya seneng kalo lagi ujian umum dan duduk di sebelah rekan sesama interiorers. Tulisan mereka sangat jelas, setipe dengan anak-anak juru-san arsitektur yang rapi. Jadi kalo mau nyontek mudah sekali. Cuma modal melirik sedikit udah beres, walau yang punya jawaban tidak rela. Nah, kalau kuliah kedokteran itu kan susah. Belajar text book-riya aja gila-gilaan. Mana rela dicontek? Oleh sebab itu, cara untuk menyabotase teman adalah menjelekkan tulisan sendiri yang sebenarnya (mungkin) bagus. 2. Karena terlalu banyak belajar Anak-anak kedokteran wajib belajar serius. Soalnya ilmu mereka itu hubungannya dengan menyelamatkan nyawa seseorang. Makanya pusing tiap ujian tiba karena waktu yang disediakan amat terbatas sementara mereka harus menulis jawaban dengan lengkap dan cepat. Dan kebiasa-an menulis cepat ini terbawa saat mereka terjun ke dunia kerja. Inilah, saya pikir, yang membuat tulisan para dokter menjadi kurang dapat dibaca. 3. Ada kelas khusus untuk hai ini Ini mungkin out of this world. Tapi coba pikir deh: mungkin aja kan memang ada mata kuliah 2 SKS yang menga-jarkan teknik menulis. Di desain aja ada kelas TEKPRES atau 'Teknik Presentasi' dimana kita diajarkan untuk menggunakan rapido dengan benar (padahal sekarang ja-mannya udah komputer) supaya sesuai dengan standar ISO. Dan ketika kamu dianggap kurang "ISO" maka mungkin kamu "BABAT". Maksud saya, ketika kamu tak dapat memenuhi standar ISO, maka kamu tak akan dapat lulus dari mata kuliah sialan ini. Mungkinkah ada standar ISO rahasia di bidang kedokteran? Atau mungkinkah tulisantulisan yang sering kita lihat di resep itu adalah sebenar-nya sandi untuk para apoteker? Jadi pengen tanya sama temen-temen anak farmasi nih. Jangan-jangan mereka juga punya kelas khusus ber-SKS 2 juga yang isinya adalah 'mengartikan kode pada kertas resep1. Siapa tau kan? Melihat dugaan-dugaan di atas, saya pribadi semakin ng-gak setuju ya kalau tulisan jelek itu dibilang kayak 'cakar ayam1. Karena, secara ilmiah, kita semua tahu bahwa: 1. Ayam nggak punya cakar. Yang mereka punya itu namanya CEKER. 2. Ceker ayam berbentuk spesifik, dan capnya di tanah sama sekali tidak berbentuk tulisan tangan. 3. Ayam tak dapat menulis sebagaimana halnya angin tak dapat membaca. Jadi, tulisan jelek itu nggak ada hubungannya sama ayam. Sungguh kasihannya hewan yang satu ini karena ketika ia flu, ia jadi berbahaya dan ia sering disama-samakan dengan perempuan murahan yang suka pake rok mini tengah malam di pinggir jalan. Kenapa saya jadi ngomongin ayam Eniwei, sekarang saya mau memuaskan kecanduan HEROES saya dulu. Kalo ada yang punya teori atau dugaan lain tentang mengapa tulisan dokter itu sulit dibaca, feel free to post a reply. Memang sih topiknya sangat nggak penting, tapi buat saya, yang nggak penting-nggak pen-ting ini menarik. Huhuy! trus truuuss... ebuah hal yang kepikiran dari sore... How do you answer your phone? Jaman sekarang ngejawab telepon nggak cukup pake "Halo". Dari pengamatan seharihari, yang paling penting dan menentukan arah sebuah pembicaraan telepon adalah apa yang datang setelah "Halo". Atau dalam beberapa ka-sus apa yang diucapkan sebagai pengganti "Halo". Berikut beberapa teori dodol mengenai hal ini. "Halo?" Ini yang paling normal. Biasanya keluar kalau nomor yang tertera di layar LCD adalah nomor tak dikenal, orang yang sudah lama tak bertemu, atau teman yang tidak terlalu dekat. Kenapa kita melakukan hal ini? Karena kita ingin di-anggap normal sehingga orang tidak menyangka kita sok akrab. Padahal, orang sok akrab biasanya menyapa pe-nelepon dengan... "Oi!" Berdasarkan pengalaman, sapaan ini dapat menyamarkan suara baru bangun tidur sehingga tidak menimbulkan ke-san malas bila ada orang yang menelepon jam 12 siang dan Anda masih tidur. Tingkat keparauan suara berkurang dan Anda akan terdengar seperti orang yang sudah aktif sejak subuh. "Halo? Eh kamu. Gimana... Gimana?" Aha! Ini yang paling sering kedengeran. Berdasarkan pembicaraan dengan mbak Wentjeh, sapaan seperti ini tarnpak cocok untuk bapak-bapak Pemda yang lagi ngejar proyek. Tapi sekarang sapaan ini sudah melebar dan me-luas ke kalangan eksmud ganteng kece dan wangi. Sejujurnya saya tadinya nggak ngerti kenapa harus "GIMANA GIMANA?". Tapi sekarang saya mulai 'ngeh' ketika selesai melakukan beberapa eksperimen. Coba ganti "GIMANA-GIMANA?" dengan "KENAPA? KENAPA?". Kesan yang ditim-bulkan nggak bisnis banget, tapi agak sedikit kedengaran panik. Sementara kalo diganti dengan "APA? APA?" kesan yang ditimbulkan adalah (1) bodoh, (2) nantang. Dua-duanya nggak oke. Kalo diganti dengan "TRUS? TRUS?" aura yang timbul adalah keinginan bergosip yang tiada ta-ra. Lebih pas digunakan pada pembicaraan antarteman. Bukan buat bisnis. Karena kalau kita nanya "GIMANA? GIMANA?" itu bisa berarti: "Gimana follow up proyeknya?" atau "Gimana presentasinya?" atau "Gimana? Masih di kantor yang lama?" dan lain sebagainya yang berbau pe-kerjaan, lobby dan halhal yang berhubungan dengan uang. Menjawab dengan menyebutkan nama sendiri dan bukan dengan "HALO" Ini applicable bila seseorang bekerja di kantor dengan ra-tusan pegawai dan memiliki line yang dipakai berjuta umat. Tujuannya adalah memberitahu si penelepon bahwa teleponnya diterima oleh si B, bukan si C atau D. Tapi, apakah masuk akal bila kita menjawab telepon di ponsel (t*i banget bahasanyaaa...) pribadi dengan nama sendiri? Saya belum menemukan jawaban untuk yang satu ini. Biar begitu, Ini mengingatkan saya kepada seorang mantan bos saya yang kebetulan dikenal baik oleh salah satu teman ngeblog bernama mbak Meltje. Hihihihi... si mister selalu menjawab teleponnya dengan nama lengkap. And every time I hear him answer the phone like that, I'll go "Dude, it's YOUR phone. Do you seriously think people will expect somebody else to pick up?" BWAHAHAHAHAAHAK-HAKHKKM "Nyet!" Walau berarti 'tidak' dalam bahasa Rusia, saya sering sekali menggunakan sapaan ini untuk menerima telepon dari si Neng Wentjeh. Tentunya maknanya bukan 'tidak' tetapi merujuk pada seekor hewan mirip manusia yang merupa-kan panggilan sayang untuk sahabatsahabat terdekat saya. Dalam beberapa kasus, seringnya saat nggak konsen, telepon yang seringnya datang dari kantor dengan nomer berkepala 38XXX ini saya anggap si Neng. Ini menyebab-kan terjadi salah paham karena beberapa klien pun memiliki telepon kantor yang mirip. Seperti beberapa hari lalu saat klien saya yang berkantor di Jakarta Pusat deket tempatnya si Neneng menelepon. Saya salah menyapa dan harus mencari alasan secepat kilat untuk keluar dari situasi tidak enak karena kurang memperhatikan ke-sopanan. Saya: "Nyett!!" Klien: "Halo? Und? Ini Joni" nama samaran Saya: "HAH? Oh maap Pak! Maap!" Klien: "Lo kenapa barusan?" Saya: "Eng... sori... lagi... ng... batuk..." How lame was that. Tapi dari seluruh sapaan telepon, saya paling suka sapaan si dia saat menelepon saya. Simpel, private dan mesra abis-abisan. "BEBEEEEEEEE!!!!!!" Mood dia juga gampang terbaca dari intonasi. Kala "Sebe" diucapkan dengan cepat dan terburu-buru, tandanya dia sedang sibuk. Kalau diucapkan dengan manja, tandanya dia baru bangun tidur atau emang lagi kangen berat. Kalau diucapkan dengan teriak, tandanya dia lagi senang. Saya berharap sapaan ini gak pernah berubah sampai ka-panpun. Dan saya tidak akan tau bagaimana harus be-reaksi kalau tiba-tiba suatu saat dia menelepon saya dan menyapa saya dengan... "Bebe... Gimana gimana?" Hihihihihihi... teori konspirasi Kalau pembicaraan menjelang tengah malam itu men-cerminkan mentai state seseorang, lain halnya dengan pembicaraan siang menjelang sore...seperti yang terjadi barusan. Tiga perempuan berkumpul dan memba-has mengenai teori-teori terselubung yang ada dalam serial drama boneka si Unyil. Saya tidak ingin membahas mengenai detil pembicaraan, karena dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan tak berujung berbagai pihak. Untuk itu, saya akan menyampaikan beberapa poin penting yang sekiranya dapat kita renungkan bersama... 1. Siapakah sebenarnya Kinoy? Mengapa jati dirinya hampirtak pernah diungkap dalam serial ini? Pertanyaan diatas melahirkan teori konspirasi: Kinoy adalah hasil perselingkuhan. Antara siapa dengan siapa, belum diketahui. Pemikiran ini didasari oleh latar belakang budaya desa Sukamaju yang serba moralis. Tak mungkin rasanya mengumbar aib sesama warga. Sungguh memprihatinkan...padahal serial ini sarat pesan moral bagi anak-anak... 2. Apa hubungan antara Ableh, Ucrit dan Orang Gila Hutan Lindung? Pertanyaan diatas melahirkan teori konspirasi: Ucrit adalah anak si orang gila (who remains anonymous) yang di-culik oleh Ableh. Mengapa? Karena coba Anda perhatikan anatomi wajah ketiganya yang hampir mirip. Ketika orang gila bernyanyi 'dimana anakku, dimana istriku...', sebenarnya kita dapat memberitahu keberadaan Ucrit yang aman jaya sentausa didalam desa Sukamaju. Mungkin Ableh pun dapat buka mulut, tetapi karena dia ada dalam bayang-bayang Pak Ogah yang selalu mendominasi, terjadi infe-rioritas dalam pembawaannya sehingga ia tampak cende-rung sebagai yes man. Ini membawa kita ke pertanyaan selanjutnya: 3. Siapa sebenarnya Pak Ogah? Pertanyaan diatas melahirkan teori konspirasi: Ogah adalah seseorang yang disusupkan pihak luar untuk menyeim-bangkan keadaan Desa Sukamaju yang aman tentram loh jinawi. Mengenai apa maksud dan tujuan aslinya, masih merupakan misteri hingga kini. Mungkinkah ia ingin mem-bentuk semacam regenerasi dengan meracuni Cuplis? Per-lu kita ingat: potongan rambut, penampilan dan sebagainya... bagi generasi muda sangat berpengaruh. Apalagi Cuplis tergabung dalam Band Dekil. Mental anak band yang secara tipikal sangat labil...adalah sasaran empuk bagi pihak-pihak pengacau. 4. Apakah Meilan menyimpan hati bagi Unyil? Pertanyaan diatas melahirkan teori konspirasi: Benar. Te-tapi karena ada perbedaan kultur dan agama, hal ini tak dapat terjadi. Ini juga faktor penyeimbang dalam Desa Sukamaju. Mengenai cinta segitiga Meilan, Ucrit dan Unyil seperti pernah diparodikan di acara Extravaganza Trans TV beberapa waktu lalu, rasanya tak mungkin terjadi me-ngingat gender Ucrit yang selama ini masih menjadi pertanyaan orang banyak. Hanya dua orang yang benar-benar tahu mengenai hal ini yaitu Ucrit sendiri, dan Ableh selaku ayah angkat yang bersangkutan. Tapi sekali lagi: mereka tutup mulut. 5. Benarkah Unyil adalah tokoh sentral? Pertanyaan diatas melahirkan teori konspirasi: Unyil adalah kedok Pak Lurah dan Pak Raden untuk menyajikan drama kehidupan desa fantastis, dengan bungkusan cents seputar anak. Bila kita kaji dengan seksama, Si Unyil bukan hanya bercerita mengenai Unyil semata, melainkan mengenai intrik-intrik yang terjadi di Desa Sukamaju. Me-ngapa Pak Lurah dan Pak Raden? Mereka inilah otak diba-lik berjalannya kehidupan sosio-kultural desa Sukamaju. 6. Ada apa sebenarnya di Hutan Lindung? Pertanyaan diatas melahirkan teori konspirasi: Hutan lindung adalah dunia nyata. Desa Sukamajulah yang meru-pakan desa percontohan atau boleh dibilang daerah eksperimental untuk kehidupan ideal. Bila disejajarkan dengan film barat, Desa Sukamaju itu mirip kota Stepford dalam film Stepford Wives. Mengapa dibentuk desa eksperimen-tal seperti itu? Inilah misteri yang masih belum terkuak sampai hah ini. Ya, begitulah beberapa hipotesa teori konspirasi yang terungkap berdasarkan diskusi ilmiah yang terjadi siang ini. Mungkin akan menimbulkan kericuhan, bahkan silang pendapat akut... tapi yang jelas, seperti kata Mulder pada Scully... The Truth is Out There... teori konspirasi babak 2 Setelah merasa memberikan pemaparan yang cukup mumpuni... saya diserang rasa kurang percaya diri atas teori-teori yang sebelumnya saya kemukakan. Malam ini saya mendapatkan kehormatan untuk berdiskusi lang-sung dengan seorang mahasiswa S2 bidang Komunikasi Politik, seorang entertainer muda berbakat yang sedang menunggu nominasi p*******c Awards, seorang wanita dewasa yang paling 'manusia' diantara kumpulannya, dan seorang publik figur yang kini jabatannya adalah bos saya. Berikut adalah kalimat-kalimat yang terlontar dari diskusi dengan level absurditas tinggi ini...(siapa yang bicara, silakan diraba sendiri saja karena para pembicara enggan diungkap jati dirinya): + "Bahasan ini menarik! Ini erat kaitannya dengan ide-ologi orde baru" - "Jadi apakah orde baru itu bagus?"+ "Lho, saya nggak bilang bagus. Saya bilang 'sesuai' diterapkan pada zamannya" - "Ya, tapi itu kan tandanya bagus... buktinya kon-sumsi utama ada pada anakanak" + "Orde baru itu penuh doktrin bos. Si Unyil dan teman-temannya bertugas untuk menyampaikan doktrin tersebut" - "Tandanya bagus?" + "Sekali lagi: itu cara paling kreatif dalam menyampaikan program pemerintah! Belum tentu bagus" - "Iya lho, pikir aja... hah gini mana ada sih yang tau program pemerintah? Booo...mending ke mall, nge-ceng-ngeceng. Itulah hebatnya si Unyil. Anak kecil belom sekolah aja tau hutan lindung, tau KB segala macem" + "Nan, pengejawantahan KB dalam Unyil ada dalam keluarga Unyil dimana terdapat Kinoy!" - "Tapi Kinoy itu kan anak angkat!" + "Oh my dear friend... kamu melihat segalanya seca-ra empirik... lihat dong secara simbolik. Anak DUA, ayah ibu sehat...itu simbol dari KB. Ga penting Kinoy itu anak siapa dan dari mana. Lagipula, soal anak ha-ram dan perselingkuhan itu kan a big NO NO untuk dibicarakan saat itu?" - "Menarik... menarik... inilah yang namanya hiperse-miotika endebrey endskrey ..." *maap, saya lupa dia bilang apa, pokoknya bahasanya tinggi banget... * - "Wah, apaan tun?" + "Serial anak-anak itu penuh dengan bahasa TANDA" - "Misalnya?" + "Sekarang gini aja... kenapa Unyil itu bajunya me-rah?" - "Ini tebakan atau pertanyaan beneran?" + "Beneran, gue nanya... kenapa bajunya harus merah?" - "Merah itu adalah warna yang merangsang motorik anak. Karena Unyil adalah tokoh sentral, maka anak diharapkan mencontoh Unyil sebagai teladannya" + "See? Tandanya memang anak-anak itu harus mencontoh Unyil yang serba moralis. Itulah mengapa dia tidak boleh melakukan hal yang salah...contohnya ja-dian dengan Mei Lan. Bukan Meilani ya. Mei Lan." *krik... krik... krik...* semua terdiam, berpikir. - "Benar juga ya. Kalau begitu apa kira-kira tujuan Mei Lan ada disitu?" + "Sekali lagi bahasa tanda. Mei Lan adalah simbol pluralisme." - "Jadi Unyil selaku nasionalis seyogianya bergaul dengan orang dari berbagai suku dan golongan?" + "Betul. Tetapi mengingat keadaan saat itu...hubu-ngan pertemanan tak bisa jadi lebih. Karena: 1) me-reka masih underage dan 2) perbedaan kultur yang mencolok bisa menjadikan serial ini counter moralistic" - "Tau gak sih... obrolan iseng kita malam ini bisa di-sebut sebagai wacana berjudul 'Besutan Ideologi Orba dalam serial Si Unyil1. Hebat yah" + "Iya hebat..." - "Pertanyaan terakhir: Apa maksud Pak Ogah mem-bungkam Ableh sampai jati diri Ucrit tersembunyi hing-ga kini?" + "Nah itu PR buat kita semua. Apakah Ogah adalah petanda yang merupakan penanda? Seperti dalam teoh Hipersemiotika yang namanya aja susah banget itu?" - "Only God and G.D knows, man..." Ya. Hanya Tuhan dan penanggung jawab acara yang tahu... *menghefa nafas sambil geleng-geleng kepata... dun Gus-ti, kenapa teman-temanku pinter semua ya... ckckck* sinting keriting karena rating - "Kenapa lu keliatan seneng banget?" + "Bo, plis deh. Acara gue rating-nya naik banget nih!" - "Seriusan lo? Berapa?" + "8.5 gitu minggu lalu!" - "Anjrit! Selamat ya bo! Pantes lu sumringah" + "YA IYALAH... TOP RATING GITULOHHM" Percakapan ini sering banget terjadi dibalik layar acara-acara televisi. Apapun bentuk acaranya, siapapun host-nya dan bagaimanapun konsepnya...semua seolah terje-bak satu kata sakti ini. Rating. Yang akan saya bahas ini adalah pengertian 'rating' dalam hal peringkat ya. Bukan censorship rating seperti PG, Aduit, Violent dan seba-gainya. Saya orang bodoh dan bukan pakar pertelevisian dalam negeri apalagi luar negeri. Makanya saya punya satu pertanyaan yang sampai sekarang belum ada jawabannya. Jadi gini...yang saya tau, untuk menentukan rating sebuah program tv dan share sebuah stasiun televisi diguna-kanlah responden. Nah, para responden ini adalah orang-orang yang dianggap mewakili kategori-kategori tertentu misalnya dari segi usia, gender, tingkat ekonomi. Kerena-nya disebut SES (Social Economic Status). Berdasarkan SES ini, maka sebuah stasiun televisi dapat menganalisa siapa-siapa saja pemirsanya dan berdasarkan analisa ini? lah dilakukan berbagai inovasi dan perbaikan bagi acara-acara yang ditayangkannya. Saya nggak mau get all technical deh, karena jujurnya, ngebahas ini aja sebenernya bikin kepala mumet. Tapi saya penasaran sejadi-jadinya: Siapakah para responden yang dimaksud? Kalau cara memperoleh responnya sih saya pernah dije-lasin sama pihak yang cukup kompeten secara si orang yang nerangin ini adalah staf R&D atau LITBANG sebuah PH kelas dunia (hai, mbak!). Jadi dia bilang, orang-orang yang masuk daerah survei ini punya alat deteksi di tele-visinya di rumah. Katanya, ada semacam remote control yang akan otomatis mengirim data tentang acara yang ditonton, lama menontonnya dan siapa yang menonton (apakah ayah, ibu atau anak). Gokil bos, bisa sampe se-detail itu karena konon kabarnya sebelum mulai menonton mereka harus memencet tombol yang sesuai. Jadi kalau si Bapak yang menonton, harus mencet tombol 'BAPAK1, kalau ibu harus pencet 'IBU' dan seterusnya. Tidak dijelaskan berapa tombol yang ada dan apa yang terjadi bila yang menonton adalah ponakan atau sepupu yang tinggal serumah misalnya. Dan tidak pula dijelaskan apa yang terjadi bila di rumah tersebut ada satu orang yang berkuasa merajai atau meratui televisi. Bisa aja kan rumahnya daerah survei kelas A tapi yang nonton adalah si asisten rumah tangga yang masuk kelas C karena para empunya rumah jarang dirumah secara kerja? Tapi okelah. Se nggak mungkin kedengarannya, hal ini masih bisa saya toleransi. Yang nggak bisa saya toleransi adalah pertanyaan saya tadi. Siapa para responden ini? Soalnya seumur-umur saya belum pernah ketemu orang yang rumahnya dipasangi alat survei ini. Nonton di film sih pernah, itupun film barat. Saya pernah cerita seperti ini sama teman-teman saya tapi komentar mereka lagi-lagi klise: "Elu kan gaulnya ngga sama semua kalangan, Neng. Mungkin aja diluar lingkaran lu banyak yang dipasang-in. Elu aja yang nggak tau" Iya memang. Mungkin saya aja yang nggak tau. Sekarang mari kita tinjau SES saya yang paling simpel aja. Usia masuk bracket 2D-4D Bekerja dengan penghasilan bracket 5-20 juta/bulan Pendidikan Sarjana Perempuan Kalau dilihat sepintas aja, saya masuk kelas A dalam sis-tern penggolongan responden. Dan yang bikin frustasi, kelas A ini adalah kelas minoritas penonton televisi lokal. Kelas A adalah orang yang nonton TV kabel atau satelit sebanyak 70%, nonton TV lokal untuk acara gosip dan berita 20% dan sisanya channel flicking atau zapping se-besar 10%. Itu baru kelas A. Dan untuk mendapatkan angka 70, 20 dan 10 persen tersebut, tentunya harus ada kumpulan orang-orang kelas A yang berjumlah total 100%. Jika betul saya masuk kelas A yang disebut-sebut sebagai kaum minoritas ini dan dituduh hanya bergaul di lingkungan saya semata, teorinya adalah: seharusnya paling tidak saya pernah berjumpa dengan satu orang sesa-ma kelas A yang merupakan objek survei. Loh, iya dong. Walau nggak semua masuk daerah survei, coba pikir deh: penduduk Jakarta aja udah berapa ratus juta. Logikanya, kemungkinan itu besar. 28 tahun saya hidup di dunia ini, 12 tahun pendidikan dasar dan menengah, 4,5 tahun kuliah dan kurang lebih 6 tahun bekerja, saya belum pernah sama sekali bertemu dengan rekan-rekan "sekelas" yang sempat disurvei oleh badan survei andalan: kiblat stasiun TV dan radio Indonesia yang cuma ada SATU tersebut di Indonesia. Ini aneh menurut saya. Dulu saya pernah bertanya pada produser saya semasa kerja di PH internasional: + "Mbak, pernah nggak kamu ketemu sama orang yang jadi target badan survei andalan?" - "Enggak. Kenapa emang?" + "Ah enggak. Aku penasaran sama bentuk alatnya." - "Yang gue tau sih alatnya bentuknya kayak remote gitu" + "Emang kamu pernah liat, Mbak?" - "Pernah." + "Liat aslinya?" - "Oh, enggak. Liat di gambar" + "Mbak sama sekali nggak pernah ketemu sama orang yang jadi target survei? SAMA SEKALI?" - "Enggak. Kenapa sih lo nanya-nanya?" + "Penasaran aja." Dan lebih duluuuuuu lagi, saat saya masih menjadi produ-ser radio...saya pun pernah mengajukan pertanyaan yang sama kepada rekan produser lain yang pada saat ditanya sedang dalam pengaruh ganja. Bahasa lainnya: giting. + "Bo, emang radio itu cara surveinya gimana ya?" - "Alan gak usah sok deh mentang-mentang program situ top rating" + "Bukan bukan. Kalo sok sih emang udah bawaan. Gue seriusan nih nanya" - "Oh. Wah ga tau deh. Mungkin ada alat khusus kali yang ditancepin di radionya" + "Oke, say there is a specific device. Menurut lo bentuknya kaya apa?" - "Antene tambahan kali ya?" + "Maksud lo, antene tambahan d\-attach ke radio transistor gitu?" - "Probably" + "Ooo... gitu. Nah kalo radio yang di mobil gimana?" - "Maksud lo?" + "Ya soalnya katanya nih, pendengar gue itu banyak-nya dari orang-orang kelas A yang ngedengerin program saat dalam perjalanan menuju kantor" - "Wah itu gue rada kurang tau bo. Mungkin pake radio transistor juga kali ngedengerinnya" + "DIBAWA KE MOBIL GITU?" - "Eh bo, hah gini apa sih yang gak mungkin?" Dan sebagai orang yang masih bodoh masalah beginian (sekarang juga masih sih), waktu itu saya cuma menge-rutkan dahi sambil mikir. Apa iya ada orang yang rela bawa-bawa radio transistor di mobil secara teknologi udah tinggi? Hm. Ketika masuk dunia TV, pertanyaan saya tentang metode pengambilan respon dan keingintahuan saya tentang pe-nentuan rating makin menjadi-jadi. Saya selalu curiga berlebihan jika acara yang saya pegang mendadak jadi top-rated show. Demikian pula halnya jika acara tersebut merosot rating-nya. Dan saya jadi benci pada rating bila saat pitching ide program baru selalu dipatahkan dengan katakata: "Pitch lo keren banget. Ide lo bagus. Tapi...selera lu terlalu A. Turun dikit deh biar kelas B, C dan D bisa ikutan nonton dan acara ini laku dijual ke TV dan sponsor" Walau pernah mencium tangan Gubernur DKI (dan dicela semua orang, entah kenapa), saya tetap seorang idealis. Bagi saya, untuk apa membuat acara yang ratingnya tinggi tapi 'gitu-gitu aja1. Kalau kebetulan infotainment dan sinetron itu merajai tangga rating, selamat buat yang bikin. Tapi apakah dengan demikian kita harus menyerah pada sebuah hal yang fakta pengambilan datanya saja seolah kasat mata? Hngg...atau sayakah yang terlampau ignorant untuk mengetahui siapa saja responden yang dimaksud? Kalau sistem rating televisi itu seperti sistem site meter pada biog atau website, saya setuju-setuju aja. Fakta-nya jelas. Hitungan hit pada sebuah website jelas adanya dan software pendukungnya pun walau bermacam-macam merknya tetap sama. Memang tak sedetail penentuan gender, usia dan pendapatan, tapi paling tidak kita bisa tahu website atau biog kita dikunjungi average nya berapa orang perhari. Berapa lama rata-rata orang stay di biog atau website kita, dari mana mereka ini mendapat referensi website kita, dan kapan terakhir mereka mengunjungi website kita. Apa dari search engine kah? Biog lain kah? Atau memang karena kenal secara pribadi? Semua jelas tertulis, dan bisa dilacak balik. Keabsahan info rmasi sungguh terpercaya. Sementara televisi dan radio? Kecurigaan saya yang condong pada kebencian ke-pada rating tidak didasari performa program yang sedang maupun pernah saya pegang. Saya pernah memegang program yang rating-nya drop sehingga harus dihentikan walau baru 15 episode berjalan padahal komitmen pena-yangannya adalah 26 episode. Sayapun pernah terlibat dalam produksi program besar yang tergolong merajai tingkat rating secara nasional. Semua nggak masalah. Kecurigaan dan kesebalan ini semata didasari oleh... Betapa sering saya merasa kreativitas saya terbelenggu karena alasan "rating". Dan sebagai orang yang masih 'terlalu meledak-ledak1 dalam hal ide (mungkin ini bukan 'masih' tapi 'selalu' dan akan terus seperti ini), saya amat sangat terganggu pada kenyataan bahwa di industri yang saya geluti ini saya dipaksa tunduk pada sebuah benda gentayangan bernama rating. Sekarang pandangan saya pada pengambilan responden dan penentuan rating ini sudah seperti pandangan saya tentang hantu. Saya tahu hantu itu ada, tapi karena saya tak pernah melihat secara langsung (knock on wood), saya memilih untuk tidak percaya sama sekali. Dan ketika kamu sebagai orang yang tidak percaya hantu tapi dike-lilingi oleh dukun-dukun yang sangat percaya bahkan me-nyembah hantu yang dimaksud, gak ada pilihan lain selain pura-pura ngerti dan purapura tau. Walau hati tetap ke-ras tidak ingin percaya. Attitude ini pun terbawa dalam menulis biog walau perhi-tungannya sangat jelas. Saya nggak peduli tulisan ini panjang lebar. Saya nggak peduli dibaca atau enggak. Karena bila biog ini dikategorikan secara rating seperti di televisi, dari data yang ada saya tau kalau 80 persen pembaca biog ini adalah silent reader yang suka baca-baca aja tanpa meninggalkan komentar. Average stay pembaca adalah 5-8 menit per kunjungan. Referensi ter-banyak adalah link yang ada di biog masing-masing. Tiap hah ada average 80 hits tidak termasuk saya. Dan ini sah-sah aja dan saya senang-senang aja karena meng-hibur orang itu ibadah sementara menghibur diri dengan menulis itu terapi. Jadi semua menang dan semua senang. Saya pengen say hello aja sama temen-temen yang kerja di badan survei andalan: "Hai teman-teman, saya punya permintaan nih. Tolong bawa saya dong ketemuan sama 5 orang responden televisi yang kalian survei, masing-masing dari kelas A, B, C, D dan E. Penasaran banget s-oalnya, bos. Di sini saya nggak lagi marah dan ngomel. Sekali lagi, saya cuma orang bodoh yang pengen tambah pinter. Dan kalo orang bodoh itu pengen tau sesuatu, otomatis harus bertanya. Kalau bertanya, pengennya sih dijawab. Kalau bisa malah pake ekskursi lapangan. Buat apa? Buat kepuasan batin dan penambahan ilmu. Itu aja kok. Makasih ya" Tolong saya mengubah pandangan saya pada rating su-paya saya tak selalu mengira rating itu seperti hantu. Ke-riting 'kan jadinya ngomongin rating... photo branding menurut saya Disclaimer: Posting ini emang ngaco abis-abisan. Tidak ada maksud menghina dina pihak manapun. Ini sekadar studi banding yang diiakukan berdasarkan pengamatan aw am tanpa ada peneiitian mendaiam sama sekaii dan ditujukan untuk orang-orang berseiera humor tinggi. Nama-nama sengaja diganti;) Setelah melalui proses observasi selama bertahun-tahun dumpiak dungjes, saya baru saja menyadari bahwa sebuah usaha yang sukses ternyata terdukung pula oleh faktor visual. Logo sebagai visual identity de-wasa ini TIDAK cukup. Karena, visual identity ini sebe-narnya sudah dikenal sejak zaman kuda gigit besi (ini juga istilah yang sampai sekarang nggak bisa menembus membran otak saya namun karena populer dan biog ini harus-nya 'gaul' jadi saya pakai sembarangan aja). Kenapa saya berani bilang begitu? Karena...lihatlah betapa suksesnya usaha-usaha yang mencantumkan visual image PARA PE-MILIKNYA instead of just a goddamn logo. Yang paling melekat... dan dekat dengan kehidupan se-hari-hari? Ada yang tau? Ayatn Ny. Suganti vs Ayatn Mbok Bebek Nggak usah bicara rasa dulu deh, dimana-mana ayam tetap ayam, tepung tetap tepung. Mari kita tinjau dari tek-nik pengkomunikasiannya kepada masyarakat. Ayam Ny. Suganti secara copywriting sudah menang jauh diban-ding Bebek yang masih menggunakan "Mbok" sebagai sa-paan. Jelas "Nyonya" di sini adalah sapaan yang lebih modern, mewah dan kebarat-baratan karena hanya bisa di-sandingkan dengan "Tuan". Sementara "Mbok" selalu ber-ada paling tidak selevel dibawah si "Nyonya". Ketika teman-teman socialite "Nyonya" memutuskan untuk sese-kali turun gunung dan makan ayam tradisional, mana kira-kira yang lebih menjanjikan? Nyonya atau siMbok? Itu baru dari segi copywriting. Dari segi visual...apakah perbandingan foto diri sang Nyonya lengkap dengan sang-gul vespa dan make-up lengkap serta kebaya ketatnya bisa dikategorikan 'apple to apple' dengan 'sketsa' ayam goreng yang kurang representatif dari si Mbok? Jamu Ny. Belanda vs Jamu berlogo air muncrat Yang ini mah sutrafah...sete\ah membaca penjelasan panjang lebar mengenai ayamayaman di atas, nampaknya menampilkan gambar air muncrat memang kurang efektif untuk melawan seseorang yang menampilkan FOTO beserta titel dobel NYONYA dan TUAN dalam bahasa Be-landa. Teori saya...mungkin si Nyonya ini menikah dengan seorang "Meneer" Belanda yang enggan disebut nama-nya. Tapi, beliau berhasil merebut perhatian masyarakat dengan cara memasang foto. Sungguh hebat karena hingga kini, beberapa orang yang masuk kategori 'aneh' seperti saya, masih penasaran siapa sebenarnya nama nyonya yang ada di logo jamu tersebut. Dan sudah berapa dekade ia berdiri? Sampai jadi tebakan garing klasik! Itu baru namanya legendary branding*. Ayam si Kolonel, Burger si Ronal dan Restoran mbak Wendy Kalo yang tiga ini saya nggak mau saling membanding-kan...karena ketiganya sukses. Yang satu tampil dengan aki-aki tua berpangkat kolonel untuk kegiatan PRnya, sementara walau menurut saya agak pengecut karena selalu tampil berombongan, si badut berambut merah berkos-tum kuning juga tampil mempromosikan burger dan seba-gainya. Mbak Wendy walau kedainya di PS sudah jadi res-to Jepang dan di PIM makin mengecil, tetap tidak kalah pamor mengingat dialah yang pertama kali memperkenal-kan waffle potato di Indonesia sebelum restoran lainnya latah. Terimakasih mbak Wendy yang mirip Pippi Long-stocking itu. Mari kita bandingkan tiga resto fast food ternama ini dengan resto sejenis yang tidak menggunakan image dalam logonya. Sebut saja Fried Chicken lokal bernamakan sebuah negara bagian di Amrik sana. Dulu sempat berjaya di tahun SO'an karena masih ada gambar koboi menunggang kuda dengan tali lasonya. Setelah mengganti logo dengan tulisan saja seperti sekarang? Hm...Walau sempat menge-luarkan paket murah yang dibintangi seorang bintang Sri-mulat, tetap kurang "menampar" aja rasanya... Ada lagi sebuah resto fast food yang juga pake nama negara bagian di Amrik sana, yang dewasa ini hanya bisa di-temui di "mall anjing" mall yang bila kamu ketemu orang yang kamu kenal pasti disapa dengan "a****g! ngapain lo bo di sini?" di pinggiran kota metropolitan ini. Dulu banget waktu pertama kali ada di Jakarta, sempat NGETOP surotop sampai ada kuis gila di radio SK bernama KUK KUK CFC. Ingat logonya dulu? Kereta carriage koboi DENGAN kusirnya. Setelah logo ini di simplify untuk mendapat ke-san modern...hampir tidak kedengaran lagi pamornya. Sekarang kita beralih ke SOTO AYAM AMBENGAN milik Pak S Asli. (emang banyak yang palsu ya?) Saya selalu tergoda berkomentar kalau melewati cabang-nya yang ada di jalan Santa. Karena, alih-alih foto studio seperti yang dilakukan nyonya pemilik resto ayam, si ba-pak pemilik resto soto nan sedap ini memilih untuk men-cantumkan foto KTP untuk logo usahanya. Mungkin karena lelaki adalah mahluk yang lebih praktis daripada perem-puan. Dan walau secara estetika ini agak 'salah1, ternyata langkah yang dipilihnya terbukti BENAR untuk bisnis! He-baaaaattt laaahhh!! Mana ada juragan soto lain yang bisa punya cabang sampe puluhan seperti ini? Bahkan Bang Madun, juragan soto Betawi, sampai kini hanya punya satu tempat jualan walau omzetnya mungkin mirip dengan si soto Ambengan. Makenye bang...cobain dah pake poto... Usaha berpromosi dengan menggunakan foto diri ini ter-nyata tidak hanya dipakai oleh para entrepreneur tra-disional. Banyak pengusaha muda juga yang memakai jurus ini. Lihat saja teman kita, artis ngetop berinisial UK. Dagangan pisang gorengnya laris manis semanis yang beli. Kenapa? Karena photo branding tersebut! Nah. Udah jelas ya gambarannya. Photo branding ini setelah puas merajalela (dan sukses) di consumer goods dan f&b business juga mulai masuk ke kawasan politik. Pak Gu-bernur kita dengan (ehem) kecenya berpose dengan flute di tangan menyambut JakJazz 2006 lalu membuat efek mabuk udara terasa sensasinya di darat setelah mendarat di Cengkareng dan melewati tol sialan yang dipinggirnya ada billboard segede dosa itu. Seolah tak kapok, beliau berpose lagi kali ini ditemani Om Ireng Maulana dengan ketipung di event JakJazz kemarin. Harapannya mungkin dengan melihat foto si Gubernur maka masyarakat akan lebih Enjoy di Jakarta. Berhasilkah? Mungkin saja ;) Yang lain pun ikut-ikutan: para cagub mendadak promo diri pake foto. Gak tau deh ya sukses apa enggak, tapi yang jelas...se geuleuh-geuleuh nya, masyarakat jadi ingat pada mereka-mereka yang fotonya nampang di pinggir jalan dengan penataan grafts yang nggak banget itu. Bukti lain dari efektivitas photo branding. Naahh...seperti sudah disinggung sebelumnya, beberapa minggu lalu saya mengajukan ide ini pada bos saya si Om. Tapi tanggapannya gak sesuai yang diharapkan :( + "Om, pake dong foto kamu biar company kita ini tambah sukses!" - "Alan apa sih lo" + "Beneran deh. Masa kalah sama Jamu Nyonya Be-landa?" - "Laki-laki itu harus ngalah sama perempuan" + "Ya udah. Masa kalah sama pisang gorengnya UK?" - "Haduh...yang tua mesti ngalah sama yang muda" + "Tapi Om...oke deh...ayam Kolonel cuek tuh Om. Masa kalah sama kartun?" - "Miund, ide lo tentang acara infotainment yang me-liput skandal para selebriti kurang terkenal pertama kali lo ajuin ke gue taun berapa inget gak?" + "2002 Om." - "Sampe sekarang gue oke-in gak?" + "Belom Om" - "Bukan BELOM, tapi GAK AKAN! Yang ini juga sama-33333!!! UDAH SANA PULANG!" Huh. Susshnys jadi orang krestif... KEHIDUPAN M ENURUT SAYA Saya nggak pernah bisa ngerti kah ada orang-orang yang biiang hidup itu membosankan. Banyak hai menarik yang keiihatan di sekitar kehidupan sehari-hari. Masalah-nya sekarang adaiah: apakah kita cukup peduli untuk me-nuliskannya dan menggunakan berbagai hal tersebut untuk menertawai diri kita sendiri? mengenai fenomena cewek PS dan cewek CiTo ulisan ini ditulis tahun 2004. Maap-maap hore kalo banyak yang udah nggak up to date neh. Wah rencana mau tidur gagal gara-gara tergelitik edan-edanan ingin MENANGGAPI tulisan teman saya, Wenni, tentang cewek-cewek generasi muda (baca: generasi Ci- Tos) yang makin lama makin 'mengancam' perempuan-pe-rempuan generasi kita (baca: generasi PS) dalam berbagai hal. Begini Wen, mari kita simak bersama perbedaan kita dengan cewek-cewek PS dan CiTos yang baik dari segi wa-jah, rambut maupun kepribadian itu tampak SAMA karena "tidak berkarakter". MEREKA: Usia: belasan tahun, paling tua 22-an deh. Interest: Aston Kutcher, Hoobastank, MTV, distro, butik, cowok, cinta Pekerjaan: Pelajar, Mahasiswa, SPG, Credit Card Sales Level Pergaulan: A - B Bacaan: Nah yang ini rada bias, karena sekarang pun banyak yang ngaku-ngaku udah baca "The Alchemist" nya Paulo Coelho bahkan "Sophie's Choice" yang berat baik dalam arti filosofis maupun sesungguhnya. Tapi saya pikir mereka tidak terlalu jauh dari Seventeen, CosmoGirl, goddamn chick-lit yang SUDAH DITEPJEMAHKAN ke bahasa kita (which is nota bene sudah kehilangan kadar kelu-cuan kurang lebih 45% secara bahasa), dan yang sok da-lem pasti ngaku-ngaku ngerti isi "Supernova" nya kawan kita, Dee, padahal mah lalieur. Musik: Apa saja yang diputar di Prambors, dan apa saja yang dijual secara kurang ajar di Parkir Timur. Makanan: Apa saja yang tidak akan menambah lemak di pinggul dan pinggang, dan apa saja yang upscale tapi gratis atau dibayarin ortu. Minuman: Belum legal minum alkohol, tapi sudah tau rasanya Tequila dan Grasshopper. Tapi ini tidak jadi ma-salah, karena kini Bir Bintang sudah mengeluarkan Bintang Zero, minuman dengan konsep Green Sands, hanya dengan kemasan yang lebih gaya dan mirip dengan jus gan-dum yang sebenarnya. Bahasa: Yah bahasanya seh yang gaol getoh...Geddit gak loh? O em 3iii...sumpah lo gak geddit getoh? diucap-kan dengan gaya anval stroke ketiga selama enam bulan. Isi dompet: Kartu kredit (dibayarin bokap), cash minimal 100 ribu tiap "jalan" Dandanan: Sendal teplek, rok lebar melambai, baby tee dari distro terdekat, gelang lucu-lucu, cincin modis, choker keren, jepitan imut, temporary tattoo kalau ada dan rambut LURUS PANJANG (^-highlight dengan semburat tembaga atau marun. MARI BANDINGKAN DENGAN KITA: Usia: Sedikit di BAWAH 25 tahun, dan sedikit di ATAS 25 tahun Interest: Lagu-lagu 80'an, distro, butik, cowok, cinta (gak berkembang banyak disini...) Pekerjaan: Tenaga kreatif di sebuah rumah produksi internasional, Advertising Specialist di sebuah perusahaan telekomunikasi nasional dan gong-nya adalah seorang PE-NYANYI dan SELEBRITI muda yang sedang naik daun walau telah terpisah dari trio terkenal. Hebat tokh? Level Pergaulan: A+, A, kadang kalo lagi pengen ke B ya hayu oge. Bacaan: The DaVinci Code (cukup mendalam walau me-nurut Wenni buku ini memusingkan), goddamn chick/its (yang membuat kita menang dari mereka adalah kita membaca VERSI A5LI dan beli SENDIRI dengan UANG hasil KERJA), majalah TEMPO (secara banyak teman yang bekerja di sana sebagai kuli grafis), Cosmopolitan (untuk di-ketawain), Indonesian Tattler (juga untuk DIKETAWAIN) dan Wine and Dine (untuk bahan bacaan kalau nungguin orang di Bistro atau W's) Musik: rekaman suara sendiri dari WannaBe Studio (ah sungguh narsis), lagu-lagu TOP 40 yang beken (PADA JA-MANNYA), Nat King Cole, Sinatra, Tom Jones, Grace Jones, John Travolta, Genesis, Rolling Stones (Setun A!), Beatles dan grup-grup legendaris lainnya. Makanan: Apa saja yang upscale, bisa dicicil dengan credit card yang BAYAR SENDIRI, cocok dipadukan dengan obrolan ringan tapi isi, dan yang jelas harus nikmat walau nantinya kudu kerja keras MEMBAKAR lemak yang mungkin bergelantungan di pinggang, pinggul, pipi, paha dan lengan Minuman: Air putih, teh botol dan es teh manis karena selain sudah sadar akan pentingnya hidup sehat, tentunya lebih sadar bahwa daripada menghamburkan uang untuk mengkonsumsi alkohol, lebih baik untuk ditabung buat liburan. Dan di liburan nanti itulah baru akan berpesta alkohol sepuas hati... Bahasa: Mostly (excellent) English, but we'll spare some time to speak gaol getoh...biar gak ketinggalan trend. Naik pesawat ke Gorontalo...SO WHAT GITU LOOOHHH??? Isi dompet: Kartu kredit (bayar sendiri), kartu debit (re-kening sendiri), kartu member di salah satu dept. store ternama demi mendapatkan diskon dan keuntungan lain saat berbelanja. Uang cash 50.000 cukup buat ongkos dan beli bensin kalau kepepet. Tidak menutup kemung-kinan menerima kebaikan hati orang tua bila mereka sedang mood (which happens only ONCE in a blue moon) Dandanan: Kemeja trendy, baby tee dari distro terdekat, sepatu kets gaul, jins keren, gelang lucu, cincin perak aduhai, jam tangan funky, tas ber merk, pin heboh, pencil skirts, knee high socks, maryjanes...diar\ yang TERPENTINE Semua BELI SENDIRI. Jelas kan dimana perbedaan kita dengan mereka? Sok atuh sekarang mana yang lebih promising: gold diggers atau gold mines? Biarkan saja orang menilai mereka dari penampilan. Tetap untuk kita, KEPRIBADIAN (mobil pribadi dan lain sebagainya) adalah yang utama. Itulah karakter kita: mandiri, narsis, gengsi tinggi, ego gede, sombong, sok tau, tapi menjanjikan. Jadi point nya cukup clear ya untuk sekarang. Dan jangan pernah merasa minder. Satu perbedaan paling mendasar antara kita dengan mereka: Kita lahir duluan cong...k\ta Sarjana Kehidupan (S.Kh) kadang sedih, kadang menyenangkan bukan? Semoga menjawab pertanyaanmu, nak Wenni... PUASS-SS????? HUAKAKAKAKKAKKKM! gara-gara bramdun Saya pikir, gara-gara kemarin syuting seharian, otak saya jadi ekstra sensitif mendengar katakata puitis sampai segitu tersentuhnya. Ternyata saya bangun pagi ini dan membaca kata-kata yang sama yang saya tulis dengan cakar ayam di buku kerja...dan merasa LEBIH ter-sentuh lagi. Hm. Tidak dinyana, ternyata selama ini saya bekerja dengan salah satu pujangga yang begitu he-batnya. ... nurani sudah mati tadi pagi dia hiiang ketika muncui matahari... Edan. Nggak nyangka kalo rekan sekerja saya yang bernama Hil-bram Dunar, seorang presenter, penyiar radio dan salah satu konseptor taikshow brilian yang tampak sangat metropolis itu bisa melahirkan kata-kata seindah ini... EDA-AANNNM! Salut lah Bram, buat kepuitisanmu itu. Selaku sastrawan-sastrawan muda, mari kita bangkitkan kembali generasi puitis bangsa! Hm. Untuk itu, demi membakar semangat, walau dengan sedikit malu-malu, berikut ini silakan dinik-mati sajak yang pernah saya tulis beberapa tahun lalu. Sukses masuk koran Republika (dibahas pula), tapi ga ada kelanjutannya secara penulisnya keburu silau dunia entertainment dan males nerusin karir di bidang sastra... hak-hakahkahkahkahka.... Suatu sore, air dan api duduk di sebuah kafe Seperti biasa mereka minum espresso, asbak di hadapan mereka penuh puntung Marlboro putih + "Kudengar kemarin kamu melalap pasar," ujar air api hanya tersenyum kecil - "Yah, seperti kamu baca di koran-koran" + "Enakkah?" tanya air lagi api menghisap rokoknya - "Sama seperti waktu kamu membanjiri kota minggu lalu" air menjadi bosan, + "Ah kupikir lebih enak," lalu diteguknya espresso Api tiba-tiba mencolek air kobarannya padam sedikit - "Kamu pernah terpikir nggak, kenapa diantara kita berdua kamu selalu dianggap jagoannya?" Air menatap api, bingung + "Maksudnya?" - "Ya, kalau aku sedang melalap pasar, kamu da tang dan aku padam. Sementara kalau kamu sedang membanjiri kota, a ku da tang tapi kamu terus beraksi. Apa-apaan itu?" Api menyulut lagi rokoknya, mukanya agak mas am. Air mendesah. Gundah, dia. + "Aku rasa semuanya terjadi karena manusia ter-lalu membesar-besarkan perbedaan kita" Api tersenyum setuju. Mereka nongkrong disitu dua jam lamanya Bicara tentang berbagai hal Setelah membayar, keduanya meninggalkan kafe Asmara Letizia April 2000 Review dari Republika, ditulis oleh Bapak Ahmadun: Asmara Letizia adalah alumnus Institut Teknologi Bandung, dan kini tinggal di Jakarta. Sajak-sajaknya banyak ditemukan di mailing list penyair dan cybersastra. net. Ia termasuk salah seorang 'penyair saiber1 (dalam tanda petik) yang sajak-sajaknya terangkum dalam buku antologi puisi saiber Graffiti Gratitude. Di antara ribuan karya 'pe-nyair-penyair saiber1 (penulis puisi yang karyanya berte-bar di media saiber dan namanya mulai dikenal melalui media digital ini), karya-karya Asmara termasuk yang kuat dan segar. Barangkali, beberapa sajaknya dapat dianggap sebagai 'mutiara' di tengah tumpukan 'sampah saiber1. Seisin Asmara, tentu masih banyak nama lain yang juga me-miliki sajaksajak yang cukup kuat dan segar, seperti Ruk-mi Wisnu Wardani, Anna Siti Herdiyanti, dan Indah Iriani Putri selengkapnya simak situs tersebut. Sayangnya, mereka cenderung tidak selektif dalam mempublikasikan karya melaui media saiber. Karya-karya Asmara dan Rukmi yang lemah, misalnya, juga ikut terpublikasi di media digital itu. Media sastra saiber yang nyaris 'tanpa seleksi ku-alitatif agaknya mendorong mereka untuk menayangkan karya 'suka-suka gue1 (apa saja). Lebih-lebih di mailing list-nya. Tapi, itulah realitas sastra saiber, yang untuk saat ini agaknya memang harus diterima apa adanya. Mbwahahakahkahkahkahkahkahkahkahkahka....mari marii.. mari jadi sastrawan kembali... masa sma masa paling indah... masa sih? Selamat pagi... selamat pagi... Barusan saya terbangun dengan pertanyaan di kepala saya: "Kenapa ya masa-masa SMA itu dibilang masa paling indah?" Gara-garanya, kemaren saya dapet info bahwa almamater saya bikin reuni akbar gitu. Waktu ditanya bakal dateng apa enggak, tanpa pikir panjang saya langsung mengge-lengkan kepala dan bilang gini: "Enggak ah. Satu: saya belom sukses, dua: saya males ada di keramaian, tiga: saya suka lupa nama orang-orang, empat: masa SMA buat saya nggak seru-seru amat. Seruan kuliah!" Selesai ngomong gitu, saya baru sadar... ternyata emang SMA itu nggak terlalu berkesan-kesan amat buat saya. Isinya adalah bandel, ngebangkang, nyontek, ngeceng tanpa hasil, nge-geng dan akhirnya bisa lulus dengan selamat. Waktu lulus juga rasanya biasa aja... karena ma-nusia memang harus LULUS pada akhirnya. Coret-coret di baju juga cuma ngikutin temen-temen aja. Prom night, berhubung panitia ya harus dateng dan dandan kece... itu juga standar lah kalo dipikirpikir. Ngecengin cowok... sampe cinta mati sih, tapi ya sutralah secara gak jadi milik juga pada akhirnya. Dimana indahnya ya? Ini tipikal hari-hari saya waktu SMA...tolong jelaskan dimana indahnya. -06.45- Bangun tidur...PANIK karena IS menit lagi harus masuk kelas -07.00- Baru ngeluarin mobil dari garasi dan belom bisa nge-but secara mesin belom panas udah digeber -07.20- Sampe di tempat parkir sekolah...lari ke pagar -07.30- Masih memohon-mohon sama guru piket dan ter-paksa kreatif bikin alasan lain selain "macet" -07.45- Akhirnya boleh masuk, tapi gak ikutan jam pertama karena mesti dihukum di perpustakaan -08.15- Masuk kelas. Gurunya boring abis...pelajarannya apa-lagi. Akhirnya suratsuratan. -08.40- Surat kegap sama guru, disuruh berdiri di depan kelas... -09.15- Disetrap bukan berarti jadi tau malu. Begitu bel is-tirahat langsung cabut ke kantin trus makan baso Pak Item... -09.30- Masuk kelas lagi... anjrit ngantuk banget...akhirnya sepanjang pelajaran berusaha mempraktekkan ilmu 'tidur dengan mata terbuka1 -10.20- Udah ilang ngantuknya...ngerumpi selamajam kosong! Wuhuuuuuuu!!! -11.00- Istirahat lagi! Kali ini nangkring di pinggir lapangan basket, pasang muka imut, pose kece karena dibutuhkan untuk ngeceng tentunya... -11.15- Masuk kelas dengan perasaan segar, pelajaran lebih cepat terserap secara abis ketemu kecengan yang me-nunjukkan sinyal-sinyal cinta! -12.30- Udah dalam perjalanan menuju McDonalds Blok M Plaza untuk nongkrong bersama teman-teman...ceritanya sih belajar kelompok padahal isinya gosip mulu...akhakhakah-kahk... -14.00- Harusnya ikutan SSC secara mau ebtanas...tapi Aquarius lebih menggoda...akhirnya duit buat bayar les, dituker sama CD dan kaset.. -16.30- Sampe rumah kecapean... mandi, terus bobo sampe mahgrib -19.00- Bikin pe-er sebisanya karena kalo gak bisa pun be-sok kan bisa nyontek di kelas... -20.00- Makan malem, bete sama mamah dan papah karena mereka sibuk sendiri ngomongin kerjaan dan saya dicuekin -21.00- Masuk kamar, alasannya mau bobo...padahal tele-ponan sama teman-teman...lagilagi rumpi dan curhat... -22.00- Nonton TV dengan suara dikecilin abis-abisan secara kalo ketauan masih bangun pasti diomelin -23.00- Masih nonton TV tentunya...mengagumi ketampan-an George Clooney di serial E.R - 24.15- Mulai ngantuk, berdoa semoga besok gak kesiangan karena PR baru dikerjain setengah dan masih harus nyon-tek sebelum bel masuk -24.30- Tiba-tiba inget kalo besok ada ulangan...berusaha ngambil buku buat belajar - 24.35- Ketiduran Jadi dari satu hah penuh, belajar maksimal itu cuma seki-tar satu jam lebih dikit. Sisanya maen, gosip, nongkrong.. ya gimana juga mau sukses...hakhaakahkk... Hm...saya heran juga kenapa dengan kelakuan seperti tertera diatas itu saya bisa lulus dan gak pernah gak naik kelas.. .hahahahahah.. Eniwei, Pikir-pikir saya ngeri juga sih melihat keseharian saya waktu SMA dulu. Ngerinya kalo besok-besok saya punya anak terus kelakuan dia gak beda sama ibunya. Saya mungkin beruntung ya... bisa masuk sebuah institusi ternama dan lulus tepat waktu (well, again I think this is pure LUCK), terus kerja di tempat-tempat yang bener. Tapi kan gak semua orang bisa seberuntung saya. Dan rasanya ngeri sekali kalau diantara orangorang kurang beruntung itu terdapat nama anak saya sendiri. Ih. Belum lagi bahaya-bahaya lain seperti narkoba...Oh NO! Keputusan akhir: saya tetep gak dateng aja deh ke reuni itu. Entar mungkin kalo udah lebih sukses dan bisa bilang begini: "Aduh bo...sekolah? Hah gini masih musim? Plis deeehhh... Gue aja bisa jadi milyuner...Gue gitu looooohhhh!!!11 Hakhakhakhakhakhakhakkk... pertanyaan mematikan Sesi gosip antara dua perempuan di pertengahan (cen derung menuju ke penghujung) usia 20-an tahun memang seringnya nggak penting dan penuh dengan kece-masan. Walau kemudian kecemasan-kecemasan ini ditu-tupi dengan tawa getir yang ditujukan pada diri sendiri... pembicaraan seperti ini sering jadi pemikiran gokil. Seperti sesi malam tadi dengan sahabat saya si Wenni dimana kami membahas tentang berbagai pertanyaan mematikan yang sering dihadapi perempuan single. Saya: "Jadi gitu bo ceritanya...mati gaya abis deh gue kalo ditanya 'dalam karir, apa yang lu cari di masa de-pan?' karena jujur aja gue gak tau. All I know is to make as much money as possible, and that's it!" Wenni: "Anjrot. Bener banget lu. Tapi kalo gue sih ada satu pertanyaan lagi yang selalu bikin gue mati gaya: 'Wen, lagi deket ama sapa lu sekarang? Kok ga jadian?' Males gak sih?" Saya: "Wakahkahkahkahkahakhkahak!!! Sama bangeeett!! Tapi gue tetep lebih mati gaya yang karireuy... Lebih menyakitkan" Wenni: "Eh, tapi tandanya setiap orang pasti punya satu pertanyaan mematikan. Lethal question, yang kalo ditanyakan ke subjek, rasanya kaya digampar" Saya: "Mber! Pinjem bahasanya oknum A.E yang pe-nulis kondang itu, bagai disayat sembilu gitu loon" Wenni: "Anjrot ya lo, bahasa lo subuh-subuh begini" Saya: "Lan kan gue bilang pinjem bahasanya oknum A.E" Wenni: "Kira-kira apa ya pertanyaan mematikan tapi yang basi..." Saya: "OH GUE TAU! Kalo buat gue... 'Und, kenapa sih sebenernya lu putus sama si *****?' Wakakakakakak-akakak!!!! BASI GA SEEEHHH" Wenni: "HUAUHAUHAUAUHUAHUAHUAUHUAHUA!!! Bener juga lo! Kalo gue: 'Wen, sebenernya lu sama si ***** itu pacaran gak sih???' HAKHKAHKAHAKAA" Saya: "Anjrot ya... ANJROT!" Wenni: "Abis-abisan..." Kesimpulannya adalah: semua orang pasti punya anti pertanyaan. You know, pertanyaan yang sebisa mungkin di-hindari. Gak penting, tapi ganggu. Besoknya saya lang-sung melancarkan survei kecil-kecilan di kantor ke bebe-rapa orang rekan kerja...dan jawaban-jawabannya rata-rata adalah: - "Kapan nikah" - "Nunggu apa lagi sih?" - "Kapan punya anak?" - "Kapan lulus?" Hm. Klise, kecil tapi ganggu. Ada satu lagi sebenernya. Untuk yang udah punya anak rada gede, pertanyaan mematikannya adalah yang beri-kut: "Kapan mantu?" Waduh. Mungkin ini yang sedang dihadapi orangtua kita hah ini. Kasian juga ya. Tapi kan kalo dipikirpikir, dari 'Kapan nikah' sampe 'Kapan mantu' itu kan lama span waktu-nya. Jadi gak masalah-masalah amatlah kalau sekarang ditanya-tanyain lagi. Mereka sudah break sekian lama dari pertanyaan-pertanyaan mematikan tersebut, nah sekarang mari kembali bergoyang... hakhakhakhakhahakk... Pertanyaan hah ini untuk teman-teman bloggers... "Apa pertanyaan mematikan buat Anda?" Ditunggu jawabannya ;) change status, stat! emarin saya bertelepon dengan seorang teman. Here's how it went: - "Und, lu inget si ****?" + "Inget lah. Emang kenapa?" - "Kayaknya dia mau cerai deh..." + "Serius lo? Kenapa?" - "Nggak tau, katanya sih udah lama ada problem..." + "Ah no wonder, statusnya di friendster juga udah ganti." - "Oya? Ganti 'single'?" + "Nggak. Open Marriage. Awalnya gue juga rada curiga, tapi ga tau deh..." Pada saat mengucapkan kalimat itu, saya tersadar beta-pa teknologi sudah memasuki kehidupan kita, bahkan yang paling pribadi sekalipun. Betapa friendster dan ajang serupanya sudah seolah mendikte kita tentang keadaan hidup yang sesungguhnya. Kalau kita ingat-ingat masa mewabahnya internet bebe-rapa tahun lalu, pertanyaan paling pribadi yang tampil dalam bentuk kolom-kolom di layar monitor hanya berkisar sekitar jenis kelamin, tanggal lahir dan kode pertanyaan kalau-kalau kita lupa password. Sekarang, pertanyaan yang tampil lebih pribadi lagi: interests, schools, affiliations bahkan status. Dan yang paling ngeri, yang terakhir ini tampil untuk dilihat semua orang di dunia. Oke memang tidak SEMUA, hanya teman-teman dari derajat kedua atau ketiga yang nota bene sudah masuk desimal tiga alias ribuan. Jadi dengan kemampuan matematika yang sangat mediocre, orang-orang seperti saya pun dapat dengan mudah mengkalkulasikan berapa ribu orang yang mendadak tahu tentang kehidupan pribadi kita, simply by peeking at our current status. Hell. Lalu saya berpikir kembali tentang berapa banyak situs yang memfasilitasi halhal seperti ini. Friendster, Hi5, bfogdrive, blogspot... semua seolah disediakan untuk orang-orang sibuk seperti saya, yang kadang sudah tak punya waktu untuk confide pada teman-teman terdekat. Kalimat "Hey, gue mau curhat nih", sekarang sudah ter-gantikan dengan, "Liat d\ biog gue deh..." atau "Gue baru nulis di biog, tell me what you think..." Lagi-lagi dunia maya. Seorang teman bahkan posting di bulletin board friendster dan isinya sungguh irritating menurut saya. Dia bilang begini: "Teman-teman, masih ada sisa sekitar ID space di friendster saya. Sungguh berat rasanya mengatakan ini, tapi saya tidak berencana untuk membuat cabang kedua atau ketiga karena tak mungkin saya me maintain semua teman saya dengan cara seperti itu. Jadi, segera kirim pesan ke saya supaya saya tahu mana friends yang harus saya delete dan mana yang tetap ingin ada di friendlist saya." Who does he think he is? Situ oke? Begitu sebalnya, saya langsung mengirim pesan kepada si penulis. Isinya begini: "Mas, delete saya aja deh. Toh tanpa friendster, kita masih bisa temenan kalau memang niat..." Begitu kuatnya-kah dan begitu pentingnyakah sebuah friendster bagi dia? Who cares if we don't meet online? Mendadak kertas surat, amplop dan perangko bahkan te-lepon jadi usang dan seolah tak bisa berfungsi lagi di era friendster tolol ini. And I hate that. Fakta memang menyakitkan ketika kita mengakui bahwa kita sudah terlalu dimanja dengan kemudahan maya. Kita lupa bahwa diluar kubikel kantor yang sempit masih banyak individu, event bahkan tempattempat menarik yang harus ditemui, dikunjungi dan dirasakan. Saya pecandu friendster, dan rasanya tak dapat hidup bila tidak memandangi fay out abu-abu putih berisi ber-bagai foto yang memuat tampang teman-teman saya barang sehari saja. Tetapi, come on, apakah tak ada lagi yang lebih menarik daripada menongkrongi bahkan sampai memikirkan gila-gilaan apa perasaan teman yang hendak d\-delete namanya sampai harus mem-post pesan ultimatum tak penting seperti di atas? Man, we're living in the age of technology, but we have to remind ourselves everyday that we were NOT created through technology. Biasa-biasa aja deh, nggak perlu berlebihan. Kita dilahirkan karena dua orang saling men-cintai, bukan karena ayah meng add ibu ke dalam friend list nya. Kita dilahirkan karena sperma bertemu ovum, bukan pesona biog menembus membran otak. Menjadi naturalistic bukanlah solusi menghadapi fenomena ini. Tetapi masih banyak cara lain di luar sana untuk me-nambah teman sebanyak-banyaknya. Mari berjalan bersi-sian dengan teknologi. Kenalan, ngopi-ngopi sambil ngo-brol, lalu add partner ngopi kita di friend list supaya kita tidak melupakan mereka the next time we bump into each other. Itulah yang seharusnya kita lakukan. Bukan kenalan online, add sana sini, baru ajak mereka ketemuan di sebuah offline gathering yang sarat dentuman ritmis dari meja DJ. Talking about impersonal shit/ Kembali ke teman saya, the future divorcee, I feel so sorry for her. Mungkin kini dampak friendster akan berubah baginya. Bukan ajang ketemu teman lama lagi, dan bukan sarana komunikasi antar relasi, tetapi jadi biro jodoh mendadak. / don't blame her for that. Sepertinya that's all for now, karena bila saya mengha-biskan 5 menit lagi di sini, / won't be true to my words. I'd just be the internet geek who's having a major PMS. And I don't want to be that person. HA! ketika mengidam... Judul, kekenyangan abis-abisan gara-gara mengamuk di Sushi Tei... Hwaaaahh.. Malam ini genap dua hah berturut-turut saya makan sushi dengan ganasnya. Tapi ya itulaahh kalo perempuan udah pengen, mau ujan badai banjir dan macet tetep harus dapat. Bahkan kadar ngi-damnya pun dapat tercermin dari isi bulettin board friendster kemaren malem... 1. Apa yang paling kamu inginin? makan sushi... salmon skin roll., mmm... 2. Saat ini kamu lagi mau apa? mau nyari temen buat makan sushi... 3. Apa yang kamu harapkan dari diri kamu? menemukan teman makan sushiiiii!!!! hihihii... 4. Apa kamu seorang pemaaf? tentunya...apalagi buat orang-orang yang mau menemani aku makan sushi jugaaa... hakhakhak.. 5. Apa yang kamu lakukan kalau kamu menyukai seseorang? aku tes dulu dia suka sushi apa enggak! -WANT- 1. Saat-saat ini kamu lagi ingin miliki apa? Dan kenapa? sushi bar pribadi karena bisa bikin sushi kapan aja gue mawu... 2. Kamu ingin milikin pacar seperti apa sih? yang doyan sushi juga! 3. Seperti apa cara pacaran kamu? a sushi date! sushi sushi sushiii!!! 4. Ingin tidak kamu milikin pacar yang baik dan pengertian? ingin bener... apalagi yang doyan sushi jugaaa!!! 5. Kamu suka tidak dimanja sama seseorang? pengen dibeliin sushiii... WHO- 1. Siapa yang kamu ingin temui? sesama penggemar sushi! 2. Kamu lagi kangen sama siapa? gale harold maap kalo yang ini emang kangen beneran... hihihihi 3. Kamu ingin siapa yang telp kamu saat ini? *ehek* tentunya yang doyan sushi lah yaaaa!!! 4. Siapa yang bisa buat kamu bahagia? pembuat sushi sejati. ehem. 5. Who's the next your boyfriend or your girlfriend u expect? the sushi iovin' guy! WHY- 1. 2. 3. Kenapa kamu bisa menjadi diri kamu yang sekarang? karena banyak makan sushi, makanya sehat. Kenapa kamu bisa suka sama seseorang? karena ikan yang ada didalam sushi itu mengandung banyak protein baik untuk otak dan hati... *ehek* Kenapa kamu merasa sakit hati jika kamu merasa 4. dikhianati? ah gak sakit-sakit amat kalo ada sushi sih... 5. Kenapa kamu begitu mencintai seseorang? Dan siapa dia? gale harold. alias brian kinney. ehehekhek... 6. Kenapa kamu ingin memiliki seseorang di sisi kam u? biar selalu ada temen makan sushi.. -YANG- 1. yang lo lakukan pas balik ke rumah ? menghayalkan sushi... 2. yang buat hidup lo menyenangkan hari ini? keinginan tiba-tiba untuk makan sushi sekampung... 3. yang buat lo susah tidur? kalo gak kesampean makan sushi malem ini... 4. yang udah lo buat untuk nyenengin orang? mengajak mereka semua makan sushi! 5. yang bikin lo bt hari ini? macet... diduga lama nyampe ke tempat makan sushi! 6. orang yang pengen lo telpon ? *ehek* ini mah ga ada hubungannya ama sushi... *senyum-senyum simpui* 7. yang lo butuhin sekarang? SUSHI 8. duit yang lo keluarin hari ini? yang jelas untuk sushi. 9. yang terakhir kali add lo? sapa ya? mungkin dia ga doyan sushi makanya gue ga inget. 10. yang paling sering lo doain pas mau tidur? ya Tuhan, karuniakanlah kebersihan laut di dunia ini sehingga ikan-ikan dapat lebih sehat dan lebih nikmat dimakan sebagai pelengkap sushi... amin. Believe me, after tonight... it's gonna be hard for me to face a plate of sushi. But if there's more than one plate... I won't mind... mbwahahakhaahkakkk!!! tentang lelaki Indonesia Hm Saya kasihan sama laki-laki Indonesia belakangan ini. Cu-ma gara-gara segelintir orang yang berbuat 'salah1, se-muanya jadi di-generalisasi. Gara-gara kasus YZ dan ME, cewek-cewek pada komentar: - "Kasian ya istrinya YZ. Udah diselingkuhin, dijelek-jelekin pula" + "Iya, booo plis deh, jangan sampe kita punya suami politikus! Tukang bohong semua" Analisa saya dalam kasus YZ dan ME cukup simpel dan mungkin bodoh seperti biasanya 1. Kalau bicara kasihan istrinya YZ, sebenarnya dari se-belum kasus ini merebak juga orang harusnya sudah kasihan. Secara "ukuran" saja, YZ itu nggak meme-nuhi syarat untuk dipuja-puja istri juga kok... 2. Saya nggak masalah sama lelaki dengan profesi politikus. Mereka tukang bohong, itu jelas. Kalo nggak pinter bohong mah nggak bakal jadi politikus. Yang saya masalahkan adalah... lelaki yang berprofesi sebagai politikus di partai yang orang-orangnya masih mikir kalau kuning itu adalah 'the winning color'. Booo... coba buka Vogue Desember. Yellow is soooo last decade! 3. Makanya nggak heran kalau cewek-cewek partai tersebut rada 'kacau' kelakuannya dan berhasil bikin om om partai tergoda. Sayang mereka juga nggak sadar fashion. Liat deh rekaman YZ dan ME... kenapa atuh mesti ditutupin handuk kalau emang pake lingerie yang bagus? Heran. Pake apa kek Victoria Secret kek apa kek... Itu baru lelaki suka selingkuh. Yang masih aja hot diomo-ngin orang-orang sekitar saya selain kasus Alda adalah mengapa A'a Jimi menikah lagi. Ini nggak cuma di antara teman-teman semata. Ibu saya pun patah hati melihat fi-gur idolanya menyandang gelar pelaku poligami di penghu-jung tahun ini. Timbul pula berbagai komentar dan reaksi dari berbagai pihak. - "Sayang ya, padahal Teh Neneh itu tampak baik sekali... Kok A'a tega nian" + "Ah itu mah bisa-bisanya aja si A'a ngegombal dengan dasar agama..." - "Tapi mungkin emang selama ini kita salah idola euy...barangkali harusnya sama Ustad Jerry bo idolanya..." + "Kalo UJ sih gue maapin deh poligami... kalo A'a... aduh... gak nyangka" Dan seterusnya Sekali lagi Indonesia mengadili. Nggak cuma Indonesia mungkin ya, secara kasus YZ dan ME udah dimuat di koran-koran bergengsi di luar negeri sana. Saya tadinya nggak pengen komentar sama sekali tentang dua kasus yang sangat 'juicy' ini karena menurut saya, ukuran penis YZ bukan urusan publik dan poligaminya si A'a bukan juga urusan saya. Tapi... nggak tahan juga karena seperti saya ungkapkan di atas... saya kasihan sama lelaki-lelaki Indonesia yang mendadak diterpa penyamarataan ke-brengsekan cuma gara-gara kelakuan beberapa oknum. Lelaki Indonesia tulen memang terkesan brengsek, ka-dang-kadang. Apalagi mereka yang berdarah Jawa plus embel-embel ningrat. Percaya deh, saya besar di keluarga dengan sosok Bapak yang seperti ini. Mereka pada dasar-nya pengen perempuan tinggal di rumah saja, ngurus anak, masak di dapur dan ngerumpi sama tetangga. Di mata seorang perempuan modern, hal ini dipandang sebagai penghinaan terhadap apa yang sudah diperjuangkan RA Kartini: Emansipasi. Tapi...pernah nggak perempuan modern memandang hal ini sebagai bentuk kasih sayang lelaki dan perwujudan rasa tanggung jawab yang demikian besarnya kepada istri yang telah dinikahinya dan anak yang diharapkan jadi pe-nerus keluarga kelak? Pernah nggak perempuan modern mengesampingkan ambisi sejenak dan memandang lebih jelas bahwa dengan tinggal di rumah dan mengurus tetek bengek domestik, ia akan memiliki banyak waktu untuk merawat diri? Sehingga kecantikannya tidak akan luntur dimakan waktu, dan suami pun tidak akan mudah ber-pindah ke lain hati? Menurut saya, perempuan modern (termasuk saya, tadinya) sekarang salah mengartikan 'emansipasi'. Kita diberi-kan kesempatan sekolah tinggi, sampai gelar Profesor pun boleh, tapi kita sering lupa bahwa kodrat kita adalah sebagai ibu dan istri. Kita menjadi 'terpelajar' untuk tetap bisa mengimbangi suami yang bekerja di luar sana, dan menjaga supaya pemikiranpemikirannya dapat kita imbangi dengan pengetahuan kita yang tak kalah luasnya. Hal ini penting, mengapa? Supaya suami-suami kita tidak mudah terpesona oleh perempuan-perempuan karir yang ambisius dan salah mengartikan 'emansipasi' tadi. Saya pernah terlibat obrolan santai dengan seorang rekan kerja lelaki yang tadinya saya pikir sangat modern. + "Istri lo kerja bo?" - "Iya." + "Wah enak ya, pendapatannya bagi-bagi" - "Ah nggak juga. Gaji dia sih utuh. Gaji gue yang di-bagi" Sampai sini saya agak shock. Bukankah prinsip equality harusnya berlaku di pasangan bekerja? + "Lalu untuk anak? Uang sekolah misalnya?" - "Gue lah" + "Belanja bulanan?" - "Ya gue juga" + "Listrik, telpon dan Iain-Iain?" - "Miund, gue kan laki-laki. Gue berani nikah, dan gue harus bertanggung jawab" + "Tapi istri lo jadi gak ada kontribusinya dong?" - "She gave me a child, dan dia lebih banyak meng-asuh anak kita. Isn't that a huge contribution already?" + "Iya sih. Tapi secara finansial..." - "Bo, kalo lo pikir semua harus dibagi rata sampe tiap sen diitung, itu bukan hidup berumah tangga yang baik" + "Jadi?" - "Jadi bagi-baginya udah pake feeling. And it's ok because we love each other" Ternyata selama ini saya sangat naif. Dan pandangan saya bahwa lelaki Indonesia khususnya Jawa itu brengsek pun perlahan luntur. Saya kern bali percaya kepada hukum alam bahwa Men are the Providers. Itu kodrat mereka. Bila kita, perempuan dapat membantu, how great1. Tetapi bila kita, perempuan, hanya dapat menuntut...minta ini dan itu tanpa berkontri-busi apa-apa secara fisik maupun mental... Maka kita harus bersiap-siap bahwa suatu hari nanti penis suami kita tersebar melalui youtube dan ditertawakan perempuan-perempuan single sok tahu yang segera me-nuliskannya di biog masing-masing seperti ini. Atau kita harus bersiap-siap menangis dan menerima kenyataan bahwa suami kita sudah menikah lagi dengan perempuan yang lebih muda, dan tidak jauh lebih berpendidikan dari-pada kita. Mari kita ubah pola pikir kita. Katanya perempuan modern yang terbuka pada segala hal. Masa nyelipin 'traditional thinking' sedikit aja di otak yang canggih ini nggak bisa? Manusia diciptakan lelaki dan perempuan pasti ada alasannya. Dan bila alasannya adalah satu melindungi yang lain sehingga yang dilindungi harus berbakti, then be it. Itulah kodrat manusia. Memang sulit ditelan, tapi pada saat-saat seperti ini, rasanya kok pas untuk paling tidak dikunyah sedikit-sedikit. Nggak sulit kok :) Nggak semua lelaki Indonesia itu brengsek. Nggak semua suka selingkuh. Nggak semua suka poligami. Nggak semua ber-penis kecil. Sudah saatnya kita stop generalisasi. PENAMPILAN ITU PENTING Untuk ukuran seorang perempuan yang bekerja di kota metropolitan, saya mengaku masih kaiah jauh dengan rekan-rekan sejawat yang sefaiu tampii modis dan trendi. Tapi segaia bentuk us aha untuk men jadi kece dan berbagai hai yang sedang in atau out di kancah mode Jakarta nggak pernah iuput dari perhatian saya. Ketika keisengan meianda, jadiiah beberapa posting gokii seputar penampi-ian dan tetekbengeknya. face-off! jjwarakadah. Jadi judulnya kemaren itu saya facial. Gitu deh, kalo abis ulang tahun kan bawaannya pengen bersenang-senang dan mempercantik diri secara merasa tua dan tidak menarik. Pilihannya ada dua: ganti model rambut atau mem-bersihkan komedo yang sudah lama bersarang di hidung. Karena sayang sama rambut yang mulai keliatan panjang walaupun belum sepenuhnya melalui tahap gondrong sio-may akhirnya saya memilih untuk facial di sebuah klinik kulit terkemuka. Boy, was I wrong! Sebagai perempuan ini bukan pertama kalinya saya facial. Saya tau resikonya bakal sakit setengah mati dan ke-mungkinan besar memang keluar dengan muka nggak ke-ruan bentuknya. Tapi yang kali ini bener-bener fenomenal karena selain sakit di muka, saya pun mengalami sakit di perasaan... hakahkahkahahkak... Begitu masuk, saya disambut dengan ramahnya oleh se-deretan mbak-mbak berpakaian resmi. - "Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" + "Eng... saya tadi udah telepon, mau facial. Nama saya Asmara" - "Ooo iya mbak Asmara, ini silakan isi form dulu" Saya mengisi formulir catatan medis yang diperlukan. Di sebelah saya seorang ibu-ibu dengan usilnya nanyananya. - "Mau ketemu dokter siapa, Mbak?" + "Dokter? Oh enggak, saya cuma pengen facial kok" - "Oo... kirain ke dokter. Mukanya nggak jerawatan soalnya." + "Emang enggak..." - "Tapi komedonya banyak tun" LIKE DUH! Itulah alas an utama kenapa saya kesini! + "Ehng... iya... makanya mau facial" - "Oo... Iya ya, harus perawatan tuh mbak" Ini ibu-ibu apa sih maksudnya. Tapi saya cuek dan segera menuntaskan mengisi formulir dengan kecepatan setara The Flash biar gak ditanya-tanyain lagi. Masuk ruang perawatan, saya d\-handle oleh dua orang. Satu yang untuk facial, dan satu lagi menangani manicure dan pedicure. Kayak ratu getoh rasanya. Anyway, si facial expert ini meneliti kulit muka say dengan seksama. - "Wah mbak ini komedonya banyak sekali ya" + "Mhm..." - "Ini kulit mukanya lelah nih mbak..." Duileh, yang lelah mah bukan kulit muka aja, dodol... Otak ama perasaan juga lagi lelah-lelahnya... + "Oh ya?" - "Iya nih. Mbak jarang merawat kulit muka nih kayaknya. Males ya?" Sumpah. Seumur-umur, belom pernah rasanya saya di-judge sede-mikian rupa secara terbuka di ruang umum berisi manusia-manusia lain yang juga sedang facial. Sinting. + "Bukan males. Ga ada waktu" - "Oo... Mbak kerja ya?" + "Mhm" - "Kerja dimana mbak?" + "Di kantor" - "Kantornya dimana?" + "Di Tendean" - "Ooo... pasti sering lembur ya?" + "Mhm" - "Kita buka sampe jam 8 malem kok mbak. Jadi kalo lagi lembur bisa mampir sebelum pulang" Rasanya pengen bilang gini: "Wah, kalo sampe jam 2 pagi, mungkin saya mampir" Hhh...heran ni orang, tau apa dia tentang kerja lembur...Dan saat-saat tolol penuh penyik-saan itu pun dimulai. Kayaknya mbaknya bete gitu karena saya hanya menjawab dengan "mhm..", "oh gitu..." dan "oh ya...", makanya pencetannya di daerah hidung dikencengin. Air mata mulai mengalir deras. - "Wah, ini emang sakit mbak. Tahan ya" + "Mhm..." - "Mbaknya nggak tahan sakit nih. Terusin nggak?" Gila ni orang. Ditantangin begitu, saya mengangguk man-tap. Enak aja bilang saya gak tahan sakit...hakhakhak-hakhak... Naaah... lagi tersiksa-siksanya, tiba-tiba ada sebuah sua-ra muncul di dekat kepala saya. "WAH BANYAK YA KOMEDONYA!" Saya membuka mata dengan susah payah. Jeng jee-eeengg...ternyata ibu-ibu usil yang saya temui di lobby. Wajahnya menampakkan concern luar biasa. + "Ibu facheial sjhugha?" saya mencoba bertanya de ngan ribetnya secara hidung tetap sedang dipencet-pencet dengan tidak sopannya. - "Oh enggak, saya lagi nungguin anak saya tun..." ia menunjuk ranjang sebelah. Seorang gadis tampak sedang telungkup dan punggungnya tampak sedang di masker. + "Oh, kenapa anaknya?" - "Itu, punggungnya jerawatan" katanya, dengan su-ara agak pelan. + "OH PUNGGUNG JERAWATAN? SUSAH TUH NGO-BATINNYA," saya menaikkan volume suara dengan pemahaman penuh bahwa sang anak pun akan malu karena ibunya membahas problemnya dengan orang lain. - "Iya makanya perawatan..." dan sang ibu pun per-lahan-lahan melipir dari tempat tidur saya. / felt sooooo violated, makanya jadi judes. Bo plis deh, kalo kita ke salon, kita kan gak ujug-ujug dateng ke bela-kang stylist yang lagi ngerjain rambut orang terus bilang gini: "Wah biow-nya gede banget ya? Kaya SINGA!" atau "Kayaknya potongan rambutnya udah out of date deh\ Ga pantes sama muka ibu" Mau ditampar orang se salon? Itulah, orang kadang suka usil dan gak mau tau privasi orang. Iya sih tempat umum, tapi BUKAN BERARTI VA. Namanya juga perempuan, paling sensitif kalo udah me-nyangkut masalah merawat diri. Gak perlu deh ditambah dengan keribetan dikomentarin macem-macem. Heran. Kembali ke kegiatan pencet-memencet wajah... - "Mbak Asmara, kayaknya perlu peeling deh" + "Buat?" - "Buat mengangkat sel kulit mati... ini kulitnya lelah soalnya" + "Boleh deh" - "Tapi nambah seratus lima puluh" + "Ga pa pa" / figured, gak masalah deh, selama kulit muka bisa jadi bersih dan terawat. Toh gak tiap hari juga facial begini. So they peeled off my face. Perih edan, tapi secara ga mau dikatain ga tahan sakit, ya saya tahantahanin juga. Akhirnya, setelah melalui dua setengah jam penuh siksa dunia, proses facial selesai sudah. Dan alangkah betenya saya ketika berkaca. Daerah bawah hidung dan atas bibir saya MERAH edan-edanan secara mungkin peeling nya bereaksi keras di bagian tersebut. + "MBAK! KOK BENTUKNYA JADI GINI?" - "Oh itu karena kulit di atas bibir biasanya emang lebih sensitif + "JADI KAYA KUMISAN GINI??? CEMONG!" - "Ya entarjuga sejam dua jam ilang kok" + "Bener?" - "Bener. Nanti kan kering terus ngelupas" + "Ooo... iya deh" Saya agak kuatir, sebenarnya, secara setelah facial saya janjian makan siang sama si bos untuk kemudian ke toko buku. Hayah. Mau tampil di muka umum kok begini. Bener-bener gak nyangka secara dulu belom pernah peeling dan gak tau bentuknya bakal jelek banget. Segera saya meng sms si bos. I'm all blotchy, shiny and ugly. Meet u in 15 mintes' Dan dibalas... 7 lost my appetite already. C U later' H'\yaaaaaaaaaa\\\ Mau ke restoran dengan kulit muka begini... sumpah gak pede abis. Tapi akhirnya saya cuek bebek. Menembus Pondok Indah yang macet najis, akhirnya saya sampai di Kemang 1 JAM kemudian. Si bos udah nunggu, dan untungnya dia gak bete. Cengar-cengir nge-liat saya dateng dengan muka berminyak dan merah-merah. + "MAAP BANGET MAAP BANGET MAAP BANGEEEETT!!! PI MACEEETTM! MAAPPM!" - "Indonesians. When you say 15 minutes, you arrive 15 minutes. Not 1 hour and 35 minutes" + "Iya makanya, sori sori soriiii... Nih muka aku kayak begini dan aku LAPAR!" - "SAME HERE!" + "Lho?? Kirain kamu udah makan duluan?" - "I TRY TO BE A GENTLEMAN!" Pengen ngakak tapi buat ngomong aja sakit banget ni muka...akhirnya saya cengarcengir campur meringis karena sakit...hihihihihi kasian amat ni orang udah lama nunggu, belom makan pula. Hayaaahhh... Mau cantik aja susah amat sih. geng katjamata Keceriaan dimulai siang hari, saat Gusye, Rika, Erwin dan Mba Dhany memutuskan untuk menikmati hida-ngan Jepang modifikasi berjudul Hoka-Hoka Bento. Berangkatlah kami menuju sebuah mail yang sedang "happening" banget gitu loh...tepat di seberang kantor: "Tendean Plaza". Setelah menikmati Sukiyaki dengan citarasa Jepang-Jawa, kami pun bergegas kembali ke kantor tercinta. Tetapi, sampai di atrium TP, pandangan kami tertumbuk pada sebuah benda yang selama ini sudah diincar oleh saudara Erwin: RAK KACAMATA. Berbagai kacamata indah bentuk-nya terpampang di sana. Didasari oleh jiwa banci tampil yang seolah sudah merasuk ke diri kami berempat, tanpa aba-aba kamipun langsung MENYERBU rak tersebut dan mematut-matut diri dengan berbagai kacamata model ter-kini. Cuit cuiiiiwww!!!! Dan kamipun tampak ciamik dengan kacamata gaya tersebut. Hal berikut yang mampir di otak kami adalah hal klasik yang selalu dipikirkan kaum pekerja kantoran: berapa ya harganya? Sungguh keadaan yang sangat menguntung-kan karena ternyata kini untuk tampil gaya bak supermodel hanya dibutuhkan uang sejumlah 19.500 rupiah. Tanpa pikir panjang, kamipun segera menghampiri kasir showroom kacamata tersebut. Di sinilah terjadi sedikit kericuhan. Saya: "Mbak, mau bayar kacamata" Mbak-mbak showroom: "Eng, kalau rak itu, bayarnya bukan di sini tapi di sana" (menunjuk ke sebuah arah yang kurang spesifik) Saya: "Oh, maaf... makasih" (mulai merasa terdiskri-minasi, mentang-mentang beli kacamata murah...) Bergegaslah kami berempat berbondong-bondong ke kasir yang paling dekat terlihat, sembari menenteng kacamata masing-masing Gusye: "Mbak, mau bayar kacamata" Mbak-mbak kasir: "Oh, yang ini pake nota, Mas" Gusye: "Bayarnya di sini kan?" Mbak-mbak kasir: "Bukan, bayarnya di sana (menun-juk kasir makanan kecii), tapi pake nota" Kami berempat makin keder mencari tempat bikin nota yang dimaksud. Ternyata saudara-saudara, tempat ber-cokolnya nota-nota adalah di sebuah counter yang JUGA BERFUNGSI SEBAGAI CAR CALL. Sungguh aneh bin ajaib plaza yang satu ini. Kericuhan kembali terjadi saat mbak-mbak nota ini menulis harga 24.500 rupiah di nota yang dibuat. Saya langsung protes, "Mbak, ini kan harganya 19.500!" Si mbak, dengan menahan kesabaran sampai level ter-tinggi segera menjawab, "Nanti sampai di kasir baru didiskon, mbak..." Kami pun tertawa jijik pada diri sendiri, saking jijiknya pada ke-ogah rugi-an kami, dan acara tertawa ini tak juga berhenti sampai kami tiba di kasir yang dimaksud. Mulailah ocehan tolol mewarnai siang yang indah ini. Erwin: "Bo, pantes murah ya... bayarnya aja deket counter nachos..." Akhirnya acara bayar membayar pun selesai. Kami segera kembali ke counter nota untuk mengklaim belanjaan kami. Dan sungguh sedihnya melihat kacamata kami sedang di-pak kedalam SEBUAH KANTONG KRESEK warna merah. Saya: "Aduh sumpah seumur-umur gue beli kacamata, baru ini yang dikresekin..." Komentar-komentar gak penting lainnya pun menyu-sul. Simak percakapanku, mbak nota dan Erwin: Saya: "Mbak, itu tulisan yang dipinggir kaca itu bisa diilangin kan ya?" Mbak-Mbak Nota: "Entar lama-lama juga ilang sendiri kok, Mbak" Erwin: "Oh, kayak tinta pemilu ya?" HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKAKAKAKAKAKKAkAKAKA KAKAKAKKAKAKAKAKKKKKK!!!!! Apaan siiiiihhhhh.... kukuku - "Gigit kuku itu adalah kebiasaan paling menjijikkan" + "Emang kenapa?" - "Itu 'kan nggak higienis. Elu bisa dapet penyakit banyak" Saya hobi menggigit kuku. Nggak tahu kenapa, rasanya nyaman aja duduk di depan komputer, mikir sambil "nge-mil" benda organik yang nggak bikin gemuk ini. Gimana mau bikin gemuk, ditelan aja enggak. Jangan jijik dulu karena saya bicara mewakili semua penggigit kuku yang ada di dunia ini. "Gigit kuku itu 'kan tanda-tanda orang yang insecure... kalo dari ilmu psikologi. Kamu mungkin nggak sadar saat melakukannya...tapi itu cerminan mentaistate kamu" Teman saya pernah berkata begitu. Heh. Aneh. Gigit kuku adalah kegiatan yang dengan sadar saya lakukan. Anatomi kuku saya memang ganjil. Alih-alih tumbuh meruncing seperti layaknya kuku normal, jika dibi-arkan panjang, kuku saya tumbuh melebar dan hasilnya sungguh lucu seperti kipas. Makanya daripada menggang-gu pemandangan, lebih baik dimusnahkan dengan cara di-gigiti. Suatu kali, karena kesibukan yang SANGAT PADAT, saya lupa menggigiti kuku dan tiba-tiba kuku saya sudah melebihi ujung jari. Godaan manicure untuk mendapatkan kuku sempurna tentunya tak saya lewatkan begitu saja. Sampailah saya di sebuah naif par/or di bilangan Thamrin. - "Manicure dan Pedicure, mbak?" + "Boleh" Dan si mbak mulai bekerja. Ketika saya mengulurkan ta-ngan kanan, matanya terbelalak kaget dan mulutnya mo-nyong setengah. Mendadak perut saya mulas dan diam-diam saya merasa menyesal sudah masuk ke tempat ini. + "Kenapa, mbak? Kuku saya aneh ya?" Si mbak tampak kehilangan kata-kata. Untuk beberapa detik, ia berusaha kembali ke tahap normal dan tersenyum. - "Eng... bentuknya memang nggak biasa sih. Tapi masih bisa dibentuk" 'Nggak biasa'. Kalau dalam bahasa Inggris, artinya 'unusual', yang dapat diterjemahkan bebas sebagai 'freaky', 'hideous' atau 'awful'. Saya berusaha menekan rasa ma-lu dan memejamkan mata, mencoba untuk relaksasi. Tak disangkasangka, proses manicure-pedicure ini memang menyenangkan. - "French tips atau color, mbak?" + "French," jawab saya pasti. Si mbak tampak berpikir. Dari tatapan matanya yang penuh konsentrasi, saya tahu pasti ada yang salah. + "Bisa 'kan, French?" Si mbak tampak ragu-ragu berat. - "Bisa sih... tapi... kelihatannya masih kurang panjang untuk French tips. Ini sering digigitin ya kuku-nya?" Oh man. Ibu-ibu di sebelah saya melirik penuh keingin ta-huan. Rasanya saya ingin mendelep kedalam perut bumi. + "Eng... dulu sih..." dan dengan 'dulu' maksud saya adalah sekitar tiga minggu yang lalu. - "Ini mbak, batas putihnya itu rendah banget. Jadi kalo dibikin French, kelihatannya aneh. Kita pake nude polish dulu sih, tapi nanti tetep jadi aneh. Kalau saya saranin sih lebih baik diwarna aja. Kita punya pearl, glitter..." Mendadak rasa sebal mulai menggelegak di kepala saya. Hey man, elu gitu loh yang nawarin French manicure... dan sekarang lu bilang nggak bisa? + "French aja, mbak. Nggak pa-pa aneh" - "Tapi..." + "Kalo nggak bisa, kenapa tadi ditawarin?" Dengan kalimat terakhir, si mbak terdiam dan saya tersenyum puas. - "Oke. Kakinya juga?" + "Yap. Kakinya juga" Butuh waktu hampir dua jam untuk membuat kuku kipas saya terlihat manusiawi dengan sentuhan French manicure yang apik. Selesai semua proses, si mbak tampak seperti habis ikutan marathon 1D-K. Sambil menunggu cat kuku kering dibawah dryer, saya melirik lagi ke ibuibu yang duduk di sebelah. Ia menatap saya. - "Adik kukunya bagus" + "Ibu juga. Mau kondangan?" Saya melirik kuku indah si ibu yang kini sudah tercat ma-nis dengan polish berwarna marun metalik. Si ibu tersenyum malu. - "Ini kuku palsu kok" Insiden manicure-pedicure itu terjadi di tahun 2DD1. Se-jak French manicure tersebut pudar, saya kembali ke ke-biasaan lama: menggigit kuku. Berbagai teguran manis dari teman-teman pun saya hadapi lagi. Gigit kuku itu gak sehat. Gigi lu bisa rusak kalo buat nggigitin kuku terus. Lu bisa sakit tipes. Saya tentu kehabisan jawaban karena respon, "Biarin aja, yang penting kan gue gak gigitin kuku lu" yang awalnya terdengar 'witty', makin hari makin terdengar basi. Sampai suatu hari, saya berkesempatan mewawan cara seorang diva Indonesia di sebuah pemotretan. Selesai wawancara, kami bersalaman dan hal pertama yang dia lakukan adalah meneliti tangan saya. Dengan jari-jarinya yang ter manicure dengan baik, ia mendekatkan jari saya ke matanya. - "Jari kamu lucu banget bentuknya" + "Ah mbak bisa aja." - "Enggak kok, beneran. Lucu! Panjangin deh kukunya. Pasti lucu" + "Nggak bisa. Saya suka nggigitin kuku sih" Saya memejamkan mata, menunggu komentar lebih lanjut dari sang diva. Here we go with the unhygienic thingies, ujar saya dalam hati. Tapi si diva tak berkata apa-apa. Ketika saya membuka mata, ia menatap saya dengan penuh simpati dan (bukan ge-er) kekaguman. - "Wah pasti kamu orangnya kreatif banget ya" Kreatif? Wah. This is new. + "Maksud mbak?" - "Rata-rata, orang yang kreatif itu emang kayak gini. Aku dari dulu mikir...kayaknya keren aja gitu jadi orang di belakang layar kayak kamu. Aku juga dulu hobi gigit kuku...tapi sekarang gak boleh...tuh sama dia," sang diva menunjuk managernya di seberang ruangan. + "Hubungannya kuku sama kreatif...emang apaan?" - "Nggak tau ya... kayaknya seniman banget gitu" + "Masa sih?" - "Iyalah! Coba, emang ada seniman kukunya kayak gini?" ia menyodorkan tangannya ke muka saya. + "Mungkin ada, mbak ngga tau aja barangkali" - "Nggak lah. Kalaupun ada pasti dikit banget!" Sejak itu, keyakinan sang diva membuat saya lebih percaya diri untuk tampil dengan jari bujel dan kebiasaan gigit kuku. Waktu terus berlalu, pekerjaan meningkat, hubungan as-mara berubah. Saya bukan lagi seorang cewek tomboi be-rambut jabrik, berkuku bujel dan berkaos baseball. Semua perubahan terjadi saat saya pindah divisi di kantor. Meru-pakan mimpi bagi saya untuk pindah ke divisi itu disaat saya sedang merasa mentok. Untuk itu, saya bernazar: kalau sampai mimpi saya jadi kenyataan, saya harus me-rubah penampilan. Dan perubahan pertama adalah jelas: berhenti menggigit kuku. Mulailah saya bekerja gila-gilaan, membuat diri ini sibuk sampai tak ada waktu lagi untuk terobsesi dengan kuku saya yang mulai panjang dan tampak ranum untuk digigiti. Bulan demi bulan berganti, dan hey, kuku saya pun mulai tampak lagi seperti kipas. Sahabat-sahabat saya mulai memperhatikan perubahan paling prinisipil ini. - "Kuku lu panjang tuh. Manicure deh" + "Alan, gue punya gunting kuku kok..." - "Ya gunting deh. Nggak ganggu emangnya, punya kuku sepanjang itu?" + "Paling enggak 'kan gue berhenti gigitin kuku" Dan hari itu tiba juga. Saya resmi pindah divisi. Rasanya ingin teriak senang dan lompat-lompat kegirangan. Tapi sebelum saya melakukan hal itu, ada satu hal yang harus saya lakukan: nail trimming. Mulailah saya menggunting kuku untuk pertama kalinya dalam waktu empat bulan. Sambil menggunting, saya teringat betapa sulitnya makan ikan cakalang dengan kuku sepanjang ini. Betapa ribetnya ngetik tanpa khawatir kuku saya patah. Betapa seringnya saya mencakar orang tanpa sengaja. Betapa seringnya saya mencakar diri sendiri tanpa sengaja saat tidur. Wa-duh, banyak sekali tantangan yang saya hadapi hanya untuk melakukan sebuah perubahan kecil. Dengan kuku yang terbentuk rapi, saya mendapat pujian dari banyak orang. Sahabat-sahabat saya terutama. Tapi yang paling menakjubkan adalah orang-orang yang baru bertemu dengan saya tanpa mengetahui sejarah perkuku-an dalam hidup saya. "Elu French manicure ya?" bebe-rapa dari mereka bertanya. Saya memperhatikan kuku-kuku saya dan tersenyum bangga: "Enggak, emang dari sananya begini," jawab saya dengan rendah hati. Mereka lalu akan mendekat, memegang jari-jari saya dan menatap dengan kagum sambil berkata, "Wah... kuku lu bagus banget. Kuat dan putih banget ujungnya. Rajin minum susu ya?" Saya akan sertamerta menggeleng, "Enggak kok. Gue 'kan nggak bisa minum susu." Dan mereka akan terus menanyakan apa resep punya kuku sesehat ini. Jawaban saya simpel: "Yang penting niat." Beberapa hari lalu saya meeting dengan beberapa orang wanita setengah baya. Kami membicarakan kegiatan sosi-al yang melibatkan kerja fisik dalam membantu orangorang yang kurang beruntung secara finansial. Saya me-nyukai idenya, dan langsung siap ketika diminta untuk tu-run langsung ke lapangan dan bekerja sebagai sukarela-wati acara ini. Di ujung meja, seorang ibu memandang saya dengan sangat skeptis dan bilang begini: - "Yakin kamu mau?" + "Yakin. Kenapa enggak? It's for a good cause" - "Well, kayaknya kamu harus potong kuku dulu se-belum mulai kerja..." Saat itu saya tidak merasakan apa-apa. Tapi di perjalan-an pulang, saya berpikir: apakah tadi saya di judge karena berkuku indah? Apakah indahnya kuku jadi parameter baru dalam menilai pribadi seseorang? Mendadak saya ingat masa kecil. Hari Minggu adalah hari grooming, dimana saya harus duduk di hadapan ibu saya dan beliau akan menggunting kuku saya sambil bercera-mah, "Anak perempuan itu kukunya harus bersih. Yang kukunya hitam-hitam itu anak kampung. Nggak sehat. Ke-tahuan kalau dirumahnya nggak diajarin dengan benar. Jorok." Flashback lagi, ibu saya juga suka bercerita tentang dua kakaknya yang benarbenar ladylike dan nggak pernah tahu rasanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. "Mereka itu benar-benar seperti putri keraton. Boro-boro ngepel. Nyapu aja enggak. Kukunya bagus-bagus...nggak pernah nggak pake kuteks..." Semua itu menyadarkan saya. Ya, tanpa kita sadari ... kuku sudah jadi bagian dari sistem penilaian kepribadian di dalam masyarakat kita. Kuku hitam = jorok Kuku bujel = kreatif (dan jorok) Kuku normal = membosankan Kuku palsu = pesolek tingkat tinggi (atau mau kondangan) Kuku indah = tuan puteri yang nggak mungkin kerja kasar Hm... apakah saya harus mulai menggigiti kuku lagi? best hair day rjiadi sore ini ceritanya saya potong rambut. Setelah melalui dua minggu yang penuh keluhan, "Bo, gue bad hair daaaayyy\\\" akhirnya saya meneguhkan hati untuk menelepon hairdresser kesayangan, Ember. Niat sudah ada dari hari Jumat, tetapi lumayan tertolong secara Ember masih harus bekerja di tempat shooting sehingga harus diundur jadi Senin. Hari Minggu saya masih berada dalam keraguan, saat menemukan bahwa mendadak rambut saya jadi mudah diatur dan kooperatif menerima wax yang sebelumnya cuma bikin berantakan. Ka-ta Wenni saya tidak boleh mundur, sekali niat potong rambut, harus dilaksanakan semantap mungkin. Ada apa ya dengan perempuan dan rambut? Perempuan itu emang mahluk susah. Kalau mau datang bulan mendadak jadi suka ribet milih baju. Baju yang harusnya biasa-biasa aja mendadak jadi jelek banget kelihatannya, sementara baju yang sebaiknya sudah dimasuk-kan kategori afkir mendadak tampak "keren" dan inilah, teman-teman, mengapa sering terjadi kondisi 911 fashion emergency bahkan pada perempuan terkeren sekalipun ?> Hal ini sering membuat saya mikir: gimana perempuan tahun 8D'an hidup secara gak PMS aja wardrobe- nya ancur buradul... Itu baru masalah baju. Sepatu pun tak kalah seru. Kadang pengen tampil sporty, tapi bingung setengah mati memilih sepatu mana yang harus dipakai hari ini. Adidas strip biru? Old skooi abis, dan terlalu "laki". Adidas merah strip kuning? Baru hari Senin...terlalu casual. Converse hitam? Membuat penampilan tampak kusam dan kurang gengsi secara mirip Warrior. Mocassin? Aduh, kaya mau piknik. Pantofei? Aeh terlalu resmi. Stiietto takut keple-set.. Ribetawati abis-abisan. Tapi rambut tetap yang paling top karena salah model sedikit saja akan menyebabkan efek domino berkepanja-ngan. Bayangin: pagi, ngaca pertama kali kaya rambut model Fiock of Seagulls secara baru bangun dan kena ce-takan bantal... Begitu disisir kok seperti rambut Gito Gilas di film "Elegi Buat Nana"??? Dikasih wax, salah model.. Tujuannya mirip Indy Barends, malah jadi kayak Billy Ray Cyrus. Dikasih gel, wet look banget jadi kaya KD Lang... entar ditaksir perempuan lagi. Akhirnya harus dibilas pake air lagi, dikeringin seadanya pake handuk terus menyerah ditutup bandana atau dijepit pake bobby pins sebanyak mungkin (dan menyebabkan rekan-rekan kantor yang me-lihat terkena migren empati). Akibatnya berpengaruh pada wardrobe. Gak mungkin kan pake kemeja preppy, celana bahan trendy, sepatu pantofei gaya tapi pake bandana macam pengendara Harley...pet pet pet peeeett...Dan ensemble-pun HARUS berubah menjadi kaos, jins dan sepatu kets. Kaos yang matching sama bandana...masih di-cuci secara baru dipake kemarin. Jins...masih kelong-garan, makanya harus milih kaos yang agak loose dan tidak terlalu ketat, supaya dapat menutupi area perut dengan maksimal. Which is belum tentu match sama bandana. Sepatu...tergantung kaos mana yang mau dipakai hari ini. Haduh, gak kelar-kelar dan berujung pada 911 baju emergency. Jelas kan betapa pentingnya model rambut yang sesuai? Karena itulah saya menyambangi Mas Ember di salonnya yang ber interior lucu di Dharmawangsa Square. Dia ham-pir jadi dendeng karena nungguin saya...aduh berasa Maia "Ratu" deh ditungguin sama doski...hehehehe.. So the ritual began. Cuci cuci rambut...chit chat sama yang nyu-ci... "Lama nggak kesini?" bla bla bla... Dan akhirnya saya duduk dengan pasrah. Me: "Mber, jangan diabisin ya... gue lagi manjangin rambut nih..." Em: "Tenang darling, serahin sama Ember..." Kruk... kruk... kruk... kruk... Em: "Ini yang samping gue tipisin ya. Biar gak terlalu ngembang..." Me: "Wah jadi pendek banget dong nantinya?" Em: "Enggak lah say, kan belakangnya cuma gue tipisin dikit..." Me: "Oh. Yyeeeuukk..." Kruk... kruk... kruk... kruk... Me: "Jadi kemaren situ abis dari Gaikindo bo?" Em: "Iya... nungguin Ratu manggung. Kemarennya lagi abis shooting video klip ama Power Metal" Me: "Gile... bisa lu dandanin metal?" Em: "Bisa dong bo. Sini kan kanan oke kiri oke. Dandanin pere bisa laksa juga bisaaa..." Kruk... kruk... kruk... kruk... Em: "Gue gak abis pikir sama artis-artis yang pada cerai ya bo..." Me: "Mbeeer. Bikin takut kawin ajah..." Em: "Yyeeuukk...makanya pacaran bo. Jangan jomblo melulu..." Me: "Nasib gua ditangan lu deh Mber..." Kruk... kruk... kruk... kruk... Me: "Mber, kemaren gue ketemu temen gue dan diana baru potong di *maap, sensor* Aneh banget deh potongannyaaa!! Kanan kiri ga sama getoh" Em: "Ah gue juga bisa kalo motong begitu aja sih. Asimetris asimetris gitu kan modelnya?" Me: "Wah gue gak tau deh apa namanya... yang jelas gue bisa dibunuh emak gue kalo potong model begitu" Em: "Bilang ama temen lo, ga usah jauh-jauh potong di *sensor lagi*, sama gue aja cuma 70 ribu. Di sana kan bisa 200-an... mending kalo sukses... Lu mau gue bikin kaya gitu? Bisa nih!" Me: "JANGAN!! Mau dihina orang sekantor seumur hidup gue??? JANGAN!!" Kruk... kruk... kruk... kruk... Em: "Udah!" Saya pun menatap kaca. Wah.... rambut saya KEREN SEKALI!!! Coba agak nengok dikit ke samping... Me: "AAAAAAAARRRRRRRGGGGGHHHH!!!!" Em: "KENAPA????" (kaget juga dia) Me: "BO! Kok belakangnya gondrong jaya gitu???" Em: "Emang sengaja ga gue potong. Kan katanya lu mau panjangin rambut..." Me: "Tapi gue jadi kaya Rano Karno jaman duluuu!!!! KAYA AMY SEAAARRRCCCHHH!!" Em: "Bo, kalo lu potong di *sensor* itu juga jadinya kayak gini! Keren lagi!" Me: "TIDAAAKKM" Em: *ngakak abis gak berhenti* Me: "EMBEEERRR!!!!" Em: "Ya sutra, dipotong aja nih?" Me: "Sikat bleh." Daripada berambut MULLET ala Gito Gilas, Billy Ray Cyrus, Ryan Hidayat, Lupus dan mas mas parkir di Aquarius Ma-hakam, saya lebih rela mengorbankan buntut sepanjang sepuluh senti yang disisakan Ember. Em: "Makanya bo, elu tuh Miund. Miund itu pantesnya pendek. Jangan sok manjangin rambut lah" Me: *sedih* "Serius lu Mber...wah, besok-besok kalo gue kawin gimana mo nyanggul ya?" Em: "Darling, sekarang itu ada teknologi yang namanya WIG!" Me: "TIDAAAAAAAAAKKKKKK!!!" Em: "Atau hair extension?" Me: "Sekali lagi nawarin, gue kasih payung cantik lu." Em: *ngakak. Puas banget kayaknya* Me: "Jadi gue ga bisa nih manjangin rambut?" Em: "Kalo lu mau manjangin rambut, jangan sampe ketemu gue. Jangan ke salon. Jangan gatel nemenin Wenni ke sini. Karena salon itu godaannya banyak!" He made his point. Memang salon itu tempat penuh go-daan. Bikin keren, bikin trendy tapi bikin nyesel. Saya sih gak nyesel potong rambut sore ini secara today is considered my BEST HAIR DAY, tapi tandanya bulan-bulan mendatang harus lebih tabah menghadapi rambut jelek akibat ingin memanjangkan rambut. Pertanyaannya sekarang adalah: APA ADA WARDROBE KHUSUS BAD HAIR DAY? SAYA (SUKA) ANAK-ANAK aru baca blog-nya Rio, dan saya sedikit terharu Bmelihat bagaimana sayangnya dia sama keponakan-Tapi posting si Rio ini juga sedikit "menampar" saya yang notabene perempuan... tapi kayaknya nggak punya maternal instinct sama sekali. Saya mengakui, hubungan saya dengan anak kecil memang buruk sekali... karena menurut saya, anak-anak apapun kelaminnya pasti lebih sulit dimengerti daripada pria. Saking buruknya, saya pernah di "reject" seorang balita. Bayangin aja, baru ngeliat saya aja anak itu langsung nangis jejeritan minta digen-dong sama ibunya. Padahal apa sih yang salah ya? Secara waktu itu udah pasang muka ramah, senyum lebar sambil bilang "Aduuuhhh ini anak siapa siiiiyyyy... lucu amaatt... sini tante gendooonggg!!!" Yang lebih parah lagi, reputasi jelek saya di mata anak-anak ini sampai dijadikan senjata oleh keluarga sahabat saya sendiri yang bernama TIYAS. Jadi ceritanya, dia punya dua keponakan. Nah yang sulung ini terkenal bandel tapi sayang banget sama adiknya. Kalo si sulung lagi bandel, ancaman yang keluar dari mulut kakak iparnya Tiyas adalah sebagai berikut: "Kalo bandel, adiknya nanti dibawa tante Miund lho!" Kata Tiyas, kalo udah diancem dengan cara seperti itu, si sulung langsung diam dan behave. Pertama kali saya denger sih rasanya lucu. Tapi lama-lama kok yaaaa... ke-sannya saya ini monster pembawa anak-anak...seperti Wewe Gombel dan sebagainya. Atau mungkin diri ini sudah selevel dengan Piet Hitam... "Awas ya, kalau nakal mama tulis surat ke Sinterklas, biar kamu dibawa Piet Hitam..." Hayaaaahhhh... mengapa oh mengapa... padahal saya kan baik hati begini... Apa sih ya yang menyebabkan anak-anak kecil itu takut pada tantenya yang satu ini? Mari kita kaji lebih jauh... Selaku seorang anak tunggal, saya gede di lingkungan yang anak kecilnya cuma diri ini seorang. Sepupu-sepupu saya? Rata-rata seumuran. Kalaupun ada yang usianya jauh di bawah, itu mungkin lebih ke arah kebetulan, dan jelas saya memilih untuk main dengan kakak-kakaknya. Kalaupun terjebak bersama anakanak kecil tersebut, saya nggak perlu kuatir karena mereka udah ada yang ngurusin yaitu kakak atau baby sitter pribadi masing-masing. Masuk masa remaja, SMA dan kuliah, saya jarang kete-muan sama sepupu-sepupu saya yang seumuran ini karena mereka pun sibuk dengan dunianya masing-masing. Yang kecil-kecil pun sudah berubah jadi abege yang lagi doyan-doyannya nongkrong di mall dan merasa tak perlu pengawasan orang dewasa. Bagus kan, jadi gak ngerepotin. Menjelang akhir masa kuliah, beberapa yang seumuran mulai memasuki dunia rumah tangga...menikah lalu diteruskan dengan tradisi memperpanjang nama keluarga: beranak pinak. Mulai di sini, tiap pertemuan keluarga di-warnai lagi dengan tangisan annoying, anak-anak berlari-an nggak puguh...dan yang paling ngeselin kalau udah mulai teriak-teriak dengan kekuatan suara ultrasonic yang bisa ngebunuh tikus. Obrolan dengan orang tuanya (lagi-lagi yang notabene seumuran dengan saya) juga jadi nggak bisa damai. Observe: Me: "Jadi suami apa kabar?" Oknum: "Baik. Lagi sibuk terus tuh... kejar setoran buat si ade. Kan mau masuk preschool" Me: "Wah cepet banget... emang udah umur berapa sih?" Disini oknum akan menatap saya dengan pandangan 'gila lu masa umur anak gue aja ngga tau?1 dan dalam beberapa detik saya akan merasa bersalah karena berhalangan datang ke pesta ultah anaknya beberapa bulan lalu. Ju-jurnya sih 'menghalangi diri sendiri1. Oknum: "Udah tiga tahun! Elu sih ga dateng waktu itu..." Me: "Wah ya maap... kan waktu itu sibuk gue..." Oknum: "Elu sih sibuk melulu. Eh denger-denger udah punya pacar baru?" Me: "Dari Hong Kong!!! Gosip aja lu percaya..." Oknum: "Terus... yang waktu itu digandeng-gandeng siapa?" Me: "Temen maliiiihh... temeeenn..." Oknum: "Temen kok mesra bener...Udah lah bo, nunggu apa lagi sih? Kerjaan punya...karir lancar...masa pacaran gagal terus..." Me: "Ya belom jodoh ajalah bo..." Oknum: "Mantan lo apakabar? Masih suka kontak?" Me: "Eng... udah enggak sih... tapi denger-denger dia baik-baik aja kok..." Oknum: "Kemaren kayaknya gue liat dia di..." Nah... di sini... di tengah aura gosip yang mulai menebal ini... anak oknum akan berlarian menyambangi sang ibu dengan suara tangisan ultrasonic yang saya bilang sebelumnya. Anak: "MAMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!" Oknum 'dengan ketulusan seorang ibu'-. "Kenapa sayang? Siapa yang nakal? Hm?" Lengkingan suara sang anak naik tigabelas decibel. Ia menunjuk-nunjuk tv. Oknum: "Ooo... tv-nya nakal ya? Kamu diapain, Nak?" Anak tak menjawab, hanya menangis dengan kekuatan suara Mariah Carey tanpa melodi yang berarti. Oknum: "Ceepp ceeepp sayang... sini mama pukul ya tv nya! TV NAKAL!" *'oknum melakukan gerakan kha-yalan: memukul televisi* Saya memandang oknum takjub, secara dahulu ia terkenal sebagai party girl yang taunya cuma mabora dan dansa diatas meja bar dengan musik jedang jedung. Oknum me-nimang-nimang anaknya, lalu perhatiannya beralih kembali ke saya. Oknum: "Iya bo... kayanya kemaren gue liat dia di PIM deh..." Saya: "Oya? Terus dia gimana? Tampak baik-baik saja?" Oknum: "Iya. Baik. Nggak jadi kurus kaya elu sih..." Saya: "Hahahaha... dia sama siapa?" Oknum: "Gak tau deh... ga jelas apa sama adik atau pacarnya... eh, dia udah punya pacar lagi belom sih?" Saya: "Terakhir yang gue tau sih..." Lagi-lagi di tengah aura gosip yang mulai menebal ini, si anak merasa kurang diperhatikan sama ibunya. Kembali ia berteriak. Kali ini dengan suara neouitrasonic yang walau tak terdengar jelas oleh telinga manusia, tapi bisa membunuh nyamuk. Oknum: "Iyaaaa... aduuuhhh haus ya? Mau susu?" Herannya, walau dengan kemampuan berbahasa yang masih sangat terbatas, sang anak mengangguk semangat dan mulai nggragas menarik-narik baju ibunya. Oknum pun menatap saya lemas... Oknum: "Bo, gue mesti nyusuin anak gue dulu. Be right back ya..." Sepuluh menit, dua puluh menit... satu jam... yang kata-nya be right back malah ketiduran disamping si anak yang kini juga tertidur dengan muka puas sudah berhasil meng-ganggu pembicaraan penuh gosip ibu dan tantenya. Hayah. Itu baru dari kalangan keluarga. Dari kalangan teman-teman, hal anak-beranak ini sebenernya nggak terlalu mengganggu. Tapi mulai mengganggu ketika semua pembicaraan larinya pasti ke anak. Saya: "Ya gitu deh bo... jadi si anu kan jadian sama si anu... tapi ceweknya nggak tau... Gokil ya?" Oknum: "Vang bener lo? Ih amit-amit jabang bayi se-moga anak gue gak begitu ya..." Saya: "Iyaaaa!!! Gila ya, masa udah selama ini dia ngeboongin ceweknya aja gitu..." Oknum: "Ya ceweknya juga tolol sih. Dub Gusti... se-moga anak gue gak gitu. Btw, anak gue udah bisa jalan lho. Sok banget deh gayanya kalo difoto!" Saya: "Kaya bapaknya dong! Hahahakhakhakhak..." Oknum: "Eh beneran. Mau liat fotonya? Nih. Naaahh yang ini waktu di dufan kemaren. Yang ini waktu be-lanja di supermarket deket rumah. Yang ini dia abis ba-ngun tidur... lutu banget yaaa..." memamerkan tingkah lucu si anak yang terekam di dalam digital camera. Saya: "Ehm... iya lucu. Anyway, terus ya... si anu jadi rada gimana gitu kalo ketemu sama..." masih usaha me-neruskan pembicaraan yang terganggu dengan slide show singkat tersebut Oknum: "Bo! Bo! Ini waktu dia di rumah neneknya! Ka-sian deh dia takut gitu ama eyangnya..." Saya: "Yang bener lo?" sampai sini saya tahu kalau cerita saya udah gak didengerin dan gak ada gunanya usaha. Just humor her... Oknum: "iya! Kan eyangnya berkumis. Dia takut sama orang berkumis. Yang ada nangis melulu! Nah kalo yang ini..." Duer. Abis udah. No more rumpi kalo anak udah masuk jadi topik omongan. Saya rasa, di situlah kesulitan saya menghadapi orang-orang beranak dibawah usia 10 tahun. Hal ini mempenga-ruhi hubungan saya dengan anak-anak secara ge- neraf, karena saya cenderung memandang mereka seba- gai objek pengganggu hubungan pertemanan. Untuk saya, anak kecil itu lucu dilihat, seru diajak main dan menyenangkan... ...di sepuluh menit pertama. Sisanya adalah teriakan ultra dan supersonic... kebisingan tanpa ampun, perhatian edan-edanan yang harus dicu-rahkan setiap saat...dan harus diurusi setiap waktu. Walah. Dua poin terakhir kok rasanya seperti bicara tentang diri sendiri... hihihihihi pantes nggak cocok sama anak kecil, mungkin karena secara mental saya masih balita. Terserah deh. Saya pernah denger kalimat ini: "When you have kids, you lose all sense of social decency" Mengapa mesti begitu ya? Hm. Membaca posting ini, saya jadi ngeri sendiri. Sebegitu je-leknyakah hubungan saya dengan anak kecil? Masih pu-nyakah saya insting keibuan yang secara kodrat harus di-miliki perempuan? Apa yang akan terjadi dengan anak saya nantinya? Apakah saya akan menjadi musuh para single yang belum punya anak karena all I talk about revolves around my kids? Akankah saya kehilangan social decency? TIDAAAAKKKKK!!!! Omigod, I am literally sweating. Even my mum doubts me about it. - "Enggak lah. Kamu punya insting keibuan kok. Cuma memang belum muncul aja. Kan belum punya anak..." begitu kata ibu saya. + "Okay, name one," tantang saya. Ibu saya tampak berpikir keras. + "See mum, if you have to think, that means I don't have any maternal instinct. Discussion's over" - "Eh, tunggu dulu! Kamu itu kan punya kebiasaan nyuruh orang nelpon kalau udah sampe tujuan..." + "Itu mah bukan insting keibuan! Itu kebiasaan!!" - "Tapi kalo nggak dilakukan, kamu uring-uringan kan? Papa kemaren ke Cianjur, dia gak nelpon-nelpon, kamu marah-marah!" + 7 learned that from YOU" - "Oh yeah. Well... it still doesn't mean you don't have ANY maternal instinct, you know" + "Oh mum... thanks anyway, I think it's really sweet of you to at least think..." - "You'll pick it up along the way. Don't worry" + "Amen to that" Jadi di sinilah saya, tetap dengan label: "children repe-ller" dan stempel "childproof, tried and tested". mabel tidak suka aku... adi hari ini libur getoh... Sfcja rnenjemput neng Wenni di kos-kosannya siang tadi dan kami meluncur ke tempat nongkring paling surga sedunia bernama Scoops di daerah Barito. Niat kami mulia sekali. Wenni hendak merajut dengan tenang, dan saya hendak melukis, mempertajam kemahiran skill cat air yang kian lama kian tak ada kemajuan tersebut...hahahak-hakhakahkk... Eniwei, Baru berapa menit duduk di bangku kesayangan yang menghadap jendela, tiba-tiba Sita dan Evi menelepon. Kami mengundang mereka untuk bergabung bersama. Pindah deh ke sofa yang lebih besar untuk mengakomodir dua cewek sialan ini. Sita datang dengan sekantong besar berlabel produk perawatan kulit terkenal. Baru mau di-tanya, dia menarik seuntai shawl cantik yang ternyata hasil rajutan SEMALAM SUNTUK. Edan. Gak lama, Sita dan Wenni pun tenggelam dalam keasyikan merajut...sementara saya dan Evi tetap cocomeo rame sendiri mengobrol mengenai berbagai hal yang tak ada hubungannya dengan merajut. Tiba-tiba pasangan Dagienk-Tara menelepon juga dan kami mengundang mereka bergabung di Scoops. "Bo, Dagi-enk mau bawa Mabel sama kakaknya Tara! Rame nih! Rame!" Sita hang sekali mengabarkan kedatangan orang-orang yang baru belanja di ITC Fatmawati tersebut. Gak sampe satu jam, meja pun sudah penuh dengan pasangan muda tersebut, kakaknya Tara dan si kecil Mabel. Duuuuhhh lutuuuuu banget sih anak ituuu...Kami pun huh rendah mengobrol. Saya yang tadinya pengen ngelu-kis mendadak jadi ikutan merajut dengan niatnya. Obrolan kurang penting pun mulai menghiasi meja kami seperti biasa. Sita: "BO! KF DAMAI SAMA IBUNYA SIAAAAHHH!!" Evi: "Ah gue mah rada bete euy liat ibunya karena re-aksinya lempeng!" Saya: "Alan paling cuma publicity stunt" Dagienk: "Bisa jadi lah... hari gini apa sih yang gak mungkin" Saya: "Eh Ging, lo bisa juga tuh bikin publicity stunt kaya gitu! Bilang aja lo ribut sama ibu GUE" Wenni: "BOOOOOO!!!!" Sita: "Dagienk ribut sih ga pa pa sama ibu lo. Masalah-nya, ELO TUH SAPA NENG?" Saya: "Lha justruuuu... Ini kan namanya simbiosis mu-tualisme...Dagienk TAMBAH ngetop, dan gue JADI nge-top!" Tiba-tiba saya dilempar tisu. Setan. Berbagai pembicaraan pun terus mengalir. Sita yang bo-san merajut mulai bermainmain dengan Mabel. Sita: "Sini Mabel sama tante Sitaaa!!" Mabel: "Ahwasghhajuahakkk.." dengan menurut mendekati Sita dan duduk nyaman di pangkuannya. Saya gak mau kalah. Setelah satu putaran lagu "Naik Del-man" yang bikin anak kecil ini cekikikan, saya mulai gemes pengen main juga sama si Mabel. Saya: "Sini Mabel sama tante Miund!" mengangkat Mabel dari pangkuan Sita, memindahkan-nya ke pangkuan saya. Mabel: "AAAAAAAAAARRRRRRRRRGGGHHHH!!!!" menje-rit, teriak minta diselamatkan. Saya: "BO! KOK DIA NANGIS??!!!" buru-buru mengem-balikan Mabel pada ayahnya yang duduk tepat di se-belah saya. Dagienk: "Belom akrab sama elo kaleeee... Kalo sama Sita kan udah sering" Saya: "Ooo..." Kami pun kembali merajut dan bergosip. Tak lama dik Tiyas datang dengan ceria, lalu duduk di sisi lain meja kami. Mabel mulai bergerak-gerak dengan leluasa dan mendekati Tiyas. Saya mengamati betapa mudahnya Mabel bergaul dengan mbak-mbak berkacamata berkuncir yang baru saja bergabung ini. Sekali lagi saya gemes abisabisan. Saya: "Sini sini Mabel sama tante Miund!" mengisya-ratkan pada Tiyas untuk mengangkat Mabel dan me-mindahkannya ke pangkuan saya. Mabel: "UAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!MM" teriak lagi, kali ini lebih kencang. Dan bersamaan dengan itu, satu meja mentertawakan SAYA. Sita: "Udahlah Und terima aja emang lo ga punya aura keibuan..." Hati ini bagai teriris sembilu... Mungkin mereka benar... mungkin saya gak bisa deket lama-lama sama anak kecil. Mungkin anak kecil memang bisa menangkap sinyalsinyal absurd dari badan saya... sehingga mereka MENOLAK ada dekat-dekat saya... Wenni nampak mencoba menghibur sahabatnya yang luluh lantak ini. - "Bo, ntar kan kalo lo punya anak sendiri pasti mau sama lo..." + "KALO MAU! KALO ENGGAK???" - "Mau atuuuhh..." + "KALO ENGGAK???" Dagienk pun tampak iba pada diriku. Tara juga. Tara: "Miund kan baru ketemu Mabel...makanya dia masih gak kenal..." Saya: "TIYAS LEBIH BARU KALEEEEEMM" Tara: "Makanya tante Miund harus sering-sering main ya sama Mabel..." Dagienk: "Atau tante Miund harus bisa nerima kalo emang kurang keibuan..." Saya: "Awas ya Ging entar kalo gue punya anak, bi-ar si Mabel dipukul siah sama anak gua!" Tara: "Tapi Mabel kan lebih tua dari anak lo!" mulai protektif khas orang tua Saya: "Biarin. Entar disengkat aja ama anak guaaaMM! penuh dendam Sita: "Gini ajaa... anak lu laki aja Und, entar biar si Mabel naksir abisabisan... gimana? Lebih seru kan?" Saya: "Bener juga lu Sit. HUAKHAKHAKAHKAHKK!!!" Tara dan Dagienk memandang saya dan Sita penuh kecurigaan. Hahahakhakhakhakakkk Well anyway, today was really fun. Setelah Scoops, saya, Wenni, Tiyas dan Sita berbondong-bondong ke Blok M Plaza untuk melihat-lihat benang. Sita kursus merajut dengan dua jarum. Edan lah pokoknya. Hari ini menye-nangkan...dan juga berakhir menyenangkan dengan roti bakar yang nyam nyam sekali! Tapi ada satu hal yang masih mengganjal di hati ini... Mabel tidak suka aku... *hiks... hiks* I'm a confirmed children repeller... "sob* TENTANG ORANG-ORANG (TERKENAL) Sejak memuiai karir di bisnis hiburan, ketemu orang-orang ngetop adaiah makanan sehari-hari saya. Dari yang cuma 'tau' sampe 'kenai baik' sudah saya a/ami. Tapi ya kok ndilalah adaaaaa aja kejadian gokii seputar orang-orang terkenaf ini. orbar and the barbarians Jadi ceritanya, kemarin habis jam makan siang, saya dan rekan-rekan meLirik Lagu sedang menyesuaikan diri kembali ke hawa bekerja. Biasanya tahap penyesuaian ini berlangsung selama sekitar 20 menit sebelum bisa ber-konsentrasi kembali ke pekerjaan yang sejenak terabai-kan. Mengisi masa 20 menit ini, bos kami sebut saja namanya Dhany *anjis itu mah nama asli* bercerita tentang mimpi mengenai almarhum pamannya. One thing lead to another, mendadak pembicaraan berbelok mengenai pergaul-an band jaman dulu, karena semasa hidup, si paman ini adalah pemain band yang apparently cukup banyak me-ngiringi artis-artis masa lalu. Pembicaraan berkembang terus tanpa saya menyimak jelas, karena saya sibuk sendiri ngecek e-mail. Mendadak mbakyu Fiona Shrekwati berteriak dengan gegap gempita: "YA AMPUUUUNNN MBAK DHANYYYY!!!!! Gue tun nge-fans banget sama dia jaman duluu!!!" Pernyataan semi histeria ini ditanggapi oleh BD dengan tidak kalah hebohnya: "IYAAAM! DIA ITU KAN CAKEP BANGET GITUUUM! Oom gue itu pernah ngiringin dia!" Saya langsung berusaha menyimak kembali dengan dahi berkerut. Siapakah gerangan orang yang kedengarannya sangat memukau jiwa ini. Belum sempat bertanya, serentetan cececoet pun kembali terdengar cepat bagai desing peluru. Fiona Shrekwati: "Dia itu omigod banget deh bo. Secara gue apal mati lagulagunya! Tapi kok skarang gue blank ya?" BD: "Aduh Reekaaa...dia itu kan pernah dateng waktu shooting MeLirik Lagu! Blok kemaren kok!" Fiona Shrekwati *dengan tatapan terkejut dan mata berbinar-binar*: "YANG BENER LU MBAK?" BD: "Eh beneran! Dia itu kan yang punya studio Hang-gar! Masa lu gak tau?" Dan Fiona Shrekwati pun tergelepar mehe-mehe. Dari se-berang ruangan tepatnya dari rangka pembatas Celoteh Anak-Melirik Lagu muncul sebuah sosok bernama Ina yang langsung terlibat pembicaraan seru ini. Ina: "Aduh cuuungg... si ORBAR itu kan emang keceee! Inget gak sih nama grupnya? SRING!" Fiona Shrekwati: "SRINGM Iya itu! Gilaaa cakeep! Mbak Dhany sih payah, waktu dia dateng gak bilang sama gue. Tau ada dia kan gue minta foto bareng!" BD: "Yah orang dia berdiri tepat di belakang lu kok waktu shooting. Lu aja gak nyimak!" Endeskrey... endefrey... endebrey... endeskraw... endefraw. ..endebraw... Lama-lama saya terpanggil juga untuk melibatkan diri dalam pembicaraan yang mengusir kantuk ini. Saya: "Eh eh lagi ngomongin siapa sih?" Semua 'nyuektn saya*: "Dia itu ya...aduh... biabiabta... cuit cuiw syubidubambam.. tra/ata banget deh yaaa!!!" Saya: "Siapa sih?" Fiona Shrekwati: "Itu lho bo, si ORBAR AMPUTRA!" Saya: "Siapa?" Ina: "ORBAR... ORBAR yang penyanyi kece itu! Masa lu gak tau sih?" Saya: "Wah gak bener nih, biasanya kalo kece gue pasti tau!" BD: "Itu lho, penyanyinya grup SRING. Boyband ang-katannya COBOY gituuuhh! Masa lu gak tau?" Saya menggeleng. Mendadak dari ruangan Komunikata, terdengar suara-suara yang juga membahas ketampanan ORBAR AMPUTRA ini. Dan tak lama, wing kanan gedung Twink lantai 3 ricuh dengan pembahasan seputar betapa fenomenalnya orang bernama ORBAR AMPUTRA. Dari beberapa kali bertanya tanpa ada jawaban mengenai orang ini, saya mulai kehilangan kesabaran and I began asking repeatedly among the ongoing massconversation. "Siapa sih ORBAR AMPUTRA?" "Emang dia kece? Kok gue gak tau?" "Yang mana sih? Yang kayak apa ya?" Dan semua pertanyaan saya yang muncul ini selalu dija-wab dengan donderan dari berbagai sisi. "Malu-maluin lu gak tau ORBAR AMPUTRA!" "Masa gak tau sih? Dia itu kan ngetop banget!" "In gak pernah denger musik Indonesia ya?" Saya makin desperate, karena sepertinya semua orang di wing kanan itu yang gak tau ORBAR AMPUTRA cuma saya dan bapak JS yang tampak tak peduli akan serangan siang bolong yang bertubi-tubi kepada saya. Doi malah cuma ngetawain aja terus sibuk kembali di mesin editing. Saya: "Tun! JS aja gak tau siapa ORBAR AMPUTRA!" Massa: "Eh, JS sebenernya tau...tapi kasian aja sama lo!" Saya: "Tapi kalo emang orang ini terkenal banget, pasti gue tau!" Massa: "Ah elu aja yang gak bener. Masa ORBAR AMPUTRA aja gak tau. Katanya anak gaul!" Dzigh. Kalimat terakhir itu bikin saya seolah ditampar di muka pake linggis. Kebergaulan saya DIPERTANYAKAN!!!! OH NO! Dan saya pun mulai panik mencari-cari orang yang juga tidak mengenai ORBAR AMPUTRA demi mempertahankan ego yang sudah diinjak-injak oleh segerombolan perempuan pemuja pria vokalis boyband 90'an yang tidak ngetop mi Saya: "Eh eh... lu tau orang namanya ORBAR AMPUTRA gak?" Oknum 1: "Hah? Orba? Orba apa?" Saya (berteriak penuh kemenangan kepada massa): "Tuh kan! Dia gak tau siapa ORBAR AMPUTRA!" Oknum 1: "Oh... ORBAR AMPUTRA? Yang boyband itu?" Saya: "ARGH!" Oknum 2 (dateng dengan wajah segar baru sho-lat): "Ada apa sih?" Saya: "Lu tau gak orang namanya ORBAR AMPUTRA?" Oknum 2: "Yang boyband ituh?" Saya: "AAAARRRGGGGHHH!!! (melihat Oknum 3 datang dengan wajah innocent) Oi oi!! Lu tau gak ORBAR AMPUTRA itu siapa?" Oknum 3: "Wah udah lama banget tu orang gak kedengeran! Liat di mana lu?" Saya: "AAAAAAAAAARRRRRRGGGGGHHHHH!!!!!" Begitulah ada sekitar 10 oknum yang saya tanya dan hanya dua yang tidak tahu siapa ORBAR AMPUTRA sebenar-nya. Tapi menurut massa, ini tidak valid karena dua oknum tersebut dianggap ketuaan dan kemudaan untuk mengenai seorang ORBAR AMPUTRA. Akhirnya saya menelepon Jeng Wenni untuk minta dukungan moril. Harapan saya, paling enggak...kalau dia gak tau siapa ORBAR AMPUTRA sebenarnya, minimal sebagai sahabat dia bisa mem-bantu saya menghadapi massa yang sangat chaotic ini. Saya: "Halo? Wen? Tau orang yang namanya ORBAR AMPUTRA gak? Tau gak lo? Gak tau kan?" Wenni: "Siapa tuh?" Saya (berteriak pada massa): "TUH KAN SI WENNI JUGA GAK TAU ORBAR AMPUTRA!" Massa: "Ya udah tandanya kalian berdua tidak gaul!" Saya: "Wen! Kita dibilang gak gaul karena gak tau ORBAR AMPUTRA!!!" Wenni (darah gaulnya mulai menggelegak): "Apa? Emang orang ini siapa sih?" Saya: "Katanya sih penyanyi dan cover boy MODE!" Wenni: "HEH BILANG SAMA MEREKA... jaman dulu gue juga baca MODE dan gak adaaa tuh ORBAR AMPUTRA!" Saya (kepada massa): "Kata Wenni, dia juga baca MODE tapi gak ada ORBAR AMPUTRA!" Massa: "MODE-nya terbitan Bandung kali! Makanya gak ada!!!" Wenni (mulai emosi): "HEH! GUE DENGER TUH! Co-ba kalo emang mereka tau segalanya... tanya geura... covergirl Monica Gunawanova itu kenapa pulang ke Cekoslovakia?" Saya (kepada massa): "HEEEHHH!!! Kata Wenni kalo lu semua emang tau semuanya, coba jawab kenapa Monica Gunawanova balik ke Ceko?" Ina: "Kecelakaan!" BD: "Monica itu kan seangkatan sama gue! Anak SMA 6 juga lagi Und! Lu gimana sih sama alumni gak kenal? Katanya gaul??" Tawa membahana di ruangan itu, dan saya makin geram. Saya: "Wen, kata Ina kecelakaan dan kata BD Monica itu seangkatan ama diana waktu SMA!" Wenni: "Sial. Ya udah, yang ini ajah... Coverboy 87 Decky itu meninggal kenapa?" Saya: "Emang meninggal?" Wenni: "Udah TANYA AJA BURUAN!" Saya (kepada massa): "Eh coverboy 87 Decky itu meninggalnya kenapa?" Ina: "LEUKIMIA!" Saya: "Kata Ina leukimia Wen!" Wenni: "Tanya lagi... siapa nama kakaknya Ersa Ma-yon!" Saya (kepada Ina kali ini): "Eh eh... ada lagi nih! Siapa nama kakaknya Ersa Mayori?" Ina: (menyebutkan sebuah nama lengkap yang saya sudah lupa) "Panggilannya Trixie!" Wenni: "Gue denger tuh. Wah kalo gitu tanya ini aja...." Dan beberapa pertanyaan lagi saya lontarkan kepada Ina dan massa, sialnya semua terjawab apik. Akhirnya dengan bersungut-sungut saya terpaksa menerima kekalahan. Dasar anak-anak DuVis...gak puas kalau cuma berhasil membunuh orang, maunya bangkainya juga dicincang sampai tetes darah penghabisan. Ketika ruangan mulai sepi dan orang kembali bekerja, secara sporadis muncul pertanyaanpertanyaan yang ditujukan dengan nada me-lecehkan pada saya. "Und! Kenal endebrey endeskrey gak?" "Und und... lu tau syubidam bidam pam pam gak?" "Eh Und... tau endefrey debrey dekrey gak?" Dan untuk mengatasi kebetean, semua pertanyaan diatas saya jawab dengan: "Siapa? Rano Karno? KENAL!" atau "Siapa? Onky Alexander? TAU!" Dalam hati, saya masih bersyukur dekat TKP ada seorang expat bernama JS. Paling tidak, ada deh satu orang saja yang gak tau nama-nama aneh yang disebutkan massa. Sampai pada nama terakhir yang merupakan GONG dari kekalahan saya siang itu. - "Und! Lu kenal Lusi Mohede gak?" + "Tau! TAU! Pasti ada hubungannya dengan Francois Mohede! LINGUA!" - "In asal deh lo! SALAAAHHHM!" + "Ya udah! Coba aja tanya JS. Pasti dia gak tau!" - "BENER YA!! KALO DIA TAU TERUS GIMANA?" + "Tanya aja!" saya makin tertantang walau jadi agak cemas. - "JS! Tau Lusi Mohede itu siapa gak?" Yang ditanya berhubung lagi konsen di mesin editing, cuma menengok sekilas dan menjawab singkat. "Tau." Gelegar tawa menghentak dan wing kanan kembali ricuh oleh pernyataan JS yang sangat singkat tapi menohok saya itu. BETEEEEM! Lebih bete lagi waktu akhirnya saya tau bahwa Lusi Mohede bukanlah artis melainkan seorang mantan pegawai DuVis yang sudah keburu resign sebelum saya masuk. Pantes JS kenal. Tapi tadi siang saya dapat pengakuan dari seorang oknum yang kemarin saya tanya-tanyain dan bilangnya kenal sama ORBAR AMPUTRA. - "Bo, gue mau ngaku sama lu. Sebenernya gue gak tau siapa itu ORBAR AMPUTRA" + "Tuh kan emang lu pada ngerjain gue aja!" - "Iya soalnya gue d\-brief sama Fiona Shrekwati untuk ngaku kenal ORBAR kalo ditanya sama lu!" + "BENCOOOONGGGGGGG!!!! FIONA SHREKWATIIIIII AWAS LUUUUU!!!!" Monyet. cerita jumat malam Bekerja di dunia hiburan membuat saya terbiasa ber-temu dengan para publik figur Indonesia. Dan saking biasanya, sekarang ini saya nggak merasa perlu untuk fotofoto, bahkan kalau nggak pentingpenting amat...saya cenderung malas mengobrol dengan mereka kecuali yang berstatus teman. Yaaah ini sih dikecualikan beberapa minggu lalu saat saya berjumpa dengan Roy Marten yang nota bene adalah aktor favorit saya sejak kecil. Eniweeeeii... Sejak Rabu kemarin, keadaan sedikit berbeda dengan ter-siarnya kabar bahwa acara taikshow yang saya kerjakan akan menampilkan seorang pemakan manusia yang baru dibebaskan. Saya agak cemas dengan pemilihan bintang tamu yang satu ini karena...mungkin itulah reaksi spontan seseorang yang mendengar bahwa akan bertemu dengan seorang mantan kanibal. Tapi kesibukan melanda tak kunjung henti sehingga saya agak "lupa" dengan topik Jumat malam ini. Siang tadi setelah meeting di rumah bos dan berlompatlompatan di trampolin raksasa miliknya sambil mencari inspirasi (sum-pah efektif sekali cara ini), si bos memaksa saya turun dan mengingatkan bahwa saya harus melakukan riset mengenai si kanibal tersebut. Duaaanggg...baru inget bahwa malam inilah hari-H pertemuan langsung dengan si mantan kanibal. Ketika sampai di kantor, entah gara-gara lompat-lompat-an di trampolin atau senewen karena mesti ketemu sama manusia paling menakutkan abad ini, saya merasa lemas dan tak berdaya. Belum lagi e-maii yang sulit dibuka, membuat kepala jadi makin penuh dengan pikiran-pikiran nggak bener. Bagaimana kalau nanti aku dimakan...bagai-mana kalau nanti si om dicemil...bagaimana kalau nanti... teruuuus aja mikirin yang bukan-bukan. Akhirnya pekerjaan selesai dan saya berangkat ke studio. Acara rutin pun dimulai, menyambut si Om dengan briefing tentang pertanyaan dan sebagainya. Mbak Anna sang make-up artist bekerja dengan kilat, secara takut sete-ngah mati satu ruangan sama si bintang tamu. Setelah selesai make-up, diapun minggat, pindah ke ruangan lain. Seisi ruang make-up pun mendadak bermigrasi entah ke-mana, padahal biasanya cewek-cewek ini huh rendah mengobrol dan menggosip. Saya tetap berada disamping si Om dengan jantung makin tak tentu gelombang detak-nya. Tiba-tiba produser televisi memasuki ruangan dan menga-barkan bahwa sang bintang tamu sudah tiba di lokasi dan akan segera dimasukkan ke ruang makeup dengan pengawalan ketat secara banyak wartawan yang nongkrong di luar sana. Saya meringis dan mencolek si produser. + "Bo, gua takuuuutt... gua diluar aja yaaa..." - "Eh lo jangan takut bo. Biasa-biasa aja..." + "In emang kenapa kalo gue takut?" - "Bukan apa-apa bo, kalo lu takut, dia akan jadi SERE M" + "Oke, itu bukan cara menenangkan perasaan yang baik.." Ruang make-up pun tambah sepi. Kini penghuninya tinggal saya, si Om, si kakak rekan kerja saya dan bos stasiun TV terkait. Tak berapa lama muncullah sosok yang (sebenarnya tidak) dinanti-nanti tersebut. Sang bintang tamu. Lengkap dengan radio transistor kecil yang diten-tengnya kemana-mana. Bulu kuduk saya meremang, apa-lagi ketika dia dengan takzim menyapa kami semua, "Selamat malam..." Dalam hati saya menjerit, "Jangan salam-anf Jangan salaman!" Tapi apa boleh dikata...akan sangat tidak sopan sekali bila saya menolak uluran tangannya. Untuk menghindari kesan takut, saya langsung sok sibuk membantu rekan kerja saya menyiapkan jas dan sepatu si Om. Dan ternyata memang bekerja sambil merinding itu sungguh gila sensasinya. Setelah berbasa-basi sejenak, si Om pun permisi keluar untuk merokok sebelum acara dimulai. Saya dengan senang hati dan lega meng-ikutinya. Selebihnya acara berjalan seperti biasa. Saya tentunya menjaga jarak aman dengan pak kanibal yang duduk tidak sampai setengah meter jaraknya dari saya saat menunggu giliran tampil tiba. Hayaaahhhhh!!! Poin dari cerita ini adalah: saya mengejutkan diri sendiri dengan kenyataan bahwa ternyata saya masih bisa berlaku judgemental. Menanggapi perceraian artis saya masih bisa bilang, "Ah bo, pasti ada sebabnya. Nggak mungkin salahnya cuma sepihak." Menanggapi kasus anak SMA yang hamil diluar nikah saya masih bisa komentar, "Yaaa namanya juga anak muda. Kurang kontrol aja kaleee..." Menanggapi kasus lumpur Sidoarjo saya masih bisa berpendapat, "Memang banyak pihak yang dirugikan, tapi perusahaannya sih kasian juga kali ya. Secara itu kan sebenarnya ada faktor kecelakaan juga..." dan lain sebagainya. Menanggapi kasus kanibalisme ini ketika baru merebak, saya bilang begini: "Dia itu memang punya kelainan jiwa. Mbok ya udah toh jangan dibesar-besarkan..." Tapi setelah berhadapan langsung dengan orangnya, yang timbul di benak saya adalah: "AKU TAKUUUUTTTM!" Dan imbas dari pikiran yang berulang kali bergema di kepala itu adalah jadi kaku, keringat dingin dan gelisah abis-abisan. Hal ini terejawantahkan dalam perilaku yang jadinya berkesan sok. Bahayaaa... Nggak Miund banget. Malam ini benar-benar pelajaran buat saya. Ada bedanya menjadi seseorang yang "tidak judgemental" dan "berusaha untuk t\dak judgemental". Dan sedihnya, saya ternyata masih ada di kategori kedua. Susah ya... susah... Ya gimana dong... dia makan orang gitu Ion!!! neng wenni dan idolanya jadi gini Ion... Beberapa minggu yang lalu, di sebuah event taikshow off-air mingguan yang disponsori oleh sebuah rokok berinisial M produksi PT D, dimana saya bertindak sebagai koor-dinator konten acara...saya berniat memberikan surprise tiada dua bagi sahabatku yang mirip Dora The Explorer itu. Sekitar 3D jam sebelum acava, saya menelepon-nya. + "Neng! Isukan bergabung atuwh. Acara gue kan di Senayan City. Hayu lah nonton" - "Aduh bo, gue kebetulan ada buka bersama dengan koran PR euy... don't know if I can make it" + "Yakin gak mau dateng? Dateng deh demi gueee..." - "Yah nanti liat deh kalo sempet ya" Bagi kami, "liat nanti" atau "nanti liat" itu artinya adalah 80% "tidak", 10% "mungkin "dan 10% "males ah". Tam-paknya jurus pamungkas harus dikeluarkan. + "Ya udah deh Neng, gue cuma ngabarin. Kalo lo ga bisa dateng ya ga pa pa. Sayang amat ya. Padahal bintang tamunya Ferdy Hasan" Swinggg... hening sejenak. + "Halo? Wen? Halaaww??" - "Siapa? Ferdy Hasan?" + "Yongkri. Tertarik?" - "Aaaah Miuunddd... aaaah gue jadi binguuung..." Saya cengar-cengir sendiri, ngebayangin muka si Neng yang pasti lagi bersemburat merah merona sambil se-nyum-senyum salah tingkah gimanaaa gitu. + "Ya tapi kalo ga bisa dateng ga pa pa juga sih. San-tai aja" - "Eh kan gue buka puasanya di PS. Sempet lah nye-brang mah... Eng, lagian gue harus ngasih sesuatu buat ditandatanganin sama bos lu..." Dan terjadilah deal itu. Neng Wenni akan datang demi melihat pujaan hatinya di depan mata. Neng Wenni memang sudah lama jatuh cinta pada Ferdy Hasan. Saya tau, karena kalau kita bicara tentang pria-pria mapan menawan yang ada di Indonesia ini, dia pasti tak lupa menyelipkan nama Ferdy Hasan. Dan yang paling ngeselin, mukanya pasti merah banget kalo lagi ngomo-ngin pria beristri dan beranak dua ini. Seperti di suatu ke-sempatan, dia menelepon saya dengan suara terengah-engah kaya habis ngejar maling. - "UND! UND!! GILA SIAAAHHM" + "Oi, di mana lo Wen?" - "GUA DI AIRPORT!" + "Terus?" - "GUA MAU KE SURABAYA!" + "Ya ngga usah TERIAK, dodol!" - "Maap... maap... gua deg-degan hore nih" + "Kenapa??" - "Ada Ferdy Hasan di deket gue" + "Dan lo ngomong kaya gini dia gak denger?" - "Gak tau deh. Tapi Miund... dia cakep bangeeett... cakeeepp..." Kalau kami berdua adalah orang biasa yang jarang ketemu selebritis Indonesia, mungkin saya akan ikutan semangat dan menambah ketegangan dengan sorak sorai membaha-na. Sumpah, untuk ukuran orang yang hangout bareng penyiar radio yang ngetop di kalangan ABG Jakarta, pe-nyanyi kondang mantan anggota trio ngetop yang sekarang juga berprofesi sebagai aktris dan pembawa acara yang nota bene TEMAN dari objek pembicaraan, kelakuan Wenni tidak bisa diterima dengan akal sehat. + "Kampung ah. Lo kan temennya Arie Dagienk gitu loh. Sama aja deh." - "BO! DAGIENK ITU TEMAN KITA! FERDY HASAN KAN LOVE OF MY LIFE I" + "Yakin lo dia ga bisa denger?" - "Gak tau deh... Ah udah ya... udah dipanggil boarding. Dah neeekk!!" Beberapa menit kemudian, saya menerima SMS dari Wenni. EDAN SIAH GUA DUDUK DI SEBELAHNYA FERDY HASAN!!! EDAAANNNM! AKYU DEG DEGAN BERATM Saya tidak membalas, karena lebih baik dia segera mematikan telepon sebelum pesawat tinggal landas. Beberapa hari kemudian, Wenni kembali dari Surabaya dan menelepon saya untuk menceritakan perihal duduk di pesawat bersama Ferdy Hasan. - "Miuuuunnnddd...tau gak gua kemaren kampung banget!" + "Bukannya selalu?" - "BO! Dengerin dulu napa sih? Jadi gue tuh duduk di sebelahnya dia gitu..." + "Trus trus ngobrol apa aja?" - "Nggak ngobrol" + "GIMANA SIH LO???" - "Nggak bo, gue bingung mau ngobrol apaan! Makanya gue pura-pura cuek aja sambil baca koran." Sahabat saya yang ini emang ahli banget pura-pura cuek terutama ketika berada disekitar orang-orang terkenal seperti saat dia pura-pura nggak lihat Taufik Kiemas di dalam lift yang sama misalnya. + "Bo, lu cuek beneran atau pura-pura emang ngaruh?" - "Aduh bo gue deg-degan banget! Lo tau gak, gue baca koran aja gak dibalikbalik halamannya...gue gak bisa fokus gituh!" + "WHUAHAUHAKAHAKHKAKAKAKKK!!!" - "Dan lo tau apa... lo tau apaaaa???" + "Apa?" - "Gua yang ada surat-suratan gitu sama temen gue anak agency yang duduk disebelahnya Ferdy Hasan. Gue tulis 'bo bo, gue deg degan sumpah' di kertas, trus gue lipet kecil terus mau gue kasih ke dia. Tapi si anak agency itu rada bodoh, akhirnya LO TAU APA??? FERDY HASAN MENAWARKAN DIRI MENGOPER KERTAS ITU KE TEMEN GUE! Bayangin bo kalo dia baca kan gue MALUM!!" Semaleman suntuk saya ketawa gila. Insiden ini terlalu 'juicy' untuk disimpan sendiri. Jadi ke-esokan paginya saya langsung membocorkan kejadian tersebut pada bos saya yang nota bene teman seprofesinya Ferdy Hasan tersebut dan kebetulan pun kenal baik dengan sahabat saya si Wenni. - "Sumpah lu bo? Si WENNI?" +"MBEEERRM" - "Anjis... anak kampungan gitu masih lu temenin aja sih?" + "BO! Dia tuh emang kampung...tapi dia sahabat gue deh!" Dan bos saya hanya tersenyum-senyum simpul. Saya tau bener makna dari senyumannya yang bila diterjemahkan akan berbunyi: "Awas siah Wen, suatu hari rahasia ini akan kubocorkan pada yang bersangkutan." Well, anyway... back to Senayan City...Neng Wenni mun-cul sekitar 10 menit sebelum acara berakhir. Saya me-nyambutnya. Tapi dia mah boro-boro ngeliat saya. Matanya tetap menatap ke arah panggung. Saya cepat tang-gap. Segera saya menariknya mendekat, setelah melihat bos saya menutup acara dan Ferdy Hasan melangkah ke-luar arena. Saya sebagai klien yang sopan, menyalami be-liau. Saya: "Mas Ferdy, makasih banyak... jangan kapok ya jadi bintang tamu kita lagi" Ferdy: "Oh, sama-sama mbak. Makasih juga udah di-undang..." Saya: "Eng... Mas Ferdy, ini temen saya ngefans be-rat... mau foto bareng..." Sebelum Ferdy Hasan sempat mengatakan apa-apa, bos saya entah dari mana asalnya menerjang dan segera me-rangkul Ferdy dan Wenni. Ia menggiring mereka ke sebuah pojok sepi. Saya mengikuti dari belakang. Berikut cuplikan omongan si bos yang saya tangkap: "Fer, dia ini cinta bener sama lu. Pernah satu pesawat sama lu ke Surabaya dan gugup gak tau mau ngomong apa sama lu gitu. Norak ya? HahahahaM!" Ini omongan Ferdy Hasan yang saya tangkap: "Ah masa? Kapan ya? Ke Surabaya yang kapan?" Dan ini JERITAN Wenni yang saya dengar dengan jelas: "FARHAAAN! FARHAANM! DIAAAMM AKU MALUUUM!" Ya ya ya... bos saya dengan serunya membocorkan rahasia yang sudah berminggu-minggu dipegangnya...lalu mening-galkan Wenni, Ferdy Hasan dan saya begitu saja sambil cekikikan. Wenni wajahnya sudah semerah tomat. Saya langsung stand by dengan HP neng Wenni yang sejak tadi saya pegang untuk memotret mereka. Ceklik ceklik! Jadi-lah dua foto bersejarah Wenni dan Ferdy Hasan berang-kulan. Setelah basa-basi sedikit menetralkan suasana, sang idola pun pergi berlalu dengan manajernya, sementara saya merangkul Wenni yang masih senyum-senyum malu jijay untuk sedikit menenangkan hatinya. Tapi ternyata... sahabat saya KERINGETAN seperti habis lah marathon 10 kilometer. + "WENNI! KAMPUNG SIAAAHHHM! KENAPA KERINGETAN????" - "Boo... gue kan malu..." + "KAN UDAH FOTO! UDAH LEWAT!" - "Ya tetep aja malu... aduh gue lemes..." Sodara-sodara... betapa lega rasa hati ini dapat menu-angkan segalanya disini pada akhirnya. Mari kita doakan di hari Lebaran ini, supaya Wenni dapat berjumpa dengan Ferdy Hasan di kemudian hari. Amiinn! departemen luar negeri... E dan dunia ini rasanya cepet banget berbalik... Baru malamnya saya merasa ngelangut, sedih dan terharu biru...Tiba-tiba paginya sahabat saya meng-sms dengan konten yang amat mengganggu jiwa raga. Isinya kurang lebih menggambarkan awal mula kisah cinta dari salah kiri m SMS...lalu mungkin karena gak sabar, dia menelepon saya sambil cekikikan. Wenni: "BO! BO! Merry Christmas yeeeee!! BO! Gue kenalan ama cowok!" Saya: "Setan lu! SETAAAANNNM!" Wenni: "Malih... iyaaa jadi ceritanya akika mo sms Daniel Tumiwa...trus tiba-tiba kayaknya salah nomer.. eh nyangkut di cowok ini...dan dia ngajak kenalan deh!" Saya: "Bo, lu kaya cerpen-cerpen majalah ANITA Ce-merlang deh" Wenni: "Bukan itu pcw7t-nya...BO! COWOK INI PNS! Pegawai Negeri Sipil!" Saya: "BOONG LO!" Wenni: "EMBEEEERRRM Kerjanya di DIKNAS! Depdik-bud! Gokil gak?" Saya: "MBWAHAKHAKHAKHAKHAKHAHAKAKKK!!!!" Wenni: "BO! Udah gitu dia gombal gombal jaya pula! Mo marah ga seh?" Saya: "Wen, piis deh... kalo mo ngecengin laki-laki pegawai negeri, minimal harus DEPLU. Ga maen deh ama departemen iaen. Liat tuh Marty Natalegawa... mana ada di departemen lain manusia sempurna seperti itu???" Wenni: "SIALAN LO! Lo tau siapa itu Marty Natalegawa? GOKILLM! Gue pikir gue doang yang tau! Abis semua orang ga ada yang tau diana gituhhh!!" Saya: "Hen mongki, Marty Natalegawa itu adalah lelaki idaman akyuuu..." Wenni: "Marty Natalegawa...aduuuhhh kok ada ya pejabat kayak gitu...ganteng, berpendidikan...keba-pakan..." Saya: "Banyak, dodol. Tapi cuma di Deplu doang! Hihihihi... Di Depdiknas sih yang kaya Fuad Hassan mungkin ada, tapi DIKIT! Untuk itu, mari kita tengok cowok-cowok Deplu!" Wenni: "Eh asik juga ya bo, ngecengin orang Deplu! Hihihihi... Seru-seru gimanaa gituu..." Saya: "Wah malih, iya ya... betapa serunya menjadi istri seorang Diplomat! Ke luar negeri gratis...Wakakakakakkk!!" Wenni: "Iya... menemani suami bertugas di negeri-negeri eksotis..." Saya: "Eh cocong, kalo ternyata suami kita dianggap jelek kinerjanya trus dikirim ke negara-negara seperti Uganda, misalnya... itu gimana ya?" Wenni: "WAAAKAKAKAKKAKAK!!! BO! Lu di Uganda, gue di Aljazair...entar kita telepon-teleponan...tukeran resep masak...waakakakakakk!!!" Saya: "LO EMANG ANJROT YA WEN!" Yah demikianlah pembicaraan Christmas morning yang sungguh gak ada pentingpentingnya oh percaya deh, yang disini udah diedit sampe mampus secara durasi as-linya kurang lebih dua setengah jam. Tuh Wen, kurang apa lagi... calon istri duta besar nih ce-ritanyaaa... ihihihihihihihi... MENGKHAYAL BANGET!!! CINTA, BAB YANG TIDAK PERNAH AKAN SELESAI DITULIS Masa jomblo adalah masa yang a) menyedihkan, b) me-nyenangkan. Menyedihkan karena kadang kita mesti pura-pura senang nonton film sendirian sementara di sekeliling kita orang-orang duduk berdampingan dengan pasangan masing-masing. Menyenangkan karena nggak ada yang komplain saat kita memutuskan untuk ke mal dengan celana Hawaii, kaos nggak matching, kaca mata item dan sendal jepit yang sungguh jauh dari "matching". Pada waktu saya menyusun buku ini, saya sudah tak jomblo lagi alias punya pacar. Tapi, ada beberapa tulisan yang di tulis saat saya men jomblo, juga tentang teman-teman masih menjomblo hingga kini. tiga hal yang bikin seorang lelaki nggak nap-suin (?) Jadi gini loh...namanya perempuan kan kalo lagi ngum-pul apa lagi yang diomongin kalo bukan tentang laki-laki. Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami diskusi yang sangat intens tentang mahluk lawan jenis ini. To-piknya adalah: "Apa yang bikin kamu 'drop' sama seorang lelaki" Basi sih emang, tapi nggak tau deh...kemaren itu rasanya nggak basi-basi banget. Rangkuman dari penda-pat perempuan-perempuan yang waktu itu berkumpul, adalah sebagai berikut: 1. Bau badan yang tidak sedap Mau seganteng apapun, kalau bau badan sudah jadi penghalang...pasti tidak sedap kelanjutannya. "Tapi kalau laki-laki itu baik dan sayang banget sama kamu, masa hal se-superficial bau badan dapat membuat kamu kehilangan 'your possible love of your life?'Itu kan bodoh," kata seorang teman saya. "Ya bo, hari gini ada deodoran deh. Kan itu masih bisa dibetulin," timpal yang lain. Saya mikir sebentar lalu menggelengkan kepala. "Tapi tetep aja. Ketika dia sudah 'tak berbau1, maka ketika kamu berdekatan dengannya, at the back of your head, kamu tau bahwa dulunya dia bau dan ke 'tak bau' annya sekarang itu adalah palsu. Buat saya itu mah turn-off abis-abisan," bela saya. Teman-teman saya pun mengerti poin saya dan dapat menerima perbedaan pendapat kami. 2. Artikulasi kurang sempurna Yang dimaksud disini bukanlah semacam cacat bawaan lahir, tapi lebih kepada cara bicara standar yang dibung-kus dengan kemasan 'sophisticated' berlebihan. Seperti ketika seseorang berkata bahwa 'parfum' adalah 'farfum' atau 'feminin' adalah 'feminim'. Atau seperti kata seorang bintang televisi Indonesia ternama... "Hai apa kabar? Tas LUIS PITONG kamu bagus deh..." 3. Cara flirting yang kampungan Bila Anda laki-laki, pernahkah Anda menjabat tangan la-wan jenis yang Anda sukai lalu menggelitik telapak tangan yang Anda jabat dengan telunjuk Anda? Kalo iya... maka kami kaum perempuan modern sialan ini akan se-rentak meneriakkan ANJISS SIAH GOBLOOG! Kenapa sih? Kenapa harus begitu sih? KENAPAA? sampai detik ini, geng diskusi perilaku lelaki belum menemukan jawaban yang cukup masuk akal mengapa para lelaki masa lalu di dusun tertentu melakukan hal ini untuk MENARIK perhatian la-wan jenis. Ada yang bisa membantu? untuk para jomblo perak cap gajah duduk Mengingat dan merasakan kondisi fisik yang sedang drop, harusnya dan rencananya saya tidak ngebiog malam hari ini. Tapi apa daya, mata ini tergoda olehpostingan sahabatku yang sinting jaya mengenai betapa perempuan lulusan ITB umumnya dikenal seret jodoh. Masa sih? Sebagai sesama perempuan lulusan kampus cap gajah duduk yang kini berstatus punya pacar, saya sudah lama tak memikirkan hal ini. Tapi kalau dipikirpikir, benar juga. Dulu waktu masih jomblo akut, saya menemukan minim-nya pria-pria layak keceng yang juga sama-sama lulus atau minimal pernah kuliah di Ganesha 10. Vang ada juga stok lama dan umumnya sudah berstatus teman biasa. Saking temannya, kamikami yang perempuan ini sering di-pandang sebagai 'bukan perempuan' di mata mereka. Dan kami-kami ini juga sudah hilang nafsu karena pernah me-lalui berbagai hal sialan seperti misalnya: dikentutin se-malam suntuk oleh mereka, berpetualang mencari majalah bekas di Cikapundung, nonton film India rame-rame di ruangan yang karpetnya bau jempol dan naik mobil warna alpukat yang beraroma kaos kaki kotor lembab. Walau kawan-kawan pria kami ini dikenal baik hati dan rata-rata memiliki pekerjaan yang mapan, penampilan yang sudah jauh lebih up-grade dibanding saat kuliah dulu (contohnya minimal sudah kenal benda bernama KEMEJA) dan ber-penghasilan cukup untuk membiayai suku pedalaman ber-perang, kami tetap tidak nafsu. Saya teringat pernah bercakapcakap dengan si sinting jaya mengenai hal ini ketika saya menjomblo. Saya: "Neng, udah atuh kita buka buku lama aja. Siapa temen-temen lama kita yang kira-kira pas jadi suami?" Neng: "Hnggg... siapa yah..." Saya: "Si pembelot desain Interior yang sekarang jadi bankir itu?" Neng: "Ih ogah. Ga tau ya bo, gua mah kalo liat dia tetep kaya gorila euy" Saya: "Bener juga lo. Si binaragawan wannabe?" Neng: "Wah, sekarang sih udah jadi web designer kelas kakap...tapi nggak deh. Lo masa ga inget dia suka nyanyi lagu-lagu GUNS N ROSES dengan logat JAWA?" Saya: "Damn. Iya yah. Siapa atuh?" Neng: "Si Arab ganteng bekas ketua KMSR?" Saya: "HADUH. Nggak deh. Secara sekarang jadi asis-ten sutradara bo. Mati ga sih lo ditinggal syuting mulu? Lagian dia kan udah mo kawin. Mendingan juga sama si anak seniman yang kini menjadi seniman di luar negeri itu deh" Neng: "Wah iya tuh prospektif. Tapi dia mah out of reach bo. Mesti ke London gitu Ion!" Saya: "Tapi kan masa depan cerah bo. Denger-denger udah putus sama pacarnya tuh." Neng: "Si anying... masaiahna mun urang jeung si eta mah ay a hiji faktor nu kudu dipastikeun heuia" Saya: "Faktor naon?" Neng: "Faktor dia MAU APA ENGGAK sama GUA, monyet. Lagian ngga ah. Anaknya rada cacat mental permanen juga. Enakan jadi temen bo" Saya: "Oke sok atuh bergerak keluar seni rupa sedikit. Adakah anak-anak teknik yang kece sumece?" Neng: "Si Matematika itu? Temen penataran lo bukan?" Saya: "TIDAAAAKKK!!!! Bo plis deh. Dia seperti om-om ayeuna euy" Neng: "Iya yah. Tapi tampak sukses. Anak Geodesi?" Saya: "Siapah?" Neng: "Ya sapa kek gitu" Back to square one. Hasilnya? Nihil. Mungkin Neng Wenni, keseretan jodoh selepas sarjana ini berakar dari masa lalu kita yang kurang cemerlang di bi-dang pertemanan. Buat yang kurang paham, berikut sedikit abstraksinya. Pergaulan di luar Seni Rupa jaman kuliah dulu memang di-batasi oleh cemoohan rekan-rekan se jurusan. Ketauan jalan dikit sama anak teknik manapun, besoknya langsung diledekin: "Cieeee cieeee...nyari jodoh teknokrat niiihh... cieeee..." Dan hal ini mengganggu sekali sehingga banyak dari perempuan angkatan kami yang kemudian memilih untuk mencari jodoh di lingkungan internal saja, bahkan diluar kampus sekalian. Pacaran dengan anak luar lingkungan Ganesha pun sulit, karena walau yang meledek bukan seisi kampus, tapi umumnya teman-teman dekat pasti mengadakan proses screening yang luar biasa ketat. "Kuliah dimana dia?" Biasanya patah disini. Mari kita cek jawaban yang umum terlontar dan reaksi para penanya. Contoh 1: + "UNPAD" - "UNPAD-nya apa?" + "Hukum/Ekonomi/Kedokteran/Sastra/FISIP" - "Cieee... traktir dooonggg!" Positif. Semua hepi, walau yang ditanya pun baru akan membawa sang pujaan hati cap Dipati Ukur/Jatinangornya ke acara-acara tertentu dimana pria-pria gajah duduk tak banyak bertebaran. Karena kalo ketemu, tak urung bakal jadi bulanbulanan juga. *buat yang pernah ketubruk in-siden kaos 'Bukan Anak Unpad' pasti ngerti apa yang saya maksud... wuaakakakakakakk * Contoh 2: + "UNPAR" - "Arsitek UNPAR?" + "Iyah" - "Waaa dia punya temen gak? KENALIN DOONGM!" Lagi-lagi positif karena anak-anak arsitek UNPAR memang keceng-abie berat. Selain itu, gak malu-maluin kalo dibawa ke acara party-party kampus karena selain fotogenic, kampusgenic dan otakgenic, umumnya anak-anak ini AUTOGENIC dan ATMGENIC. Dan ini akan segera membuat pria-pria gajah duduk diam seribu bahasa karena *ehem* agak minder. Contoh 3: + "(masukkan institusi lain disini, apa saja)" - "Hah? Kampus mana tuh?" + "(masukkan lokasi institusi tersebut)" - "In, yakin lo? IP-nya berapa??" + "4.0" - "Orang tuanya kerja dimana?" + "Jendral bintang lima" - "In! Kok jendral anaknya sekolah disitu?" + "Yah bo..." - "Bo! Ih sadar deh. Coba yah lo main-main ke belakang aja dikit. Anak-anak teknik banyak yang jauh lebih layak tau nggak!" - "Tapi kan gue cinta..." + "Yah cinta sih cinta bo...bukan berarti kan lo paca-ran ama anak (masukkan institusi lain disini, apa saja)" Maka si objek penderita yang sedang dimabuk cinta dengan mahluk diluar dua kampus andalan diatas ini akan masuk tahap denial dan mengafirmasikan diri sendiri bahwa it's okay to date somebody yang tidak bersekolah di dua kampus andalan. Tapi tak urung hal ini pun akan ter-bawa berlarut-larut sampai akhirnya hubungan yang di-jalin kandas karena kurang percaya diri. Itu dia. Perempuan gajah duduk angkatan saya terlalu di indoktrinasi (atau mengindoktrinasi diri sendiri) bahwa latar belakang pendidikan amat sangat berpengaruh pada masa depan pada umumnya dan perjodohan pada khusus-nya. Hal ini menyebabkan lahirnya standar tinggi yang secara tak sadar terbentuk di batang otak masing- masing. Dan ini pulalah yang menjebolkan istilah 'JOMBLO PERAK' alias lebih dari 25 tahun usia belum juga punya pasangan karena terlalu pemilih, Masalahnya sekarang: pria-pria gajah duduk yang dulu bau jempol, gondrong dan memang tidak pernah minder sama kita-kita ini, kini sudah d\take-over oleh para wanita dari ragam latar belakang pendidikan yang bebeda-beda. Ada yang menikah dengan gadis sekampungnya, ada yang menikah dengan dijodohkan orang tua, bahkan ada pula yang menggandeng wanita bule saat bertugas ke luar negeri. Singkat kata, Neng Wenni tersayang, jodoh emang balik-baliknya di tangan Tuhan. Oleh sebab itu, cobalah untuk tidak memikirkan jodohnya, tapi pikirkanlah kembali bagaimana caranya merebut hati para earner yang bertebaran di daerah Menteng sana. Itu langkah yang lebih brilian sepertinya, ketimbang mengundang pria-pria gajah duduk yang kini tak jelas rimbanya... BWAHAKAHKAHKAHAKHAKHAKHAKHKM! Dan yah...barangkali memang sudah saatnya membuka hati untuk pria-pria non gajah duduk seperti misalnya pria-pria Yogya yang walau berlogat Jawa namun tamat-an kampus biru...atau mas-mas jaket kuning yang kini sudah mengantongi gelar Ph.D dan ngetop di televisi itu... atau mungkin mau ikut jejak saya? Memacari satu dari sekian banyak pria Indonesia yang mahir minimal dua bahasa dan kuliah nun jauh di belahan dunia lain sana? Sama seksinya kok sama cap gajah duduk. Lebih seksi, malah... Tried, tested and proven ;) Kalo semua gak cocok, saya kenal baik banget sama seorang pria lulusan kian Dipatiukur yang walau sudah menikah tapi nampak punya teman-teman single yang bekerja tetap pada jalurnya dan tidak menclok di entertainment seperti dirinya. Jaminan mutu lah. Huahahakahakhakakaakakkaakkak... 'sumpah puas banget nulis ini' Seperti jutaan perempuan single di pfanet ini, saya pernah mengaiami jatuh cinta dan patah hati. Waktu jatuh cinta emang sejuta rasanya. Ketika hubungan cinta muiai nggak menuju ke arah yang diinginkan, terpaksa harus mengakhiri karena saya masih berpegang pada hukum kiasik: iebih baik mutusin daripada diputusin (bukan begitu?). Seteiah mutusin pacar, datangiah saat-saat ga-mang yang penuh ieiaki wara-wiri di depan mata sehingga kehidupan menyenangkan untuk beberapa saat. Laiu tibaiah saat itu: mendengar si mantan akan meiepas masa iajang. Buat sebagian besar orang, hai ini bikin na-ngis bombay bahkan bunuh diri. Buat saya? Hm. selamat menempuh hidup baru :) Kemarin malam, sahabat saya menelepon. Suaranya gloomy be rat. Dia: "Bo, lu udah denger belom ya..." Saya:"Denger apa?" Dia: "Aduh gue gimana ngasih taunya ya ke elu..." Saya: *mu/aipanik* "Kenapa? Siapa yang mati?" Dia: "Enggak...itu...mantan lu mau kawin. Tadi siang dia nganterin undangan ke kantor gue" Saya: "Ooooo...ya ampun booo...gitu aja lu ribet... wahakhakhakhk..." Sahabat saya tidak menjawab. Saya: "Kenapa atuh pake bingung ngasih tau segala" Dia: "Kalo lu ada di posisi gue, lu pasti ngerti kenapa. Dia kan mantan lu. Admit it, elu sempet share good moments with him." Saya: "Bener. / shared good moments with him for five years...but then what? It ended anyway. Sutralah bo. Let the past be the past" Dia: "Miund, are you sure you're ok?" Saya: "I am ok." Dia: "Are you really sure?" Saya: "Bo, kalo lo ngomongin pernikahan seseorang yang pernah bikin gue nangis bombay semaleman, percaya deh...yang itu situasinya bener-bener beda dari yang ini...hakhakhakhak...ser/ous/y." Dia: "Gue speechless" Saya: "Bo, / am happy now. Kerjaan gue bagus-bagus aja. Bos gue baik. Show gue...yaaa ratingnya sih belom 15 ya...tapi meningkat kok. Gaji lumayan...bisa belan-ja-belanja. Pacar baik banget...sayang banget sama gue dan gue juga sayang banget sama dia. Tell me one good reason why I shouldn't be happy" Dia: "Wah gue ga tau..." Saya: "See? So tonight, kebahagiaan gue bertambah satu lagi. / no longer feel guilty about my ex. Dia mau nikah sama perempuan yang bisa ngertiin dia. Bagus dong bo." Dia: "Iya sih. Jadi lo mau dateng gak?" Saya: "Emang nikahnya kapan sih?" Dia: "Jumat ini tanggal 9" Saya: "Yah kan tadi siang gue baru bilang sama lo kalo gue baru dapet gig dan deadlinenya hari Sabtu pagi... payah ah." Dia: "Gue juga mesti ke Bandung sih. Tiyas mesti pameran. Eh lo ke pameran Tiyas kan?" Saya: "Itu sih harus secara Tiyas-nya udah ngingetin gue dari dua minggu yang lalu... hehkehkehke..." Dia: "Ya udah atuh. Bo tapi bener ya, kalo lo kenapanapa, telpon gue aja. I'm all ears..." Saya: "Iya" Mungkin sepertinya heartless banget. But really, I don't feel a thing but happiness for my ex. Dia sudah menemu-kan rumah untuk hatinya, dan saya sebagai orang yang pernah khawatir banget akan keberadaan dia setelah hubungan kami berakhir tentunya senang dan lepas dari rasa cemas. May you and your bride be blessed, Tom :) Setelah mengarungi kisah cinta jangka panjang yang ujung-ujungnya kandas ditengah jalan dan beberapa 'ke-dekatan' dengan calon-calon pasangan yang 'salah', wa-jar kalau seseorang jadi agak lemot masalah cinta. Tapi kalo dipikir-pikir, kapan sih manusia bisa pinter mengha-dapi cinta? Cuma satu jawabannya: Nggak akan pernah. Karena cinta itu...gokil bos. tentang hari kasih sayang tahun ini :) j^ormula matematika baru: Deadline + Stress + PMS = maki-maki orang di biog dan nyumpahin biar pada kena diare. Yah yah. Kerjaan kadang bikin bete. Tapi satu hal udah lewat. Tinggal istirahatnya aja belom berasa cukup. Ma-lem ini seperti beberapa malem sebelumnya sebenernya nggak niat blogging. Pengennya tidur. Tapi gara-gara nonton sebuah film berjudul "The 6th Day" yang dibinta-ngi (eugh) Arnold Schwarzenegger, saya jadi pengen nulis. Yang menggelitik saya adalah kenyataan bahwa film ini punya korelasi yang sangat kental dengan lagunya Freddie Mercury yang berjudul "Too Much Love Will Kill You". Dan seperti bisa diduga, bukan plotnya Arnold Schwarzenegger yang menceritakan hal ini (padahal jelas plot utama), tapi tokoh yang diperankan Robert Duvall-lah yang punya angle cerita menarik. Tokoh bernama Dr. Griffin Weir ini mengembangkan teknologi cloning sampai sempurna karena dia tidak ingin istri yang sangat dicin-tainya meninggalkannya. Sialnya si istri mengidap penyakit cystic fibrosis dan tak mungkin disembuhkan. Ketika si istri d\-c/one untuk kedua kalinya, memori yang dimiliki istri asli pun terbawa pada clone ini. Ini menyebabkan si clone ogah di'perpanjang1 masa hidupnya ketika akan mati untuk kedua kalinya. "The memory I have is not mine. It's hers. And she died five years ago. Let me die, "begitu ucapan si clone kepada Dr. Weir sebelum akhirnya benar-benar mati. Cinta memang bisa bikin orang mampu melakukan hal-hal yang unthinkable. Pesan yang ingin disampaikan sungguh sederhana. Digambarkan dengan Dr. Weir yang cinta mati sama istrinya sehingga hal ini bikin dia bisa menggandakan manusia. Hollywood emang nggak kenal ampun dalam hal membesar-besarkan dan mendramatisir isu, karena itu industri mereka dan saya sangat menik- matinya Ngomong-ngomong tentang cloning...kalo kerjaan lagi banyak najis begini rasanya pengen punya clone yang bisa disuruh-suruh. Tapi clone saya ga boleh punya memori tentang kehidupan cinta. Ntar si bebe dipacarin juga lagi...hihihihihi... Dan ngomong-ngomong tentang cinta lagi, kemarin acara saya kedatangan tamu sepasang pengantin baru yang lagi lucu-lucunya. Bukan selebritis tapi ngetop di kam-pungnya di daerah Buncit karena walau Jakarta banjir teteeeepp nekat nikah. Yang ada, si pengantin wanita di-ungsikan naik PANCI. Untungnya akad nikah berjalan Ian-car, gak pake acara basah-basahan. Again, love makes people do the unthinkable. Yang lucu dan menyentuh adalah ketika saya mewawan-carai pasangan itu sebelum show. Untuk singkatnya, Pengantin Pria akan disingkat jadi PP dan Pengantin Wanita jadi PW. Saya: "Kalian ketemu dimana?" PP: "Wah, kenal mah udah lama mbak" Saya: "Kok bisa nikah pada akhirnya?" PW: "Abang mau Ade yang cerita atau gimana?" PP: "Ade aja" PW: "Jadi gini mbak, saya dulu kan suka telepon-teleponan sama pacar saya. Nah kalo malem itu suka keabisan pulsa. Mau beli jauh. Si Abang ini kebetulan kan kerja di toko pulsa dan kalo pulang suka bawa pulsa elektronik. Saya tinggal beli sama dia" Saya: "Belinya dimana?" PW: "Di tempat tongkrongannya dia deket rumah" Saya: "Ooo... trus? Pacaran?" PW: "Oh belom. Jadi saya suka beli pulsa. Eh tau-tau gak berapa lama sering ada pulsa gratis masuk ke HP saya. Saya beneran gak tau siapa yang ngirim. Ternyata dia..." sambil memandang si Abang dengan mesra PP: "Kita gak sempet pacaran, mbak. Pokoknya suatu hari saya nelpon dia, dan dia ini ternyata baru putus sama pacarnya. Langsung saya ajak ngomong serius dan ketika saya tanya mau dijadiin istri apa enggak... eh dia mau. Ya udah, dua minggu kemudian orang tua saya dateng ke rumahnya untuk ngelamar" sambil meremas tangan si Ade dan balas memandangnya lebih mesra lagi. Wawancara ini berlangsung siang bolong panas terik, di dalam kios pulsa sederhana di daerah Cilandak, tepat hari kasih sayang kemarin. Walau Hollywood ahli mendramatisir berbagai masalah ter-utama cinta, walau yang sering kita lihat di layar kaca cinta seolah milik mereka yang glamor, walau Arnold Schwarzenegger sampai rela nyoba keluar dari stereotipe ja-goan jadi lebih 'manusia' dan GAGAI____ ...nggak ada yang bisa lebih dramatis lagi dari kenyataan. Sambil meneguk teh botol dingin setelah mencatat detil wawancara dengan pasangan sederhana yang sedang di-mabuk cinta itu, saya tersenyum. Hari sebelumnya dengan berapi-api saya baru bilang sama seorang rekan kerja saya: "Jakarta itu gila ya bo. GILA. Gue rasa udah ga ada orang yang tulus di kota ini." Dan cuma selang 24 jam, it was proven that I was wrong. Love stiii exists, even in the simplest places. Dan sepertinya kesadaran kalau cinta yang sederhana itu bisa memukau saya sedemikian hebat, tercermin dalam sms Valentine saya ke neng Wentjeh dan neng Tiyas... A'a, Teteh, Om, Tante sadayana... walau asa kebarat-baratan saeutik, abdi bade ngahaturkeun wilujeng Paien-tin Dey 2007 :) - 10 hal - 10 hal yang paling saya sukai dari orang tua saya: 1. Ketika si mamah mencium si papah di kepalanya dan kemudian ngomel-ngomel karena ternyata si papah keringetan. 2. Ketika si papah mengomentari bahwa masakan si mamah enak sambil makan dengan lahap 3. Ketika si mamah tampak senang dan bangga walau ujung-ujungnya tetep ngomelin si papah karena makan kebanyakan 4. Ketika si papah dengan dodolnya niru-niruin kelakuan seseorang dan si mamah dengan setia meng-ingatkan si papah untuk 'knock on wood' dan jangan suka ngata-ngatain orang 5. Ketika si mamah mengingatkan si papah untuk menelepon atau sms bila sedang pergi jauh G. Ketika si papah bercerita bagaimana dia menelepon si mamah dari bawah pesawat untuk ngajak pacaran 7. Ketika si mamah bercerita bagaimana sulitnya si papah diterima di keluarganya sampai akhirnya jadi menantu kesayangan 8. Ketika si papah bercerita betapa mertuanya yang Menado setiap hari masak soto demi menantunya yang Jawa sampai si menantu bosen tapi gak enak hati mau bilang sehingga dengan terpaksa dimakan juga 9. Ketika si mamah protes sama baju yang dipakai si papah karena terlalu om-om 10. Ketika mereka mengajak saya berdiskusi tentang hal-hal yang 'orang gede' banget Satu hal lagi untuk disyukuri di awal 2007 ini. Walau si papah sering ngomel karena si mamah sering ngaret, walau si mamah sering sebel karena si papah suka nanya-in satu hal berulang-ulang, saya berterimakasih pada Tu-han karena sampai detik ini saya masih bisa mendengar mereka tertawa bersama. Masih bisa bangga sama dunia kalau orang tua saya adalah orang-orang yang bahagia. Masih bisa bilang sama mereka, "Nggak punya uang nggak masalah, yang penting senang ya mam, pap..." Dan saya makin percaya, cinta sejati itu makin manis se-iring bertambahnya waktu. Saya ingin semakin tua sema-kin nggak bisa hidup tanpa satu sama lain. Seperti si mamah dan si papah. Saya ingin ngomel-ngomel karena sayang, dan diomelin karena disayang. Saya ingin bernos-talgia inget jaman muda seperti mereka. Saya ingin masak makanan kesukaan suami saya seperti si mamah masakin makanan-makanan kesukaan si papah. Saya ingin seperti mereka :) Terima kasih Tuhan. Terimakasih sudah diberkati dengan orang tua yang baik, sehat dan rukun. Tapi yang paling penting, terimakasih Tuhan karena selama ini saya diberi-kan kasih sayang yang sangat luar biasa oleh dua orang ini. / love you, Mum. I love you, Dad. Dan kegokilan cinta pun sering mampir pada saya, di saat jomblo maupun berpasangan. Cinta selalu da tang tiba-tiba, di dunia nyata maupun maya. Sok tau? Mungkin. Tapi itulah yang terjadi pada saya. Siapa sangka, saya menemukan cinta di dunia maya dan berhasil mem-bawanya ke dunia nyata ;) a coffee date with destiny 21 January 2006 Been hearing this ever since I first know how to chat online... "You know those people are freaks!" "They will never tell you the truth." "They're just perverts looking for fellow perverts" "Some girls got killed when they meet their chat buddies" Et cetera. Today I met this "freak" I've known for quite a while through the net. And it was not weird. It was not freaky nor scary. And he was exactly what he said except for the handsome part...mbwahakhakahkhakahkaaakk!!! Just kidding, man. I had a really good time. After a year of silly typos and smileys, it was really nice meeting you at last, Yodee! Dan persahabatan online yang berujung di pertemuan te-rencana awal 2006 itu mendekatkan saya dengan seorang laki-laki yang lucu, pandai dan sekarang jadi se-gala-galanya untuk saya. nonton TV sama si bebe Begini nih kalo punya pacar setengah manusia se-tengah pelawak... Situasi: sayang-sayangan sambil nonton TV Saya: "Aduuuuwww itu lucu sekali penguinnya..." Dia: "Penguin... iya lucu... jalannya toloP'Saya: "Aku pengeeeennnn piara penguiiinnn!!!" ten tuny a dengan suara sok imut Dia: "Aduh sayang, ya nggak bisa dong piara penguin disini" dengan mengayomi Saya: "HARUS BISAAAAAAAAAAAAAA!!!!" dengan setelan anak manja ngambek Dia: "Iya iya... entar ditaro di kulkas ya..." HIYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHH!!!! mang adang Ketika kita menjalin hubungan cinta dengan seseorang tandanya kita harus mempersiapkan diri untuk men-jadi bagian dari keluarganya. Di hubungan saya yang sekarang, kenyataannya pun begitu. Dengan segala perbedaan yang ada, saya pun memberanikan diri untuk perlah-an masuk ke lingkungan keluarga Usuluddin, dengan hara-pan diterima dengan baik. Sejauh ini sih... kelihatannya I'm doing okay. Nggak isti-mewa, nggak negatif juga. Pas aja. Adiknya pacar saya, si Tya, sudah menjadi salah satu teman shopping yang menyenangkan. Dan si bungsu, Yosa, udah jadi sumber humor terkini. Sementara Bapak dan Ibu Usuluddin selalu welcome kalau tiba-tiba saya muncul tanpa pern-be ritahuan (yeah, surprise visits had ALWAYS been my specialty). Tapi ada satu orang penting dalam kehidupan pria yang paling saya cintai ini...yang hingga kini belum saya temui. Niatnya sih kemarin, waktu berhalal-bihalal setelah Lebaran, saya pengen sekalian ketemu. Tapi waktu belum memungkinkan sepertinya. Pacar saya selalu bercerita tentang orang ini. Namanya Mang Adang. Siapakah dia? Tukang bubur langganan. Apa yang spesial dari si Mang yang satu ini? Menurut pacar, bubur ayam racikan Mang Adang tiada duanya. Rasanya kurang lengkap kalau pagi-pagi belum makan bubur Mang Adang. Dan pacar saya selalu sema-ngat bila sedang menceritakan tukang bubur kesayangan-nya ini. Sampai di bulan puasa kemarin ia sempat tampak gundah. Dia: "Aku cemas deh." Saya: "Karena?" Dia: "Ah nggak jadi ah." Saya: "Kenapa?" Dia: "Aku sebal." Saya: "Kenapa sih?" Dia: "Mang Adang mau pulang kampung selama bulan puasa..." Saya: "Ya kan puasa juga, nggak mungkin atuh makan bubur jam 6 pagi..." Dia: "Harusnya kan dia bisa jualan waktu sahur" Saya: "Mending pas buka puasa kali" Dia: "Eh bener juga! Ah besok aku bilang ah!"Dan keesokan harinya, pacar saya telepon lagi lalu laporan. Dia: "Bebe aku belom bilang sama Mang Adang..." Saya: "Bilang apa ya?" Dia: "Itu, suruh jualan pas buka puasa..." Saya: "Ya kenapa atuh?" Dia: "Ngga enak... kesannya aku atur-atur hidup dia..." Begitu intimnya persahabatan pacar saya dengan si Mang, sampai ketika saya sedang menemani dia dan adik-adiknya berbelanja, terjadi pembicaraan seperti ini... Dia: "Aku belom terlalu laper sih tadi abis makan bubur Mang Adang" Saya: "In, tiap pagi makan bubur kan ga baik" Dia *tersinggung*: "IDIH! KATA SIAPA??" Saya: "Ya kata aku" Yosa: "Si abang sama Mang Adang mah udah kaya bapak sama anak... mungkin emang anak angkat..." HUAUAHAHKAHKAHAHAKHAHAKHAKHKK!!! Dan sejak itu saya selalu mendengar berbagai cerita menarik tentang Mang Adang sambil puas ngeledekin pacar saya. Suatu kali dengan mata berbinar, pacar saya bercerita tentang kelakuan Mang Adang. Dia: "Jadi yah beb, si Mang Adang ini kalo ngomong tuh 'ditarik' banget kayak si Ma'il yang di OB" Saya: "Ditarik gimana?" Dia: "Gini... kalo aku tanya 'lama gak keliatan Mang1, dia jawabnya setengah teriak: 'AH ADEK AJA YANG GAK KELIATAN! MANG ADANG MAH ADAAAM' aku sam-pe panik takut tetangga pada bangun, secara baru jam 6 pagi" Lain waktu, si pacar akan bercerita lagi... Dia: "Aku makan bubur Mang Adang itu dari 5D. Masih tiga ratusan perak. Sekarang udah empat ribuan!" Saya: "Wan, dia pasti kangen ya waktu kamu sekolah di luar negri" Dia: "Eh kayaknya mah dia nggak sadar deh aku per-gi..." Dan yang paling gres adalah tadi malam, ketika kami dengan kondisi KELAPARAN terjebak macet menuju Plaza Senayan... Dia: "Kamu kapan-kapan ke rumah aku pagi-pagi dong. Nanti aku beliin bubur Mang Adang..." Saya: "Iya iya..." Dia: "Eh beneraaan dooongg! Si Mang Adang itu yah...buburnya pake beras yang empat ribuan seliter. Katanya bagus buat bayi. Kalo tukang bubur lain mah cuma pake yang dua ribuan seliter..." Saya: "HUAHAAHAHAKHAKHAKHAKHAK!!!" Dia: "Bebe jangan ketawa! Beneran deh, si Mang Adang itu yah... pake KALDU. Kata dia kalo tukang bubur lain mah cuma pake kecap asin doang!" Saya: "HUAHAKAHKAHAKHKAHK!!! Iya dehhh Mang Adang emang top!" Dia: "Mang Adang itu teh ada saingannya, Beb. Orangnya yang jualan kurus gitu dan rasa buburnya MIRIIIPPP banget sama bubur Mang Adang..." Saya: "Terus kamu suka beli juga di dia?" Dia: "Pernah. Tapi sekarang orangnya udah gak pernah kelihatan lagi...tau tuh kemana..." Saya: "Eh eh ngeri gak sih, ternyata dia udah dimasak jadi kaldu sama Mang Adang...huahaakhakhakhakhakakakk!!" Dia: "HUAHAHAKHAKHAKHAKHK!!! NGERIIM! In keba-yang ya aku tanya sama Mang Adang...'Mang, tau tukang bubur yang kurus itu gak?' terus si Mang Adang akan ngeliatin aku, nyengir sambil bilang 'DIA UDAH JADI BAGIAN DARI TUBUH ADEK..' HUAAAAHKAHKAHAK-HAKKKM!" Sepanjang Simpruk-Plaza Senayan yang macet tolol itu, kami berdua ketawa gila kaya orang dodol... mencoba mengusir perasaan lapar. Aduuuhhh Mang Adaaangg... kapan ya saya bisa berkenalan denganmu... Sekalian minta restu kayaknya mah... hahaahakhakhak-hakhkhkk!!! rne-MONOPOLI malem minggu Hah kemaren yang namanya hidung, kerongkongan sama tenggorokan udah nggak bisa diajak kompromi. Gejala flu mulai berasa banget, dengan tanda-tanda tenggorokan gatel, kerongkongan sakit gak bisa nelen dan hidung yang mulai bersin-bersin. Akhirnya hah ini saya tepar di rumah, walau sedianya akan wisata kuliner ke kota Bogor bersama pacar dan teman-temannya. Seharian tidur, dan ketika si pacar dateng sekitar jam 5 sore pun dicuekin karena mata memang masih berat dan cenderung berair. Bangun jam 7 malem, minum teh panas baru agak merasa segar. Langsung ditantangin main mo-nopoli sama si pacar. Terjadilah berbagai ketololan yang (mungkin) sudah dapat diduga sebelumnya. Dia: "Liat niiihh... aku bawa MONOPOLI INTERNASIO-NAL!" Saya: "Waahh hebaatt... beli dimana? Toys R Us?" Dia: "Bukan, di Alfa" Sedikit kecewa karena bayangan saya adalah monopoli Nasional yang bergambar naga dan disertai pos-pos nge-top seperti Stasiun Pasar Turi, Maribaya, Lembang, Bras-tagi dan sebagainya...Tapi nggak pa pa deh, mungkin yang ini lebih sophisticated, pikir saya. Jeng jeeenggg... papan monopoli pun digelar. Dia: "Eh bebe liat deeeh, di belakangnya ada ular tangganya!" Saya: "AAAARRGGHHM! JANGAN DIBUKA! AKU TA-KUT!" Pacar saya memandang saya heran. Yeah yeah I know it's weird... tapi ketakutan saya pada hewan bernama ular itu memang sudah sedemikian parahnya sampai-sampai saya nggak pernah berani main ular tangga. Sekalinya main dulu waktu kuliah minjem papan ular tangganya teman saya yang ilustrasinya canggih sehingga si 'ular' tampak sophisticated dan tidak menyerupai ular sama se-kali. Weii anyway, Papan permainan dibuka, dan saya mendadak girang me-lihat bentuk yang sama katronya dengan Monopoli Na-sional yang saya kenal selama ini. Mungkin memang aneh karena di pos Stasiun bukan Pasar Turi dan sebagainya yang ada, tapi diganti dengan Changi Airport, Stasiun Tokyo dan sebagainya. Uang pecahannya pun paling kecil 1DD 'dolar1, bukan 1 'rupiah' seperti biasanya. Vang meng-hibur sekaligus menambah aura nostalgia masa remaja adalah kartu KESEMPATAN dan DANA UMUM yang tidak berubah. Hebat hebat.Sebelum bermain pun kami menye-laraskan visi dan misi terlebih dahulu. Dia: "Putaran pertama gak boleh beli-beli dulu" Saya: "Iya tau." Dia: "Kalo udah beli di satu kompleks, harus lengkap dulu baru boleh bangun rumah atau hotel" Saya: "Iya tau" Dia: "Kalo kamu punya tanah di Amerika, tandanya aku boleh beli di Brazil kan?" Saya: "EH NGGAK BOLEH!" Dia: Ton, itu kan esensinya Monopoli? Kamu harus ngeblok saya supaya komplek saya nggak lengkap be-gitu pula sebaliknya" Saya: "In aturan darimana tuh? Kalo aku udah beli satu tanah di komplek C, tandanya seluruh C itu bagian saya." Dia: "Jadi ngikut aturan mana nih?" Saya: "Aturan saya!" Dia: "Huh. Iya deh" Kata orang, permainan ini dapat membuka tabir seseorang yang sebenarnya. Dan saya rasa hal ini benar. Terbukti dari pacar saya yang ternyata sangat 'aipha male', ter-lihat dari caranya mendominasi seluruh tanah yang ada dimuka papan permainan walau baru putaran kedua. Langkah saya yang selalu penuh pertimbangan dan hati hati tentu saja terkalahkan. Dia: "Be, kamu kok ngga beli apa-apa sih? Beli dong bi-ar banyak tanah seperti aku!" Saya: "Ih, ntar dulu. Ngapain punya tanah yang kacangan? Vang high-profiie dooongg..." Dia: "Perusahaan listrik sama air!! AKU UDAH PUNYA DUA-DUANYA! Hebat gak tuh?" Saya: "Haduh..." Ketika pada akhirnya saya membeli tanah di Afrika yang kalau di Monopoli Nasional ekuivalen dengan Brastagi, si pacar masih tenang dan masih aktif belanja tanah kanan kiri. Uang cash-nya pun banyak sekali, sementara saya benarbenar terlihat miskin dengan tiga komplek tanah yang belum lengkap dan belum memiliki properti sama sekali. Harapan saya hanya kartu KESEMPATAN dan DANA UMUM yang sialnya malah menguras harta saya lebih banyak. Saya: "Ih, masa nggak sakit disuruh bayar dokter IS ribu sin??" Dia: "Kamu kan lagi sakit, bebe... udah bayar aja... apa mau pinjem duit aku?" Saya: "CIH! Nggak perlu! Biar miskin, sini juga punya harga diri" Beberapa menit kemudian, saya komplain lagi Saya: "Bebe, liat deh! Masa kartu hipotek aku warnanya nggak matching sama yang di papannya nih. Ih jelas-jelas komplek oranye kok disini warnanya BIRU?" Dia: "Mungkin emang sengaja?" Saya: "Ih." Nggak lama, dia yang komplain. Dia: "Be, ini kata kartu KESEMPATAN, aku harus 'maju sampai New York1. Padahal di papannya kan NAMA NE-GARA SEMUA!" Saya: "Pake logika dong sayang, New York adanya dimana?" Dia: "Di Amerika" Saya: "Jadi kamu maju sampe Amerika. Gampang ton?" Dia: "Oh iya yah" Sungguh mendalam ternyata permainan yang terlihat sepele ini. Kalau nggak punya nalar yang baik, ati-ati deh sebelum membeli board game yang 3 in 1 sama Halma dan Ular Tangga ini. Hehehehekhk... Makin lama main, makin banyak properti yang dibeli dan makin sombonglah lawan main saya malam ini. Dia: "Aduh ini KESEMPATAN kok gini sin..." Saya: "Kenapa?" Dia: "Masa katanya karena kesalahan Bank, aku dapet uang 2500...padahal kan uangku udah banyak..." Saya: "Ih." Kesombongan lainnya... "Beb, liat deh... ini adalah bukti bahwa Allah itu Maha Pemurah pada umatNya" *Dia memamerkan tumpukan uang yang ditata rapi se-suai pecahan, pius kartu-kartu hipotek yang memenuhi bagiannya * Kesombongan lainnya... "Aduh, apaan sih mesti bayar ke Bank kok jumlahnya abnormal...masa kembaliannya satu dolar? Kan ga ada pecahannya. Udahlah keep the change...aku ga bu-tuh.. "Kesombongan lainnya... - "Sayang, kamu kayaknya mengalami kesulitan finan-sial ya? Mau aku bantu?" + "CIH! NGGAK SUDI!" Akhirnya dengan usaha keras dan hasil ngirit gila-gilaan yang hanya membuahkan tiga kompleks lengkap, saya mulai dapat membangun properti di atas tanah-tanah saya. First stop, tanah termahal: Afrika. Saya: "Mau bangun rumaaahhh!!!" Dia: "Punya uangnya?" Saya: "ADA! ADA!" Dia: "Ih kan aku cuma nanya..." Saya pun dengan bangga mendirikan rumah hijau tersebut di tanah Afrika yang konon bila disinggahi lawan, harga sewanya adalah SO ribu dolar. Mulai dari sini, pelan-pelan keberuntungan pun berpindah, dan kesombongan dia menular pada saya. Saya: "Aku mau bangun rumah lagi di Belanda!" Dia: "Ih, sok mentang-mentang udah kaya" Saya: "Biarin!" Dan saya tertawa keras saat dia terjebak di Australia, tempat saya mendirikan DUA rumah yang masing-masing bernilai IS ribu dolar. Dia: "BEBE MAHAL AMAT SIH?? MASA AKU MESTI BAYAR 30 RIBU DOLAR?" Saya: "Ya kan maintenance rumah di ostrali emang mahal kaleee..." Dia: "Kalo pake cium, diskon gak?" Saya: "Coba cium dulu..." Dia mencium saya. Saya: "Mmm... enggak ah. HAAAHAKHAKHAKAK!!!" Dia merengut, dan membayar uang sewa. Dia: "Kurang 20 ribu. Entar kalo lewat start aku lunasin!" Saya: "Iya deeehh...sama pacar apa sih yang enggak..." Dia: "Ih SOK!" Perlahan tapi pasti, saya merangkak dari rakyat jelata menjadi milyuner yang kaya raya, punya properti dimana-mana. Saya: "Aduuuhh... bentar bentar Bebe, aku ngerapihin uang-uangku dulu... susah nih punya duit banyak..." Dia: "I KNOW. I'VE BEEN THERE!" Saya: "HUAKAHAKHAKHAKHAKK!!!" Dia: "Ini kaya di sinetron-sinetron Hidayah ya Beb. Judulnya 'Tuan Tanah Terkena Azab Karena Sombong dan Takabur'... HUAHAHAKHAKHAKHK!!!" Saya:"HAAHAHAHAAHAKHAKHAHAHKHKHK!!!" Dia: "Gila ya, awalnya si tuan tanah ini bisa ngebiayain naik haji serombongan...tapi karena takabur maka dihukum oleh Allah. Ini nih kejadian nih sama aku nih..." Sampai poin ini saya udah terpingkal-pingkal jaya. Pacar-ku...kenapa kamu sungguh kreatif sekali... apakah harus-nya kamu kerja di production house sinetron aja yaa... hahahakahkhkh... Dan kami pun terus bermain sampai dia bilang begini... Dia: "Be, aku pulang ya... udah malem" Saya: "Iiihh curaaangg... lagi kalah aja mau pulaaaanggg!!" Dia: "Nggak gitu...takut pombensin udah pada tutup... aku mesti ngisi bensin soalnya" Saya: "Uh. Ya udah terserah. Itung dulu deh berapa kemenangan aku..." Dia: "Iya iya udah tau aku kalaaaahhhh ga usah di 'emphasize' gitu deh" Dan perhitungan terakhir menunjukkan bahwa ada selisih sekitar tigaratus ribu dolar antara hartanya dan harta saya. Oh well...namanya juga orang pacaran, pasti ujung- ujungnya mesra lagi. Dia: "Uuu... I'm dating a rich giri" Saya: "You are., hekhekhek... eh Be, kalo besokbesok kita kaya beneran..." Dia: "Huahakhakhkhk... udah dong ngayalnya" Saya: "Eh seriusaaann... kalo besok-besok kita kaya, main monopolinya pake uang beneran yaaa..." Dia: "Dasar" Yah... ngehayal kan sah sah ajaaa... Bab ini nggak akan pernah seiesai saya tuiis, karena cinta sebagaimana juga hidup harus dibiarkan mengaiir dan ditambahkan dengan usaha. Akhirnya saya cuma bisa biiang buat Anda yang membaca buku ini...minta doa-nya ya, semoga saya dan dia tetap bersama sampai seia-manya :)