Dimensi Spiritual Dalam Psikologi dapatkan ebook menarik lainnya di http://salga.heck.in jika sahabat ingin membantu untuk memperbanyak koleksi ebook hp kami silahkan donasikan pulsa ke nomor 085255251680 S A D R A PUBLIC LIBRARY & PUBLISHER 2000 S A D R A Public Library & Publisher Jl. Manunggal XXII No. 27 B Makassar 90224 Indonesia ? 62 – 0411 – 830836 e-mail : sadra99@mailcity.com PENDAHULUAN Oleh Pir Vilayat Inayat Khan Bagi sufi, pikiran adalah suatu dunia tersendiri: suatu istana pantulan cermin secara mutual, yang di dalamnya imaginasi muncul secara kreatif dari pikiran ilahian—atau kadang-kadang mengalir tanpa arah. Mebentukkan alam kreatif, di mana segala sesuatu yang berpikir memiliki keberadaan mempunyai hukum-hukumnya sendiri, berkebalikan dari alam raya fisik. Di sini memori-memori terikat kuat dengan memori-memori, bergerak keluar dari tepi-waktu mereka ke dalam keadaan tanpa-waktu. Disini penemuan-penemuan mencapai utilitas mereka dan gagasan-gagasan bertautan dan perkawinan silang, mengukuhkan diri mereka menjadi tak dikenal (anonymous). Seperti sufi pendahulunya, Hazrat Inayat Khan melihat tangan ketuhanan dalam setiap kejadian dan setiap pikiran. Dibalik apa yang kita pikirkan terdapat pemikiran tersendiri, pemikiran planet: kesadaran keplanetan (planetary), mebentukkan perluasan akal. Karena apa yang kita yakini adalah tatanan cermin-cermin tak berbatas, memantulkan yang Satu dalam banyak bentuk kenekaan. Sesungguhnya, kreativitas mengucurkan pemikiran ketuhanan. Adalah ketaksucian cermin yang dihilangkan, menyebabkan dunia maya, imajinasi bergerak liar (run amok). Kita mengenal disini dunia khayal; tak bertepi, phantasmaguria, kesesatan diri, dengan resultannya adalah penderitaan. Satu-satunya jawaban adalah membersihkan cermin itu. Hazrat Inayat Khan menyingkap di halaman-halaman ini apa tingkatan-tingkatan Katarsis (Catharsis) bagi peziarah, dan dia menunjukkan bagaimana penerimaan para pengembara (travellers) pada jalan adalah kepada sugesti (khususnya terhadap bahaya dari sugesti mandiri negatif). Jika kesadaran dicerlangkan lagi, akal menjadi kristal bening, dan seseorang mulai mengembangkan kekuatan terbesar dari persepsi, ketajaman, intuisi, bahkan ilham. Mimpi dan visi seseorang menjadi tersingkap. Seseorang melihat penyebab dibalik penyebab dan tujuan di tapal (beyond) tujuan dari semua situasi alih-alih menjadi terobsesi oleh penampakan luarnya. Dia yang membuka makna-makna mencapai tujuan hidupnya. Hanya kepada akal individual dangkal individual yang mampu merasakan kata tak mungkin; terhadap kesadaran Tuhan, satu-satunya yang dapat diterima adalah semua-kemungkinan. DIMENSI SPIRITUAL PSIKOLOGI Catatan Editor Kompilasi ajaran-ajaran psikologi Hazrat Inayat Khan ini dibuat dari transkrip-transkrip kuliah [yang] guru besar sufi [ini] berikan selama tahun 1910-an s/d 1920-an. Beberapa dari bahan ini sebelumnya telah diterbitkan, tersebar [pada] semua jilid seri “pesan sufi” (sufi message); sebagian besar darinya, termasuk makalah terbanyak di Bagian Empat, pada kekuatan fisik dan visi lebih tinggi, yang tidak pernah sebelumnya diumumkan. Karena Dimensi Spiritual Psikologi terdiri dari kuliah-kuliah tersendiri kadang-kadang terdapat bahan subjek tumpang-tindih dari satu bab terhadap yang lain, dan pembaca perlu menggunakan indeks. Sejumlah paragraf telah dihapus dan urutan paragraf yang lain agak dimodifikasi untuk melengkapi aliran gagasan-gagasan dan untuk menghilangkan pengulangan sedapat mungkin. Psikologi adalah bidang yang sangat luas, dan dalam pemahaman terluasnya—sifat alamiah dan kesempurnaan manusia—dasar terkuat dari karya Hazrat Inayat Khan. Saya hendak menyampaikan rasa terima kasihku sedalam-dalamnya kepada Pir Vilayat Inayat Khan dan kepada Sajjada dan Sikandar Kopelman atas inspirasi dan pengarahan mereka dalam penyiapan buku ini. Juga terima kasih [ku] kepada Zahira Rabinowits dan kepada syarif dan Farida Graham atas bantuan tulus mereka pada pemeriksaan dan pengindeksan. Anka Laura de la Torre Bueno Bagian Satu Psikologi: Sains Akal BAB SATU Psikologi, Sains, dan Esoterisme Pada masa ketika sains dan psikologi menjadi pemahaman yang pasti, pengetahuan akan menjadi lengkap. Tetapi jika saya menggunakan kata psikologi, saya tak memaksudkannya dalam pengertian yang umumnya dipahami, karena psikologi diketahui sebagai filsafat baru dalam kondisi primitif. Apa yang saya maksud dengan psikologi adalah titik-pandang dari pemikir ; cara sang bijak memandang pada kehidupan ; tabiat perenung ; gagasan-gagasan dari orang-orang yang mengetahui sepenuhnya kehidupan. Psikologi adalah ilmu tentang sifat manusia, kecenderungan manusia, peningkatan (inclinatin) manusia, dan titik pandang manusia. Semakin dalam seseorang menyentuh ilmu ini, semakin ia meneranginya, membuat kehidupan lebih jelas terhadap visinya. Psikologi-lah yang menjembati ilmu material dan esoterisme. Pertama-tama saya harus menyebutkan bahwa istilah-istilah materi (matter) dan ruh (spirit) untuk kemudahan kita; sepanjang kita mencerap kehidupan sebagai suatu yang dapat diraba, kita sebut materi; dan apa yang tak dapat diraba sebagai suatu substansi tetapi hanya dapat dirasakan kita sebut ruh. Pengetahuan tentang (hal) ini disebut psikologi ; dan esoterisme yaitu pengetahuan yang diperoleh tidak melalui pencerapan bukan [pula] melalui kesanggupan-meraba (tangibility) substansi, tetapi melalui pengilhaman. Sehingga kita dapat membagi perbedaan ketiga aspek-aspek ilmu ke dalam ilmu, psikologi, dan esoterisme. Ilmu tak akan lengkap tanpa psikologi begitupun psikologi tak akan lengkap tanpa esoterisme. Ketiga inilah yang membuat pengetahuan lengkap, dan dengan inilah yang seseorang dapat berharap mengerti kehidupan sepenuhnya. Terdapat bidang pengetahuan luas dalam alam psikologi. Pengetahuan imaginasi dan yang serupa kembali kepada pikiran ; pengetahuan perasaan dan yang serupa kembali kepada emosi ; pengetahuan gairah dan yang serupa kembali kepada ungkapan (expression) ; pengetahuan ransangan (impluse) dan supresi ; pengetahuan atraksi dan pengetahuan efek kebalikannya ; pengetahuan simpati dan antipati, asal dan sumber mereka semua ini termasuk psikologi. Psikologi adalah pengetahuan tentang benda-benda yang dapat diraba, meskipun bukan benda-benda padat yang seseorang dapat menyentuh. Itulah sebabnya lebih sukar menerangkan hukum-hukum psikologi dalam kata-kata daripada menerangkan hukum-hukum ilmu material. Persepsi harus dikembangkan dan pemahanan kepada kehidupan yang didapatkan agar dapat lebih mengerti psikologi. Itu merupakan pengertian tentang sebab dan akibat segala sesuatu, dalam setiap aksi, dalam setiap aspek kehidupan. Psikologi adalah jenjang menuju esoterisme karena sikap psikologislah yang mengarahkan seseorang kepada pengetahuan esoterik. Jika seorang tidak mampu melihat kebenaran esoterisme atau mistisisme, itu karena dia terbelakang dalam psikologi. Jika dia tidak mampu melihat hukum tersembunyi, dia tidak akan mampu melihat cinta tersembunyi yang diserukan dalam kitab-kitab suci (scripture) Tuhan. Itulah sebabnya esoterisme suatu proses sangat berkebalikan terhadap proses dengan mana ilmu dipelajari, karena ilmu dipelajari melalui analisis, sementara esoterisme didapatkan melalui sintesis. Jika seseorang ingin mendapatkan pengetahuan esoterik pecahkan hal-hal ke dalam (bentuk) sekecil-kecilnya, dia sedang menganalisisnya, dan sepanjang dia menganalisisnya dia tidak akan pernah sampai kepada pengertian esoterisme. Psikologi membutuhkan dua hal : analisis dan sintesis. Dengan lebih mengerti psikologi, akan terbiasa mensintesis sebagaimana menganlisis, seseorang menyiapkan diri mensintesis hanya agar dapat mengerti esoterisme sepenuhnya. Itulah sebabnya menuntut pengetahuan esoteris amat berbeda dari menuntut pengetahuan ilmiah. Seperti satu menuju ke Utara yang lain ke Selatan. Sehingga orang-orang kuno membuat pengetahuan ilmiah, psikologi, dan esoterisme [menjadi] satu pengetahuan, dan mereka menyebutnya alkemi. Sangat mudah menerangkannya kepada awam (simpleton) sebagai suatu proses mengubah baja menjadi emas. Banyak orang mencari emas dalam kehidupan pengeri mengejar alkemi ; dan beberapa, yang sampai kepada tujuan, alih-alih mendapatkan, menjadi emas. Ada satu cerita di Timur yang menerangkan gagasan-gagasan ini dalam cara yang menarik. Seorang Raja sulit mendapatkan seseorang yang benar-benar mengetahui alkemi. Sudah banyak yang datang, tetapi dalam ujian didapati bahwa mereka tidak dapat membuat emas. Akhirnya seseorang memberitahu Raja, “Ada satu desa yang seseorang hidup sederhana sangat bersahaja; tetapi mereka mengatakan bahwa dia mempunyai pengetahuan alkemi. Raja mengutus kepadanya dengan segera, dan ketika dia dibawah kehadapan baginda, raja mengutarakan keinginannya mempelajari alkemi dan memberitahunya bahwa dia akan diberi apapun yang dimintanya. “Tidak”, “ kata orang itu, “Setiap orang memberitahuku bahwa Anda orang yang mengetahui.” “Tidak, Raja,” dia menjawab, “Padaku telah menemukan orang yang salah.” “Lihat disini,” kata seorang Raja, “saya akan memenjarakanmu seumur hidup.” Dia menjawab,” Apapun yang paduka hendak lakukan, lakukanlah. Anda telah salah mendapatkan orang yang paduka inginkan” Baiklah,” berkata Sang Raja, “Saya akan memberimu enam minggu untuk berpikir tentang hal itu, dan sementara itu Anda dipenjara. Pada akhir keenam minggu saya akan menghukum mati Anda.” Dia dimasukkan kedalam penjara, dan setiap pagi sang raja datang ke penjara dan bertanya, “Apakah sekarang Anda telah berubah pikiran? Bisakah Anda mengajariku? Sekarang kematian mendekat, berhati-hatilah. Berikan pengetahuan itu kepadaku.” Dia berkata, “Tidak, Raja, pergilah kepada orang lain, yang mempunyai apa yang paduka inginkan; saya bukanlah orang yang paduka cari.” Dan setiap malam sang raja pergi ke penjara sebagai pelayan dan menyapu lantai dan membersihkan debu ruangannya. Dia mengantarkan makanan kepadanya, bersimpati dengannya, dan melakukan segala hal yang dia mampu untuknya, selayaknya pelayan. Dia biasa bertanya, “Apakah Anda sakit kepala? Dapatkah saya melakukan sesuatu untukmu? Apakah anda letih? Dapatkan saya membereskan tempat tidur untukmu agar Anda berbaring? Bolehkah saya mengipasi anda [sampai] anda tertidur? [udaranya] panas. [Udaranya] hangat! “Segala sesuatu yang orang tersebut mampu melakukan dia melakukan pada saat itu. Dan demikianlah hari-hari berlalu, dan tinggal satu hari sebelum kepala orang tersebut dipenggal. Raja mengunjunginya dipagi hari dan memberitahu dia, “Sekarang Anda tahu tinggal sehari lagi sebelum kematianmu. Inilah kesempatan terakhir bagimu untuk menyelamatkan nyawamu.” Dia berkata, ”Tidak, Raja, paduka mencari orang yang lain, bukan saya.” Tetapi pada malam itu, ketika pelayan datang, sambil meletakkan tangannya pada bahunya dia berkata, “Orang malang, pelayan malang, Anda sungguh simpatik saya membisikkan di telingamu kata-kata alkemi, dan alkemi itu akan mengubahimu dari baja menjadi emas.” Pelayan berkata, “Saya tidak tahu apa yang anda katakan, “Alkemi! Saya hanya tahu bagaimana melayani anda, san saya sungguh menyesal bahwa besok anda akan dipancung. Itulah hal yang mengoyak hatiku. Saya berharap bahwa saya bisa memberikan jiwaku untuk menyelamatkanmu. Sungguh saya sangat bersyukur. Si alkemis berkata, “Lebih baik saya mati daripada memberikan alkemi kepada orang yang tak berguna. Hal yang sama baru saja saya berikan kepada Anda berupa [lit: dalam] simpati berupa [lit: dalam] penghargaan, berupa [lit: dalam] cinta, saya tak memberikan kepada Raja yang keesokan hari akan mengambil nyawaku. Mengapa demikian? Karena Anda pantas [menerimanya]; [sementara] raja tidak. “Dia membisikkan ditelinganya kata-kata rahasia. Alih-alih membuat emas dia menjadi emas. Di pagi hari raja datang memberikan peringatan terakhir. Dia berkata,”Sekarang inilah kesempatan terakhirmu. Telah tiba waktunya kepalamu di penggal. Sekarang Anda harus menyerahkannya atau pergi ke tempat dimana kepalamu akan dipancung. “Dia berkata, “Tidak, tidak.” Sang raja berkata,”Tetapi Anda telah memberikannya kepadaku.” Dia berkata,” Kepadamu? Saya tidak memberikannya kepada raja; saya memberikannya kepada pelayan. Cerita indah-indah memberikan kita pandangan kepada gagasan alkemi. Proses itu yang melaluinya raja menyamar menjadi pelayan adalah proses yang melaluinya pengetahuan esoterisme diperoleh. Proses yang lain, dimana raja memaksa, bukanlah jalan yang benar untuk memperoleh pengetahuan tersebut tidak pernah terjadi dengan cara itu. Kesukaran dengan pengetahuan esoterik pada saat ini hanyalah hal ini, bahwa seseorang dilatih dalam sains belum mampu mencapi pengetahuan tersebut kecuali dia melalui prose pengetahuan psikologis. Agar dapat memasuki gerbang mistisisme, pertama-tama seseorang harus mengerti apakah perasaan, apakah pelayanan, apakah kesimpatian, apakah keikhlasan. Adalah suatu kesalahan besar cara belajar saat ini bahwa sisi sentimental tetap terpisahkan, yang merupakan sisi terpenting. Seperti menginginkan seseorang datang, tidak dengan nyawanya tetapi sebagai mayat ; agar bisa mendidik seseorang nyawanya harus dikeluarkan darinya, dan dia harus diubah dari orang hidup menjadi orang mati. Sehingga kita mendapatkan kematian kepahlawanan (heroism), kematian idealisme, kematian jiwa yang telah membuat kesan atas kemanusiaan yang telah berakhir selama beribu-ribu tahun. Apakah yang bisa dihidupkan pada generasi sekarang adalah kapasitas perasaan. Pemikiran yang dikembangkan hari ini, tetapi apakah yang dibutuhkan sekarang adalah baterai yang beridiri dibalik pikiran, dan itulah perasaan.Dan setelah perasaan menjadi penglihatan, suatu penglihatan yang berhubungan kepada kata pelihat. ????? BAB DUA Akal dan Tubuh Apakah akal itu? Satu bagian dari masyarakat menganggap akal sebagai suatu hal tak-dapat dijelaskan dan masyarakat lain menganggap akal adalah sebagai aksi dari otak. Jika demikian, akal ada selama otakpun ada, dan tatkala otak rusak berakhirlah akal. Jika memang demeikian, semua penulis yang bekerja tiga atau empat bulan, banyak halaman dan buku, dan semua karya seniman selama sepuluh tahun. Studio penuh dengan lukisan, akan berada di otak. Tetapi dimanakah otak sekecil itu menyediakan ruang untuk semua ini? Inilah konsepsi akal yang amat terbatas. Suara menjangkau ribuan mil melalui kabel, tetapi akal jauh lebih halus daripada suara. Tidaklah dapat dibatasi dan dihalangi terhadap otak, meskipun otak adalah wadah yang melaluinya pikiran-pikiran dibuat jelas. Akal dianggap sebagai sesuatu yang kecil. Kita mengatakan, “Akalku, dalam akalku,” dan yang mana disebut milikku selalu nampak lebih kecil daripada material tubuh, “dompetku” atau “genggamanku” merupakan suatu tubuh. Bayangan rasa jauh lebih besar daripada yang umum diketahui; melalui praktik mistisisme anda bisa belajar sejauh ia menjangkau. Dan akal jauh lebih besar daripada bayangan itu. Saya mungkin duduk disini dan mengirim pikiran saya ke Paris. Tetapi kemudian bisa dipertanyakan, “Jika saya disni dan pikiran saya di Paris, apakah saya terpisah dari akalku? Dapatkah saya keluar dan meninggalkan akal saya di rumah dan pulang dan mendapatkannya lagi?” Tidak, akal mempunyai sayap-sayap yang mengembang dari sini, bukan hanya ke Paris, tetapi New York atau ke Rusia, ke Jepang, ke Kutub Utara, ke Kutub Selatan, dan masih jauh lagi. Jika saya mengirim pikiran saya kepada seorang kawan di India. Jika saya mengirimnya tanpa membiarkan sesuatu ikut campur dengannya, dia akan merasakan di dalam hidupnya dan sesuatu yang baik akan terjadi kepadanya berkaitan dengan pikiran positif saya. Tiada akal tanpa tubuh; sehingga dikatakan, sebelum tubuh dibuat akal hanya berupa akasha, suatu akomodasi. Pengalaman yang telah diperolehnya melalui tubuh sebagai kendaraan telah menjadi pengetahuan; dan pengetahuanlah yang membuat akal. Akasha yang menjadi akal setelah tubuh terlahir di Bumi telah berkumpul beberapa pengetahuan bak berlainan dari beberapa akal yang telah bertemu sementara menuju ke Bumi. Barangkali dari satu akal yang lebih ketimbang yang lain-lainnya. Pada kasus itu ia telah memperoleh karakteristik-karakteristik secara langsung dari satu individu yang telah meninggal dunia. Di samping itu, melalui orang tua akasha ini telah memperoleh pengetahuan atau mentalitas nenek-moyang mereka, bangsa mereka, suku mereka, dan dari tingkat evolusi seluruh umat manusia pada suatu waktu tertentu. Semua yang indera dapat cerap adalah bagian terluar, tetapi semua yang dapat akal cerap adalah bagian terdalam. Ini berarti bahwa imaginasi muncul dari akal dan karena itulah akal dapat mencerapnya. Perasaan, memori, konsentrasi, alasan, semua ini adalah pencerapan akal. Seseorang lebih bisa memanggil akal ujud manusia daripada tubuh di banding dengan akal, tubuh hanyalah seperti jas yang seseorang memakai. ????? BAB TIGA Kreasi Mental Sangat terserap orang-orang yang dalam kreasi dapat-terlihat ini bahwa mereka sangat jarang memikirkan nilai kreasi lain yang berada di dalam diri mereka. Hal-hal tersebut yang merangsang, yang menarik perhatian, yang berupa ketertarikan, semua ini dituntut oleh orang, yang meskipun menjadi terbatas dan tak hirau akan kreasi di dalam, yang terus berlanjut secara taksadar. Terus terang, setiap manusia adalah satu dunia dalam dirinya. Tetapi betapa kecilnya manusia memantulkan tentangnya. Dia selalu sadar atas ujud hanya berupa setetes di lautan. Sebaliknya dia tidak mengetahui bentuk ujud lain, dalam mana dialah lautan dan selainnya tetasan. Ada paragraf dalam Injil berhubungan bagaimana Tuhan mencipta Bumi, dan kemudian menciptakan langit. Apakah artinya ini? Apakah langit dicipta setelah bumi? Artinya adalah bahwa ciptaan ini yang disekeliling kita pertama-tama mengesankan akal, dan lalu akal menciptakan dunianya sendiri, langitnya sendiri. Itu adalah ciptaan akal, dunia yang lebih tinggi meski di dalam diri kita sendiri. Dan dunia ini mungkin langit ataupun kebalikannya. Seperti Omar Khayyam menulis, dalam sajak-sajaknya, surga manusia adalah visi pemenuhan hasrat, dan neraka adalah bayangan jiwa [yang berada] di atas api. Yang manakah menunjukkan bahwa hasrat adalah sumber surga dan pemenuhannya ; pada saat yang sama adalah merupakan mental api dan kekecewaan, kekhawatiran, kegelisahan, atau kesedihan yaitu bayangan jiwa diatas api. Berabad-abad yang lalu, Zoroaster mengajarkan bahwa ada tiga jenis kebaikan : yaitu dalam fikiran, dalam lisan, dan dalam perbuatan. Seseorang selalu mengambil kebaikan dalam perbuatan sebagai kebaikan, dan dosa dalam perbuatan sebagai dosa, tidak pernah berfikir tentang kebalikan dosa dalam lisan atau juga pikiran. Kadang-kadang fikiran manusia lebih kuat dibanding lisan dan perbuatannya. Merupakan suatu pengalaman setiap ahli mistik dan setiap orang yang telah menjalani jalan keruhanian (spiritual) bahwa kekuatan pikiran jauh lebih besar ketimbang yang lisan atau perbuatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati bahwa jika kita memikirkan seseorang membawa buku tertentu atau kembang yang kita hasratkan, kita sering mendapati dia datang menemui kita, membawakan buku atau kembang tersebut dengannya. Kita tidak pernah mengungkap hasrat tersebut, dan meskipun telah terjadi, [yang] seperti ini adalah kekuatan pikiran, kreasi akal. “Pikiran adalah sesuatu,” seperti telah dikatakan, tetapi (sebenarnya) mereka lebih dari itu. Pikiran adalah ujud-ujud. Mereka hidup sebagaimana kita; mereka bekerja seperti kita bekerja. Mereka mempunyai kehidupan dalam diri mereka. (Nabi) Isa as. berkata, “Kata-kata yang saya bicarakan kepadamu, mereka adalah ruh dan mereka hidup”. Ruh adalah kehidupan nyata. Manusia adalah ruh. Tubuh adalah materi. Tubuh dapat membangkitkan akal yang kita sebut pikiran atau imaginasi. Pikiran dikontrol; yang lain tak dikontrol. Ada pepatah dalam bahasa sansekerta, “Tidak terhitung banyaknya dewa-dewa dan tetap ada satu Tuhan.” Ini berarti bahwa setiap planet adalah dunia, setiap akal adalah dunia; sesuatu yang hidup. Pertanyaannya adalah, jika kita membuat dunia kita dan mencetak kehidupan kita, mengapa kita harus mempunyai ketaksenangan, mengapa kesulitan di dalam kehidupan, mengapa gagal dalam kehidupan? Jawabannya adalah bahwa itu adalah bukan kesalahan Maha Pencipta bukan pula dunia. Adalah kesalahan pengabdian kita, kekurang-pengetahuan kita. Buddha menggambarkan kekurang-pengetahuan ini dalam cara : yaitu jika Anda sedang bergelantung kepada cabang sebatang pohon dalam gelap pekatnya malam, sehingga Anda tidak mampu melihat apa yang dibawah [Anda] itu, apakah darat atau laut. Lalu Anda selalu khawatir akan jatuh, Anda tetap bertahan bergantung kepada pohon dan sementara Anda menderita ketakutan betapa lamakah dapat bertahan sebelum Anda harus terlepas. Berapa lamakah Anda dapat bergantung kepada cabang? Meskipun di bawah kaki Anda tiada sesuatu ! seperti hidup sampai cahaya datang. Lalu seperti datangnya matahari. Ketika matahari terbit Anda mendapati tidak ada air, karena hanya daratlah di bawah kaki Anda. Daratan keabadian terlalu jauh dari kita, tetapi ketika matahari pengetahuan terbit kita melihat bahwa ia dekat, sangat dekat ! Seseorang mengetahui itu, dia tidak perlu diajari moral atau kebaikan ; dia mengetahui apa yang terbaik untuknya, untuk berangkat ; dia mengetahui sendiri. Dia mengetahui bahwa jika dia menciptakan ruh-ruh tersembunyi dalam pikirannya mereka akan menjadi monster, dan akan berjalan menentangnya, dan dia akan meruntuhkan hidupnya sendiri. Tetapi jika manusia menciptakan ruh-ruh kecintaan dan kebaikan, yang lain akan membantunya dalam keinginannya, dan dia selalu dikelilingi oleh cinta dan kebaikan. Sekali orang menyadari ini, hidup mereka menjadi berbeda. Dia menjadi penyembuh bagi manusia ; mereka bersimpati dengan kesukaran orang lain ; mereka melayani kesulitan orang lain ; mereka mencari tahu jika mereka tidak dapat melakukan sesuatu, tidak dapat menolong cara apapun. Nasihat mungkin membantu, pikiran kebaikan dan simpati akan menolong. Apapun yang dilakukan kepada orang-orang lain mereka lakukan kepada diri mereka sendiri, karena setiap pikiran kebaikan atau kebajikan dan simpati memunculkan sebuah dunia simpati sekitarnya, dan ada orang tidak dapat hidup tanpanya jika mereka pergi ke suatu daerah dimana tak ada yang mengetahui mereka atau mengerti mereka, mereka dapat mengubah simpati dan cinta ; jika mereka telah menciptakan itu didalam diri mereka. Itu menunjukkan betapa penting berhati-hati dari apa yang kita katakan. Seseorang bertindak dibawah pengaruh (spell) kemarahan, menyatakan sesuatu seperti, “Saya tidak ingin melihat wajahnya,” kata-kata buruk apapun—dan dia berharap tidak pernah mengatakan atau melakukan sesuatu hal setelah pengaruh itu menghilang; bahkan tidak pula kepada seorang musuh yang dia berharap telah menyatakan hal-hal ini. Tetapi pada saat dia tidak mengetahui bahwa apa yang dia ciptakan [sebenarnya] hidup. Yang diciptakannya itu akan akan menakutkannya, dan akan menjadi musuhnya sebagaimana musuh seseorang yang prasangka salahnya ditujukan. Bukan hanya itu, tetapi dia akan memunculkan lebih banyak yang serupa itu. Sekali satu fikiran jahat diciptakan dalam ruh kemarahan atau pengampunan, terdapat seribu ruh-ruh lain tercipta darinya. Suatu dunia mungkin tercipta dengan memberi jalan keluar kepada kelemahan tunggal. Semua itu kita tumpuk dan kumpulkan di dunia luar demi kebahagian dan kenyamanan kita (barangkali suatu kondisi) adalah terbatas, bahkan bukan bagian ke seratus dunia ini yang kita miliki dapat kita sebut benar-benar milik kita, tetapi akal kita dapat menciptakan dan mengumpulkan pikiran-pikiran dan pengesanan yang tak terhitung yang semua meningkatkan dunia nyatanya. Semua milik kita, semua yang kita kumpulkan dalam kehidupan, semua hal-hal ini bersifat semerntara yang suatu hari kita harus tinggalkan; tetapi yang telah kita ciptakan dari pikiran kita, dari akal kita , itulah yang hidup. Seorang berpikir, “Duhai, suatu hari saya akan membangun sebuah pabrik.” Pada saat ini dia tidak mempunyai uang, tidak berilmu, tanpa kemampuan, tetapi pikiran tentang suatu hari membangun sebuah pabrik telah datang. Kemudian dia berpikir tentang sesuatu yang lain. Barangkali tahun-tahun berlalu, tetapi pikiran tersebut telah bekerja secara konstan melalui seribu akal, dan seribu sumber menyediakan baginya bahwa dia mempunyai suatu hasrat. Jika seseorang melihat kembali dalam kehidupannya, pada apa yang dia pikirkan tentang pada waktu-waktu yang berbeda, dia akan menemukan bahwa garis nasib (yang di Timur kami menyebut kismet, takdir) dibentuk oleh pikiran kita. Pikiran telah mempersiapkan bagi kita kebahagiaan atau ketakbahagiaan tersebut yang kita alami. Jika pikiran dapat menyelesaikan ini, begitupun cinta dan imajinasi. Bahkan suatu mimpi dapat menyelesaikan banyak hal, berdasarkan kepada pengesanan yang ia buat. Beberapa pikiran berupa sesuatu-sesuatu, berupa objek; pikiran yang lain berupa ujud-ujud. Beberapa pikiran berupa malaikat-malaikat [yang] dekat dengan kita dan beberapa berupa setan. Mereka semua mengelilingi kita, baik menolong kita menuju penyelesaian objek-objek di hadapan kita atau menarik kita kembali dari hal-hal tersebut yang kita ingin selesaikan. Seseorang berpikir , dan barangkalil hasil dari pikiran ini sangat rapuh; orang lain meampunyai pikiran pada hari ini, dan besoknya hasrat tersebut terpenuhi. Mengapa demikian? Karena kekuatan pikiran. Dalam pikiran seseorang terdapat kehidupan [yang lebih hidup]; pada orang lain, kurang hidup. Kita menyebut kehidupan tertsebut yang memiliki kesadaran dan aktivitas; kita menyebut objek tersebut yang kurang intelejensi dan kesadaran. Bahkan, sejujurnya, keduanya hidup. Perbedaan antara objek dan sesuatu yang hidup yaitu yang satu kurang hidup dibanding dengan yang lain. Seseorang dengan kehendak yang lemah tak memiliki kekuatan dalam pikirannya. Jika dia memikirkan sesuatu seribu kali, tak berefek, karena dia tidak memiliki vitalitas atau energi tersebut yang dibutuhkan bagi pikiran untuk hidup. Apakah vitalitas yang memberikan kehidupan kepada pikiran? Sama dengan yang ada pada manusia, pada sayuran, pada mineral. Pada satu kasus kehidupan berada pada permukaan; pada kasus lain tertutupi. Itulah sebabnya kita menggunakan kata sesuatu-sesuatu pada satu kasus dan ujud pada kasus yang lain. maka terdapat pikiran yang hidup dan pikiran yang mati. Pada kelas yang mana pikiran termasuk, bergantung pada tekad (will power): manakala ada tekad, kata [mengungkapkan] yang diucapkan dan yang dilakukan. Ide ini diekspresikan oleh kata-kata kalpa vrakhsha, “pohon hasrat.” Ceriteranya adalah siapapun yang pernah mendatangi pohon ini dan duduk [di bawahnya] beberapa saat akan terpenuhi [lit: memiliki] keinginan apapun yang mungkin dihasratkan. Meskipun tak ada orang yang mengetahui dimana pohon ini bisa didapatkan. Pohon tersebut adalah akal; akarnya adalah hati. Itulah yang memberikan kekuatan kepada pikiran, memberikan ruh atau kehidupan kepada pikiran, adalah perasaan. Seorang manusia tanpa perasaan dia bagaikan mati; dengan perasaan dia hidup. Dan begitupun pikiranya. Pikiran dengan perasaan merupakan kekuatan yang lebih besar ketimbang pikiran tanpa perasaan. Sekedar mengatakan, “Saya sangat menyukai seni,” tak akan berefek bilamana tak ada perasaan di baliknya. Hanya sekedar seuntai kata-kata; tak ada kehidupan padanya. Tetapi manakala kata-kata tersebut disampaikan dengan perasaan, mereka juga keluar melalui hati Anda pula, dan pikiran menjadi hidup. Pernah hidup seorang besar yang kata-kata kinasihnya dapat menghidupkan siapapun, orang yang dapat mengutuhkan kehidupan dan dapat menyembuhkan. Mereka telah meningglkan pikiran mereka dibelakang mereka, dan orang-orang telah memelihara mereka (pen: riwayat hidup dan ucapan-ucapannya) sebagai skriptur, sebagai kitab suci. Orang-orang telah mengambil mereka sebagai agama. Ada pikiran yang tak akan pernah mati, ada semacam umur panjang yang telah diberikan kepadanya. Apapun yang membentuk pikiran mereka telah mengambil — musik, prosa, puisi, aforisme, kumpulan kata-kakata[hikmah] — mereka tak akan pernah mati; mereka akan hidup selamanya. ????? BAB EMPAT Akal Ilahiah Akal adalah suatu fakultas, tidak teraba, kegiatan tak-terucap, yang otak hanyalah kendaraan semata. Manusia membatasi hal-hal yang tak-terbatas dan di luar kekuatan pengkuran, dan oleh sebab itu orang-orang [lit: dia] telah menggambarkan Tuhan dalam bentuk manusia atau memberi kesakralan kepada ruh binatang-binatang. Seorang yang berakal lebih besar mempunyai visi yang lebih besar, dan barangkali melihat Tuhan dalam setiap orang; sebaliknya orang yang selalu berhasrat menemukan kejahatan-kejahatan akan mampu menemukan kilasan kejahatan meskipun pada orang baik. Itulah sebabnya, sejak masa kanak-kanak, manusia dibiasakan mengukur dan mengerti hal-hal dan cara pengertiannya dan mengujinya dalam cara terbatas yang khas bagi dirinya sendiri. “Tiada sesuatu pun yang baru dibawah matahari,” Kata [Nabi] Sulaiman. Orang-prang terus mengakui telah menemukan sesuatu yang baru, tetapi ia mungkin telah ditemukan atau ditemukan kembali ribuan kali sejalan [ dengan ] hari-hari berlalu. [Kitab] Veda, yang mengungkap filsafat kuno orang-orang Hindu, dalam bahasa Sansekerta, ibu dari bahasa-bahasa, menggunakan kata many atau manushi untuk manusia, dan manas untuk akal. Kata many dalam bahasa Inggris bermuasal sama. Ini menunjukkan bahwa muasal ujud manusia adalah akal; tetapi bentuk luarnya terlalu dekat dengan matanya sehingga ia menyembunyikan aspek-aspek lain ujudnya yang dalam membandingkannya [lit: ini] nampak tak terlihat. Dalam bahasa Arab tertulis,”Jika Anda ingin mengetahui Tuhan Anda harus mengetahui dirimu sendiri,” Bagaimana mungkin manusia kecil mengetahui sementara dia dalam [keadaan] kepayang individualisme! “Saya ujud terpisah; Anda yang lain; tiada hubungan antara Anda dan saya, dan kita semua memiliki kesenangan dan kehendak bebas kita sendiri,” tidakkah manusia mengetahui sejauh mana hidupnya yang tidak bergantung pada objek-objek dan benda-benda yang membuat tubuh tetap hidup tetapi juga pada kegiatan ribuan akal dalam setiap hari! Setiap kali seorang tertawa merupakan pantulan akalnya, dikontrol oleh kekuatan akal orang lain. Mengapa dia merasa kadang-kadang sedih, kadang-kadang gembira, kadang-kadang ceria, kadang-kadang antusias, kadang-kadang letih tanpa alasan, kadang-kadang tertekan dan kelelahan? Kita bertemu begitu banyak akal sepanjang siang dan malam yang terpantul pada akal kita; sehingga pikiran-pikiran berubah, yang nampaknya tanpa alasan. Meskipun kegiatan kehidupan kita bergantung pada pikiran-pikiran ini, dan perubahannya menurut kepadanya. Lalu siapakah yang dapat mengatakan, “Saya seorang individu, tidak bergatung dan bebas. Saya dapat memikirkan apa saja yang saya inginkan, dan saya dapat melakukan yang saya inginkan?” Anda tidak melakukan apa yang Anda inginkan; Anda tidak memikirkan apa yang Anda inginkan. Terdapat berbagai pikiran disekeliling Anda dalam bentuk manusia dan hewan dan individu-individu yang mempengaruhi akal dan pikiran Anda; Anda tidak dapat melepaskan mereka. Selalu ada orang-orang yang lebih kuat dari Anda, dan selalu ada orang yang lebih lebih lemah dari Anda sendiri. Kita saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Hidup kita saling terpaut, dan ada tautan yang padanya kita dapat melihat satu arus mengalir menembus keseluruhan. Terdapat begitu banyak bola dunia dan lampu, dan tetap ada satu arus yang mengalir menembus keseluruhan. Mistikus mencari agar menyadari ini secara konstan dan mengesankannya pada akalnya yang mungkin dia lihat. Apakah baginya gelombang laut? Apakah mereka di laut? Mereka hanya suatu individu sejauh seperti ombak [yang] naik dan turun. Ia menaik dan menurun, tetapi ia bermuara kedalam laut. Ombak baru adalah ombak berbeda secara keseluruhan. Apakah baginya suatu pohon?. Ada satu batang [pohon]. Dedaunan memancar darinya, menguning warnanya, dan rontok, tetapi pada saat yang sama kehidupan pohon secara menyeluruh bergantung pada akar dan batang, dan kerusakan apapun yang terjadi pada salah satunya mempengaruhi cabang, induk cabang, setiap bagian pohon. Apakah, baginya, suatu tubuh? Mata, hidung, kepala — yang manakah diantara mereka merupakan “diri”? Tangan mempunyai nama yang terpisah; jemari mempunyai nama yang terpisah, setiap bagian mempunyai nama yang terpisah. Berlaksa pikiran, berlaksa imaginasi, berlaksa perasaan — dapatkah kita menghitung ketubuhman mereka? Perbedaan emosi, perbedaan cara berduka, perbedaan tingkat kenikmatan — dapatkah kita membedakan mereka atau memilah mereka? Ujud kita mempunyai begitu banyak aspek, lalu apakah yang sesungguhnya yang disebut ia sendiri “aku, saya?” hanya satu, tidak banyak. Hanya jika kita tidak mempunyai tubuh atau akal, kita tidak menyadari bahwa kita maujud. Melalui semua ketubuhman ini seorang menyadari bahwa, “Saya satu”. Hal yang sama berlaku selanjutnya dalam akal hingga seorang menemukan bahwa kesatuan yang maujud dibalik semua jumlah nama-nama dan bentuk-bentuk ini, dan yang dalamnya seorang akan bersatu dengan Tuhannya. Ini menunjukkan bahwa pengalaman individu, yaitu pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan, dan pengetahuan individual, dan pengalaman bangsa-bangsa, suku-suku, tetapi selalu pulang hingga kembali kembali kepada kedalamannya, dimana ia berassimilasi dengan yang disebut akal ilahiah. Setiap [lit: semua] akal adalah daun yang berbeda dari satu pohon, tetapi hanya ada satu sumber bagi semua [yang] terikutkan. Bukan satu objek atau kehidupan dapat mujud yang dapat mempunyai satu titik pusat yang padanya segala sesuatu bertemu dan bergabung bersama. Dan tempat pertemuan itu adalah akal ilahiah. Sebab itulah, para Brahma mengajar pada orang agar mandi pada titik dimana semua sungai bertemu; penyucian hidup melelui mandi di sungai. Orang-orang yang benar-benar mengerti hal tersebut mengetahui bahwa itu menggambarkan akal ilahiah. Penyucian dalam kehidupan terletak pada pencapaian kedaslaman laut kehidupan yang dalamnya berlaksa-laksa bentuk-bentuk dan nama-nama bergabung. Al – Qur’an mengatakan,”Tak satupun zarrah yang bergerak terlepas dari tangan Tuhan.” Sehingga, tiada kegiatan sesuatupun yang terjadi baik disini ataupun di ruang gemintang, tanpa ransangan dari dalam dan dari kedalaman kehidupan dimana semua akal dsan pengaru-pengaruh seluruh kegiatan manyatu. Sekarang tibalah pada sisi moral subjek tersebut, [lalu] kita bertanya,”Dalam cara bagaimana [lit : apa] kita melanjutkan kehidupan? Biasakah kita terpuaskan bergantung pada kekuatan kerja?” Tidak, itu adalah suatu kelumpuhan satu bagian tubuh. Tangan tak akan terangkat [bila bukan karena pikiran]. Pikiranlah [pelakunya], lalu dimanakah pikiran dan ransangan-ransanganmu? Kita mungkin bertanya,”Haruskah kita menyadari setiap ransangan-ransangan yang datang? Tidak-haruskah kita bertindak dalam setiap kasus, menyadari bahwa semuanya datang dari Tuhan? Tidak, karena ia adalah realisasi akal yang membuat hal-hal benar dan salah, baik dan buruk, spiritual atau material. Adalah pikiranmu sendiri, bukan tindakannya. Ia [menjadi] sebagaimana Anda pikirkan. Meski ransangan itu datang dari dalam, jika salah maka anda telah salah membuatnya; jika ia benar karena Anda membuatnya demikian. Hukum menghakimu. Bukan hukum lain, [melainkan] hukum Anda sendiri. Apakah akal bodoh atau bijak, setiap akal mencintai kebaikan dan keindahan. Apakah kebaikan [itu]? Kebaikan adalah sesuatu yang indah, yang anda hargai, yang Anda tak dapat membantu menghargai. Anda menghargai menghargai keindahan kebajikan seseorang, keindahan tindakan, perasaan dan pikiran. Tak seorangpun mencoba melihat keburukan atau mengikuti jalan setan. Apakah ada seseorang yang akan mengatakan, “tolong, janganlah bersikap baik kepadaku; tolong,sesatkan saya?” Tak seorangpun yan senang dibodohi. Kejahatan adalah mencari keuntungan bukan memberi; tetapi orang jahat [tetap] masih melek kepada keindahan. Seorang mistikus dibimbing oleh akalnya sendiri. Yaitu yang kita dalam kehidupan ini, mesti kita berikan kepada orang lain. Jika kebajikan, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika pelayanan, berikanlah. Semua rahasia kebahagiaan dalam kehidupan bertumpu pada hal ini. Jika mencari kebahagiaan dalam kebajikan orang lain, ini berarti kita bergantung kepadanya untuk membuat kita bahagia, sepanjang kita memandang kepada orang lain untuk membuat kita bahagia, kita tetap mengharapkan bahwa yang manakah dari diri kita telah memberi. Bukan sampai kita menyadari hal ini, tahukah kita “Apakah keadilan itu?” Dunia adalah kubah, yang setiap tindakan adalah gema [dari] yang lain. Lakukanlah kebaikan: ia akan kembali; jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang lain. Itulah gemanya. Anda tidak mengetahui dari sisi yan manakah ia akan datang, tetapi ia akan datang beratus-kali lipat lebih dari yang Anda berikan. Berikanlah cinta; Akankah Anda mengalami kedinginan? Lakukanlah kebaikan; dapatkah Anda menerima kejahatan? Jika Anda melakukan kebaikan, janganlah Anda menilai tindakan orang lain. Anda tidak bisa menjadi hakim sampai Anda menjadi diri Anda tanpa kedirian.. Hanya [dengan cara] demikianlah keadilan akan mendatangi Anda. Dia adalah dinding antara Anda dan keadilan. Hanya ada satu hal yangbenar-benar adil, dan yaitu [dengan] mengatakan, “Saya tidak semestinya melakukan ini.” Jika Anda menyatakan hal ini kepada orang lain [yang] mungkin Anda mungkin salah. Mistikus megembangkan akalnya dalam cara ini, mensucikannya dengan pikiran, perasaan, perbuatan suci ( suci berarti bebas dari keterpisahan ), hanya mengikuti garis pikiran ini. Apapun perbedaan prinsip-prinsip benar dan salah [dari] keyakinan agama bisa nampak. Tiada pernah dua individu bisa berbeda dalam satu sifat prinsip ini. Setiap jiwa mencari setelah [mengalami] keindahan; dan setiap kebajkan, keshalehan, tindakan baik, bukan lain kecuali secercah keindahan. Sekali dia memiliki moral ini, seorang sufi tidak perlu mengikuti keyakinan atau keimanan tertentu, yang membatasi dirinya kepada jalan tertentu. Dia boleh mengikuti jalan Hindu, jalan Muslim, jalan gereja manapun atau keyakinan apapun, dia bersedia menjalani jalan agung ini, bahwa seluruh alam raya ini bukan lain adalah imanensi keindahan. Anda terlahir dengan kecenderungan menghargainya dalam setiap bentuk dan Anda tidak mungkin membutakan diri Anda dengan menjadi bergantung pada satu garis keindahan tertentu; Anda tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang Anda berikan. Anda membuat diri anda sendiri, tindakan Anda, pikiran Anda dan biarkanlah orang-orang lain mengambil keindahan Anda. Penyempurnaan akal apakah yang harus kita sentuh? Yakni sentuhan melalui kontemplasi, melalui realisasi, dan melalui pengertian satu-satunya arus yang mengalir melalui seluruh kehidupan. Kita memulai berkontemplasi pada hal itu. Akal, yang dalam bahasa agama kita sebut Yang Maha Kuasa dan dalam bahasa mistik kita sebut akal ilahiah, yakni kedalaman kehidupan, kedalaman aktivitas yang kepadanya segala aktivitas dan setiap aktivitas terkaitkan. Disana semua agama ada, mistikus menyembah kepada keindahan itu, dan pekerjaannya adalah melupakan diri, melepaskan dirinya sendiri seperti gelembung di air. Ombak menyadari, “Saya adalah laut,” dan dengan jatuh kedalam laut ia bersujud kepada Tuhannya. “Sempurnakanlah dirimu, seperti Bapakmu di surga adalah sempurna” ????? Bagian Kedua SIFAT- SIFAT AKAL BAB LIMA Pikiran dan Imajinasi Berpikir dapat dibagi menjadi dua bagian [yakni] : imajinasi yang merupakan keluaran tindakan otonomik akal; dan pikiran: merupakan hasil tindakan berulang-ulangnya. Manusia berpikir, artinya [lit: makanya], tidak harus imajinatif, bukan manusia imajinatif pemikir. Kedua kualitas masing-masing memiliki tempatnya. Seorang yang terbiasa berpikir dan orang yang tidak mampu berimajinasi terpisah jauh dari keindahan tersebut yang diungkap dalam puisi dan musik, karena semua ini datang dari imajinasi. Jika akal diberi kebebasan melakukan apa yang ia sukai, ia tertarik sebagaimana ia sebelumnya dan diluar perilaku suatu gambar yang diciptakan, sebutlah seni, puisi atau musik. Dalam bentuk apapun ia mengungkapkan dirinya sendiri, tetap indah. Banyak orang yang menertawakan orang yang imajinatif. Mereka berkata, “Dia [berada] di awan; dia sedang bermimpi.” Tetapi semua karya seni dan musik serta puisi datang dari imajinasi, karena imajinasi adalah aliran kebebasan akal yang dibiarkan berkarya dengan sendirinya dan membawa keluar keindahan serta ketalaan kandungannya. Tetapi jika dihalangi oleh prinsip atau aturan tertentu, maka ia tidak bebas bekerja. Tidak diragukan di antara para seniman dan musisi Anda akan mendapati banyak pemimpi dan orang yang tak praktis, tetapi itu bukan berarti mereka kurang teranugerahi. Barangkali ketakpraktisan mereka dalam beberapa cara membantu mereka menyelesaikan sesuatu yang orang yang praktis tidak mampu. Seseorang tidak perlu mengikuti contoh mereka, tetapi orang tersebut hanya dapat menilainya sama. Selain tak mampu memiliki keyakinan kepada Tuhan, tak satupun yang mencintai Tuhan, dan tak satupun yang pernah mencapai kehadiran Tuhan, [bagi] orang yang belum dibantu dengan imajinasi. Orang-orang yang berdebat dengan orang yang beriman dan [lalu] berkata, “Tetapi dimanakah Tuhan? Dapatkah Anda menunjukkan padaku? Bagaimanakah Anda dapat menunjukkan Tuhan kepadaku? Bagaimanakah Anda dapat menggambarkan Tuhan? Bagaimanakah Anda menerangkan Tuhan?” Beginilah orang-orang yang tanpa imajinasi. Tak seorang pun yang daspat memberikan imajinasinya kepada mereka. Dapatkah orang yakin pada keyakinan orang lain? Jika seseorang dapat yakin pada hal apapun [maka] seseorang harus melakukannya sendiri. Dan dari apakah keyakinan itu dibentuk? [yakni] dari imajinasi. Telah dikatakan, “jika Anda tak memiliki Tuhan, buatlah satu.” Dan tak pernah seorang pun dapat mencapai Tuhan yang belum mampu membuat Tuhan. Orang-orang yang menyulitkan diri mereka sendiri tentang keabstrakan Tuhan, [orang tersebut] tidak bertuhan, mereka hanya menggunakan kata tersebut. Mereka memiliki kebenaran, tetapi mereka tidak mempunyai Tuhan. Kebenaran tanpa Tuhan tidaklah cukup. Seseorang harus mencapai kebenaran melalui Tuhan; itulah yang memberi kepuasan. Jika semua kekuatan berasal dari makanan yang diberikan dalam satu pil, itu mungkin bisa mempertahankan hidup seseorang, tetapi tidask akan memberinya kenikmatan makanan. Jika seseorang mengambil satu pil kebenaran mungkin sebagian dari ujud seseorang akan terpuasi, tetapi bukanlah itu kepuasan nyata. Gagasan Tuhan, memberi makanan seseorang; dia mesti terlebih dahulu membuatnya dalam dirinya sendiri, dengan imajinasinya. Tetapi jika ia tidak menghendaki dia menggunakan imajinasinya, jika dia hanya menunggu Tuhan mendatanginya, dia harus menunggu begitu lama. Seseorang mungkin bertanya apakah [lit: jika] baik mempunyai imajinasi kuat? Baik [jika] menguatkan dirinya. Jika seseorang mempunyai kekuatan, maka imajinasi dan pikirannya menjadi kuat. Lebih lanjut, imajinasi yang kuat berarti kekuatan yang berangkat dari diri sendiri, tercapai tanpa kendali seseorang. Jadi imajinasi seseorang tidak selalu menjanjikan; kekuatan pikiranlah yang diidamkan. [Lalu] untuk apakah pikiran? Pikiran adalah sesuatu yang terarah mandiri dan yang mengendalikan imajinasi. Perbedaan antara manusia pemikir dan imajinatif adalah bahwa yang satu berpikir dengan kehendak dan yang lain tanpa kehendak. Jika seseorang mengetahui nilai kehendak, maka dia mengakui secara alami tiada yang lebih berharga di dunia ini ketimbang kehendak. Jadi, pertanyaan yang timbul dalam pikiran manusia pemikir, “Apakah saya memiliki kehendak, apakah saya memiliki kehendak kuat? Atau kehendak lemah?” Jawabannya adalah [bahwa] tak seorang pun yang maujud tanpa kehendak; setiap orang memiliki kehendak. Kerja otomatis akal menghasilkan imajinasi dan nilai imajinasi bergantung pada pengolahan akal. Jika akal ditalakan (tuned)kepada suatu tingkat tertinggi maka imajinasi secara alami akan berada ada puncak tertinggi; tetapi jika akal tidak ditalakan pada tingkat yang tinggi, maka imajinasi tidak akan ditingkat tersebut. Imajinasi memiliki tempat nilainya. Tetapi kapankah ia bernilai. Pada suatu saat ketika hati ditalakan pada suatu tingkat yang imajinasi tak dapat pergi kemana pun kecuali ke surga. Hati yang ditala oleh cinta, keserasian dan keindahan, tanpa kehendak ia mulai mengapung secara otomatis dan pergerakan otomatis ini bereaksi kepada apapun yang menyentuhnya, atau ia menjelma dalam beberapa bentuk. Ketika ia berupa garis atau warna atau catatan, maka menghasilkan seni, lukisan, musik atau puisi. Maka itulah imajinasi tersebut memiliki nilai, tetapi jika ia datang kepada bisnis dan sains serta semua hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari di dunia, lebih baik mengesampingkan imajinasi dan bekerjalah dengan pikiran. Seperti keduanya malam dan siang bermanfaat, seperti kedua istirahat dan bekerja adalah perlu, begitupun berpikir, dan imajinasi memiliki tempat [tersendiri] dalam kehidupan kita. Singkatnya, jika pujangga menggunakan kehendaknya untuk mengarahkan imajinasi ia mungkin [berupa] sebuah pikiran dan akan menjadi kaku. Hal alami bagi seorang pujangga adalah membiarkan akal mengapung kedalam yang dan apapun sentuhan yang terjadi, biarkanlah hatinya mengungkapkannya. Kemudian apakah yang terungkap? Adalah sebuah imajinasi. Tetapi ketika seorang harus menghadiri urusan bisnis, dia tidak semestinya membiarkan hatinya mengambang di udara; dia mesti memikirkan hal-hal di Bumi dan berpikir tentang figur secara sangat hati-hati. Jika seorang berfikir dia menjadi seorang yang rasional, pasti dan purna-pikiran. Kedua orang imajinatif dan pemikir bisa menuju kepada ke-ekstriman dan mungkin gagal, tetapi menjaga keseimbangan adalah yang membawa hasil yang dihasrati. Seorang pemikir mungkin juga berpikir sangat keras sehingga menjadi bingung oleh pikiran-pikirannya sendiri. Banyak pemikir-pemikir yang berpikir begitu keras sehingga mereka kehilangan akal. Sekarang kita memasuki metafisika lebih dalam, apakah yang membentuk gambar pikiran? Ini adalah suatu pertanyaan yang sangat halus. Ilmuwan materialis akan berkata bahwa terdapat atom-atom pikiran yang membuat bentuk tersebut; dengan bergabung bersama mereka menyusun bentuk pikiran. Dan jika mereka ingin membuatnya lebih objektif, dia akan mengatakan bahwa dalam otak terdapat gambar-gambar kecil seperti gambar-gambar saja, dan gerakan itu terus-menerus bergerak [sampai] mereka menyelesaikan satu bentuk. Karena orang lain tidak melihat lebih jauh dari pada tubuhnya, dan lalu ingin menemukan rahasia seluruh kehidupan dalam tubuhnya dan pada dunia fisik. Dalam pikiran otak hanyalah monumen untuk membuat pikiran-pikiran lebih jelas. Pikiran lebih besar, lebih luas, lebih dalam, dan lebih tinggi dari pada otak. Gambar pikiran dibuat melalui pengesanan akal. Jika akal tidak pernah mempunyai pengesanan, pikiran tidak akan jernih. Singkatnya, seorang buta yang tidak pernah melihat gajah dalam kehidupannya tidak akan mampu membentuk suatu gagasan gajah. Karena akalnya tidak mempunyai bentuk yang siap disusun atas perintah kehendak. Karena akal harus mengetahui lebih dahulu sebelum menyusunya. Maka akal adalah gudang semua bentuk yang seseorang pernah melihatnya. Tetapi tidak dapatkah suatu bentuk dipantulkan pada akal orang buta? Dapat [lit : ya], tetapi tetap tidak akan lengkap. Jika suatu pikiran dijuruskan kepada orang buta, dia hanya mengambil setengahnya, karena dia tidak memiliki bagian yang harus diambil dari akalnya sendiri, dan demikianlah dia hanya mengambil pantulan yang terjurus padanya. Maka dia mempunyai gagasan kabur tentang benda tersebut, tetapi dia tak dapat memuatnya jelas untuk dirinya sendiri, karena akal belum membentuk gagasan tersebut. Bentuk pikiran yang akal pegang dipantulkan oleh otak mungkin serupa pelat fotografis. Kedua pikiran seseorang dan pikiran orang lain dikembangkan seperti fotografis. Dan dengan apa ia dikembangkan? Adakah beberapa solusi yang padanya pelat fotografis ditempatkan? Ya, dan ialah intelegensi. Walaupun intelegensi seseorang dikembangkan dan dibuat lebih jelas terhadap indera batin. Dengan indera batin adalah berarti bagian terdalam dari indera-indera. Karena melalui kelima organ luar yang berbeda kita mengalami hal-hal yang berbeda. Dan ini memberi kita gagasan panca indera, tetapi pada kenyataannya hanya ada satu indera. Ada orang waskita (visioner), yang mempunyai konsesi-konsesi warna yang berbeda, tentang pikiran-pikiran dan imajinasi-imajinasi dan perasaan-perasaan dan bentuk imajiner tentang pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan? Tidaklah diragukan hal ini bersifat simbolis ketimbang aktual. Warna suatu pikiran berkaitan dengan kondisi akal. Itu menunjukkan anasir yang kepadanya pikiran-pikiran tergolong (belong), baik kepada anasir api, anasir air atau kepada anasir tanah. Ini berarti bahwa jika ia, misalnya, api yang berada dibelakang pikiran, api tersebut memproduksi warnanya disekeliling pikiran sebagai suatu atmosfir yang mengitarinya. Dan ketika orang waskita melihat bentuk pikiran dalam bentuk warna, apa yang mengitari pikiran berdasarkan kepada karakter pikiran tersebut. Suatu pikiran yang terkait dengan perolehan yang bersifat tanah adalah anasir tanah; pikiran cinta dan kasih mewakili anasir air, menebarkan simpati; pikiran dendam perusakan, menyakiti dan membahayakan, mewakili api; pikiran antusiasisme, keberanian, harapan dan aspirasi mewakili udara; pikiran tentang beristirahat, kesepian, kedamaian mewakili eter. Inilah karakteristik pikiran yang paling berpengaruh perhubungan dengan panca indera. Tidak ada keunggulan satu anasir atas yang lain, keunggulan pikiran adalah anasir atas yang lain, keunggulan pikiran berdasarkan cara pandang akal. Misalnya, seseorang yang berdiri di atas tanah memandang horison di depannya; inilah salah satu kewaskitaan yang lain [atau] berdiri di puncak menara dan dari sana dia memandang kepada horison yang membentang; [menghasilkan] cara pandang yang berbeda. Yakni berdasarkan cara pandang itulah pikiran [menjadi] unggul atau rendahan (inferior). Selain itu, tak seorangpun dapat mengambil gambar pikiran dan berkata, “Pikiran bukanlah suatu koin semata (earthly) yang unggul atau rendahan. Apakah yang membuatnya unggul atau rendah? Yakni motif [yang berada] di belakangnya. Akal adalah pencipta pikiran dan imajinasi. Merupakan tanah gembur yang di atasnya tetumbuhan tumbuh dalam bentuk pikiran-pikiran dan imajinasi. Mereka hidup di sana, bahkan ada pertumbuhan segar yang terus-menerus, tetumbuhan dan pepohonan itu yang telah dicipta sebelumnya tersembunyi dari mata orang. Karena semua inilah sehingga seorang tidak berpikir banyak tentang pikiran-pikiran dan imajinasi yang telah berlalu. Tidak pula mereka sebelumnya; tetapi pada waktu yang bersamaan, manakala seseorang ingin menemukan sesuatu yang orang tersebut pernah sekali membentuk, dengan segera ditemukan, karena ia masih tetap di dalam akal. Kesadaran tidak melihat bagian tersebut dengan segera adalah bawah sadar. Apa yang disebut kesadaran tetap tinggal dipermukaan, menjadi jelas bagi kita bahwa bagian pikiran dan imajinasi kita yang baru saja dimiliki dan masih sibuk memandang. Bagaimanapun, sekali seorang telah mempunyai imajinasi atau pikiran, hal itu tetap ada. Dalam bentuk apakah ia mengada? Dalam bentuk yang akal telah memberikannya. Jiwa mengambil bentuk dalam dunia fisik, suatu bentuk yang dipinjam dari dunia ini, maka pikiran tersebut mengambil bentuk yang dipinjam dari dunia akal. Akal yang jernih dapat memberikan suatu kehidupan yang berlainan, rupa yang berlainan dengan [lit : terhadap] pikiran; akal yang bingung menghasilkan pikiran-pikiran yang tak berlainan. Dan seorang dapat melihat kebenaran ini dalam mimpi; mimpi dari akal yang jernih adalah jelas dan berlainan. Mimpi dari orang-orang yang tak berakal jernih, membingungkan. Disamping itu, yang paling penting adalah melihat bahwa mimpi-mimpi para seniman, penyair, musisi, yang hidup dalam keindahan, yang memikirkan keindahan adalah indah; mimpi-mimpi orang yang akalnya mempunyai keraguan atau ketakutan atau kebingungan adalah dari karakter yang sama sebagaimana akalnya. Ini membuktikan bahwa akal memberi satu tubuh kepada pikiran; akal mengirim bentuk kepada tiap pikiran, dan dengan bentuk tersebut pikiran mampu mengada. Bentuk pikiran diketahui bukan hanya bagi orang yang berpikir tetapi juga bagi orang yang memantulkan pikiran, yang dalam hatinya terpantulkan. Maka itu ada komunikasi diam antara masyarakat. Bentuk-bentuk pikiran seseorang memantul pada akal orang lain. Dan bentuk pikiran ini telah kuat dan jelas ketimbang kata-kata, karena bahasa terbatas, sementara pikiran mempunyai lingkup pengungkapan yang lebih luas. ????? BAB ENAM S u g e s t i Kita sulit menyadari seberapa besar kita bergantung atas sugesti pada kehidupan sehari-hari, khususnya dalam membentuk opini kita tentang orang lain. Pujian dan penyalahan apa pun dari seseorang yang menusuk telinga kita, [maka] segera muncul kepada kita sebagai suatu kenyataan; dan hanya terdapat sedikit di dunia ini yang [dapat] menolak sugesti yang datang kepada mereka [yang berasal] dari orang lain, meski mereka sangat mengabaikan tentang fakta-fakta mereka sendiri. Kita mungkin sangat berprasangka kepada seseorang yang kita belum pernah lihat, tak pernah kenal, hanya karena apa yang orang lain telah katakan. Dan bagian yang terpenting darinya adalah kita meragukan sanjungan tetapi kita siap menerima sesuatu yang salah. Alasan untuk hal ini adalah pengalaman-pengalaman kitalah yang membuat kita pesimistis. Semua kebejatan dan kejahatan yang kita temukan dalam kehidupan mengesankan kita, dan pada saat itulah yang membuat kita merasa bahwa, jika ada hal yang mengada merupakan kebejatan, adalah kejahatan. Jika kita mendengar kebaikan seseorang, kita mulai meragukannya; kita pikir bahwa mungkin kesalahan itu pada pihak orang yang memberitahu kita, bahwa barangkali orang tersebut pengabai fakta-fakta, atau bahwa kita harus menunggu hingga kita mengetahui lebih banyak mengenai orang yang sangat baik itu. Tetapi suatu hal yang salah , [ketika] kita tidak mencoba menunggu saatnya, kapan kita dapat menemui orang tersebut dan berusaha mengetahuinya dan melihat dimana letak kesalahannya; [malah] kita langsung [lit: secepatnya] percaya. Ketika menimbang psikologi massa, kita melihat betapa sering orang-orang besar, yang benar-benar telah bekerja untuk kawan [lit: orang-orang] sejawat mereka, dalam kapasaitas apapun, jatuh dalam kekecewaan tatkala ada orang berbicara menentang mereka; pada saat ini ketika kehidupan di dunia sangat otomatis dan kita sangat bergantung kepada apa yang surat kabar beritakan, kita secara kolektif mengganti opini orang banyak, dari hari ke hari. Kita tidak pula mengetahui penyebab yang menjadikan mereka disanjung. Pula kita tidak banyak mengetahui tentang mengapa mereka disalahkan. Manakala orang mulai menyadari apa arti sugesti, banyak yang bereaksi secara salah menentangnya. Misalnya, mereka mengira bahwa dengan berkata kepada diri sendiri, “Saya sehat,” adalah sugesti, mereka berharap cemas apakah tidak salah. Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dari pagi hingga petang kita terkesan oleh sugesti yang datang kepada kita secara otomatis dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Hal yang penting, tidak terletak pada penerimaan sugesti-sugesti atau dalam penolakan mereka; ia terletak pada pengertian apa yang menguntungkan kita dan apa yang akan merusak. Sebagai contoh, suatu sugesti sudah cukup membuat orang percaya [bahwa] sebuah rumah berhantu, sehingga [hanya dengan] dirinya sendiri sudah cukup membuat mereka merasa takut atau sakit. Sugesti tentang kesulitan-kesulitan yang kita mesti hadapi akan menghasilkan kesulitan-kesulitan. Sugesti dibuat orang dengan berkata, “Orang ini menyukaimu,” “Orang ini tak menyukaimu,” semua orang bertindak berlebihan atas seseorang sehingga sangat sering orang tersebut diyakinkan oleh sesuatu hal, bahkan sebelum dia memulai mencoba dan menemukan kebenaran tentangnya. Diantara seratus orang, kita akan sulit mendapatkan seorang yang berharap mempelajari kebenaran sebelum dia menerima sugesti apapun; bahkan sangat sering dia tak terusik tentangnya. Untuk mempercayai sesuatu begitu orang lain telah mengatakannya, dan langsung membentuk opini adalah cara termudah. ia menyelamatkan seseorang dari gangguan tentangnya selamanya. Itulah sebabnya kita selalu siap menerima suatu sugesti, dan begitulah seluruh kehidupan kita penuh dengan sugesti-sugesti. Sangat sulit bagi orang yang kita membentuk suatu opini tentangnya hanya dengan mendengar sesuatu memojokkannya. Pada kapasitas apapun, apakah dia menjadi relasi kita, pelayan kita, atau atasan kita, dalam kasus apapun itu membuktikannya tidak adil. Dan tidak berakhir [hanya] di sana. Ketika seseorang pernah mendengar sesuatu yang melawan orang lain dan telah dibentuknya suatu opini tentangnya, opininya bertindak atas orang tersebut dan membuatnya sebagaimana yang orang lain pikirkan. Dengan cara ini banyak orang yang tidak mengembangkan dalam diri mereka suatu rasa keadilan, kapasitas untuk mengerti secara benar, karena mereka bergantung atas perkataan orang lain. Jika seseorang yang berada pada posisi sebagai pemimpin yang dia harus melakukan sesuatu dengan banyak orang dan opininya berpengaruh, sehingga [lit: manakala] opininya dapat mengubah kondisi banyak orang, [dan] tatkala orang tersebut secara halus membentuk opini hanya dari mendengar tentang seseorang, [maka] banyaklah orang yang di bawahnya menderita. Hal ini sering terjadi pada orang yang dengan posisi tinggi. Manakala mereka tidak mempunyai waktu, tidak pula beranjak untuk menempuh tantangan [lit: halangan] agar menemukan tentang orang lain yang bergantung pada mereka atau orang yang bekerja di bawah mereka, dan tatkala mereka mengubah opini mereka hanya karena orang lain telah mengatakan sesuatu, ini menjadi sangat sulit . Sering kawan yang paling akrab dan jujur telah memecahkan persahabatan mereka [karena] kelemahan penerimaan sugesti ini dari orang lain. Antara relasi dan kawan-kawan seringkali terjadi perpecahan tanpa suatu alasan. Jalan terbaik bereaksi melawan suatu sugesti adalah mencoba dan menemukan fakta-fakta. Tetapi sangat sering apa yang orang lakukan adalah mencoba dan menemukannya dalam cahaya sugesti tersebut. Persis seperti ceritera tentang Otello, yang tatkala dia memulai bertanya-tanya tentang Desdemona, [lalu] menterjemahkan segala hal pada cahaya yang disugestikan kepadanya. Menurut metafisika, suatu cara menghilangkan dampak sugesti dari akal adalah melalui konsentrasi: pertama adalah menetapkan pikiran dalam akal seseorang, dan yang lain adalah dengan menghilangkannya. Manakala seseorang melatih konsentrasi, sesesorang mampu menghilangkan pikiran apapun yang dia [lit: seseorang] inginkan. Dan untuk menanamkan pikiran yang seseorang ingin agar menetap dalam pikirannya. Tetapi disamping ini, dari titik pandang moral seseorang harus menutup telinga dan matanya terhadap semua yang tak disetujui, tak selaras, dan buruk terhadap semua persiapan yang seseorang berlawanan dengan orang lain. Seharusnya seseorang tidak mengambil hati tentangnya. Ada banyak keindahan yang bisa diselidiki dalam kehidupan kita, hanya jika kita dapat memalingkan mata kita dari semua keburukan, dari semua yang tidak diharapkan, dan menatapkan mata kita pada semua yang indah dan disepakati. Karena jika kita ingin merasakan sakit hati dan terlecehkan serta terhalangi, tidak hanya ada satu hal, ada seribu hal yang menhalangi kita. Satu-satunya cara untuk melewati mereka adalah jangan mengambil hati [tentang] mereka. Beberapa orang selalu nampak lebih menyukai berseberangan terhadap sugesti yang diberikan. Itulah kelemahan yang lain. Dia menunjukkan bahwa bukan hanya mereka benar-benar tidak mempercayai orang lain, tetapi pula mereka tidak mempercayai diri mereka sendiri. Bentuk alamiah atau normal akal adalah memiliki penguasaan atas segala hal, atas kondisi-kondisi, dan jika sugesti datang dari orang lain, [usahakanlah] agar berpikir tentangnya. Dengan berpikir tentangnya kita tidak perlu mempercayainya, kita perlu bertindak untuk tidak melawanya, karena semua hal adalah sugesti, apakah mereka baik atau buruk. Tidaklah benar bahwa sugesti-sugesti selalu salah, sugesti sering sangat baik, tetapi jika seseorang selalu melawan segesti apapun, dia akan menolak semua yang baik karena ketakutan. Ada banyak orang di dunia ini akan mempertahankan diri mereka sendiri sebelum mereka diserang. Tak seorangpun yang mempunyai niat apapun untuk menyerang mereka, tetapi mereka sudah berada pada [keadaan siap siaga]. Ada orang-orang yang dihadapan siapapun yang telah melecehkan mereka berada pada [keadaan] siap perang; bahkan dihadapan siapapaun yang menghinanya, mereka membayangkan bahwa seseorang meniatkannya. Ini adalah kecenderungan yang salah dari akal, dan seharusnya mereka diperangi agar akal tetap jernih. Untuk menjernihkan jalan kehidupan, mentalitas tetap harus bening. Untuk menghindarkan sugesti berbahaya dari akal seseorang berarti berjuang. Tetapi jika seseorang tidak mengetahui bagaimana berjuang dengan benar dia akan meneruskan sugesti yang sama melawan penyakitnya dan berkata kepada diri sendiri, ”Saya tidak sakit, saya tidak sakit,” karena kata tidak dan sakit berada di sana, dia meneruskan keduanya. Atau seorang yang berada dalam kemiskinan berkata, “Saya tidak miskin,” miskin yang di sana disamping kata tidak, dan kemiskinan akan menetap bersamanya. Sementara dia berjuang melawannya dia menyimpannya setiap saat di depan akalnya; meskipun dia tidak menginginkannya seharusnya seseorang bertindak bijak sehubungn dengan sugesti. Sifat akal yaitu seperti sugesti petama yang membuat suatu pengesanan yang dalam. Maka jika sekali seorang terkesan oleh hal yang salah dan telah membentuk opini yang salah, amat sulitlah mengubahnya. Disamping itu, ada orang-orang yang sudah duduk di atas opini-opini mereka. Mereka tidak memegang opini, opinilah yang memegangnya; dan sekali mereka telah membentuk opini tiada yang dapat mengubahnya, karena merupakan opini mati, persis batu. Dimana batu itu ditempatkan, ia menggeletak, [karena] ia bukanlah ujud hidup yang berjalan dan bergerak. Umat manusia sangat menderita karena kelemahan ini, yang menetap dalam ras manusia; dan karena terdapat cacat dalam pengetahuan psikologi di dunia, ia menyebar dan menyebar setiap hari. Pada zaman purba umat manusia menderita karena harus bergantung pada opini dari satu orang, tetapi sekarang umat manusia menderita karena harus bergantung selamanya pada opini-opini begitu banyak orang, bekerja secara otomatis sepanjang waktu. Selama tahun-tahun terakhir, berapa banyakkah kepribadian yang muncul bersinar dihadapan dunia, berapa banyak yang menjadi tenar selama beberapa waktu, dan berapa banyak yang jatuh ke dalam kekecewaan. Alasannya adalah kerumunan pekerja secara otomatis dan tidak mengetahui kenyataan. Apa yang ia ketahui adalah apa yang diceritakan. Jika melalui surat kabar atau dalam cara apapun opini terbentuk, ia menjadi opini masyarakat. Dan sering tidak benar, jarang ia dapat benar. Karena kelebih-baikan kemanusiaan, orang harus diajar dari masa kanak-kanak agar mengerti apakah kerja otomatis akal itu, dan apakah perbedaan yang terdapat diantaranya dan [bagaimanakah cara] kerja akal dengan kehendak. Dapatkah orang menanggulangi setiap hal dengan sugesti? Dapat dilakukan tapi tidak dapat dikatakan. Ada banyak hal yang sangat besar yang dapat diselesaikan, tetapi jika orang ingin membicarakan tentangnya, sangatlah sulit. Bukan hanya orang-orang lain akan meyakininya, [bahkan] seorang tidak akan mampu mempercayainya [dengan] diri sendiri, jika dia mulai membicarakan tentangnya. Jika mereka dibiarkan tak terkatakan, banyak hal besar yang dapat dilakukan ketimbang yang imajinasi orang dapat susun. Pengesanan dan Keyakinan Warna-warni dan bentuk-bentuk secara otomatis mensugesti kepada kita pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan. Warna yang kita pakai dan yang disekeliling kita mempunyai dampak atas kita dan memproduksi suatu atmosfir. Pernah sekali saya pergi ke klab yang baru dibentuk, dan beberapa anggota memberitahu kepada saya, “Sungguh ada beberapa ruh setan di rumah ini, karena sejak kami memiliki klab kami di sini, setiap kali kami mengadakan rapat komite terjadi pertengkaran!” Saya mengarahkan perhatian mereka kepada dinding ruangan tempat mereka mengadakan rapat, yang ditempeli kertas merah. Saya berkata,”Karena kertas warna merah inilah; ia berpengaruh kepada sifat api dari sisi Anda, dan jika ada kecenderungan untuk bertengkar ia mendorong Anda.” Tradisi kuno orang-orang bijak dan suci serta perenung mengetahui ini, dengan pikiran [seperti ini] dalam akal mereka memilih warna-warna pakaian mereka dan sekitar mereka. Kini gagasan ini diabaikan, dan orang mengambil warna apapun yang marak [pada] suatu musim, tidak mengetahui apa yang disugestikan kepada diri mereka sendiri dan kepada orang lain, dan yang demikian itu mengiringi [lit: bersama] bentuk-bentuk sesuatu. Jika suatu objek dibentuk dengan baik ia mensugestikan ritme dan keselarasan, dan jika serampangan ia mensugestikan kebaikannya. ? Pada zaman kuno terdapat kepercayaan yang menyangkut makhluk-makhluk halus yang baik dan buruk. Salah satunya didasarkan pada prinsip bahwa setiapa warna mensugesti sseorang yang akan melakukan suatu pekerjaan apatah dia akan berhasil atau gagal, kesan yang dia dapatkan dari warna tersebut menetap dengannya sampai melebar hingga ia berpengaruh atas pekerjaannya. Juga ada kepercayaan bahwa jika seorang bertemu [dengan] orang yang jahat ketika menuju ke tempat kerja, [maka] orang tersebut akan sial, bukan hanya [bertemu] dengan orang [jahat], namun apapun yang jahat yang orang lihat pada suatu saat [akan] mempengaruhi ruhnya dengan kejahatan secara alami. Tidak semua orang mengetahui tentang rona wajah. Tetapi setiap orang terpengaruh oleh mereka. Dia menerima kesan dari mereka tanpa mengetahuinya, karena bentuk mereka mensugesti sesuatu yang dia mungkin tak mampu menggambarkan, meski dia mampu merasakannya. Suatu bahasa tanpa kata; ia menyampaikan sesuatu, walau tak selalu mudah bagi orang untuk menterjemahkannya bahkan kepada diri mereka sendiri. Rasa sakit dan ketidak-nyamanan sering berlanjut dengan daya sugesti. Ketika [lit: segera] seseorang merasa tak nyaman atau sakit, akal mengulang, “ Saya merasa sakit, saya merasa tak nyaman,” dan sugesti ini menambah kepada rasa sakit tersebut, bagai bensin terhadap api. Sangat sering orang merasa letih sebelum orang tersebut melakukan pekerjaan apapun karena pengalaman keletihan sebelumnya tersugestikan kepadanya. Ada banyak kasus orang yang letih kerena pengesanan dalam akal mereka yangmemberkan sugesti bahwa mereka letih. Sama halnya dengan kelemahan, sekali orang terkesan dengan kelemahannya, kerentanan tubuh, kesan ini terus berlangsung padanya; dia datang sebgai sugesti terdalam. Dan jika seorang kawan baik yang mencoba membantunya dengan mengatakan, “Engakau nampak sangat kusam hari ini,” maka ini hanya memperburuknya. Terdapat sisi lain yang terpenting terhadap sugesti, dan yaitu pengesanan terhadap suara hatinya seperti, “ Saya tidak adil; [saya] berada di bawah harga diriku,” Tak diragukan bahwa kesan ini dihasilkan dari sisi baik ujud seseorang, tetapi sering ia mengahasilkan sisi buruk. Karena yang terjadi adalah lebih dahulu datang [suatu] gagasan yang berprilaku salah, dan pada saat itu perasaan menjadi [lit: yang] tumpul, dan orang tersebut mulai memunculkannya dan berpikir bahwa baik-baik saja. Tetapi ketika pengesanan telah berlaku salah, menetap dan berkelanjutan bertindak atasnya, hal ini membuatnya melakukan yang lebih buruk dan lebih buruk. Sehingga seorang yang pernah dipenjara sering berlanjut masuk penjara, berlanjut melakukan kejahatan yang sama, dan ruh kebaikannya telah menjadi tumpul. Sekarang dia terbiasa terhadap kejahatannyadan terhadap hukuman, dengan kata lain ia telah menjadi tuan dari situasi tersebut. Kita melihat hal yang sama dengan anak-anak, Jika seorang anak yang terkesan dengan sesuatu yang baik telah dilakukannya dan kita menghargainya dan berkata, “Sangat bagus,” atau jika anak itu sendiri berpikir, “Apa yang telah saya lakukan sangat bagus,” hal ini terus bekerja pada anak tersebut, dan dalam cara ini akan terus meningkat dalam setiap hari. Adalah karena mereka mengenal kekuatan sugesti sehingga orang-orang terdahulu [lit: kuno] memberikan nama anak-anak mereka yang maknanya akan mensugestikan gagasan-gagasan tertentu kepada mereka. Secara alamiah, bila seseorang mendengar namanmya dipanggil oleh orang lain seratus kali sehari, dia mempunyai sesuatu yang mensugestikan kepadanya seratus kali. Mungkin dia tidak menyadari pada saat itu, tetapi kedalaman kesadarannya menerima sugesti tersebut dan dia mengembangkan kualitas tersebut, karen itulah sifat jiwa. Gagasan ini sangat sedikit diketahui oleh [lit: bagi] dunia, tetapi semakin diketahui, orang-orang semakin mengetahui nilainya. Tiada satupun di dunia ini yang datang memberi sugesti lebih dalam kepada seseorang selain namanya sendiri. Karena dia selalu dipanggil dengan nama itu sepanjang waktu. Dan orang harus berterima kasih kepada orang-orang yang mulai mengerti gagasan ini sehingga mereka dapat menyebarkannya diantara kawan-kawannya. Terdapat sugesti otomatis pada nama. Setiap saat kita mendengar diri kita dipanggil, ini menghasilkan perasaan dari nama itu, bukan hanya dalam kesadaran kita tetapi juga dalam akal orang-orang yang memanggil kita. Secara otomatis suatu perasaan muncul, dan semua ini bekerja untuk keuntungan kita. Banyak pemberian nama dengan cara dangkal (thoughtlessly), atau memberi nama tanpa makna, dan ini tentu saja tak mempunyai hasil. Jika seorang telah diberi nama yang bermakna, misalnya, sesuatu seperti menyiksa, hidup orang tersebut mungkin menjadi tersiksa pada akhirnya. Juga, para orang tua yang memberi nama anak tersebut, sebuah nama yang tidak terinspirasikan, kerja otomatis kekuatan-kekuatan kosmik mungkin mensugestikan kepada mereka sebuah nama tertentu, dan nama tersebut akan membangun takdir anak tersebut. Sudah menjadi kebiasaan bagi ahli mistik besar memberi orang nama-nama yang baik agar menghasilkan hasil yang lebih baik. Kadang-kadang nama yang diberikan oleh orang bijak atau ahli mistik pada saat tertentu [karena ada] perasaan yang dalam, [sehingga] suatu nama muncul dari hatinya, dan mengubah keseluruhan takdir dari orang tersebut sejak nama tersebut diberikan. Yang miskin menjadi kaya, yang bodoh menjadi bijak, yang tidak penting menjadi besar atau tenar. Ini bukan hanya suatu gagasan, tetapi pengalaman yang berulang-ulang. Telah banyak kejadian tatkala seseorang telah menerima sebuah nama sebagai suatu karunia dari orang yang shaleh dan keseluruhan dari hidup mereka berubah. Kita mengetahui sangat sedikit kekuatan nama, tetapi semakin orang mempelajari pertanyaan ini, orang tersebut semakin menyadari bahwa nama orang dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar atas kehidupannya. Tiada yang memberi suatu sugesti yang lebih kuat ketimbang pengesanan dalam kesuksesan atau kegagalan, dari kelemahan atau kekuatan , dari nasib baik atau buruk, dari lara atau senang. Dan sungguh sayang manakala seseorang terkesan sangat dalam oleh kesepelean. Manakala kesan ini berlanjut dimanakah dia akan mengarahkannya? Ia akan mengarahkannya kepada kesepelean penuh, dan biasanya dia akan terpaksa muncul dengan dirinya sendiri. Dalam cara seperti itu segi sikapnya yang seharusnya melawannya menjadi tumpul, dan ini mengahasilkan keputus-asaan. Ada banyak cara yang berbeda untuk mundur kembali, seperti ketika seorang berkata, “Manakala saya berada ditengah orang-orang, saya menjadi gugup, saya menjadi cemas. Bilamana saya diminta berbicara atau melakukan sesuatu, saya tak mampu melakukannya,” Dia telah melakukan sugesti kepada dirinya sendiri, dia telah memperlemah kekuatan penyelesaian yang sebaliknya apa yang dia mampu telah terselesaikan. Membiarkan diri sendiri [berkata], “Saya tak berkekuatan, saya tak berdaya, saya tak mempunyai pikiran, saya tak berintelegensi,” [hal ini] hanya berarti melawan diri sendiri. Sering orang yang kecewa dengan dunia berkata, “Hatiku telah mendingin,” tetapi sebenarnya mereka yang mengerti kepada diri sendiri yang menjadikan hati mereka menjadi dingin. Orang lain mungkin berkata, “Saya tak mampu lagi mencinta.” Tetapi kita berasal dari cinta, kita sendirilah cinta itu, kita terbuat dari cinta; bagaimana mungkin kita tak mampu lagi mencinta? Semua sugesti-sugesti ini yang tidak dihasratkan dan tindakan bodoh yang menentang kehidupan kita. Kemudian terdapat orang yang membayangkan bahwa tak ada yang menyukai mereka. Mungkin tak seorangpun yang membenci mereka atau bahkan tak menyukai mereka, tetapi biasanya bilamana suatu pikiran berkembang dalam akal, mereka berkecenderungan untuk membenci atau menyukai. Kita harus selalu mengingat bahwa manusia tidak dicipta oleh Tuhan seperti kayu yang diukur oleh tukang kayu, karena tukang kayu berbeda dari kayu dan manusia diciptakan dari ‘diri’ Tuhan; maka semua yang ada pada Tuhan [juga] ada pada diri kita. Semua kekuatan dan kualitas yang berbeda yang kita butuhkan dalam kehidupan dapat dicapai jika kita tidak mengabaikan keberadaan mereka dalam diri kita sendiri. Manakala kita mengabaikan bahwa mereka mengada pada kita, maka biasanya kehidupan akan menjauhkan diri kita dari karunia tersebut yang merupakan milik kita. Bagaimana mungkin seorang dapat beruntung jika dia meyakini dan berpikir bahwa segala sesuatu yang dia sentuh menjadi salah? Bagaimana mungkin seorang dapat dicintai jika dia membawa dalam hatinya pikiran bahwa setiap orang yang melihat dia tak menyukainya? Tak seorang pun yang memusuhinya kecuali dirinya sendiri. Gagasan psikologi ini tidak seharusnya menjauhkan kita dari menggali prinsip-prinsip tatakrama. Jika seseorang tanpa pendidikan berkata, “Saya terpelajar,” bukan bearti bahwa dia akan menjadi terpelajar. Jika tanpa memiliki suara [merdu dan] dia mengaku sebagai [penyanyi] tenar, hal ini tidak akan menjadikan dia sebagai penyanyi tenar. Jika dia tidak mempunyai kualitas-kuallitas tersebut dia seharusnya tidak memprofesikan mereka, meski dia mungkin mengantisipasi mereka dan mengharapkan mereka. Dia tidak seharusnya mengatakan bahwa dia tidak berhak kepada mereka; dia harus mengatakan, “Saya berhak kepada semua yang membuka pintu untuk maju,” Tetapi segera seorang menerima penentangan diri sendiri bahwa dia tidak mempunyai kaualitas, intelegensi, kekuatan, anugerah tersebut dalam dirinya. Dia sendiri yang mengabaikan ruhnya dari dunia tersebut. Ceritera berikut adalah contoh tatakrama bersama sugesti. Seorang budak yang bernama Ayaz yang begitu dikasihi oleh Sultan sehingga Sultan mengangkatnya [sebagai] bendaharawan. Semua permata dan mutu manikam diberikan kepada tanggung jawabnya. Dan orang-orang disekeliling Sultan merasa marah tentangnya, memikirkan bahwa seorang budak telah diangakat ke tataran mereka dan bahwa dia diberi kepercayaan. Mereka selalu menunjukkan kesalahan pada budak tersebut kepada Sultan. Suatu hari seorng kurir berkata. “Setiap hari Ayaz pergi ke gedung harta, meski ia tak perlu, dan kadang-kadang dia berdiam di sana berjam-jam. Dia tentu mencuri permata berharga dari penyimpanan harta.” Setiap hari Sultan mendengar berbagai hal yang memojokkan Ayaz dan akhirnya dia berkata, “Jika benar-benar demikian, saya akan pergi dan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.” Dia [lalu] pergi dan membuat lubang di dinding sehingga dia dapat melihat dan mendengar apa yang budaknya lakukan di sana. Sultan berdiri di luar, melihat ke dalam ruangan, tatkala Ayaz masuk dan menutup pintu. Petama dia membuka peti yang di dalamnya permata-permata berharga Sultan tersimpan; dan dari peti yang sama dia mengambil sesuatu yang disimpannya di sana. Dia mencium dan menekannya kepada matanya, lalu dia membuka bungkusan tersebut. Dan apakah itu? Pakaian yang sama yang ia pakai tatkala dia dijual sebagai budak. Dia melepas pakaian toganya dan memakai pakaian tersebut, dan dia berdiri di depan cermin serta berkata, “Ayaz ingatkah Anda hari ini siapakah Anda sebelumnya. Bukan apa-apa, seorang budak dibawa ke hadapan Raja untuk dijual. Raja menghargai sesuatu dalam dirimu. Mungkin Anda tidak berhak [menerima]nya, tetapi cobalah sekuat tenaga menjadi setia kepada Raja yang telah membuatmu siapakah Anda sekarang. Jangan pernah lupa hari itu tatakala Anda memakai pakaian ini, bahwa jangalah mengangakat kepalamu dalam kebanggaan di atas orang-orang yang bekerja di bawahmu; dan jangan pernah membiarkan rasa terima kasihmu meninggalkanmu, karena kemakmuran selalu memabukkan. Tetapkanlah kesadaranmu dan mensyukuri Tuhan. Berdoalah kepada Tuhan agar menganugerahi Sultan umur yang panjang, dan berteima kasihlah atas semua yang diberikan kepadamu.” Kemudian dia melepas pakaiannya, memasukkan kembali ke dalam peti, menutup pintu, dan keluar. Sultan mendekatinya dengan tangan terbuka dan berkata, “ Ayaz, Andalah bendahara permata-permataku, tetapi sekarang Andalah bendahara hatiku. Anda telah mengajariku sesuatu pelajaran tentang bagaimana aku berdiri di hadapan Rajaku, [yang] dihadapan-Nya saya bukanlah apa-apa. Ini mesti menjadi sikap. Dia tidak memberi dirinya suatu sugesti laranya sebagai seorang budak. Tetapi dari kenyatan bahwa dia harus membuktikan penghargaannya. Manakala kita menjadi sadar tentang ketak-berhargaan kita, tentang keterbatasan kita, ia tentu saja menolong kita; walau ia benar-benar hanya menolong kita jika kita berharap menjadi lebih baik, dia menetap di tempat dia berada; tetapi jika dia memasukkan kepada dirinya sendiri, “Ya, hari ini saya lemah, tetapi besok saya akan lebih baik,” itulah sikap yang benar. Jangan pernah kita membiarkan ruh kekuatan tersebut yang dalam diri kita menjadi tumpul oleh perasaan tak mampu, karena esensi hidup adalah harapan, dan tatkala kita berharap agar lebih baik, kita akan lebih baik; tidak mungkin sebaliknya. Keputus-asaan lebih buruk dari pada kematian. Lebih baik mati ketimbang kehilangan harapan. Kita mampu melakukan apapun jika kita memilih membuat upaya. Kita sering tidak memilih melakukan kesulitan. Dan mengapa tidak? Karena kita tidak percaya : apa yang umumnya kurang pada diri manusia adalah keyakinan. Inilah hal lain yang menarik: Anggaplah ada sepuluh orang yang duduk dalam meditasi dan Yang Maha Mengatahui menganugerahkan mereka pengabulan, untuk meminta sebanyak apapun harta yang mereka inginkan. Akankah kesepuluh orang tersebut akan meminta jumlah yang sama? Tidak, karena tidak akan ada dua orang yang akan setuju sehubungan dengan seberapa banyak yang bisa diperoleh. Seorang akan meminta seratus, yang lain seribu, yang ketiga akan meminta semilyar, dan yang keempat tidak meminta karena dia tidak meyakini bahwa apapun dapat diperoleh. Meskipun sungai mengalir dengan air jernih, orang yang berbeda yang pergi kepadanya tidak akan mampu mengambil jumlah air yang sama. Orang yang mempunyai gelas akan mengambil segelas, yang lain yang memunyai kendi akan mengambil sekendi, yang ketiga yang mempunyai kantong karet akan mengisi [sejumlah] itu, dan orang yang membawa tangki akan mengisi sepenuh tangki. Dan begitupun kita semua dalam hidup kita: apa yang kita peroleh adalah apa yang kita yakini memungkinkan untuk memperoleh[nya]. Apa yakin kita yang tidak membolehkan kita untuk mencapai[nya] kita tidak mencapai[nya]; kita tidak dapat mencapainya, karena kita hidup di dunia keterbatasan dan kita tidak dapat meyakini di luar apa yang kita lihat. Apa yang menetapkan kita dari mempercayai adalah bahwa kita terkesan oleh keterbatasan di sekeliling kita, dan kita tidak akan pernah berpikir tentang atau yakin pada apapun yang berbeda dari apa yang kita lihat. Bagaimanakah seseorang dapat memperoleh keyakinan? Inilah pertanyaan tersulit yang siapapun dapat menanyakan[nya], karena tak dapat dipelajari, tak dapat dipikirkan; merupakan anugerah Tuhan . Secara esensial keyakinan sama dengan keimanan, tetapi hanyalah tatkala keyakinan menjadi keyakinan tetap (aconviction) ia berubah menjadi keimanan. Saya teringat mursyidku (pembimbing ruhani) memberikan saya, dalam memberkati saya, permohonan ini, “Semoga imanmu bertambah kuat.” Sebagai orang muda, saya pikir, “Hanya itukah yang dia katakan kepadaku, bukan, ‘Semoga Anda terilhami,’ atau ‘Tercerahkan,’ atau ‘Termakmurkan,’ atau sesuatu yang lain?” Tetapi jika saya memikirkannya sekarang, saya mengetahui bahwa dalam pemberkatn tersebut meliputi segalanya. Manakala keyakinan diperkuat, maka terdapatlah segala hal. apa yang kurang dalam kehidupan kebanyakan berkaitan kepada keyakinan. Tetapi lagi, ini adalah bekan sesuatu yang orang dapat pelajari atau ajarkan atau yang seorang dapat berikan kepada siapa saja; ia datang dari kepengasihan Tuhan. Untuk menyatakan suatu keyakinan adalah satu hal, dan benar-benar meyakini adalah hal yang lain. Banyak yang berkata bahwa mereka meyakini, tetapi sedikit yang benar-benar meyakini. Ya, ada suatu saat tatkala orang berada dalam mantra keyakinan, tetapi kemudian datang saat-saat yang lain tatkala dia berada di bawah mantara ketidak-yakinan. Jika kondisi sirna dan datanglah aliran keyakinan yang kokoh, maka, ketika sungai mencapai laut, jiwa tersebut mencapai penyempurnaan. Kata dan Suara Adalah dalam ketergantungan dengan setiap perasaan yang dibuat pada kita sehingga hidup kita berjalan [lit: bekerja], dan pengesanan terbesar dibuat melalui kata. Injil berkata, “Pada saat awal adalah kata…dan kata tersebut adalah Tuhan,” ini membertahu kita kekuatan kreatif dari kata. Kata sama kreatifnya dengan Tuhan sendiri. Di Timur, pada keluarga-keluarga yang baik, anak-anak diajar ketika masih kecil untuk menghindari kata-kata yang mingkin kengakibatkan kesialan, seperti, ungkapan yang anak-anak yang lelaki gunakan, Saya akan membunuhmu,” “Saya akan menembakmu,”; atau seperti yang dipergunakan [oleh] anak-anak perempuan, “Andai saya mati,” “Andai semuanya hancur.” Anak-anak diajar untuk tidak pernah menggunakan kata-kata dengan makna perusakan, karena sejauh kita ketahui pada saat tertentu semesta mungkin berhubungan dengan kata-kata manusia, dan kata yang diucapkan mungkin terjadi. Jika dia telah mengatakan sesuatu dia tidak ingin terjadi, akan lebih baik tidak pernah mengatakannya. Orang tidak berpikir tentang ini. Mereka mengatakan hal-hal sebagai canda yang mungkin megakibatkan kesulitan yang serius dalam hidup mereka, atau dalam hidup kawan-kawannya, tidak menyadari betapa besar kekuatan kata-kata dalam hidup kita. Maka itulah guru besar telah membuat ilmu tentang kata-kata, sehingga dengan pengulangan kata-kata tertentu hasil yang pasti dapat dihasilkan dalam karakter seseorang, dalam keadaannya. Seorang bahkan sapat menolong orang lain dengan menggunakan kata tertentu. Karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan pengulangan kata-kata tertentu: hasil yang terbawa melalui pengulangan mereka adalah mengagumkan. Maka sugesti sering terbukti menjadi rahasia keajaiban, inilah suatu bidang yang masih tetap tak terungkap oleh ilmu, dan semakin manusia mengetahuinya—barangkali lima abad yang lampau dari sekarang—dia akan semakin meyakini bahwa dibalik segesti tersembunyi ruh Tuhan, rahasia dari segala ciptaan. Nada suatu kata terucap, musik suatu frase, sering mensugestikan suatu makna yang sangat berbeda dari yang kata-kata dan frase benar-benar maksudkan. Kata setjana seperti ya atau tidak menyampaikan makna-makna berbeda dengan nada uang berbeda; musik suatu frase mungkin menyampaikan baik pikiran yang ikhlas ataupun suatu sarkasme. Tidak setiap orang dapat menerangkan dengan sangat baik apakah nada itu yang membuat maksud berbeda, atau musik apakah yang sebenarnya yang mengubah rasa dari suatu frase; tetapi secara otomatis seseorang mungkin mengatakan kata yang biasa atau suatu frase dalam nada yang biasanya orang gunakan untuk mengungkapkan perasaan yang dalam. Manakala ini terjadi banyak alasan bahwa bukanlah kesalahan mereka jika telah salah faham, dan sehingga mereka tidak bisa disalahkan karena telah mengatakan sedikit kata-kata sederhana—dan sesungguhnya, jika kata yang sama telah dikatakan dalam nada yang lain mereka akan menjadi sederhana. Bilamana kita menuju lebih dalam pada subjek ini, kita mendapati bahwa setiap vokal mensugestikan suatu perasaan tertentu, dan maka itulah nama-nama dan kata-kata memiliki dampak tertentu atas pembicara dan pendengar tentang maksud mereka. Misalnya, sangata menarik menarik meraup dari bunyi kata mengapa kembang sudah seharusnya disebut kembang dak mengapa batu sudak seharusnya disebut batu. Kita merasakan dari bunyi kata bahwa ia keras, jpadat; dan kita merasakan dari kata kembang bahwa ia lemhjt dan indah. Orang-orang yang berbicara tanpa pengtahuan nada dan musik, orang-orang yang tidak memiliki intuisi tentang bagaimana mengungkap pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan mereka dalam nada yang tepat. Kita sering mendengar orang brkata, “Saya sudah memberitahunya dan lagi memberitahunya, tetapi dia tidak mau mendengar ,” Tetapi ini mungkin karena mereka tak-acuh tentang nada dan musik pembicaraan. Ada alasan psikologis mengapa dia tak mau mendengarkan: barangkali nada tersebut tidak pas, atau musik tersebut mengkin belum betul. Suara mempunyai misteri besar. Suara individual mensugestikan sesuatu, bukan hanya dari pikiran, perasaan, dan tindakan, tetapi dari tingkat evolusinya, dari masa lalu, kini dan mendatangnya, jika sepuluh orang mengatakan sesuatu yang sama, kita akan menemukan tiap dari mereka mensugestikan rasa yang berbeda, suatu rasa yang melangkah lebih jauh dibanding kata-kata itu sendiri. Sementara kata menjangkau sejauh pendengaran, perasaan menjangkau ke depan di dalam hati. Suaralah yang membawa rasa (sense), perasaan, dan ia mengungkap sangat banyak bahwa semakin orang mempelajarinya semakin orang menemukan bahwa suara memiliki signifikansi yang sangat besar. Ketika seorang berkata, “Saya berbicara, tetapi tak seorangpun yang mendengarkanku,” dia tak biasanya mengetahui bahwa karena suaranyalah dia tidak didengarkan. Bukan karena yang dikatakannya, tetapi apa yang suaranya sampaikan. Tidak semua orang akan memperhatikannya, tetapi setiap orang akan merasakannya secara otomatis. Bajik, bijak, tolol, lemah, atau, kepribadian kokoh semua akan menunjukkan karakter mereka dalam suara mereka. Tidaklah berlebihan mengatakan bahwa kadang-kadang suara seseorang mengungkap maksud yang sangat berbeda dari yang dia katakan dalan kata-kata. Manakala kita menelusuri rahasia bahasa dalam sejarah, kita menemukan bahwa banyak bahasa yang diperkenalkan kepada kita hari ini berasal dari hanya sangat sedikit bahasa-bahasa kuno. Tetapi jika kita melangkah lebih jauh ketimbang sejarah membawa kita, kita akan menemukan bahwa semua bahasa berasal dari satu bahasa, suatu bahasa yang ras manusia mengetahuinya sejak dalam buaiannya, suatu bahasa yang manusia pelajari melalui intuisi. Nama-nama yang dia berikan kepada setiap hal bersal dari apa yang tiap benda sugestikan; dia menyebut benda-bensa berdasarkan kepada yang dia secara intuitif merasakan saat melihat dan merasakan mereka. Itulah mengapa semakin dekat kita menggapai bahasa-bahasa kuno, kita semakin menemukan rahasia sugesti psikologisnya. Karena setiap kata dari bahasa-bahasa kuno mempunyai nilai psikologis dan mensugestikan pemahamannya dalam suatu cara yang mendalam bahwa sebagaimana jika kata tersebut telah datang sebagai suatu reaksi terhadap apa yang hal aktual tersebut telah sugestikan. Akal-akal kita, dirusak oleh bahasa-bahasa baru yang dirinya sendiri telah dirusak oleh percampuran, tak dapat menggubah atau menghargai sepenuhnya bahwa perasaan yang orang temukan dalam bahasa kuno, dan yang padanya mensugestikan bukan hanya makna dari kata tersebut, tetapi pula sifat dan karakter serta misteri dari apa yang teridentifikasi dengannya. Pada prinsip inilah sehingga mantra yoga ditemukan. Kata-kata yang memancar dari intuisi para yogi dan pemikir, kata-kata yang menyampaikan maksud dalam cara sangat mendalam, suatu kata-kata yang dikumpulkan untuk digunakan para pakar, orang yang mengulang-ulang mereka dan dimanfaatkan melalui pengulangan ini. Mantra yoga berarti ilmu tentang kata-kata, kata-kata yang sakral dan sangat membantu dalam evolusi ruhani seseorang. Para yogi telah bekerja pada prinsip ini selama ribuan tahun, dan telah menyingkap mesteri besar dalam kata-kata. Para sufi sepanjang masa telah mengikuti prinsip pembuatan kata-kata ini yang mensugestikan pemahaman tertentu, suatu pemahaman yang orang berharap membawa keluar dan membuat realita dalam kehidupannya sendiri. Tak diragukan lagi perlu mengetahui makna-makna kata-kata sakral yang orang ulang-ulang; ini memberikan pengaruh lebih besar ketimbang konsentrasi hening, tersedia di sana kekuatan konsentrasi dan perasaan ikhlas dibalik kata tersebut. Sugesti kata-kata sakral pertama-tama mengesankan ruh seseorang, membantu menyeimbangkan kualitas, kebaikan, penghargaan, kekuatan inspirasi-inspirasi yang kata-kata tersebut sugestikan. Dan mekanisme ujud lebih dalam sedemikian hingga setiap kata yang orang ulang-ulang berkali-kali menjadi lebih hidup setiap kali [diulang], dan kemudian mekanisme ini berlanjut pada pengulangan kata yang sama secara otomatis. Sehingga jika seorang telah mengulang kata sakral selama lima belas menit, sepanjang siang dan malam kata ini berlanjut [terulang], karena ruh mengulangnya secara otomatis. Pengaruh lain pengulangan ini yaitu, kata terpantulkan pada ruh semesta, dan mekanisme semesta kemudian memulai mengulangnya secara otomatis. Dengan kata lain, apa yang diulang manusia, Tuhan lalu memulai mengulang, hingga termaterialisasi dan telah menjadi suatu realita pada semua tatanan keberadaan. Terdapat pula kata-kata berbahaya. Sebenarnya sungguh banyak terdapat kata-kata berbahaya yang orang tak dapat mengingatkan orang lain melawan mereka. Agar dapat menghindari pengaruh kata-kata buruk. Terdapat kebiasaan yang sangat menyenangkan di India diantara orang-orang tertentu. Alih-alih mengatakan, “Bilamana Anda sakit saya akan menjengukmu,” mereka akan mengatakan, “Tatakala musuh-musuhmu sedang sakit saya akan menjengukmu.” Para ahli mistik sepanjang masa telah menyertakan kepentingan besar kepada misteri kata, dan setiap pakar yang telah terbetahkan jalan mantra yoga selalu sampai di issue yang dihasratkan. Tidak diragukan lagi kebetahan, kesabaran, dan keimanan dibutuhkan dalam penyelesaian kegiatan mistik melalui pengulangan. Pergerakan Setiap pergerakan mempunyai signifikansi lebih besar ketimbang [yang] seseorang dapat bayangkan. Orang-orang terdahulu, mengenal fakta ini, mengetahui psikologi pergerakan, dan sungguh sangat disayangkan bahwa ilmu tentang pergerakan dan tentang pengaruh psikologinya nampaknya sangat sedikit diketahui saat ini. Pergerakan adalah kehidupan, ketiadannya bak kematian. Semua yang memberi pembuktian kehidupan dalam bentuk apapun adalah pergerakan; semua yang menunjukkan rambu kematian dalam bentuk apapun adalah [karena] ketiadaan pergerakan. Pergerakan dapat dipahami dari titik yang berbeda, dan terdapat berbagai macam pergerakan. Ada pergerakan seketika [yang] alami, yang lebih sering nampak dengan memperhatikan pergerakan anak-anak tanpa dosa yang belum dipelajari mereka dari manapun, orang yang belum terpengaruh oleh orang yang setelah melihat orang [lain] membuat pergerakan, dan hanya membuat mereka secara alamiah, mengungkapkan perasaan-perasaan yang kata-kata tak pernah ungkapkan. Ketika perasaan kekaguman, ketakutan, kenikmatan, kesemarakan, kasih sayang, atau penghargaan diungkap secara alami, mereka menyingkap lebih banyak dari pada yang selamanya kata-kata dapat katakan. Kemudian ada pergerakan yang dapat digolongkan sebagai suatu bahasa dari orang-orang yang berasal dari suatu komunitas, keluarga tertentu, negara tertentu. Hanya pera anggota komunitas tertentu tersebut yang mengetahui bahasa tersebut: yang lain sangat lalai tentangnya. Pergerakan-pergerakan ini yang telah menjadi ungkapan-ungkapan bahasa yang tidak dimengerti oleh rakyat negeri lain, tetapi mereka bukan pergerakan-pergerakan alamidan seketika yang disebutkan diatas yang seperti suatu bahasa bagi keseluruhan. Misalnya cara ketimuran memanggil seseorang adalah dengan semua jemari; itu mensugestikan, ”Saya memanggilmu dengan seluruh hatiku,” dan jika seseorang memanggil orang lain hanya [dengan] satu jari dianggap tidaklah sopan. Di Italia dan negara-negara Mediteranian lain terdapat cara yang sama untuk [lit: tentang] memberi isyarat kepada orang lain. Di semua negar-negara Timur pergerakan-pergerakan tersebut mungkin berbeda, mungkin ada juga beberapa pergerakan yang seperti terdapat di Eropa Selatan; terdapat alasan-alasan psikologi mengapa pergerakan-pergerakan ini bisa serupa. Ada perubahan-perubahan besar dibuat melalui sugesti-sugesti, bahwa tindakan-tindakan kita dan pergerakan-pergerakan seseorang dibuat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Ada beberapa tindakan-tindakan dan pergerakan-pergerakan yang bertindak apatah menyenangakan bagi kita atau bagi orang lain. Salutasi yang orang-orang Hindu buat antara satu dan yang lain berarti bahwa kita merajut kesatuan. Mempertemukan kedua telapak tangan bermakna kesatuan; mengangkat mereka ke atas bermakna evolusi. Salutasi yang orang-orang muslim buat, mengangkat tangan kedepan, mensugesti berdiri, dalam aspek apapun yang memungkinkan. Dan apatah orang mengerti maksudnya atau tidak serta membuat salutasi tersebut dengan pikiran atau tidak, dia mempercayai pengaruhnya sama saja baik lebih besar atau lebih kecil. Sudah banyak kerajaan-kerajaan dan raja-raja telah dijatuhkan dari kebesaran keagungan mereka melalui salutasi; yang diperkenalkan di istana mereka melalui lingkungan kedengkian mereka. Salutasi-salutasi tersebut adalah merendahkan tangan dari atas. Kebiasaan seperti menyilangkan kaki sementara tidur mensugestikan suatu aral; suatu aral yang menghadang perjalanan kehidupan, yang berarti merintang terhadap semua kemajuan. Orang menggemertakkan gigi di malam hari, yang biasanya mensugestikan keruntuhan, dan ia berpengaruh dalam cara peruntuhan kehidupan. Orang-orang mempunyai kebiasaan menepuk-nepukkan tangan pada kepala mereka, yang secara praktis mensugestikan pencegahan setiap macam kebangkitan. Mereka mempunyai kebiasaan melipat tangan mereka yang dengan jelas mensugestikan penyerahan [diri]. Ketika kemaharajaan Mongol dari Delhi pergi melihat seorang darwisy di hutan, dia dan menterinya melihat darwisy tersebut sedang duduk dengan tangan terlipat dan kakinya merenggang keluar. Darwisy tersebut melihat mereka datang dan duduk didekatnya, tetapi dia tidak mengubah posisi. Menteri tersebut, bertanya-tanya akan hal itu, membuat penekanan sarkastik, “Berapa lamakah, wahai darwisy, telah Anda renggangkan keluar kaki Anda?” Dia menjawab, “Hanya sejak tanganku telah terlipat.” Melebarkan tangan keluar berarti rakus atau ingin, dan pelipatan meniadakannya. Kadang-kadang seseorang menghalangi jalan di depan kita tatkala kita berjalan. Khususnya manakala kita memulai pekerjaan esensial tertentu, ini mensugestikan rintangan. Kadang-kadang pulpen terjatuh dari tangan kita tatkala kita memulai menulis. Itu berarti bahwa apa yang akan kita tulis tidak akan berpengaruh. Gelas mungkin pecah sebelum kita meminum anggur, berarti kehidupan belum mengizinkan kebahagiaan yang kita inginkan. Jika seikat kembang dibawa kepada kita ketika kita memulai suatu perjalanan, akan mensugestikan setiap macam kesuksesan. Ini menunjukkan bahwa setiap pergerakan di sekeliling kita mensugestikan kepada kita suatu hal dan berpengaruh pada kehidupan kita. Orang-orang dahulu di Timur, di Mesir dan di India, mempunyai tarian mistik. Setiap tarian mempunyai ceritera lengkap, dan setiap ceritera memiliki pengaruh atas orang yang melihatnya. Dikatakan bahwa tarian Mahadeva menguasai lelangit; tarian Krishna membuat dia berjaya [atas] Kounsa, sang monster. Begitupun di antara para sufi tarian para darwisy memiliki makna tersendiri [lit : mereka]. Orang-orang pengabai pengaruh psikologi adalah selalu terhancurkan jika mereka mempermainkan keajaiban pergerakan. Vajad Ali Syah, maharaja (paradish) dari Lucknow, dan raja Burma merupakan korban-korban dari pelecehan keindahan pergerakan-pergerakan. Tukang sulap melakukan semua pekerjaan mereka dengan objek-objek yang mensugesti, bersama dengan pergerakan-pergerakan. Ada juga pergerakan-pergerakan individual, pergerakan-pergerakan yang individual buat, menunjukkan dengan hal tersebut kedudukan khusus dari kondisi kesehatan dan mentalnya; sehingga seseorang dapat membaca kondisi orang lain melalui pergerakan yang dia buat. Dan jika seseorang memiliki wawasan ke dalam pergerakan-pergerakan, orang tersebut dapat mencerap melalui pergerakan orang lain apatah mata dan telinga berfungsi dengan baik ataukah dia mempunyai sesuatu yang salah dengan bagian manapun dari rasanya. Pergerakan-pergerakan juga menunjukkan karakteristik dari seseorang, sikapnya, titik pandangnya, cara pandang pada kehidupannya. Kehalusan atau kekasaran karakter seseorang seperti kebanggaan dan penghinaan [yang] dapat pula disingkap dari pergerakan-pergerakan alamiah dari orang tersebut. Apakah benar membuat pergerakan-pergerakan? Semua benar, pergerakan–pergerakan atau tanpa pergerakan-pergerakan, karena setiap hal memiliki kegunaan-kegunaannya, setiap hal memiliki maknanya. Adalah benar menggunakan semua hal yang benar, adalah salah menggunakan setiap hal yang salah. Tidak diragukan [bahwa] terdapat pula makna dalam pengendalian pergerakan-pergerakan. Jika seseorang dibolehkan terus berjalan dengan pergerakan-pergerakannya, kita tidak mengetahui dimanakah ia akan berakhir, tetapi pada saat yang sama melalui penekan-ulangan pergerakan-pergerakan seseorang dapat berubah menjadi sebuah batu; dan begitupun terdapat banyak orang yang dengan keindahan perasaan dan pikiran-pikiran lembut, berubah menjadi batu karena mereka berlebihan dalam mengendalikan pergerakan-pergerakan mereka. Setiap hari suatu kekakuan [yang] lebih besar mendatangi mereka, dan hal ini bekerja berlawanan dengan karakter asal mereka. Mungkin mereka tidak menjadi kaku secara alami, tetapi mereka menjadi kaku karena mereka berpikir berlebihan untuk mengendalikan pergerakan-pergerakan mereka, bahkan terhadap perluasan pengubahan menjadi batu. Orang melihat hal ini terjadi berkali-kali. Dengan penekan-ulangan suatu pergerakan seseorang mungkin telah mengubur suatu pikiran atau perasaan [yang] hanya seperti bahwa melalui pergerakan-pergerakan seharusnya dilempar keluar, alih-alih menetap dalam dirinya; lebih baik hal itu dilenyapkan tinimbang dikubur dalam hati. Tak diragukan ada cara lain untuk melihatnya, dan yaitu dari titik pandang kendali-diri; tetapi ini milik asketisme, yang terdapat subjek lain bersamanya. Kemudian terdapat pergerakan-pergerakan lebih diperhalus yang termasuk dalam seni. Seni ini seni pergerakan-pergerakan ini dapat dibagi ke dalam tiga belas. Yang pertama memiliki kasih dan kehalusan pergerakan-pergerakan ditetapkan dengan keahlian dan kelembutuan, keselarasan yang mereka ungkapkan, dan musik yang mereka miliki dari diri mereka. Berikutnya adalah pergerakan-pergerakan yang menyampaikan maksud dari apa yang orang katakan sepenuhnya. Bilamana seni berbicara dan seni bernyanyi dipisahkan dari seni pergerakan, ini tentulah membawa serta sesuatu yang amat indah dan cantik, karena pembicaraan, pendawaman, dan penyanyian berangkat bersama pergerakan-pergerakan. Dan kelas ketiga pergerakan-pergerakan atau menterjemahkan musik dalam bentuk pergerakan-pergerakan. Tetapi aspek yang paling esensial dari pergerakan adalah bahwa pergerakan bukan hanya mensugestikan makna yang dimaksudkan, tetapi itu, berdasarkan pada sifat dan karakter. Dapat membuat suatu pengesanan pada orang yang melihatnya atau pada orang yang membuatnya, suatu pengaruh yang dapat secara otomatis bekerja membentuk suatu takdir dalam kehidupannya. Pada zaman dahulu setiap pergerakan-pergerakan yang pendeta buat selama pelayanan atau upacara mempunyai signifikansi psikologis, dan berdasarkannya membuat pengesanan pada orang-orang yang menghadiri pelayanan tersebut. Bukan hanya kita benar-benar menyertakan suatu makna pada pergerakan, tetapi sangat sering suatu makna memiliki maknanya tersendiri, dan makna tersebut memiliki pengaruh. Orang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, tanpa mengetahui signifikansi pergerakan yang dia buat. Bagaimanakah kita mengetahui pergerakan manakah yang berpengaruh baik dan merusak? Semua yang kita ingin ketahui, kita dapat mengetahui dan akan mengetahui mereka; sering kita tidak dapat mengetahui berbagai hal karena kita tidak peduli untuk mengetahui mereka. Bidang pengetahuan begitu luas dan meski begitu dekat yang sekali kita tertarik pada suatu subjek bukan hanya kita yang menuiju kepadanya, tetapi subjek itu yang datang kepada kita. Untuk memulai menyingkap signifikansi pergerakan, karakter mereka, sifat mereka, misteri mereka, kita hanya harus menyaksikan. Pemahaman kita tentang proporsi yang benar, pemahaman kita tentang keindahan dan keselarasan, akan mulai menunjukkan [kepada] kita apa yang mesugesti perusakan dan apa yang mesugesti keselarasan, simpati, cinta, keindahan atau kehalausan. Kita hanya harus memberikan perhatian kepadanya dan akan datanglah semua. Tetapi untuk menggambarkan yang mana pergerakan konstruktif dan yang mana destruktif akan mengambil tempat yang banyak. Barangkali sama sulitnya dan sama lembutnya seperti membuat yang mana kata destruktif dan yang kontruktif, dan apa yang menyembunyikan signifikansi psikologis yang setiap kata miliki disamping makna biasanya. Lebih lanjut, kehidupan kita seperti sekarang, begitu sibuk dan begitu dikuasai [oleh] hal-hal materi, memberikan kita kesempatan kecil untuk melihat ke dalam signifikansi hidup yang lebih dalam. Membiarkan akal kita dikuasai di sepanjang hari, sehinggga kita telah menjadi pengabai tentang sesuatu dibalik tirai kehidupan itu sendiri yang padanya kita hidup, tentang pergerakan disekeliling kita, dan tentang pergerakan yang kita buat. Merupakan kepayangan, dan menetapkan kita mengambang pada permukaan, pengabai ke dalaman kehidupan, karena kita tidak memiliki waktu memikirakan hal-hal ini. Bagaimanapun, hal-hal ini memiliki makna mereka, signifikansi mereka, dan pengaruh mereka sama belaka, apatah kita mengetahui mereka atau tidak. Keberkatan yang diberikan oleh orang bijak, harapan-harapan dan doa-doa baik para guru, selalu dekat dengan pergerakan. Pergerakan yang membuat doa-doa hidup, mereka meyakinkan bahwa keberkatan dianugerahkan. Tak diragukan jika pergerakan tanpa pikiran hening dan perasaan dalam adalah sangat kurang tinimbang pikiran dan perasaan; hampir tidak ada. Tetapi manakala pergerakan dibuat dengan pikiran yang hidup dan ikhlas serta dengan perasaan yang dalam, akan membuat pikiran dan persaan seribu kali lebih efektif. Sugesti dalam Praktik Sugesti praktis mempunyai empat aspek. Yang pertama adalah sugesti yang dibuat kepada diri sendiri, yang disebut sugesti mandiri; yang kedua adalah sugesti yang dibuat kepada orang lain; yang ketiga adalah yang dibuat untuk ciptaan yang lebih rendah; dan yang keempat, yang sedikit diketahui oleh dunia keilmuan dan yang selalu sudah dimengerti oleh para ahli mistik, yaitu sugesti yang dibuat kepada objek-objek. Sugesti mandiri adalah sesuatu yang dibuat untuk membantu diri sendiri untuk terdorong atau melempem, menjadi sehat atau sakit, menurun atau menaik, bahagia atau tak bahagia. Ada dua macam sugesti mandiri: suatu jenis yang orang secara intensional, dengan sadar membuat kepada diri sendiri dan yang atasnya keseluruhan pelatihan mistik didasarkan, dan sugesti yang dibuat kepada diri sendiri secara otomatis. Tidak mengetahui sifat-sifatnya begitu pun hasil-hasilnya.Jenis terakhir dari sugesti dibuat oleh setiap orang kepada dirinya sendiri tanpa mengetahui apatah untuk keutungannya atau kerugiannya; dengannya banyak yang menurun dan sangat sedikit yang menaik. Terdapat banyak [orang] yang tanpa mengetahuinya menjadi jatuh cinta dengan ketak-beruntungan. Mereka akan meneriakkan, “Saya membencinya, saya tidak menginginkannya, saya tidak ingin sakit, saya tidak ingin menjadi tak beruntung,” meski pada saat yang sama tanpa sadar mereka secara berkesinambungan mensugestikan yang berlawanan dengan diri mereka sendiri dengan berpikir, “Saya sangat sakit, saya sungguh tak beruntung, saya begitu bodoh, saya amat lemah.” Terdapat juga dua macam sugesti yang orang buat untuk orang lain. Salah satu sugesti yaitu yang orang buat untuk menolong orang lain agar sembuh dari semua penyakit atau membantunya meningkatkan kehidupannya atau kerakternya. Dan yang lain adalah yang orang buat dari kebodohan atau keluar dari pengabaian pengaruhnya. Misalnya, seseorang mengatakan dalam canda kepada seoorang kawan. “Saya akan menembakmu hari ini.” Suatu kelakar, tetapi dia tidak mengetahui apa pengaruh kelakar tersebut yang dapat terjadi atas kawannya. Orang begitu mudah berkata dengan cara berkelakar, “Anda akan menjadi bangkrut jika Anda terus berbelanja seperti ini,” atau, “Apakah Anda hendak mati?” “Anda akan benar-benar akan mengalami kecelakaan.” Orang bisa saja mengatakannya, tanpa menyadari pengaruh apakah yang dapat terjadi, lebih cepat atau lebih lambat, atas orang lain. Kadang-kadang untuk menunjukkan persahabatan seseorang berkata, “Tetapi betapa lemah Anda nampaknya! Anda benar-benar lesu. Anda tidak dapat merasa sehat!” Sugesti-sugesti ini sering membuat orang lain menjadi sakit. Kemudian ada sugesti yang orang buat untuk ciptaan yang lebih rendah. Semua hewan peliharaan sepeti anjing, kucing dan kuda menerima sugesti dan siap bertindak atasnya. Ini menunjukkan bahwa tidaklah benar, seperti banyak orang yang berkata, bahwa ciptaan yang lebih rendah tak berakal. Bukan hanya mereka mempunyai akal tetapi mereka juga mempunyai hati, dan sangat sering lebih jelas dan lebih hidup ketimbang yang disebut manusia. Dan jenis keempat dari sugesti adalah sugesti yang orang buat kepada suatu objek. Dalam zaman materialisme ini tidak dimengerti oleh kebanyakan orang, tetapi dari sudut pandang mistik sering seefektif dan seluar-biasa dengan sugesti-sugesti lain yang telah saya sebutkan. Pada zaman dahulu sering seorang pahlawan, sebelum pergi berperang biasanya membawa pedang di tangan dan mengucapkan kata-kata persahabatan kepadanya. Dan akan mengatakan, “Saya telah membawamu di tanganku sehingga Anda akan menjadi pendukungku, pelindungku, dan sahabatku di medan perang. Semuanya saya tinggalkan di rumah, tetapi Anda saya bawa bersama denganku, sahabatku, pedang tercintaku.” Seorang musisi di India, sebelum menaikkan vinanya, biasanya menyalami alat musiknya, berkata, “Andalah hidupku, Andalah inspirasiku, Andalah makna-makna penampakan jiwaku; kusalami Anda dengan penuh kerendahan hati. Anda akan disisiku bilamana saya bermain.” Tak sorang pun akan mengetahui pengaruhnya kecuali orang yang telah mengucapkan kata-kata ini; dia mengetahui kehidupan apa yang telah dia simpan ke dalam objek tersebut. Alat [musik] tersebut yang sebelumnya merupakan objek, [kini] telah berubah menjadi ujud yang hidup. Semua cara-cara seperti praktik-praktik melantunkan nama-nama sakral dan mengulang-ulang nyanyian ruhani di sebuah rumah baru adalah sugesti dan berpengaruh meski [hanya kepada] objek-objek. Bagaimanapun, mungkin nampak bodoh kelihatan dari luar, tetapi faktalah yang tinggal bahwa semua hal dan ujud-ujud menampilkan kehidupan, walaupun banyak yang lebih terbuka terhadap sugesti dan perasaan serta yang lain-lainnya nampak kurang terbuka. Tetapi meskipun yang belakangan terbuka terhadap sugesti; kitalah yang tidak terbuka untuk melihat mereka menerimanya. Orang yang mengetahui misteri ini, mengetahui hukum alam yang luar biasa. Begitu suatu jiwa terbuka terhadap misteri ini kehidupan mulai meyingkapkan dirinya, dan juga mulai berkomunikasi dengan kehidupan. ????? BAB TUJUH Pemantulan MANUSIA DAN HEWAN Dunia akal dalam istilah sufi disebut aina khana, yang berarti istana cermin-cermin [dan] sangat sedikit orang yang mengetahui fenomena tersebut bahwa istana cermin-cermin memiliki di dalamnya. Bukan hanya di antara manusia tetapi juga pada ciptaan lebih rendah orang menemukan fenomena pemantulan. Orang bertanya-tanya sekecil apakah kuman-kuman dan ulat-ulat yang hidup pada makhluk hidup yang kecil, mencapai atau memikat makanan mereka. Sebetulnya, akal-akal mereka menjadi terpantulkan pada makhkluk hidup kecil yang kemudian menjadi makanan mereka. Benarkah untuk titik tertentu bahwa hewan-hewan tidak berakal: mereka tidak memiliki yang ilmuwan sebut akal berdasarkan pada istilahnya. Tetapi berdasarkan pada ahli mistik, intelegensi yang sama yang ada pada manusia ditemukan pada derajat lebih rendah. Mereka bearakal, tetapi tidak begitu jelas, dan maka itu, dengan pembandingan orang bisa mengatakannya seperti tidak berakal. Tetapi ahli mistik, meski ia mungkin tidak begitu jelas, tetap merupakan cermin juga. Persahabatan, kebencian, pertarungan yang terjadi di antara burung-burung dan hewan-hewan. Mereka menjadi pendamping (mates) — semua ini terjadi tidak seperti pikiran atau imajinasi, tetapi sebagi pantulan diri dari satu cermin kepada yang lain. Apakah yang ia tunjukkan? Menunjukkan bahwa ciptaan lebih rendah dan lebih alami ketimbang bahasa yang manusia telah buat, dan manusia telah amat jauh dari alam tersebut, cara pengungkapan intuitif. Anda mungkin bertanya [kepada] penunggang manapun tentang kenikmatan menunggang, yang dia menunggang lebih memuaskan dan lebih baik dari pada bentuk olah raga atau kenikmatan yang lain. Dia mungkin tidak dapat memberi alasannya tentang fenomena pemantulan ini: manakala pemantulan pikirannya jatuh pada akal kuda tersebut, kedua akal mereka terjurus antara satu dengan yang lain dan kuda itu mengetahui kemana penunggang itu hendak pergi. Semakin terjadi lebih simpati antara penunggang dan kuda tersebut, semakin nikmat orang menunggang. Setelah menunggangi kuda tersebut, alih-alih merasa lelah [malah] merasa bangga; kenikmatan [yang dirasakan] lebih besar ketimbang kelelahan. Dan semakin besar komunikasi yang terjadi antara akal kuda dan pengunggang, semakin besar kenikmatan penunggang yang muncul darinya, dan begitupun kuda. Kuda itu mulai merasa simpati dengan penunggangnya pada saat itu. Ada suatu ceritera tentang seorang penunggang Arab yang terjatuh di medan perang, tak seorang pun yang dekat untuk mengurus jenazahnya, dan kudanya berdiri disana [selama] tiga hari tanpa memakan apapun di [bawah] terik matahari, hingga orang datang dan menemukan mayatnya. Kuda tersebut menjaga mayat tuannya terhadap burung pemakan bangkai. Suatu ceritera juga dikenal tentang seekor anjing yang melolong [selama] tiga hari setelah kematian kawannya, dan mati pada akhir hari ketiga, itulah pemantulan yang dengannya mereka berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Sering orang melihat kuda-kuda dan hewan-hewan sirkus yang lain bekerja dengan mengagumkan berdasarkan perintah yang diberikan kepada mereka. Itukah akal mereka? Pernakah mereka mempelajarinya? Tidak, mereka tidak pernah mempelajarinya; tidak dalam akal mereka. Pada suatu saat tatkala orang berdiri dengan cambuknya, pemantulan dari akalnya tercermin pada akal-akal mereka. Jika mereka ditinggal sendiri mereka tidak akan bekerja, mereka tidak akan berpikir tentang hal tersebut. Alasannya yaitu, sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an, “Kami telah menciptakan manusia pemimpin ciptaan.” Ini berarti semua ujud disekeliling manusia, besar atau kecil, tertarik kepada magnetismenya; mereka semua menghadap kepadanya, karena dia adalah perwakilan (representative) dari Tuhan, dan mereka tak sadar mengetahuinya dan menyerah kepadanya. Gajah-gajah di Burma bekerja di hutan, mengangkut kayu gelondongn, tetapi pikiran manusialah yang melatih mereka, tercermin pada mereka, itulah yang membuat mereka bekerja. Manakala orang mempelajari sesaat orang akan menemukan bahwa tidaklah dilatih, merupakan pemantulan; apa yang orang itu pikirkan di akalnya, hewan-hewan itu melakukannya. Bisa dikatakan mereka menjadi kaki dan tangan tuannya. Dua ujud menjadi satu dalam pikiran, seperti dalam satu bait Persia, “Kala dua hati berengkuh satu, mereka mencipta jalan menembus gunung.” Mungkin ada relasi yang diterapkan antara manusia dan hewan, tetapi sangat sulit untuk menetapkan kesatuan tersebut di antara mereka. Ada ceritera tentang Daniel, yang memasuki gua singa, dan dengan segera singa-singa tersebut berubah jinak. Apakah dia menghendaki mereka seperti itu? Tidak, karena ketenangan dan kedamaan hati Daniel-lah memantul pada singa-singa tersebut yang membuat mereka tenang seperti dia. Kedamaiannya sendiri menjadi kedamaian mereka. Orang mungkin bertanya, “Setelah Daniel meninggalkan gua singa tersebut, tetap samakah [keadaan] mereka?” Terbuka keraguan. Ini berarti bahwa tiada pengingat tertinggal disana, tetapi bahwa kecenderungan awal (predisposition) kesadaran singa-singa tersebut; tidaklah sesegera Daniel keluar dari gua lalu singa-singa tersebut sadar kepada kesingaannya lagi. Sangat sering burung-burung dan hewan-hewan memberi peringatan tentang kematian pada suatu keluarga. Orang mungkin berpikir bahwa mereka mengetahuinya dari suatu tempat, atau mereka mempunyai akal yang memikirkannya, tetapi kondisi tersebut terpantul kepada mereka. Kondisi seseorang yang sedang sekarat, pikiran orang orang yang berada disekitar orang tersebut, kondisi dari kosmos pada saat itu, seluruh lingkungan, segala sesuatu disana terpantul pada akal mereka. Dan mereka mengetahui, mereka mulai mengungkap perasaan mereka, dan mereka menjadi pertanda suatu kematian. Jika hewan peliharaan yang mencerminkannya, apakah hewan-hewan yang memproyeksikan pikiran-pikiran dan perasaan mereka pada manusia? Apakah manusia yang memantulkan perasaan kepada hewan? Ya, kadang-kadang manusia yang bersimpati kepada seekor hewan peliharaaan merasakan sakitnya, tanpa alasan yang lain, hewan tak mampu menjelaskan sakitnya, tetapi mereka merasakn sampai dimana tingkat penderitaannya. Yang paling mengherankan di suatu tanah pertanian orang melihat macan tutul, memantulkan perasaan hewan-hewan tersebut, membuat kebisingan, menyanyi, dan menari dalam cara sama seperti layaknya hewan, dan menunjukkan berbagai cara berprilaku hewan-hewan tersebut. Sangatlah menarik menyaksikan bagaimanan fenomena pemantulan antara hewan-hewan dan manusia mengejawantah kepada pandangan orang yang melihatnya [dengan] sangat dekat, dan itu menerangkan kepada kita bahwa bahasa adalah cara-cara eksternal yang dengannya kita berkomunikasi antara satu dan yang lain. Tetapi bahasa alami adalah pemantulan ini yang diproyeksikan dan dipantulkan dari satu kepada yang lain. Inilah bahasa semesta, dan sekali bahasa ini bisa dimengerti orang bisa berkomunikasi bukan hanya kepada manusia tetapi bahkan kepada ciptaan yang lebih rendah. Bukanlah suatu dongeng jika orang mengatakan bahwa orang-orang suci zaman dahulu biasa berbicara dengan binatang-binatang dan burung-burung, hal itu benar [belaka]. Hanya saja mereka tidak berbicara kepada mereka (pen: ciptaan lebih rendah dan burung-burung) dalam bahasa yang kita pergunakan dalam kehidupan sehari-hari; mereka berbicara dalam bahasa alam tersebut yang dalamnya semua jiwa berkomunikasi antara satu dan yang lain. Lebih lanjut, pertarungan banteng yang terjadi di Spanyol dan pertarungan gajah yang terjadi di India, meski tidaklah sering terjadi gajah-gajah bertarung di hutan. Karena akal para penonton yang mengahendaki gajah-gajah tersebut bertarung yang membreri ransangan (stimulus) kepada daya tarung alami mereka. Dan hasrat itu memantul pada hewan-hewan yang membuat mereka terjurus untuk bertarung sesegera mereka lepas. Ribuan orang yang menonton olah raga ini semu mengharapkan mereka bertarung, dan pengaharapan begitu banyak akal menjadi pemantul pada hewan-hewan yang menyedihkan ini, [sehingga] memberikan semua kekuatan dan hasrat mereka untuk betarung. Ada pawang ular yang berharap menarik ular-ular keluar dari lubangnya, ya, memang ada musik dari suling, tetapi tidak selalu karena musik namun akal dari pawang memantul pada ular-ular yang menarik mereka keluar dari lubang. musik tersebut hanyalah suatu alasan, suatu media. Ada orang yang mengetahui mejik untuk mengarahkan lalat tertentu dari sebuah rumah atau taman, dan pernah terjadi [lit: telah dialami] bahwa pernah ada orang yang mampu mengarahkan se Andaa lalat dari suatu tempat. Akal dialah yang memntul pada akal tak signifikan lalat-lalat tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi akal serangga-serangga tersebut adalah bukan dari kekuatan, bukan pula suatu keanehan. Tidaklah diragukan bahwa akal manusia tak terbandingkan besarnya dalam kekuatan dan konsentrasi, dan biasanya memprokeksikan pikiran-pikiran pada objek-objek yang ia pilih. Hanya orang yang mengetahui bagaimana menjuruskan akal yang mampu melakukan hal yang demikian. Jika seorang mengarahkan lalat-lalat dari suatu tempat, tidaklah berarti bahwa dia memiliki anasir lalat di akalnya; hanyalah bahwa dia bisa menjuruskan akalnya pada lalat-lalat, yang orang lain tak mampu melakukan yang demikian karena umumnya orang tidak memberi pikiran kepadanya, dia tidak membayangkan sesuatu hal dapat terjadi, dan karena tidak mempercayainya dia tidak mampu mengkonsentrasikan pikirannya. Dan meski dia mampu memantulkan, hanya untuk bereksperimen, dan ini [lit : dia] tidak akan berhasil. Tekad dikembangkan melalui penjurusan pikiran orang pada objek konsentrasi tertentu; dan maka orang yang mengembangkan hal pertikular lebih baikdari apapun melalui kehendak seseorang. Misalnya orang yang memainkan instrumen brass (alat musik dari kuningan) dalam suatu band biasanya mengembangkan kekuatan meniup instrumen, dan mereka akan mampu memainkan instrumen-instrumen kayu, klarinet atau suling, tetapi pada saat yang bersamaan jika mereka dapat memainkan terompet lebih baik dari pada suling tersebut, karena ada peniupan pada keduanya, tetapi mereka terbiasa dengan benda pertikular tersebut. Sehingga dengan konsentrasi. Misalnya, jika seorang pawang ular dengan seluruh kekuatannya menarik ular-ular pergi ke dekat bank ingin menarik kantong, dia tidak mampu melakukannya. Tetapi tidak diragukan, sekali tekad dikembangkan dalam segala arah, akan membuktikan keserbagunaannya dalam segala hal yang orang lakukan. Pernah ada kasus dimana kuda-kuda mampu memberi jawaban atas pesoalan matematika rumit yang kepadanya orang-orang mengajukan pertanyaan yang orang-orang tidak mengetahui jawabannya. Merupakan pemantulan akal guru-guru terproyeksi pada akal kuda, karena kuda tidak mampu mengerjakan matematika, dan tidak akan pernah. Adalah suatu proses mediumistic dengan melaluinya ide matematika diproyeksikan pada akal kuda. Memang memukinkan bahwa bahkan orang yang melakukannya pun tak mengaetahuinya; tetapi upaya kerasnya guna membuat kuda tersebut mampu mengerjakan matematika telah menunjukkan keberhasilan. Kekuatan proyeksi dapat ditingkatkan dengan meningkatnya tekad. Ia dapat dikembangkan melalui pengembangan dari kehendak, pikiran [dan] perasaan. Sungguh banyak yang dapat dipelajari pada hal-hal yang kecil, yang dapat menyingkap kepada kita rahasia terbesar kehidupaan, hanya jika mata kita terbuka dan kita sangat berhasrat untuk meneliti fenomena tersebut. KOMUNIKASI DAN OBSESI Fenomena pemantulan berbeda dalam sifat dan karakternya, khususnya dengan alasan dengan sifat kepribadian yang berbeda. Ada tempat yang sama, orang yang pikirannya menjadi terpantuldi dalam hati orang lain mungkin mempunyai bentuk kongkrit di pikirannya, dia Andangkin memegang sebagai satu rancangan atau gamabar. Dalam kasus itu pemantulan jatuh di hati orang lain dengan jelas. Tetapi jika akal sangat lemah sehingga tidak dapat memegang suatu pikiran dengan baik, maka pikiran tersebut bergerak dan dan tidak dapat memantulkan akal orang lain. Jika akal seseorang tidak dalam kondisi baik, maka gambar disana tidak jelas. Jika akal seseorang tidak jelas, jika ia kecewa, jika ia terlalu aktif, maka akal tersebut tidak dapat menyampaikan pemantulan sepenuhnya. Akal bagaikan sebuah telaga, jika ada angin berhembus dan air beriak, maka pemantulan tidak jelas. Dan begitupun akal.akal yang tenang mampu menerima pemantulan. Akal yang sangat kuat, mampu membuat suatu pemikiran gambar, dari memegang pikiran, pikiran dapat berproyeksi di balik perbatasan apapun yang mungkin tegak disana yang mungkin menghalanginya. Orang mungkin bertanya, “Hatikah yang memantulkan akal atau akal [terhadap] hati?” Pada tahap pertama harus diketahui bahwa akal adalah permukaan hati dan hati adalah kedalaman akal. Maka akal dan hati adalah satu dan hal yang sama. Jika Anda menyebutnya cermin, maka akal adalah permukaan cermin itu dan hati adalah kedalamannya; [dari] cermin yang sama. Cermin adalah kata yang bagus karena ia memuat keduanya, akal dan hati. Jika pemantulan datang dari permukaan hati, ia menyentuh permukaan; jika datangnya dari kedalaman hati, ia mencapai kedalaman. Sama halnya dengan suara dari orang yang tak rela, ia datang dari permukaan dan mencapai telinga. Suara dari orang ikhlas datang dari kedalaman dan menuju ke kedalaman. Apa yang datang dari kedalaman menuju ke kedalaman, apa yang datang dari permukaan tetap pada permukaan. Tiada yang dapat menghapus dua akal yang saling menjurus antara satu dan yang lain. Tak ada orang yang dengan hati yang penuh kasih, dengan perasaan yang lembut, akan menyangkal bahwa dua jiwa saling bersimpati berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Jarak tidaklah pernah merintang kepada fenomena ini. Tiadakah kita pernah melihat di peperangan baru-baru ini kaum wanita [menjadi] tentara, ibu-ibu mereka, istri-istri mereka, anak-anak mereka, bertaut dengan kesayangan mereka berlaga di barisan depan, rasakanlah kondisi mereka, dan bayangkanlah manakala seorang tentara terluka atau mati? Banyak yang mengatakan karena pikiranlah yang menggapai yang lain. Tetapi pada waktu yang bersamaan meski getaran pikiran di relung kedalaman menjadi suatu rancangan. Satu pikiran, satu rancangan, satu gambar partikular menjadi terpantul., dan melalui ujudnya demikianlah tercermin padanya, orang lain yang merasakan seketika. Pemantulan tidaklah sama dengan percakapan. Dalam percakapan setiap kata memaparkan gagasan sehingga gagasan secara betahap terejawantahkan; tetapi dalam pemantulan keseluruhan gagasan terpantul dalam satu saat, karena keseluruhan ada disana dalam bentuk sebuah gambar, dan cerminnya di akal yang telah menerimanya. Karena teori inilah yang membuka di hadapan kita misteri yang terletak antara yang hidup dan yang mati. Gagasan obsesi mungkin dijelaskan lebih lanjut, bahwa pemantulan pikiran seseorang pada sisi yang lain, tergenggam erat oleh ciptaan hidup di Bumi, menjadilah obsesi. Seorang anarkis muda mungkin membantah seseorang; pada akhirnya Anda akan menemukan bahwa seperti terdapat suatu kedengkian besar antara dia dan orang yang dia bunuh; pada misteri di baliknya. Beberapa musuh yang terbunuh itu, di sisi yang lain, telah memantulkan pikirannya dalam akal pasif dari anak muda tersebut, yang melalui antusiasme dan kekuatannya merasakan dorongan untuk membunuh, dia sendiri tak mengetahui alasannya, dan mengakibatkan seseorang mati. Secara khusus diantara para anarkis orang menemukan berbagai kasus. Karena titik pandang yang ekstrim, hati-hati mereka dalam kondisi siap-terima; mereka dapat menerima pemantulan baik atau pemantulan buruk dan bertindak berdasarkannya. Mungkinkah bahwa seorang yang hidup di Bumi seharusnya mampu memproyeksi pikirannya pada orang yang berada pada sisi yang lain? Setiap agama telah mengajarkan pelajaran ini, tetapi evolusi intelektual semasa kita belum menggapai sepenuhnya. Misalnya di antara orang-orang Hindu ada kebiasaan saat ini menawarkan kepada orang mati semua yang dicintainya dalam bentuk bebungaan dan warna-warni, dalam bentuk lingkungan, sungai, arus, gunung, pohon yang alami. Semua ini [menyatakan] kinasih mereka [kepada] orang tercinta, daya hidupnya membuatnya menawarkan kepadanya. Di antara beberapa orang disana, ada kebiasaan membuat masakan enak, tentang penyadiaan dupa terbakar, bebungaan dan wewangian. Dan lalu setelah menawarkannya kepada mayat, mereka mengambil sebagiannya, sebab bila mereka mengambil sebagiannya — mungkin nampak aneh — meski pengalaman merekalah yang terpantulkan, dan maka itu, benarlah bagi mereka untuk mengambil sebagiannya, waktu hanya penawaran. Melelui merekalah sehingga mayat menerimanya; merkalah adalah wahana penawaran, dan hanya inilah cara yang dapat mereka berikan [kepada]nya. Ini mengjarkan gagasan lain, bahwa orang yang meratapi kekasih mereka dengan pasti berkelanjutan memberikan orang-orang yang mempunyai penyakit mematikan, karena alih-alih mempunyai pengalaman yang lebih baik dan memantulkannya kepada mereka di dunia, mereka mengumpulkan [rasa] sakit dan menawarkannya kepada kemataian mereka. Yang paling bijak adalah orang harus melakukan bagai orang-orang yang telah mati adalah memproyeksi pikiran kenikmatan dan kebahagiaan, tentang cinta dan keindahan, tentang ketenangan dan kedamaian. Cara inilah yang terbaik sehingga orang dapat menolong orang yang mati. Orang mungkin beratnya, “Dapatkah orang mempengaruhi suatu jiwa telah meninggalkan hidup ini terhadap perluasan sehingga orang dapat melahirkan tindakan khusus pada akal orang lain di Bumi.” Pada saat ini, ketika materalisme semakin meluas, sangat sedikitb yang mengenal kasus obsesi. Sangat sering orang terobsesi dikirim ke asilum orang gila, dimana mereka diberi pengobatan atau perlakuan yang berbeda. Tabib mengira bahwa ada sesuatu yang rusak dengan otak orang tersebut, dengan akalnya, sehingga suatu kerusakan telah terjadi dengan syaraf-syarafnya. Tetapi dalam banyak kasus tidaklah demikian; itu adalah keluaran obsesi. Manakala sekali orang terobsesi, biasanya dia kehilangn ritmenya, nadanya dan maka itu dia tidak mersakan diri sendiri; dia merasa asing. Ketidak-nyamanan menerus mengakibatkan ketakaturan sistem syaraf, dengan itu menghasilkan penyakit yang berbeda, tetapi di akarnya adalah obsesi. Obsesi bukan hanya dapat disebabkan oleh orang mati, tetapi pula oleh orang yang hidup; hanya pada kasus terdahulu disebut obsesi, dalam kasus terakhir disebut pengesanan. Tetapi inilah yang umumnya terjadi, bahwa jiwa-jiwa yang di sertakan kepada Bumi baik terpikat oleh dunia atau peinspirasi ataupun pelindung Bumi. Cinta peinspirasi atau pelindung Bumi datang seperti arus. Tak diragukan, mungkin ia datang kepada individu-individu, tetapi pada saat yang bersamaan kebanyakan untuk kejamakan. Maka itu tidak dapat digolongkan dengan apa yang disebut obsesi; bisa disebut keberkatan. Tetapi takala jiwa-jiwa lain yang terpikat dunia memantul, hanya karena alasan keinginan; dan bagaimanapun besarnya suatu alasan atau keinginan bisa terjadi, adalah ketaksempurnaan karena terbatas. Disamping itu, ciptaan adalah suatu fenomena yang dengannya setiap individual mesti memiliki kebebasannya, yang kepadanya dia mempunyai hak. Manakala dia terlantar dari kebebasan itu dengan obsesi, bagaimanapun banyak tertolong, bagaimanapun orang tersebut tetap dalam kondisi terbatas. Selanjutnya, dan apabila orang yang terobsesi sembuh dari obsesinya dia tidak merasakan dirinya. Dia merasa bahwa suatu kehidupan yang dialaminya selama waktu yang lama dirampas darinya. Singkatnya, kedua komunikasi antara ujud hidup dan komunikasi antara yang hidup dan jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia berada dalam pemantulan, pemantulan yang bergantung pada kekuataan dan kejernihan akal. PENGULANGAN Sesuatu pikiran bisa dibandingkan dengan suatu gambar yang bergerak (filem) yang diproyeksikan pada tirai. Bukan satu gambar tetapi beberapa bagian-bagian gambar yang, berubah setiap saat, melengkapkannya. Dan begitulah dengan pikiran. Tidaklah selalu benar bahwa setiap orang memegang gambar dalam akalnya. Sebagai suatu aturan seseorang melengkapi suatu gambar melalui proses bertahap. Dengan kata lain, gambar pikiran dibuat dalam bagaian-bagian tersebut berte Anda agar membentuk satu gambar. Berdasarkan teori inilah sehingga para ahli mistik membuat mantara shatra, ilmu tentang fenomena psikologi kata-kata, yang sufi menyebutnya wafiza, karena bagi konsentrasi pikiran, pemegangan pikiran dalam akal tidaklah cukup. Ditempat yang guru pertama, tidak memungkinkan bagi setiap orang; hanya bagi orang-orang tertentu yang mungkin memegang pikiran sebagai suatu gambar. Jika ada kemungkinan melengkapi suatu pikiran, hanya dengasn pengulangan. Maka itu seni Timur menunjukkan kecenderungan yang sama. Jika sebuah pembatas disekeliling tembok terbuat dari bunga-bunga ros, bunga roslah yang diulang dua puluh ribu kali, sehingga gambar bunga ros lengkap mungkin dibuat pada saat terakhir orang memandangnya sekilas. Jika terdapat banyak objek dihadapan seseorang, tak satu objek yang orang dapat pegang dalam pikiran. Maka itu, cara terbaik yang ahli mistik ambil [untuk] kontemplasi adalah mengulang-mengulang kata bersugesti tentang suatu pikiran tertentu. Suatu kata yang mengakibatkan gambar dari gagasan tertentu melalui pengulangannya. Walau pengulangan tidaklah cukup untuk tujuan tearsebut. Agar [bisa] mengukir di atas batu sebuah taman, satu garis digambar dengan pinsil tidaklah mencukupi; orang harus mengguratnya. Dan begitupun agar orang dapat membuat pengesanan nyata dari suatu gagasan secara mendalam ukiralah dengan alam bawah sadar, pengukiran diperlukan. Itu terlaksana melalui pengulangan kata bersugesti dari gagasan tertentu. Tiada pengulangan yang sia-sia, karena setiap pengulangan tidak hanya melengkapi tetapi pula memperdalamnya, dengan hal itu pembuatan pengesanan [menjadi] jernih atas akal bawah sadar. Terlepas dari prosese mistik, orang yang melihat orang lain dalam kehidupan sehari-harinya yang barangakali mengulang dalam akal-akal pikiran tentang kepedihan, tentang kedengkian, tentang kerinduan, tentang kekecewaan, tentang penghargaan, tentang cinta, tak menyadari tentang kerja yang selesai dalam diri mereka; walau pengesanan tentangnya telah dihasilkan dalam dalam kedalaman hati mereka. Dan itu menjadi terproyeksi kepada seseorang yang mereka tamui. Orang tak dapat menolong agar tenggelam kepada cinta seseorang; maka itu orang secara tak-sadar tenggelam kepada kasih seseorang. Orang tidak dapat menutup matanya dari perasaan dengki yang datang dari seeorang; orang tidak dapat mengabaikan perasaan pedih yang terukir dalam hatinya. Ini adalah fenomena dari pemantulan, pemantulan satu akal atas yang lain. Orang-orang mungkin duduk bersama, bekerja bersama, hidup bersama selama hidupnya, dan meski mereka mungkin menjadi dekat antara satu dan yang lain. Adalah pemantulan yang sama. Jika hati seseorang tertutup, pengaruhnya adalah menutup hati orang lain. Seorang dengan hati yang tertutup akan menutup hati-hati orang lain kemanapun dia pergi. Bahkan orang yang sangat mencinta tak akan tertolong merasakan pintu-pintu hati yang tertutup, sungguh penyesalan baginya, tak mengetahui apa yang terjadi. Merupakan fenomena tak-sadar. Maka itulah senang dan tak senang, semua terasakan [dengan] satu kata terucap kala dua orang berte mu. Karena kata-kata kitalah yang menyembunyikan realita jika kita tidak melihat, tidaklah berarti bahwa kita tidak dapat melihat : hanya berarti bahwa mata kita tidak selalu terbuka, sehingga kita tetap mengabaikan fenomena pemantulan. Bila ini benar, tiada [tempat] di dunia ini yang seseorang dapat bersembunyi, sabagaimana Alqur’an mengatakan, “Pada hari perhitungan tangan-tangan Anda, kaki-kaki Anda akan memberi kesaksian atas perbuatan Anda.” Tetapi setiap saat, hari adalah Hari Perhitungan. Kita tidak perlu samapai hari perhitungan guna melihat fenomena ini. Kita melihatnya, selalu kita mengalaminya, meski kita tidak memberi perhatian yang cukup kepadanya. Kapanpun kita mempunyai semacam suatu perasaan, niat baik kepada seseorng, atau penyainggungan, agitasi, antagonistik, kebencian terpendam, yang kita tidak dapat menahannya dari orang lain. Dan ini cukup bagi kita mengetaui bahwakebenaran terdalam, kebenaran mutlak keseluruhan semesta, bahwa sumbernya adalah satu, tujuan adalah sama, kehidupan adalah satu, dan keraguan hanyalah selimutnya. PERLUASAN HATI Fenomena pemantulan adalah seperti bahwa setiap tindakan, dan setiap pikiran dipantulkan kepada diri sendiri, dan disanalah timbul hasil, sesuatu yang diproduksi yang membentuk suatu arahan dalam kehidupan seseorang yang menjadi batere di balik segala hal yang orang lakukan, batere kekuatan dan pikiran, ada pepatah yang mengatakan, “Ujud nyata manusia lebih lantang berbicara ketimbang yang dia katakan, “ini menunjukkan bahwa dalam fenomena pemantulan ini setiap orang tertelanjangi terhadap semua cermin tersebut, dan tiada satupun di dunia ini yang tersembunyi. Apa yang orang tak katakan, orang pantulkan, dengan demikian tak ada rahasia. Kata yang digunakan oleh [nabi] Sulayman [as.], “Di bawah matahari,” adalah untuk kedua malam dan siang. Matahari sesungguhyna adalah intelek. Dalam cahaya matahari tersebut semua cermin, yang adalah hati manusia, memantulkan semua yang tersingkapkan kepada mereka tanpa upaya apapun dari sisi manusia. Inilah alasannya mengapa hasrat seseorang, jika suatu keinginan yang sungguh-sungguh, menjadi terpenuhi cepat atau lambat : terpantulkan, dan melalui pemantulan tersebut ia menjadi hidup. Pemantulan memberikannya kehidupan sebab tidak berada dicermin mati; berada di cermin hidup, yang adalah hati manusia. Tiada yang mengheranka jika Anda hanya memikirkan seorang kawan dan kawan tersebut benar datang menemui Anda sementara Anda akan melakukan sesuatu yang lain. Tak disangka secara lahir , tetapi secara batin pemantulan Anda muncul dalam akal kawan Anda yang telah mengatur pertemuan Anda. Seseorang menanyai seorang bijak, “Akankah kita bertemu di hari kemudian [dengan] orang-orang di sekekliling kita disini?” Sang orang bijak menjawab, “Ya, kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita cintai dan orang-orang yang kita benci,” fikirkanlah dua orang, yang sangat Anda cintai dan orang yang sangat Anda benci, Anda tidak dapat membantu memikirkan mereka, salah satunya dapat berdoa untuk kawan tersebut atau mengutuk musuh, tetapi dia akan sering memikirkan keduanya. Dan hal yang paling luar biasa adalah bahwa orang-orang yang engkau cintai atau benci di kehidupan ini, Anda bertemu dengannya tak-disangka dan tanpa niat. disisi Anda agar menarik [perhatian] mereka.” Orang tersebut bertanya, “Apa yang harus kita lakukan?” Sang bijak menjawab, “Yang terbaik adalah jangan membenci siapapun, hanya mencinta. Hanya inilah jalan keluarnya. Sesegera Anda telah memaafkan orang-orang yang Anda benci Anda telah menguasai mereka. Maka Anda tak mempunyai alasan untuk membenci mereka; Anda hanya lupa.” Penyair besar Hindustan, Amir berkata, “Mataku Anda memiliki cahaya yang yang maha sempurana dan Anda tak dapat melihat. Bukankah kekurangan cahaya pada Anda; sebabnya hanyalah Anda selalu terselimuti.” Manusia mencari visi bening, berkesinambungan ingin melihat cahaya, dan walau dia menyelimuti mata hatinya, tatapanlah yag memiliki cahaya ketuhanan dalam dirinya, dengan menyelimuti mata hatinya. Tak seorang pun dapat mengajar siapapun, tidak pula seorang dapat memperoleh, kekuatan melihat dengan jelas tersebut pelihat tidak hanya melihat individu manakala individu tersebut datang dihadapan mereka; jika sepuluh ribu orang datang duduk di hadapan mereka, mereka mampu melihat seumua sebagai suatu keragaman dan satu sebagai individu. Alasannya adalah karena semakin menjadi besar suatu cermin, semakin banyak pemantulan terakomodasi dalam dirinya, maka itu, dalam satu orang keragaman dapat terpantul pada orang dan waktu yang sama : hati-hati, jiwa-jiwa, akal-akal dan seluruhnya. Tak diragukan dia memulai dengan melihat pemantulan tersebut dari satu orang, tetapi begitu hati meluas, maka ia mengambil pemantulan tersebut dari keragaman. Disinilah terletak misteri hierarki spiritual; hanyalah perluasan dari hati, tidakkah kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, seseorang berkata, “Ya, saya dapat mencinta seseorang, orang yang saya cintai; akan tetapi saya tidak mampu menahankan yang lain?” Hanyalah keterbatasan dari hati. Ada orang lain yan berkata, “Ya, saya bisa mencintai kawan-kawan saya, orang-orang yang dengannya saya merasa di rumah; saya merasakan suatu kontak, akan tetapi bukan orang-orang asing; saya tak dapat mencintai mereka; saya tertutup.” Dan benar-benar tertutup didepan orang-orang asing. Mungkin seorang mencintai tetapi dalam kehadiran mereka dia tertutup. Dan dalam proporsi begitu hati-hati menjadi lebih dari keterbatasan ini, biasanya ia menjadi lebih besar, sebab panjang hati, sebagaimana Asaf berkata dalam baitnya, sugguh tak terbayangkan, dia dapat menduduki seluruh semesta, hanya seperti setitik di lautan. Hati dapat menjadi begitu besar sehingga ia dapat memegang seluruh semesta, seluruhnya. Dan hati yang dapat memegang seluruhnya dapat melihat pemantulan dari semua, sebab keseluruhan dari proses evolusi menjadi lebih besar. Menjadi lebih besar brarti bebas dari keterbatasan, dan keluaran dari kondisi ini adalah bahwa visi menjadi lebih jelas. Bagaimana mungkin akal-akal keragaman terpantul dalam hati? Dengn cara yang sama bahwa gambar suastu kumpulan dipindahkan pada pelat fotografis. mungkin ada kerumunan, pelat fotografis akan mengambil semua. Jika ia tak dapat mengambil mereka, maka ia tidaklah cukup besar. Hati berkemampuan sama dengan pelat fotografis tentang pengambilan pemantulan; jika ia tak dapat memuatnya, sebab keterbatasannya, ia kecil. Seluruh kehidupan adalah intelegensi mutlak, yang merupakan [bagian] dasar dari cermin yang semuanya terpantulkan. Manakala kita berpikir tentang ini sedalam-dalamnya, kita menemukan bahwa meski di siang bolong kita menutup mata kita dan tertidur. Yang harus kita selesaikan dalam kehidupan adalah menjernihkan pemantulan-pemantulan dari hati kita, pemantulan-pemantulan yang menghalangi jalan kita. Misalnya, seorang pengusaha pergi ke seorang ahli mistik dan berkata, “Yah, saya tak dapat mengerti, ada semacam kesialan dengan saya. Saya selalul gagal, dan saya tak dapat mengerti mengapa saya gagal. Saya [telah] mengungjungi beberapa orang keruhanian, saya mengungjungi beberpa orang waskita, saya mengunjungi orang-orang yang membuat horoskop sendiri. Beberapa mengatakan satu hal, beberapa [mengtakan] yang lain; kini saya tak dsapat memutuskan [mana] yang benar.” Ahli mistik tersebut memberitahunya, “Yang benar dan yang salah berada di dalam diri Anda. Dengarkanlah diri Anda sendiri, temukanlah apa yang terjadi dalam akal Anda. Bukankah memori kegagalan yang Anda miliki? semacam suara berkesinambungan berlanjut di dalam hati Anda. Para Astrolog akan mengatakan sesuatu di sekeliling Anda; ahli keruhanian akan mengatakan bahwa ada hantu atau ruh di baliknya. Hal yang benar — walau disana mungkin ada hantu atau mungkin pula tidak — adalah bahwa di hati Anda suatu suara mengatakan, ‘Anda telah gagal, Anda telah gagal, Anda telah gagal.’ Dapatkah Anda membuatanya diam , menjadi bisu? Sesegera Anda menguasai pemantulan ini, semua menjadi [berjalan] baik dengan Anda.” Dia berkata, “Apakah yang harus saya lakukan?” Ahli mistik itu berkata, “Takdir, berjanjilah kepadaku bahwa sejak saat ini Anda tidak pernah memberi pikiaran kepada kegagalan masa lalu Anda. Yang lalu biarkanlah berlalu, yang kini adalah kini. Tindak lanjuti dengan keberanian; semua akan menjadi baik.” Anda selalu menemukan orang-orang yang berkata, “Segalanya selalu salah denganku,” mendengarkan suara lantang itu; adalah kesalahan mereka sendiri yang berbicara dengan mereka. Seketika mereka telah mampu membuat suara ini bisu, kegagalan berakhir; halaman baru di buku kehidupan berbalik, dan merka bisa melihat kedepan menuju kepada kehidupan mereka dengan suatu keberanian lebih hebat dan harapan yang lebih besar. Orang tersebut adalah berani dalam wajah seribu kegagalan akan tegak dan berkata, “Sekarang saya tidak akan gagal. Kegagalan hanya penyiapan untuk keberhasilanku.” Itulah ruh (baca : semangat) yang benar. Bagaimana mungkin orang menghapus gambar-gambar yang tak terhitung yang merintangi orang? Inilah keseluruhan metoda sufi, membuat pelat akal bening. Ini dapat dilakukan melalui latihan konsentrasi. Kuda-kuda di hutan tidak akan datang jika Anda memanggil mereka datang kepada Anda, tidak pula mereka berjalan sebagaimana yang Anda inginkan mereka berjalan, karena mereka tak terlatih. Begitupun pikiran-pikiran dan imajinasi-imajinasi orang : mereka beralih ke dalam akal tanpa kendali, tanpa kekangan. Dan bilamana mereka terkuasai, maka orang seperti layaknya pelatih di sirkus yang memberi tahu kuda agar datang, dan datanglah kuda tersebut; dan lalu memberi tahu agar kuda itu pergi; dia memberitahu kuda itu berlari, dan kuda itu berlarilah, berhenti, dan kuda itupun berhenti. Bekerja dengan pikiran-pikiran orang yang layaknya seperti pemain sirkus. Inilah pelajaran pondasi dari mistisisme dan praktik filosof : sehingga Anda mampu menggerakkan pikiran-pikiran Anda seperti yang Anda inginkan. Manakala Anda memikirkan bunga ros, sekuntum bunga lili tidak seharusnya memasuki pikiran Anda; jika Anda memikirkan seekor kuda, seekor gajah tidak seharusnya hadir di hadapan Anda; Anda harus menjauhkannya. Ini mengajari Anda mencipta suatu pikiran dan memegangnya, dan menyingkirkan setiap pikiran yang Anda tak ingin miliki dalam cara ini Anda menjadi tuan pikiran-pikiran Anda: Anda melatih mereka, Anda mengendalikan, dan lalu Anda meggunakan mereka untuk keuntungan Anda. Tidakkah ini membuktikan bahwa ini adalah sebuah tanah (land) cermin, suatu tanah cermin dengan fenomena hidup, hidup karena cermin-cermin hidup? Bukan hanya proyeksi dan pemantulan yang bertempat di cermin-cermin, tetapi [juga] suatu fenomena ciptaan: bahwa semua yang terproyeksi dan terpantul diciptakan pada saat yang bersamaan, termaterialisasi cepat atau lambat. Disinilah, serhingga para sufi menemukan rahasia penguasaan (mastery): bahwa disamping semua gagasan nasib dan keduniaan dan kelelangitan [juga] berpengaruh, ada daya kreatif yang bekerja pada manusia. Dalam satu orang barangkali fakultas kreatif ujudnya berada satu derajat pada kerja, dan sembilan puluh sembilan derajat adalah bagian mekanis dari ujudnya pada kerja. Pada orang lain, orang yang lebih maju, mungkin sembilan puluh sembilan derajat daya kreatif adalah pada kerjadan satu derajat bagian mekanis dan ujudnya. Bagian mekanis ujud seseoranglah yang berkaitan pada kondisi dan lingkungan-lingkungan, dan merupakan yang tak-tertolong; dan bagian kreatif seseornglah yang kretif, yang memproduksi fenomena; dan pada aspek ini esensi ketuhanan ditemukan. ??? BAB 8 Alasan Bilamana kita menganalisa alasan ia membuka dihadapan kita bidang yang sangat luas dari pikiran. Ditempat pertama, setiap pelaku kebaikan dan setiap pelaku keburukan mempunyai alasan untuk mendukung tindakannya, bilamana dua orang bertengkar, tiap orang menyatakan dia dalam kebenaran karena masing-masing memiliki alasan. Bagi orang ketiga, mungkin alasan dari salah seorang atau yang lain mungkin nampak lebih beralasan; atau barangkali dia akan menyatakan bahwa keduanya tidak beralasan dan sehingga dia mempunyai alasan pada dirinya. Semua percekcokan, argumen-argumen, dan diskusi-diskusi kelihatannya berdasarkan pada alasan. Meski alasan adalah sesuatu yang, sebelumnya orang pernah menganalisisnya. Tidak lain kecuali sebuah illusi, dan ia membuat seorang berkesinambungan dalam kegalauan [perplexity] yang disebabkan oleh ketakmengertian alasan orang lain. Tetapi orang mungkin berpikir, apakah alasan [itu]? Dimanakah ia berasal ? Alasan kepunyaan kedua bumi dan langit; kedalamannya adalah melangit [heavenly]; permukaannya adalah membumi [earthly]. Dan itulah yang mengisi rekahan dalam rupa alasan, antara bumi dan langit, bagian tengahnya itulah yang menyatukannya. Maka itu alasan dapat pula sangat membingungkan\\\ atau mencerahkan. Terdapat kedalaman alasan, pengalasanan [reasoning], yang kepunyaan langit; dan terdapat pengalasanan yang lain yang kepunyaan bumi. Jika seorang berkata kepada seseorang, “Mengapa Anda mengambil jas hujan orang lain?” dia mungkin menjawab, “karena hujan” Dia mempunyai alasan; alasan yang lain perlu terpikir, “Mengapa saya tidak semestinya mengambil jas hujan orang lain, meskipun sedang hujan, tetap bukan jas hutan kita” Itulah alasan lain berikutnya. Apakah Anda mengira bahwa para pencuri dan perampok atau pembantai sadis tak mempunyai alasan?, Kadang-kadang mereka mempunyai alasan kuat; tetapi alasan mereka pada permukaan. Tidak dapatkah seorang pencuri berkata agar supaya menimbang tindakannya, “Apakah arti bagi orang kaya bila dia kehilangan uang yang sangat banyak? Inilah saya, seorang miskin, saya dapat lebih baik memanfaatkannya, saya tidak pernah merampoknya setiap penny; saya hanya mengambil sebanyak yang saya inginkan sangat bermanfaat, saya dapat melakukan suatu kebaikan dengannya”. Alasan adalah pelayan akal. Akal merasa ingin memuji seorang, alasan tersebut seketika membawa ke depan seribu hal dalam memujinya, dalam kesukaannya akal mempunyai hasrat membenci seseorang; seketika alasan membawa barangkali dua puluh argumen demi membencinya, sehingga kita lihat bahwa mencintai kawan dapat menemukan seribu hal yang bagus dan indah pada kawannya; keinginan bermusuhan menemukan seribu kesalahan pada orang yang baik di dunia ini, dan dia mempunyai alasan. Di Prancis percakapan yang mereka katakan, “Vous avez raison”, tetapi orang dapat menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alasan tidaklah serta-merta orang mempunyai alasan; setiap orang selalu mempunyai alasan, hanya ia bergantung alasan manakah ia, Apakah alasan membumi, apakah alasan melangit, ataukah alasan pertengahan? Adalah alami bahwa alasan melangit tidak cocok dengan alasan membumi. Kini tibalah kepada esensi hal-hal, dimanakah kita mendapatkan alasan, dimanakah kita mempelajarinya. Kita mempelajari alasan membumi dari pengalaman membumi kita, ketika kita menyatakan, “Ini benar dan itu salah”, hanyalah karena kita telah mempelajari dari bumi untuk mengatakan demikian. Bagi anak tanpa dosa yang baru saja lahir di Bumi dan belajar mengetahui benar dan salah, bukan apa-apa; dia belum memperoleh alasan membumi. Adapula alasan yang berada di tapal batas alasan membumi. Orang yang telah mengambil jas hujan seseorang mempunyai alasan, karena hujan, tetapi ada alasan dibalik itu, yang bukan kepunyaan dia. Dia seharusnya lebih baik basah kuyup ditengah hujan daripada mengambil jas hujan tersebut. Itulah alasan lain; ada alasan dibalik alasan. Kemudian ada esensi alasan yang merupakan alasan melangit. Tidak setiap orang mengerti alasan ini; adalah alasan pelihat para bijak, para ahli mistik, para nabi menyingkap dalam diri mereka. Pada alasan inilah sehingga agama didirikan; dalam lempung alasan inilah gagasan-gagasan mistisisme dari filsafat memancar sebagai pepohonan dan melahirkan buah-buahan dan bebungaan. Tatkala seorang murid diharapkan mendengarkan alasan guru-gurunya alih-alih mempermasalahkannya, agar supaya mengenal alasan melangit dibaliknya dan utnuk mempelajari bahwa akan ada suatu masa dalam kehidupan ketika mata seseorang terbuka kepada alasan esensial. Dan disebut apakah alasan itu? Alasan disebut Bodhisattva, Sattva berarti esensi, dan Bodhi atau Buddh berarti alasan; dari kata ini diambil gelar Gautama Buddha. Bagaimanakah orang sampai pada alasan? Dengan mencapai ritme tersebut yang disebut Sattva. Ada tiga ritme, tamas, rajas, dan sattva. Orang yang mempunyai ritme kehidupan tamas mengetahui alasan membumi; dia yang kehidupannya adalah rajas mengetahui alasan tapal membumi, suatu alasan yang tersembunyi di balik suatu alasan; dan orang yang mulai melihat atau hidup dalam ritme sattva mulai melihat sebab setiap alasan, yang berada di kedalaman relung seluruh ujud, yaitu alasan Tuhan. Alasan tercantel kepada impuls dan kepada pikiran. Alasan yang tercantel kepada pikiran adalah bagian tengah alasan; alasan yang tercantel kepada impuls adalah bagian lebih bawah dari alasan. Tetapi alasan yang terinspirasi adalah alasan melangit. Alasan ini memaparkan cahaya ketuhanan; ia datang melalui kesadaran kepada alasan yang orang temukan hidup di hati Tuhan. Terdapat satu kisah bahwa Nabi Musa [as] sedang melewati sebuah negara Nabi Khidr, yang merupakan mursyidnya tatkala Musa sedang dipersiapkan untuk kenabian. Pertama-tama Nabi Musa [as] diberi pelajaran kedisiplinan, agar tetap diam dibawah semua keadaan. Tatkala mereka sedang berjalan melalui keindahan alam, kedua guru dan murid terdiam. Sang guru terkagum dalam melihat keindahan alam; sang muridpun merasakannya. Dan demikianlah mereka tiba di muara sungai, dimana Nabi Musa [as] melihat seorang anak kecil tenggelam dan ibunya menangis keras, karena dia tidak dapat menolong, Nabi Musa [as] sendiri tak mampu tetap menutup bibirnya; dia harus melanggar disiplinnya dan berkata, “Guru, tolonglah dia, anak itu sedang tenggelam!” sang mursyd berkata, “Diam!” Musa tak dapat tetap diam. Dia berkata lagi, “Guru,Guru!, selamatkan dia! Anak itu sedang tenggelam!” Khidr berkata, “Diam!” dan Musa pun diam. Tetapi akal Musa tidak tenang; dia tidak mengetahui harus berpikir apa “Bagaimana bisa guru begitu ceroboh, begitu tak mempertimbangkan, begitu kejam, ataukah guru tidak berdaya?” dia menanyai diri sendiri, dia tak mampu mengerti ini dan itu; tidak berani memikirkan suatu pikiran, dan meski membuatnya sangat tidak menyenangkan. Begitu mereka berjalan terus mereka melihat sebuah perahu tenggelam, dan Musa berkata, “Guru, perahu itu tenggelam, ia akan kebawah”, sang guru lagi-lagi menyuruhnya diam; maka demikianlah Musa diam, tetapi dia merasa sangat tidak menyenangkan. Tatkala mereka sampai dirumah, dia berkata, “Guru, saya sudah pernah berpikir bahwa anda akan menyelamatkan anak kecil tak berdosa itu dari ketenggelaman, dan bahwa anda akan menyelamatkan perahu yang sedang kebawah air, tetapi anda tidak melakukan apapun; saya tak dapat mengerti; saya mengharapkan penjelasan”, sang guru berkata, “Apa yang Anda lihat juga saya lihat, kita berdua melihat, maka tidak ada gunanya memberitahuku, karena saya tau, jika saya telah memikirkan bahwa lebih baik ikut campur, saya telah dapat melakukannya mengapa Anda mempersulit dirimu memberitahuku, dan merusak ikrar kebisuanmu?” Dia melanjutkan, “Anak yang tenggelam itu akan menimbulkan konflik antara dua bangsa, dan ribuan nyawa akan termusnahkan pada konflik itu, bila dia tenggelam ini menebus bahaya lain yang akan datang.” Musa memandang kepadanya dengan amat heran, kemudian Khidr berkata, “Perahu yang tenggelam itu adalah perahu perompak, dan sedang berlayar untuk menghancurkan kapal besar penuh dengan peziarah dan lalu mengambil apa yang tersisa di kapal itu dan membawanya pulang. Apakah Anda berpikir bahwa Anda dan saya dapat menjadi hakim sesuatu. Hakimnya berada dibaliknya. Dia mengetahui tindakanNya; tetapkanlah bibirmu tertutup dan teliti segala sesuatu dengan diam-diam, sebagaimana yang saya lakukan. Ada sebuah bait Persia yang menyatakan, “Tukang kebunlah yang mengetahui pohon manakah yang harus dipapas dan yang mana harus ditebang.” Akankah kita semua akan mengambil sikap yang sama? Tidak akankah kita berangkat dan menolong orang lain? Ya, Anda boleh menolong mereka, tetapi pada saat yang sama, jika orang keruhanian nampak tak melakukan apa yang Anda harapkan dia lakukan, Anda tak perlu membicarakannya; karena Anda mesti mengetahui bahwa ada suatu alasan. Anda tak perlu menilainya karena semakin Anda melangkah semakin alasanmu menjadi berbeda, tak seorangpun mempunyai kekuatan menilai orang lain; tetapi orang mungkin melakukan yang terbaik baginya. Tak diragukan pada saat ini pendidikan merupakan rintangan besar bagi anak-anak, mereka diajarkan untuk bebas beralasan dengan orang tua mereka; melalui pengalasan secara bebas, manakah mereka sampai pada usia tertentu, mereka tidak berhenti berpikir, sebelum mereka berpikir, mereka berdebat, mereka bertengkar, dan bertanya, “mengapa tidak?” “mengapa?”; dan dalam cara ini mereka tidak akan pernah sampai pada alasan melangit, karena agar sampai pada alasan itu sikap tanggap adalah perlu, bukan suatu sikap pernyataan. Apa yang seorang anak pelajar untuk bertindak hari ini adalah mengambil sikap agresif. Dia meletakkan pengetahuannya atas orang-orang lain, melalui kekurangan, sikap tanggap dia kehilangan kesempatan selamanya guna menyentuh esensi alasan tersebut yang adalah ruh bodhisattva. Ini selamanya telah menjadi kesulitan besar dalam hidup jiwa-jiwa yang bertumbuh. Apa yang terjadi dengan Yesus Kristus [Nabi Isa as]? Pada satu tempat terdapat alasan membumi, pada yang lain terdapat alasan melangit. Sekali pernah aku menatap mursyidku dan datang kepada akal inquisitifku suatu pikiran, “mengapa orang berjiwa besar seperti mursyidku memakai terompah bersulam emas?” Tetapi seketika saya periksa diri saya, dan hanyalah suatu pikiran, ia tak akan pernah meninggalkan bibirku; ia dibawah kendali, tetapi disana diketahui saya tak mampu menutup pelecehanku dengan bibir; hatiku terbuka dihadapan mursydku bagai buka buku; Dia dengan segera melihat kedalamnya dan membaca pikiranku dan tahukah Anda jawaban apa yang dia berikan kepada saya? Dia berkata, “Hazanah bumi saya pakai di kakiku” Pernah sekali seorang mursyid ke kota, dan dia kembali dan berkata, “Duhai, saya tercucuri dengan kenikmatan, saya terpenuhi dengan kenikmatan, disana ada semacam keterpesonaan dalam kehadiran kekasih” Lalu muridnya berpikir, “Disana ada seorang kekasih dan keterpesonaan; betapa mengagumkan saya mesti pergi dan melihat tidak dapatkah saya menemukan satu juga”. Dia pergi melalui kota, dan dia pulang dan berkata, “mengerikan! Betapa mengerikan keadaan dunia! Semua nampak berada di tenggorokan orang-orang lain; itulah gambar yang saya lihat, saya tak merasakan apapun kecuali depresi, seakan-akan seluruh tubuhku tercabik-cabik menjadi serpihan-serpihan. “Ya”, sang mursyid berkata, “Anda benar, tetapi terangkanlah kepada saya”, kata sang murid, “Mengapa anda begitu terpesona setelah pergi keluar, dan mengapa saya begitu tercabik-cabik menjadi serpihan-serpihan, saya tak dapat menahankannya; mengerikan” sang mursyd berkata, “Anda tidak berjalan dalam ritme yang mana saya berjalan melalui kita tersebut.” Bukan hanya ritme pelan berjalan tetapi ritme dengan mana akal bergerak ritme itulah dengan mana ovservasi diperoleh yang membuat perbedaan antara satu orang dengan yang lain; itulah yang membawa keselarasan antara satu orang dan yang lain. Orang yang berkata, “Saya tidak akan mendengarkan alasanmu,” tidak ada keraguan yang mempunyai alasan, sebagaimana setiap orang mempunyai suatu alasan, tetapi dia tetap bisa mempunyai alasan lebih baik jika dia mampu mendengarkan dan mengerti alasan orang lain. Alasan akal seseorang bagaikan membuat lingkaran saja. Akal seseorang membuat satu lingkaran dalam semenit; akal orang lain membuat satu lingkaran dalam lima menit; alasan tersebut berbeda. Akal orang-orang lain membuat sebuah lingkaran dalam lima belas menit; lagi alasannya berbeda, semakin lama ia mengambil [waktu], semakin luas horizon visinya; dan begitupun cara pandangnya pada kehidupan. Pengalasan adalah tangga. Dengan tangga ini seseorang bisa berdiri, dari tangga ini [pula] orang bisa jatuh, karena jika orang tidak menuju keatas dengan pengalasanan, maka akan membantu orang menuju kebawah; sebab jika untuk setiap langkah orang ambil keatas ada alasan, sehingga ada alasan bagi setiap langkah menuju kebawah. Tak diragukan kelainan ini dibuat untuk memampukan orang mengerti bahwa ada satu alasan ; pada realita ada satu fakultas, orang mungkin membagi raga manusia kedalam tiga bagian, tetapi pada saat bersamaan adalah satu raga, merupakan satu orang. Bagaimanapun, alasan adalah faktor besar dan mempunyai kemungkinan didalamnya dari setiap kutukan dan dari setiap keberkatan. ??? BAB 9 Memori Kerja memori bukan kreatif tetapi perseptif; untuk menerima pengesanan dan mengumpulkan mereka bersama. Ada ilmuwan mengatakan bahwa sel-sel otak dikesankan melalui setiap pengesanan yang datang melalui indera-indera, dan itulah yang disimpan di otak, utnuk dikemukakan manakala orang menginginkannya. Tetapi tidak demikian, walaupun ini dapat diambil sebagai penjelasan simbolik. Ilmuwan telah menggambarkannya seperti berada di bidang lebih dalam, tetapi karena dia tidak mengenal bidang lebih dalam tersebut dia ingin menerangkannya dalam istilah-istilah fisik, dan menyebutnya sel-sel otak. Ini benar dalam esensi; tetapi tidaklah di otak, ia berada dia akal. Memori adalah mesin perekaman yang merekam semua yang jatuh padanya melalui panca indera. Apa yang orang lihat, dengar, cium, sentuh, rasakan direkam pada memori. Suatu rupa, gambar citra, sekali terlihat, kadang-kadang tinggal dalam memori selama hidup jika direkam dengan baik oleh memori. Dalam kehidupan dunia, orang mendengar begitu banyak kata-kata sepanjang hari, dan nantinya beberapa yang memori telah rekam tinggal selama hidup, seumur hidup. Begitupun dengan musik, sekali seorang telah mendengar musik yang luar biasa dan terekam dalam akalnya, akan tinggal selama-lamanya. Memori bagaikan mesin hidup yang Anda dapat memproduksi rekaman tersebut kapanpun. Wewangian bagus sekali dialami, sekali dicerap, teringat; rasa selera tinggal; rasa menyentuh memori menahan. Hal-hal tidak tinggal di memori sebagaimana disebuah note book; karena note book mati, sehingga apa yang tinggal di note book adalah mati. Tetapi memori hidup, sehingga apa yang tinggal di memori juga hidup, dan mempunyai sensasi yang hidup. Rekaman memori yang menyenangkan kadang-kadang begitu berharga sehingga orang ingin mengorbankan dunia tujuan ini hanya untuk semacam rekaman. Pernah sekali saya begitu tersentuh dengan melihat seorang janda yang keluarganya menginginkan saya memberitahu dia agar dia bergaul dalam masyarakat, berbaur dengan orang banyak, lebih merasakan kehidupan dunia. Saya pergi menasehatinya pada tujuan tersebut. Tetapi dia memberitahuku dengan halus, “Seluruh pengalaman di kehidupan dunia, bagaimanapun menyenangkan, tidaklah memenuhiku kesenangan, kenikmatanku hanyalah memori tentang kekasihku; hal yang lain memberiku ketidakbahagiaan, yang lain-lain membuatku nelangsa. Jika saya menemukan kenikmatan, yaitu dalam memikirkan kekasihku”. Saya tak mampu mengatakan satu katapun guna mengubah akalnya. Saya pikir akan menjadi dosa disisiku menjauhkannya dari kenikmatannya jika memori tersebut sudah menjadi lara baginya, sebaliknya saya sudah akan memberitahu kepadanya, tetapi merupakan kebahagiaan baginya, satu-satunya kebahagiaan. Saya berpikir bahwa disinilah sati hidup [janda terkorbankan]. Saya hanya mempunyai penghargaan besar untuknya, dan tak dapat menyatakan sepatah kata. Dalam memori rahasia surga dan neraka ditemukan, Apakah surga dan neraka? Dimanakah ia? Ia hanya dalam memori. Maka itu memori menimbulkan hal yang kecil, bukan sesuatu yang tersembunyi di otak, ia hidup, dan adalah sebuah dunia dalam dirinya sendiri. Tetapi orang-orang mungkin bertanya, “Maka apakah yang terjadi bila seorang kehilangan memorinya? Apakah disebabkan oleh suatu ketidakaturan pada otak?” Pada tempat pertama tiada orang yang benar-benar kehilangan memori. Seorang mungkin kehilangan memorinya, tetapi ia tidak kehilangan dia, sebab memori adalah ujudnya sendiri. Apakah yang terjadi sehingga suatu ketidakaturan otak membuatnya tidak mampu membedakan apa isi memori tersebut. Maka itu seorang yang telah hilang memorinya karena ketidakaturan masih mempuyai memori yang sama saja, dan memori tersebut menjadi lebih jelas baginya. Setelah mati, karena akal sangat berlainan dari raga; suatu hal terpisah, berdiri sendiri dari raga. Akal tergantung pada raga agar mencerap pengalaman luar yang dimasukan melalui indera-indera, tetapi lepas dari raga karena hazanah yang telah dikumpulkan melalui dunia luar. Karena kita terbiasa mengalami setiap hal melalui kendaraan raga ini, bahkan perasaan kita, ini membuat kita kadang-kadang bergantung untuk beberapa saat pada raga, tetapi tidaklah berarti bahwa ktia tidak dapat mengalami semua yang kepunyaan akal tanpa bantuan raga. Jika seorang mengangkat dirinya dari ujud objektifnya, dia akan menemukan pegangan memorinya. Memori tidak dapat berfungsi dalam otak yang rusak, tetapi pengesanan tetap direkam selama masa yang seorang telah kehilangan memorinya; mereka akan kembali kemudian. Hanyalah, pada saat seorang telah hilang memorinya, memori tersebut tidak secara aktif membuat rekaman hal-hal yang diberikan kepadanya. Memiliki memori yang baik bukan hanya sesuatu yang bagus; adalah kebahagiaan sempurna. Adalah tanda kerohanian sebab ia menunjukkan bahwa cahaya intelegensi adalah bening dan mencerahkan setiap partikel otak. Memori yang baik menandakan jiwa yang agung. Selain itu, memori adalah hazanah dimana pengetahuan seseorang telah tersimpan. Jika seseorang tak mampu menggambar pengetahuan yang telah dia kumpulkan dari memorinya, maka ketergantungannya pada buku bernilai kecil. Tak diragukan, kita selalu menulis pada kertas hal-hal kepunyaan bumi, sosok-sosok dan fakta-fakta lain; tetapi hal-hal bertalian kepada tradisi rohani dari hal-hal, kepada hukum-hukum ketuhanan, adalah dari kepentingan yang jauh lebih besar. Note book tidak dibuat bagi mereka; didalam memorilah ia terhazanahkan. Karena memori bukan sekedar mesin perekaman; pada saat bersamaan suatu tanah subur, dan apa yang diletakkan disana terus-menerus kreatif, ia melakukan sesuatu disana. Maka itu Anda bukan hanya memiliki apa yang telah Anda tabung; terdapat bunganya juga. Tetapi pada saat yang sama kita belajar di jalan Sufi bagaimana menghapus rekaman memori kehidupan sesuatu di masa lampau. Yaitu pekerjaan yang kita selesaikan melalui konsentrasi dan meditasi. Bukanlah suatu hal yang mudah; merupakan hal yang sangat sulit, tetapi pula sangat bernilai, disanalah hal itu. Inilah mengapa kita menjaga ajaran-ajaran kita bebas dari spekulasi-spekulasi, kepercayaan-kepercayaan, doktrin-doktrin dan dogma-dogma, karena kita yakin dalam kerja aktual dengan diri kita sendiri. Apa jadinya [bila] Anda diberitahu suatu hal pada suatu hari dan Anda mempercayainya, dan hari berikutnya Anda meragukannya dan tidak mempercayainya. Jika Anda diberitahu ada sebuah rumah dan suatu tempat di langit ketujuh, apakah yang ia akan lakukan kepadamu? Kemungkinan jawabannya hanya keingintahuanmu; ia tidak akan membawamu kemanapun. Maka itu bahwa kita sampai kepada hal-hal ini dengan cara meditasi kita dapat menghapus dari memori kita apa yang kita inginkan dan dalam cara ini kita mampu membuat langit diri kita sendiri. Seluruh rahasia esoterisme terletak dalam pengendalian akal dan dalam bekerja dengannya seperti seniman yang akan berharga pada kanvas guna memproduksi apapun dia sukai. Bagaimana orang dapat memusnahkan pikiran-pikiran yang tidak diinginkan? Mestikah mereka selalu dimusnahkan oleh orang yang menciptakan mereka? Ya, pencipta pikiranlah yang mesti memusnahkannya; dan tidak pada setiap kekuatan orang melakukan demikian. Meski akal yang telah mencapai penguasaan, yang dapat mencipta sebagaimana ia inginkan, pula dapat musnah. Bilamana kita mampu memproduksi pada kanvas hati kita semua yang kita inginkan dan menghapus semua yang kita inginkan, maka kita tiba pada penguasaan itu untuk jiwa yang kita idamkan; kita penuhi tujuan itu karena kita masih disini. Maka kita menjadi tuan bagi takdir kita. Adalah sulit, tetapi itulah tujuan yang kita tuntut dalam kehidupan. Terkadang memori kita melemah oleh tegangan terlalu besar padanya. Bila orang mencoba mengingat, ia meletakkan tegangan pada sesuatu yang alami merupakan sifat memori untuk mengingat, tetapi bila Anda meletakkan tegangan padanya – “Anda mesti ingat” – maka ia akan lupa. Fakta sesungguhnya bahwa Anda telah menegangkannya yang akan membuatnya lupa. Orang semestinya tidak mencoba mengesankan akalnya lebih dalam daripada kebiasaannya menjadi terkesan. Tidaklah perlu menggunakan otak tatkala mencoba mengingat sesuatu hal, karena dengan menggunakan otak orang hanya menegangkannya. Memori berada pada perintahmu. Jika Anda ingin mengetahui sesuatu hal, tanpa menegangkan otakmu ia mesti datang dengan segera. Ia adalah mesin otomatis, ia mesti membawakan kehadapanmu dengan segera semua yang ingin Anda ketahui. Jika tidak bekerja dalam cara tersebut, terdapat sesuatu yang salah dengannya. Assosiasi tertentu dari gagasan-gagasan membantu, seperti halnya bila seorang telah kehilangan pikiran tentang kuda dari akalnya, dan yang stabil mengingatkannya. Perhatianmu sudah sangat cukup; tekad tidak semestinya digunakan untuk mengingat hal-hal. Adalah metoda salah yang orang-orang gunakan saat ini bila mereka mengatakan agar mengingat hal-hal orang mesti menghendakinya. Dengan kehendak, orang melemah. Disamping ini, kesetimbangan antara aktivitas dan istirahat adalah perlu. Memori tidak pernah hilang. Apa yang terjadi dengannya tatkala akal kecewa memori menjadi tumpul, sebab keterngan akal yang membuat orang mampu membedakan semua yang mengisi memorinya. Manakala akal kecewa tatkala seorang tidak tenang, maka biasanya dia tidak mampu membaca semua yang memori telah rekam. Tidak benar bahwa memori mengalah pada apa yang tersimpan didalamnya. Hanyalah bahwa manusia kehilangan ritme kehidupan melalui keterpesonaan berlebihan, kegugupan, kelemahan saraf-saraf, kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kebingungan. Itulah yang menyebabkan semacam kekacauan dalam akal, dan orang tak dapat merasakan secara berlainan hal-hal yang telah direkam di memori tersebut. Singkatnya, seorang yang tak dapat dengan mudah belajar melalui hati meski membuat akalnya tenang sebagaimana hal yang pertama agar kondisinya lebih baik. Inilah cara mental. Cara fisik yang membuat memori lebih baik adalah makan sedikit dan tidur dengan normal, tidak bekerja terlalu banyak, tidak khawatir terlalu banyak, dan menjauhkan semua kegelisahan dan ketakutan. Orang tidak perlu bekerja dengan memori agar membuatnya bening. Yang dibutuhkan adalah membuat diri sendiri tenang, optimis, dan damai agar membuat memori berlainan. Terdapat dunia lebih dalam yang diam kemana memori kita tertaut, dan dunia tersebut adalah memori semesta – dengan kata lain akal ketuhanan – dimana kita tidak hanya mengingat-ingat [recollect] apa yang kita telah lihat, dengar, ketahui, tetapi dimana kita bahkan dapat menyentuh sesuatu yang kita tak pernah mempelajari atau mendengarkan, mengetahui ataupun melihat. Ini dapat pula ditemukan disana; hanya untuk ini, pintu-pintu memori harus diletakkan terbuka. ??? BAB 10 Hati Aspek terpenting dari akal adalah perasaan. Jika fakultas ini tidak terbuka, maka bagaimanapun pintar dan bijaknya seorang mungkin dia tidak lengkap, dia tidak hidup. Akal mulai hidup dari saat perasaan tersebut terjaga didalamnya. Banyak yang menggunakan kata perasaan, tetapi sedikit dari kita yang mengetahuinya. Dan semakin orang mengetahuinya, semakin sedikit orang membicarakannya. Sangatlah luas sehingga jika ada tanda Tuhan [pastilah] dalam perasaan. Perasaan adalah getaran, dan hati adalah kendaraannya. Bilamana orang bertanya, “Apakah hati itu? Dimanakah hati itu?” Biasanya jawabannya adalah bahwa hati didalam dada. Ini benar, ada pusat saraf didalam dada manusia yang begitu sensitif terhadap perasaan-perasaan sehingga selalu dianggap sebagai hati. Bilamana seorang merasakan kenikmatan hebat ia berada di pusat tersebut yang dia merasakan sesuatu bersinar, dan melalui cahaya pusat tersebut seluruh ujudnya nampak bersinar, dia merasa seperti sedang terbang. Dan bila depresi atau putus asa telah datang kedalam hidupnya ia mempunyai pengaruh pada pusat itu. Seorang merasakan tenggorokannya tercekik, dan nafasnya sesak seperti tertindih beban berat. Tetapi hati bukan hanya itu. Untuk mengerti ini orang harus menggambar sebuah cermin didepan hatinya, terjurus padanya sehingga setiap hal dan setiap perasaan terpantul di cermin ini, yang berada di ujud fisik manusia. Sebagai manusia belaka adalah pengabai jiwanya, sehingga dia tidak mengetahui dimanakah letak hatinya, tidak pula dimana letak pusat itu, dimana perasaan-perasaannya terpantulkan. Adalah fakta yang diketahui ilmuwan bahwa ketika anak dibentuk ia mulai dari hati. Tetapi konsepsi ahli mistik adalah bahwa hati itu, yang merupakan permulaan pembentukan, juga merupakan permulaan ruh yang membuat manusia suatu individual. Kedalaman ruh tersebut adalah [yang] dalam realita kita sebut hati. Melalui hal ini kita mengerti bahwa ada semacam hal seperti sebuah hati, yang merupakan kedalaman terdalam dari ujud manusia. Pada saat-saat ini orang mengatributkan kurang penting kepada sentimen dan lebih bersandar pada intelek. Alasan untuk ini adalah bahwa ketika mereka bertemu kedua macam orang, yang intelektual dan sentimental, mereka menemukan kesetimbangan lebih besar pada orang intelektual ketimbang pada orang yang banyak sentimen.. Taka diragukan hal ini benar; tetpi alasan yang mendasar sebab kurangnya ketimbangan yaituada suatu kekeuatan yang lebih besar tinimbang intelek tersebut, dan kekuatan tersebut adalah sentimen. Bumi sangat subur, meski tidak seberdaya air. Intelek tersebut kreatif meskipun tidak seberdaya hati dan sentimen. Pada realita orang intelektual pula akan membuktikan ketaksetimbangan pada akhirnya bila ia tidak mempunyai sisi sentimental terhadap ujudnya. Apakah tidak banyak dari orang-orang yang dapat berkata, “Saya menyukai dia, mencintainya, menghargainya, tetapi dia menutup hatinya?”. Orang yang menutup hatinya tidak mencintai orang lain secara utuh pula tidak membiarkan orang-orang lain untuk mencintainya sepenuhnya. Selain itu, orang yang hanya intelektual dalam waktu tersebut menjadi skeptis, meragu, tak berkepercayaan, dan destruktif, karena tidak mempunyai kekuatan hati guna menyetimbangkan intelek tersebut. Sufi menganggap pencurahan hati menjadi hal terbaik guna penggalian ralisasi ruhani. Banyak orang mungkin tak setuju, tetapi merupakan fakta bahwa orang yang menutup hatinya kepada orang sejawatnya [akan] menutup hatinya terhadap Tuhan. Yesus Kristus [Nabi Isa as] tidak berkata, “Tuhan adalah intelek”, dia berkata, “Tuhan adalah Cinta”, Maka itu, jika kedamaian Tuhan dapat ditemukan dimanapun, bukanlah di Gereja manapun di Bumi bukan pula di atas langit, tetapi di hati manusia. Tempat yang paling pasti dimana orang menemukan Tuhan adalah di hati kecintaan seseorang. Banyak orang percaya bahwa melalui bantuan akal budi manusia akan bertindak berdasarkan kepada standar moral tertentu, tetapi bukan akal budi yang membuat orang baik; dan bahkan jika mereka nampak baik atau taat, mereka sekedar dibuat sangat dibuat-buat [artificially]. Narapidana di penjara semuanya dapat nampak sopan santun. Tetapi bila kebaikan dan ketaatan alami dapat ditemukan dimanapun ia berada dalam pancaran hati yang darinya kehidupan muncul; dan setiap tetes dari pancaran ini adalah kebajikan hidup. Ini membuktikan bahwa kebaikan bukanlah buatan manusia; adalah ujud hakiki manusia. Dan bila dia kurang kebaikan bukan melalui kurang pelatihan – walau pelatihan sering lebih dihasratkan – tetapi karena dia belum menemukan diri sesungguhnya. Kebaikan adalah alami, karena itu orang normal perlulah baik. Tak seorangpun membutuhkan ajaran-ajaran agar menghidupkan sesuatu yang baik atau kehidupan taat. Jika cinta adalah senter pada jalan seseorang, ia menunjukkannya apa arti keadilan, dan kemuliaan kata, kemurahan hati, dan ketaatan. Tidakkah kadang-kadang kita melihat anak muda yang, dengan semua kecenderungan hura-huranya, tiba-tiba menemukan seorang gadis yang dia mulai mencintanya, dan yang tatkala dia benar-benar mencintainya mulai menunjukkan perubahan dalam hidupnya? Dia menjadi lemah lembut, karena dia harus melatih dirinya demi dia [gadis tersebut]; dia melakukan tanpa benda-benda [things], yang sebelumnya dia tidak pernah berkeinginan untuk menyerah. Dan dalam cara yang sama, dimana berada ampunan cinta tidaklah sulit. Seorang anak mendatangi ibunya, meski setelah melakukan pelanggaran seribu kali, dan memohon ampunannya. Tak seorangpun yang dapat didatangi. Dan tidak memerlukan sesaat bagi hati ibu untuk memaafkan. Pengampunan sudah menunggu disana untuk mengejawantahkan dirinya. Orang tak dapat membantu menjadi baik hati bilamana ada perasaan. Seseorang yang perasaannya keluar menuju ke orang lain melihat; manakala orang tersebut membutuhkan perasaannya, dan dia menghentakkan pesan simpati pada setiap orang yang dia temui, menemukan titik kontak pada setiap jiwa karena dia memiliki cinta. Ada orang-orang yang mengatakan, “Tetapi tidaklah bijak memberikan diri sendiri kepada setiap orang dalam kelembutan tak terkekang, seperti umumnya orang-orang tidak dapat dipercaya?” Tetapi jika seorang baik dan kasih, kebaikan ini seharusnya menjadi terejawantahkan kepada tiap orang, dan pintu-pintu hati seharusnya tidak tertutup kepada bukan siapa-siapa. Yesus Kristus [Nabi Isa as] tidak hanya mengajarkan kepada kita agar mencintai kawan-kawan kita; dia melangkah sejauh mengatakan kita harus mencintai musuh-musuh kita. Sufi [pun] menjalin jalan yang sama. Dia menganggap kepemurahan hati kepada sahabat-sahabatnya agar mencinta Tuhan; dan dalam menunjukkan cinta kepada setiap orang, dia merasa dia sedang memberikan cintanya kepada Tuhan. Disini sufi dan yogi berbeda, yogi bukan tidak kasih, tetapi dia berkata, “Saya mencintai anda semua, tetapi saya lebih baik menjauh dari anda, karena jiwa-jiwa anda selalu meraba-raba di kegelapan, dan jiwaku berada dalam cahaya. Persahabatanmu akan membahayakan jiwaku, maka lebih baik saya mencintaimu dari jauh.” Sufi berkata, “Merupakan suatu ujian, tetapi harus dicoba, saya akan memikul kewajiban-kewajiban sehari-hariku ketika mereka tiba.” Meskipun dia mengetahui alangkah tak pentingnya dunia dan tidak menilai tinggi mereka, dia memenuhi tanggung jawabnya kepada orang-orang yang mencintainya, menyukainya, bergantung padanya, mengikutinya; dan dia mencoba untuk menemukan jalan terbaik bersetuju dengan semua orang-orang yang tak menyukai dan merendahkannya. Dia hidup di dunia, dan meskipun tidak dari dunia”. Dalam cara ini sufi menganggap bahwa prinsip utama dalam pemenuhan tujuan hidupnya adalah mencintai manusia. Orang-orang yang mencinta musuh-musuh mereka dan meski kurang sabar bagaikan sebuah lentera dengan minyak yang sedikit. Ia tak dapat terus menyala, dan pada akhirnya nyalanya padam. Minyak pada jalan cinta adalah kesabaran, dan disamping ini ada ketak-egoisan dan pengorbanan diri dari awal sampai akhir. Ada yang berkata, “Pernah sekali saya sangat mencinta, tetapi saya sangat dikecewakan.” Ini sama saja jika mengatakan, “Saya menggali di tanah, tetapi ketika lumpur datang saya kecewa.” Benar bahwa lumpur datang, tetapi dengan kesabaran pada suatu hari orang sudah akan mencapai air. Hanya kesabaran yang dapat tabah. Hanya ketabahan menghasilkan keagungan. Emas imitasi dapat seindah emas asli; berlian imitasi secemerlang berlian asli. Perbedaannya adalah bahwa orang gagal ujian ketabahan dan yang lain kokoh kepadanya. Makanya manusia tidak bisa dibandingkan dengan objek-objek. Manusia mempunyai suatu keilahian dalam dirinya, dan dia membuktikan ini melalui ketabahannya di jalan cinta. Lalu siapakah yang seharusnya orang cintai, dan bagaimana seharusnya orang mencinta? Apapun seseorang cintai, baik kewajiban, manusia, seni, para sahabat, suatu cita-cita, atau ciptaan pasangannya, dia telah benar-benar yakin membuka pintu yang melauinya dia mesti melewati agar mencapai cinta tersebut yang adalah Tuhan. Awal cinta adalah taubat; ia mengarah kepada sosok cinta yaitu Tuhan sendiri. Ada yang mengatakan bahwa mereka mencintai Tuhan tetapi tidak kepada manusia. Tetapi ini bagaikan berkata kepada Tuhan, “Saya mencintaiMu, tetapi bukan citraMu,” Dapatkah orang membenci ujud manusia yang didalamnya citra Tuhan ditemukan dan meski mengaku mencinta Tuhan? Jika orang tidak toleran, tidak ingin berkorban, maka dapatkah orang mengaku pecinta Yang Mahakuasa? Pelajaran pertama adalah melegakan hati dan membangunkan rasa terdalamnya. Tanda ketidaksucian tidak berada pada kekuatan kata-kata, bukan di posisi tinggi, baik rohani ataupun intelektual, tidak di magnetisme. Ruh suci hanya mengungkap diri sendiri dalam cinta semua ciptaan, merupakan pancaran cinta [yang] terus-menerus dari air mancur ketuhanan dalam hati manusia. Manakala sekali air mancur itu terpancar ia mensucikan hati. Ia membuat hati bening untuk menyingkap kedua lahir dan bathin dunia. Hati menjadi kendaraan bagi jiwa agar melihat semuanya dengan atau tanpanya. Maka orang bukan hanya berkomunikasi dengan orang lain, tetapi pula dengan Tuhan. ??? Bagian ketiga Pelatihan Akal BAB 11 Tekad (will power) Kehendak bukanlah suatu kekuatan; semua kekuatan disana. Bagaimanakah Tuhan menciptakan dunia? Dengan kehendak. Maka itu yang dalam diri kita yang kita sebut tekad berada di realita kekuatan Tuhan, suatu kekuatan yang melalui pengenalan potensinya, meningkatkan dan membuktikan sebagai fenomena paling besar dalam kehidupan. Jika ada rahasia yang dapat dipelajari dibalik misteri dunia fenomena, ialah tekad. Ialah dengan tekad semuanya kita lakukan. Secara fisik atau secara mental, terselesaikan. Tangan kita, dengan segala kesempurnaan mekanismenya, tidak mampu memegang segelas air jika tidak ada tekad yang mendukungnya. Seseorang nampak sehat, tetapi bila tekad menggagalkannya dia tidak akan mampu berdiri, karena bukan raga itu yang membuat kita berdiri tegak, ialah tekad. Bukan kekuatan raga yang membuat kita bergerak, ialah tekad menahan tubuh yang membuatnya bergerak. Maka itu dalam realita burung-burung tidak terbang dengan sayap-sayap mereka, mereka terbang dengan tekad, ikan-ikan tidak berenang dengan badan mereka, mereka berenang dengan tekad. Dan manakala manusia mempunyai kehendak untuk berenang, dia berenang bagai seekor ikan. Manusia telah mampu menyelesaikan hal-hal besar dengan tekad, keberhasilan dan kegagalan adalah fenomenanya. Hanyalah fenomena kehendak yang mengantarkan seseorang kepada kesuksesan; dan bilamana kehendak gagal, betapapun kemungkinan layak dan intelejennya seseorang, dia gagal. Maka itu kehendak bukan suatu kekuatan manusia, ialah kekuatan ketuhanan dalam manusia. Bekerjanya dengan akal masih lebih besar dibanding yang dengan raga, karena tak ada manusia dapat memegang pikiran dalam akalnya sesaat bila tak ada kekuatan kehendak memegangnya. Bila seseorang tak dapat berkonsentrasi, tak dapat menjaga pikirannya diam untuk sesaat, berarti bahwa tekad telah menggagalkannya. Kini tibalah kepada pertanyaan tentang dari apakah tekad dibuat. Dalam kata-kata puitis tekad adalah cinta, dalam istilah-istilah metafisis cinta adalah tekad. Bila orang berkata Tuhan adalah cinta, sungguh berarti Tuhan adalah kehendak, karena cinta Tuhan mengejawantah setelah penciptaan, tetapi kehendak Tuhan menyebabkan kreasi. Maka itu aspek asal cinta adalah kehendak. Singkatnya, Taj Mahal dikatakan sebagai pernyataan cinta yang kaisar miliki untuk kekasihnya. Tetapi manakala orang melihat padanya secara objektif, orang tidak dapat menyebutnya ungkapan cinta, dengan segera orang menyebutnya suatu fenomena kehendak. Karena setidaknya awal bangunan itu, orang mungkin melihat ruhnya, impuls yang memulainya, sebagai fenomena kehendak kaisar, orang dapat mengatakan bahwa setelah diselesaikan merupakan ungkapan cintanya. Bila seorang mengatakan, “Saya menghasratinya, saya menginginkannya,” adalah suatu kehendak tak lengkap, kehendak yang tidak menyadari kekuatannya, kehendak yang tidak yakin apa kehendaknya. Tetapi ketika dia mengatakan, “Saya menghendakinya”, itu berarti pasti. Seorang yang tidak pernah dapat mengatakan, “Saya menghendakinya,” tidak mempunyai kehendak. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kehendak adalah sumber dan asal semua fenomena. Kehendak adalah tindakan jiwa. Orang dapat pula menyebut jiwa diri dari kehendak. Perbedaan antara kehendak dan jiwa adalah bagaikan perbedaan antara seseorang dan tindakannya. Kehendak dan kesadaran adalah pada dasarnya sama, yaitu dua ungkapan dari satu hal yang membuat mereka berlainan, dualita ini keluar dari kesatuan. Ialah ujud sendiri Tuhan yang dalam pengungkapan, dalam menanggapi kesadaran. Dengan kata lain, dalam tindakan ialah kehendak, dalam kediaman [stillness] ialah kesadaran, hanya karena pada dasarnya suara dan cahaya adalah satu dan hal yang sama, yang dalam satu kondisi menghasilkan cahaya melalui gesekan getaran-getaran, sementara pada kondisi lain getaran yang sama adalah audibel [audible]. Inilah mengapa sifat dan karakter suara dari cahaya adalah satu. Dan begitupun sifat dan karakter kesadaran dan kehendak, karena kedua hal tersebut milik ujud diri Tuhan. Alqur’an berkata, “Kami berkata, ‘jadilah’ dan menjadilah,” Inilah kunci kepada dunia fenomena. Terhadap akal yang maju, terhadap pikiran lanjutan, ini menunjukkan bahwa pengejawantahan menjadi mewujud [existence] dalam menjawab kehendak tersebut yang terungkap diri sendiri dalam mengatakan, “jadilah”. Fenomena-fenomena ini bukan hanya milik asal semua hal, ia milik seluruh ujud berbagai hal, milik seluruh proses pengejawantahan. Sebaiknya kita melihat pada kreasi ini sebagai suatu mekanisme, seperti manusia kini melihatnya, dan kita tidak berhenti memikirkan bagaimana suatu mekanisme dapat meada tanpa seorang insinyur. Apakah mekanisme itu? Ia hanyalah suatu pengungkapan kehendak dari seorang insinyur, insinyur membuatnya untuk kemudahanya. Tetapi sebagaimana kita tidak melihat insinyur didepan kita dan hanya melihat mekanismenya, kita menerjunkan diri kita dalam hukum-hukum kerjanya dan melupakan insinyur yang dengan perintahnya seluruh mekanisme tersebut berjalan. Seperti peinspirasi dan filosof besar Rumi berkata dalam Masnawinya, “Tanah, air, api, udara, ini semua nampak kepada kita bagai benda-benda dan objek-objek, tetapi dihadapan Tuhan mereka adalah ujud-ujud hidup, mereka bediri sebagai hamba taatNya, dan mereka mematuhi kehendak ketuhanan.” Sebagian dari kehendak itu kita warisi sebagai warisan ketuhanan kita, dan kesadaran kita tentangnya yang membuatnya lebih besar, jika kita tak menyadarinya ia menjadi lebih kecil. Sikap optimistik terhadap kehidupan yang mengembangkan kehendak, sikap pesimistik menguranginya, sampai ia dari kekuatan besarnya. Maka jika ada yang menghambat kemajuan kita dalam hidup, ialah diri kita sendiri. Sudah terbukti lebih seribu kali bahwa tak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat menjadi musuh terburuk kita dari pada diri kita sendiri, karena dalam tiap kegagalan kita melihat diri kita berdiri dalam cahaya kita sendiri. Tanah memegang benih, dan hasilnya ialah sebatang pohon yang muncul darinya. Dan begitupun dengan hati, hati memegang benih pikiran, dan ada juga pohon yang muncul ke atas dan membawa buah-buahan pemenuhan. Tetapi bukan hanya pikiran tetapi kekuatan pemegangan pikiran yang teramat besar kepentingannya. Maka itu faktor hati, yang memegang hati, sangat penting untuk pemenuhan tujuan hidup. Sering seorang berkata, “Saya telah berusaha semampu saya, tetapi saya tak dapat mengkonsentrasikan akal saya, saya tak dapat menenangkan akal saya.” Ini benar, tetapi tidaklah benar bahwa dia telah berusaha semampu saya. ‘Semampu’ tidak berakhir disini, ‘Semampu’ benar-benar menghantarkan tujuan sampai ke pemenuhannya. Akal bagaikan kuda tak kekang [restive]. Bawalah seekor kuda dan kuklah pada pedati, merupakan suatu pengalaman asing baginya sehingga ia akan menendang, melompat, berlari, dan mencoba menghancurkan pedati tersebut. Dan begitupun beban pada akal memikul manakala Anda membuatnya mengambil pikiran kekecewaan, nyeri, kepedihan, kesedihan atau suatu kegagalan, yang tak dapat Anda jauhkan dari pengikatnya yang memegangnya. Tetapi bila Anda meminta akal memegang pikiran partikular, maka ia berkata, “Saya tidak akan memegangnya.” Bilamana sekali akal didisiplinkan melalui konsentrasi, dengan tekad, maka ia menjadi pelayanmu. Dan sekali akal menjadi pelayanmu, apalagi yang Anda inginkan? Kemudian akalmu [berada dalam penguasaanmu], Andalah raja dari kerajaanmu. Mungkin orang bertanya mengapa kita tidak boleh membiarkan akal bebas juga, sebagaimana kita bebas. Tetapi kita dan akal bukan dua hal, sehingga seperti mengatakan, “Biarkan kuda itu bebas dan penunggangnya [pula] bebas.” Maka kuda ingin ke selatan dan penunggang akan berkeinginan menuju utara. Bagaimana mungkin mereka pergi bersama? Ada pula orang-orang bahkan berkata, “Biarkan kami bebas, dan biarkan kehendak [pun] bebas.” Lalu apakah kita ini? Kita bukan apa-apa. Disiplin mempunyai tempat di kehidupan manusia. Dan disiplin diri, betapapun sulit dan mengekangnya mungkin nampak kepada kita pada awalnya, masih ialah yang pada akhirnya membuat jiwa penguasa diri. Bukanlah kesia-siaan yang para arif dan pakar menjalani kehidupan asketik, ada tujuan didalamnya. Ini bukanlah sesuatu untuk mengikut, tetapi seharusnya dimengerti apakah manfaat mereka membuatnya, apa yang mereka selesaikan dengannya. Ialah disiplin diri, pengembangan tekad. Semua kekurangan yang kita temukan dalam kehidupan adalah kurang kehendak, dan seluruh keberkahan yang mendatangi kita datan dengan tekad. Beberapa orang mengira bahwa tekad tidak bergantung pada diri kita, bahwa ialah karunia kepada orang-orang sebagai anugerah, sebagai keberkahan. Tidaklah bergantung pada diri kita, tetapi ialah diri kita sendiri. Tidak diragukan merupakan anugerah dan keberkahan, tetapi pada saat bersamaan ia ditemukan dalam diri kita, ialah hakikat ujud kita. MENGEMBANGKAN KEHENDAK Tabiat kehidupan yang kita jalani adalah untuk merampas kehendak kita. Bukan hanya perjuangan yang kita harus jalani dalam kehidupan, tetapi pula diri kita sendiri, pikiran kita hasrat kita, keinginan kita, motif [motife] kita memperlemah kehendak kita. Orang yang mengetahui bagaimana batin [innerbeing] kita dihubungkan dengan kehendak sempurna akan menemukan yang membuat kehendak kita lebih kecil, lebih dangkal, lebih terbatas, adalah pengalaman kita selama hidup. Kenikmatan kita merampas kehendak kita yang menyebabkan kesedihan kita, kesenangan kita merampas kehendak kita yang menyebabkan kepedihan kita. Satu-satunya jalan mempertahankan tekad adalah dengan mempelajari perujudan kehendak dan dengan menganalisis apa diantara semua hal dalam diri kita yang adalah kehendak. Mungkin nampak bahwa motif meningkatkan tekad, tetapi pada akhirnya kita akan menemukan bahwa ia merampas kita dari tekad. Motif adalah suatu bayangan pada intelejensi, walaupun semakin tinggi motif, semakin tinggi jiwa, semakin besar motif, semakin besar manusia. Manakala motif berada dibawah ideal merupakan kejatuhan manusia, dan tatkala motifnya adalah idealnya merupakan kenaikannya. Berdasarkan kepada lebar motif maka visi manusia lebar, dan berdasarkan kepada kekuatan motif kekuatan manusia besar. Ada pepatah, “Manusia mengajukan, Tuhan memutuskan”. Orang selalu dihadapkan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri yang tidak selalu mendukung hasratnya. Dan biasanya seorang dengan kehendak, berhadapan dengan kekuatan lebih besar, cepat atau lambat pasti menyerah dan terkesan oleh hilangnya kehendaknya sendiri. Ini satu contoh, tetapi seratus contoh dapat diberikan untuk menunjukkan bagaimana orang dirampas kehendaknya tanpa menyadarinya. Amat sering seorang mengira bahwa dengan menjadi aktif atau kukuh dia mempertahankan kehendaknya, dan bahwa dengan menjadi pasif di kehilangan kehendaknya. Tetapi tidaklah demikian. Dimana terjadi pertempuran disitu ada maju dan ada mundur. Dengan mundur orang tidak dikalahkan, dan dengan maju orang tidak selamanya menang. Orang yang setiap saat memaksakan kehendaknya sangat cepat menegangkannya dan melelahkannya, seperti terlalu yakin tentang seutas tali yang seseorang pegang sambil menggesekkannya pada sisi tajam dari sebuat batu. Sangat sering orang melihat bahwa orang banyak yang menggunakan tekad besar gawal lebih cepat dari pada orang-orang yang tidak menggunakannya. Selalu juga terjadi peperangan antara tekad dan kebijakan; dan hal yang pertama dan paling bijaksana dilakukan adalah menghantarkan keselarasan antara mereka. Manakala seorang berkata, “Saya ingin melakukan ini, saya akan melakukan ini,” dan pada saat yang sama hatinya [sense] berkata, “Tidak, Anda tidak dapat melakukannya, Anda tidak seharusnya melakukannya,” lalu meski dengan sepenuh tekadnya baik dia tak dapat melakukannya atau dia akan melakukan sesuatu melawan pertimbangan lebih baiknya. Inipun menunjukkan [kepada] kita kehidupan dalam cahaya yang lain. Orang-orang yang bijak tetapi tanpa kehendak sepayah orang-orang dengan tekad tetapi tanpa kebijakan. Tidaklah berguna meletakkan kebijakan di depan dan tekad di belakang, tidak pula ada gunanya meletakkan tekad didepan dan kebijakan di belakang. Yang perlu adalah membuat keduanya menjadi satu, dan ini dapat dilakukandengan menyadari tindakan keduanya dalam semua orang lakukan. Pada saat yang sama orang dapat melatihnya dalam kehdupan sehari-hari orang dengan menyelamkan diri sendiri tentang hal-hal orang sukai. Jika seorang selalu mendapatkan yang dia inginkan, tidak diragukan dia memanjakan kehendaknya, sehingga kehendaknya tidak mempunyai reaksi. Gugahan [stimulus] diberikan kepada kehendak tatkala orang menyelamkan diri sendiri tentang apa orang inginkan, maka kehendak menyadari diri sendiri, hidup, ia bertanya-tanya mengapa ia tidak seharusnya memilikinya. Singkatnya, seorang ingin [buah] peach, tetapi pada saat yang sama dia sangat tertarik kepada bunga peach itu. Dia pikir bunga itu indah, dan lalu gagasannya muncul, mengapa tak membiarkannya pada pohonnya?. Itu yang membuat dia memutuskan tidak memetiknya. Ini memberi dia gugahan, karena hasrat pertama keinginan untuk menggenggamnya, dan lalu indera ingin bekerja dengannya karena cahaya datang dari gesekan, begitupun tindakan [does] akan datang dari gesekan. Tekad berada dalam pengendalian, kebalikan dengan imajinasi, yang bekerja tanpa kendali, karena jika orang ingin mengendalikannya [malah] orang memainkannya. Tiada di dunia ini, baik dalam alam [sphere] akal atau pada dunia fisik, dapat bergerak tanpa tekad, tetapi sementara satu hal tekad berada dalam kendali mutlak, dengan yang lainnya ia bekerja secara otomatis. Ada musuh yang lain tekad, dan yaitu kekuatan hasrat, kadang-kadang ini merampas tekad kekuatannya, kadang-kadang tekad menjadi kuat oleh konflik dengan hasrat. Pengabaian diri terpikir dalam Injil umumnya bermakna pengekangan hasrat. Ini tidak seharusnya diambil sebagai prinsip tetapi sebagai suatu proses. Orang-orang yang mengambilnya sebagai prinsip telah tersesat, orang-orang yang mengambilnya sebagai suatu proses telah beruntung. Musuh indera, kebijakan, adalah kurangnya ketenangan akal. Bilamana akal tenang ia menghasilkan pikiran yang benar, dan kebijakan biasanya muncul sebagai sebuah air mancur. Maka itu para sufi telah memikirkan latihan yang berbeda, kedua dalam bentuk fisik dan mediatif, untuk membuat akal tenang, sehingga kebijakan yang berada disana mungkin memancar bagaikan sebuah air mancur. Bukan di air beriak yang orang dapat melihat citranya terpantulkan, di air tenanglah yang orang melihatnya dengan jelas. Hati kita bagai air, dan bilamana ia diam kebijakan memancar dengan sendirinya. Kebersamaan kebijakan dan kehendak yang bekerja menuju suatu isu keberhasilan. Tekad secara sistematis dikembangkan melalui pendisiplinan raga. Raga harus duduk dalam postur disarankan, ia harus berdiri ditempat ia diminta berdiri. Raga tidak seharusnya menjadi lelah, penat, dengan apa yang diminta [melakukan]nya, tetapi seharusnya menjawab permintaan orang yang memilikinya. Pada saat sufi memulai mendisiplinkan raga, dia mulai melihat betapa tak disiplinnya ia selalu, lalu ia menemukan bahwa raga inilah yang dia selalu menyebut “milikku,” “saya sendiri”, dan demi kenyamanannya dia selalu melakukan apapun dia mampu, sehingga orang tak berkeyakinan [infedel] ini nampak lebih tak patuh, lebih tak yakin. Setelah itu datanglah kedisiplinan akal. Ini terlaksanan melalui konsentrasi. Tatkala akal memikirkan sesuatu yang lain dari orang menginginkannya berpikir pada satu pikiran yang spesifik, maka ia menjadi sangat tidak tenang, ia tidak mau berhenti sejenak, karena ia sudah terbiasa tanpa disiplin. Kesulitan muncul manakala orang mencoba berkonsentrasi, ia mulai melompat, sementara pada waktu lain ia hanya bergerak-gerak. Tetapi akal dimaksudkan agar menjadi pelayan patuh, sama halnya raga dimaksudkan agar menjadi alat patuh yang dengannya mengalami kehidupan. Bila mereka tidak bekerja baik [in order], jika ia tidak bertindak seperti orang mengimpikannya, maka orang tak dapat mengharapkan kebahagiaan sejati, kemudahan nyata dalam hidup. Adal dapat dilatih dengan menganggapnya sebagai entitas terpisah, menjaganya, dan mengajarnya. Ada ego dan [pula] ada akal, kita harus melihat pada akal dan berpikir, “Sayalah akal, akalku berada dihadapanku,” dan lalu menganalisisnya, bayangkan ia sebagai entitas, dan bercakaplah dengannya, dan jawaban akan datang. Bahkan hewanpun dilatih, tak dapatkah manusia melatih akalnya? Bilamana orang tak mampu melatih diri sendiri ini hanya berarti bahwa orang tak mau mengambil persoalan. Singkatnya, sangat sering manakala diminta untuk membaca puisi, orang-orang akan berkata, “Ya, saya akan senang membacanya dengan segera.” Mereka tidak mau melatih otak mereka. Pertama mereka tidak mau mengambil kesukaran bagi orang lain, dan lalu kemalasan mereka meningkat dan mereka mungkin sampai pada suatu keadaan dimana mereka tidak mau mengambil kesukaran bagi diri mereka sendiri. Ia memulai dengan keegoisan [selfishness] – mereka tidak mau berpikir tentang orang lain – dan lalu ia berakhir oleh seorang yang tidak ingin berpikir tentang dirinya sendiri. Lalu apakah yang dipikirkannya? Tiada satupun. Orang seharusnya berkata kepada akal, “Lihatlah disini, Andalah akalku, Andalah peralatanku, Andalah budak dan pelayanku, Anda disini untuk menolongku. Anda akan melakukan apapun yang saya inginkan, Anda akan berpikir apapun yang saya inginkan, Anda akan melakukan apapun yang saya inginkan. Anda tak akan berpikir atau merasakan apapun yang berbeda dari keinginanku, karena Anda adalah akalku dan Anda harus membuktikan pada akhirnya menjadi milikku.” Dengan melakukan ini kita memulai menganalisis akal kita, kita mulai melihat dimana ia berkarat, apatah ia telah menjadi terlalu dingin atau terlalu panas, kita dapat melatihnya sendiri, berdasarkan kondisinya, dan kitalah yang pelatih terbaik bagi akal kita, lebih dari siapapun di dunia ini. Kehendak dapat diperkuat melalui latihan, dengan mendorongnya menanggungi rintangan dengan dan tanpa, melalui tindakan berlawanan terhadap kecondongan sendiri, melalui pemegangan impuls dalam pemeriksaan, tidak membiarkan mereka menuju jangkauan terpanjang [the full length] ayunan mereka, dengan menahan tiap tindakan atau pengungkapan kepada yang orang mungkin condong, tidak membiarkan diri sendiri menjadi terkuasai oleh kemarahan, kesenangan [laughter], kesedihan, atau oleh kegembiraan serta kesedihan yang ekstrim, ataupun suasana emosi [mood] apapun, tetapi lebih baik mengganti emosi tersebut kepada lawannya [marah ke kelembutan, kegembiraan ke kesedihan, kepedihan ke kesenangan], dengan memeriksa emosi dan menghapusnya, atau dengan menahannya dalam kenali kita sementara nantinya membiarkannya mendapatkan penyalurannya. Mengetahui kapan mempertahankan dalam kehendak kita dan kapan memasukkan kepada kehendak orang-orang lain sering sulit, dan kadang-kadang kita mengira sangat sulit mengetahui apa kehendak Tuhan dan apa kehendak kita sendiri. Kadang-kadang enam bulan kemudian, kadang-kadang setahun atau bertahun-tahun setelahnya, kita melihat dengan jelas apa yang sudah seharusnya kita lakukan pada kasus tertentu, apa jalan yang sudah seharusnya kita tempuh, yang pada saat kita tidak dapat menjelaskan walaupun kita telah mencobanya. Jika pada saat kesulitan itu kita sebelumnya setenang setelahnya, seperti bebas dari pikiran-pikiran kesenangan, kegembiraan, ketaknyamanan, atau kerugian yang akan berakibat kepada diri kita sendiri dari tindakan kita, kita harus melihat sejelasnya pada saat itu dan mencerap dengan jelas kehendak Tuhan. Kehendak dapat menjadi kuat sehingga ia mengendalikan raga, membuatnya sehat sepenuhnya. Tetapi mungkin orang bertanya, lalu bagaimanakah tentang kematian? Kematian bukan suatu yang asing bagi tekad, meski disebabkan oleh tekad. Ada yang mengira orang tidak mengundang kematiannya. Sesungguhnya, memang tidak, tetapi kehendak pribadi menjadi melemah dan kehendak lebih besar mengesankan kehendak lemah ini, bebalik kepada dirinya sendiri. Karena kehendak lebih kecil milik kehendak lebih besar. Para sufi menyebut yang pertama [sebagai] kadr dan yang kemudian [sebagai] kazha. Kazha memantulkan perintahnya pada kadr, dan kadr tanpa sadar menerimanya. Pada tampaknya seseorang mungkin masih ingin hidup, tetapi di kedalaman dia telah menarik diri untuk mati. Jika orang tidak menarik dirinya bagi kematian sebelum hidupnya diambil darinya, dia tak akan mati. Penarikan kehendak manusia kepada kehendak ketuhanan adalah penderitaan nyata. Setelah penderitaan itu lalu kebangkitan orang dapat mendatangi ini dengan menharapkan ridha Tuhan, dan tidaklah sulit, sekali orang telah mengharap ridhaNya. Hanya bila orang tidak memulai mencoba sehingga orang tidak mengetahui ridha Tuhan. Tetapi terpisah dari ini ada pelajaran lain yang sufi telah mengajarkan: mengharapkan keridhaan kawan sendiri. Ini hal yang sangat penting yang orang sering enggan lakukan. Dia lebih berkehendak melaksanakan keridhaan Tuhan, tetapi manakala orang memintanya mengharapkan keridhaan kawannya dia menolak. Dalam kasus apapun, apapun bentuknya, orang mencari keridhaan hanya satu dan sama [yakni] yang Maujud. Orang memulai dengan pengunduran, tetapi bilamana orang telah belajar terundur dalam kehidupan, tetapi bilamana orang diposisikan kepada kehendak ketuhanan, orang tidak perlu terundurkan, karena keinginan orang menjadi impuls ketuhanan. ??? BAB 12 Konsentrasi Agar memperoleh pengetahuan konsentrasi, membutuhkan bukan hanya kajian tetapi juga kesetimbangan. Sebelum menyentuh subyek ini saya akan menjelaskan motiv apa yang kita miliki dibalik konsentrasi. Terdapat dua aspek kehidupan, kehidupan bersuara dan kehidupan hening. Melalui kehidupan bersuara yang saya maksudkan, semua sensasi yang kita alami melalui kehidupan panca indera kita. Manakala orang bertanya apa keuntungan orang bermula berhubungan dengan kehidupan hening. Jawabannya adalah kehidupan tersebut sehening kehidupan hening itu sendiri. Kehidupan sensasi menjadi jelas, keuntungannya jelas, dan meski sebatas kehidupan sensasi tersebut, sangat terbatas keuntungannya. Itulah sebabnya mengapa kita mendapatkan semua pengalaman kita bernilai kecil. Kepentingannya berlangsung sepanjang kita mengalami mereka, tetapi setelah itu kepentingan kehidupan sensasi habis. Nilai kehidupan hening berdiri sendiri. Kita diarahkan untuk menempelkan suatu nilai kepada sesuatu yang berkaitan [dengan] kehidupan terluar kita. Kehidupan hening tidak memberi kita keuntungan khusus, tetapi keuntungan umum. Dengan kata lain, bila ada luka kecil di badan penggunaan eksternal dari pengobatan tertentu dapat menyembuhkannya, tetapi ada obat lain yang dapat menyembuhkan kondisi umum tersebut, dan ini lebih memuaskan ketimbang penyembuhan luar tersebut, meski sedikit spektakuler. Orang tak dapat secara pasti mengatakan apa keuntungan yang diperoleh dengan konsentrasi, tetapi dalam realita setiap macam keuntungan menjadi tercapai melaluinya, dalam segala arah. Terdapat dua macam konsentrasi, otomatis dan kesengajaan konsentrasi, otomatis ditemukan di banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka berkonsentrasi meskipun mereka melakukan, mereka berkonsentrasi secara otomatis, beberapa orang [diantaranya] tak menguntungkan mereka, beberapa orang [yang lain] menguntungkan mereka. Orang-orang yang berkonsentrasi agar menguntungkan mereka adalah orang-orang yang akalnya terikat pada bisnis mereka, pada seni mereka, pada pekerjaan apapun yang mereka miliki. Merekalah orang-orang yang karena konsentrasi mereka [sehingga] dapat bekerja lebih berhasil, berdasarkan kekuatan konsentrasi seseorang, sehingga akan [meraih] sukses mereka. Suatu kali saya berkesempatan menikmati mendengarkan Paderewski di rumahnya sendiri. Dia mulai memainkan pianonya dengan lembut. Setiap nada membawanya kedalam lautan musik yang lebih dalam. Orang meditatif manapun dapat melihat dengan jelas bahwa dia begitu berkonsentrasi pada apa yang dia lakukan sehingga dia tak tahu dimanakah dia berada. Karya komposer besar yang akan selalu hidup, yang menguasai hati manusia, dari tempat manakah mereka datang? Dari konsentrasi. Begitupun halnya dengan penyair, begitupun halnya dengan artis, konsentrasilah yang menjadi warna dan garis, yang membuat gambar. Biasanya, apatah seseorang adalah artis ataupun penulis, musisi atau pujangga, dalam bisnis ataupun industri, dalam ketakhadiran konsentrasi orang tak akan pernah berhasil. Kadang-kadang konsentrasi bekerja bagi ketak-untungan seseorang. Ada orang-orang yang selalu berpikir bahwa mereka tak beruntung, bahwa setiap yang mereka lakukan akan salah jalan, bahwa orang-orang tak menyukai mereka, bahwa orang-orang membenci mereka. Berapa orang mulai menganggap bahwa mereka tak mampu melakukan apapun, bahwa mereka tak sanggup, tak berguna. Yang lain lepas dari belas-kasihan diri berpikir bahwa mereka sedang sakit. Pada cara tersebut meskipun mereka tidak sakit mereka menciptakan penyakit. Beberapa orang melalui konsentrasi merengkuh penyakit, selalu berpikir tentangnya. Tak ada tabib yang dapat berhasil dengan mereka. Suatu kali seorang tabib tua berkata, “Terdapat banyak penyakit, tetapi lebih banyak lagi pasien.” Sekali seorang menjadi pasien melalui konsentrasi, dia sulit sembuh. Dan banyak terdapat kasus konsentrasi otomatis [yang] tak menguntungkan manusia. Konsentrasi intensional diajarkan oleh para perenung, filosof, dan orang-orang meditatif. Keseluruhan mistik ini dapat dibagi kedalam empat tingkatan berbeda. Yang pertama adalah konsentrasi, berikutnya kontemplasi, yang ketiga meditasi, yang keempat realisasi. Tingkat pertama adalah melekatkan pikiran pada satu objek. Orang tidak seharusnya berkonsentrasi pada objek apapun yang datang bersama, karena pada apa yang orang konsentrasikan mempunyai pengaruh pada seseorang. Manakala orang berkonsentrasi pada objek mati ia mempunyai pengaruh mematikan jiwa, bilamana orang berkonsentrasi pada objek yang hidup secara alami mempunyai pengaruh hidup. Rahasia dari ajaran semua Rasul dan ahli mistik ditemukan disini. Konsentrasi ini dicapai dalam tiga cara berbeda. Yang pertama adalah melalui tindakan. Orang melakukan gerakan tertentu atau melakukan tindakan yang menolong akal untuk berkonsentrasi pada objek tertentu. Cara lain adalah dengan bantuan kata-kata. Dengan pengulangan kata-kata tertentu orang belajar berpikir secara otomatis tentang suatu objek tertentu. Cara yang ketiga adalah dengan bantuan memori. Memori bagaikan tempat penampungan pembangun. Dari sinilah pembangun mengambil apapun yang diinginkan, ubin, pilar-pilar, batu bata, apapun yang dia inginkan. Orang yang berkonsentrasi dengan cara ini melakukan hal yang sama [dengan] anak-anak yang mempunyai batu bata untuk membangun rumah mainan dengannya. Dia mengumpulkan benda-benda di memorinya, dan dengan mereka dia menyusun objek-objek agar supaya berkonsentrasi pada apa yang dia inginkan. Mengenai kontemplasi, hanya jika seseorang cukup ahli sehingga dia dapat berkontemplasi, karena kontemplasi bukan pada objek, adalah pada ide. Tak diragukan seorang mungkin berpikir bahwa dia siap melakukan apapun, dan setelah berkonsentrasi, dia dapat berkontemplasi, tetapi sifat-sifat akal adalah sedemikian bentuk sehingga ia melenting dari genggaman [pada] saat orang mencoba menahannya. Maka itu, sebelum orang benar-benar memulai berpikir sebelumnya akal telah melemparkan objek konsentrasi seperti kuda liar. Akal tidak selalu begitu tak [dapat] diatur. Ia terbukti tak dapat diatur manakala ia ingin mengatur diri sendiri, seperti tubuh, orang mungkin merasa beristirahat penuh duduk secara alami, tetapi begitu seorang mempertahankan diam tak bergerak selama lima menit, tubuh mulai merasa [hendak] bergerak-gerak. Dan masih lebih sulit membuat akal [menjadi] patuh. Maka itu, ahli mistik menemukan sebuah tali untuk mengikat akal di suatu tempat tertentu dimana ia tak dapat bergerak. Apakah tali itu? Tali tersebut adalah nafas. Karena tali itulah sehingga mereka mengikat akal dan membuatnya berdiri dimana mereka inginkan untuk berdiri. Seperti burung menggunakan air liurnya untuk membuat sarangnya, sehingga ahli mistik kehabisan nafas [dalam] menciptakan atmosfir, menciptakan cahaya dan magnetisme pada tempat untuk hidup. Salah satu kekhasan akal ialah bahwa ia seperti sebuah rekaman gramaphone, apapun yang diimpreskan padanya, mampu di reproduksi. Kekhasan lain adalah bahwa bukan hanya memproduksi sesuatu tetapi mencipta apa yang terkesan padanya. Bila kejelekan terekam, akan memproduksi ketidak-akuran, ketak-selarasan. [Dengan] mempelajari konsentrasi memperjelas rekaman dan membuatnya memproduksi yang kita inginkan, bukan apa-apa yang keluar secara otomatis. Di dunia ini, orang begitu terbuka terhadap pengesanan, orang berjalan dengan mata dan telinga terbuka. Tetapi bukan hanya mata, bukan pula hanya telinga yang terbuka, bibir-bibir terbuka agar mengeluarkan yang mata dan telinga masukkan, dan inilah bagian yang membahayakan. Bagian ketiga konsentrasi adalah meditasi. Pada tingkat ini orang menjadi komunikatif. Orang berkomunikasi dengan kehidupan hening, dan secara alami komunikasi membuka pula dengan kehidupan terluar. Maka itulah sehingga manusia menyadari bahwa kedua kehidupan terluar dan terdalam, kenyataannya segala hal, adalah komunikatif. Lalu dia memulai mempelajari apa yang tak akan pernah dipelajari melalui pengkajian ataupun dari buku-buku. Kehidupan hening itu adalah guru terbesar dan mengetahui semua hal. Bukan hanya mengajar, tetapi ia memberikan kedamaian, kenikmatan, kekuatan dan keselarasan yang membuat hidup indah. Tak seorangpun yang mengaku menjadi meditatif. Karena orang meditatif tidak perlu mengatakannya dengan bibir. Atmosfirnyalah yang mengatakannya, dan atmosfir itu sendiri yang dapat mengatakan apatah salah atau benar. Pernah saya menanyai guru ruhani saya apakah anda mengetahui Tuhan. Dia berkata, “Bukan orang-orang yang menyebut nama Tuhan, tetapi orang-orang yang tak bersuara mengatakannya.” Banyak orang yang mengembara melihat, mencari sesuatu yang berharga, sesuatu yang luar biasa, tetapi tak ada yang lebih luar biasa dari pada jiwa manusia. Realisasi adalah hasil dari ketiga tingkatan [yang pertama]. Jenis ketiga dari pengalaman manusia mengejar meditasi, tetapi pada tingkatan ini, meditasi mengejar manusia. Dengan kata lain, tidak lama lagi biduan menyanyikan lagu, tetapi lagulah yang menyanyikan biduan. Tingkat keempat ini adalah sejenis ekspansi kesadaran, adalah pemaparan jiwa, penyelaman mendalam bersama diri sendiri, berkomunikasi dengan tiap atom keberadaan kehidupan di seluruh dunia, adalah kesadaran yang nyata yang membentukkan pemenuhan tujuan kehidupan. KONSENTRASI MISTIK Getaranlah yang menjadi odibel (audible), dan atom-atomlah yang menjadi dapat terlihat (visible). Terdapat dua macam getaran, halus dan kasar, dan pula ada dua macam atom, yang juga adalah halus dan kasar. Getaran halus tidak terserap oleh telinga tetapi sens pencerapan. Ini adalah getaran-getaran perasaan, yang menghantarkan mereka ke yang lain sampai ke perluasan tertentu. Atom-atom halus tak terlihat oleh mata kita tetapi oleh sens pencerapan kita. Mengelompokkan bersama, ini membentuk pikiran. Semakin kasar suatu getaran-getaran bunyi dan suara yang telinga luar kita mendengar[nya], dan semakin kasar atom-atom adalah yang atom-atom yang membentuk substansi yang mata kita dapat melihat. Dengan konsentrasi dimaksudkan mengelompokkan bersama atom-atom halus pada model objek-objek yang nampak oleh mata kasat kita sehingga membentuk pada akal kita suatu gambar objek-objek sebagaimana nampak oleh mata kita di dunia eksternal. Awalnya sulit, [karena] akal kita tak pernah dikendalikan, dan maka itu tidak terbiasa taat. Ia akan menjadi lelah tatkala menahan pikiran apapun yang terdiri dari atom-atom halus. Tetapi bila perasaan yang menahan pikiran, maka kuat bertahan, meski melawan hasrat. Karena atom adalah keluaran getaran, dan manakala getaran menahannya, atom tersebut tertahan bagaikan baja dengan magnet. Maka itu konsentrasi dikembangkan melalui penahanan objek dengan pertolongan perasaan. Disinilah rahasia semua kerja keras (devotion). Kehendak memerankan bagian terpenting dalam konsentrasi. Kerjanya yang pertama-tama adalah mengambil atom-atom dari gudang memori, dan lalu menahan mereka bersama-sama, membuat satu visi tunggal untuk dikonsentrasikan. Maka itulah sehingga kehendak kuat dapat berkonsentrasi lebih baik ketimbang kehendak lemah. Orang-orang yang menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar dan pekerjaan-pekerjaan sulit serta orang-orang yang berhasil dalam setiap perusahaan yang mereka jalankan adalah para pemilik kehendak kuat. Kehendak mengembangkan konsentrasi, dan konsentrasi mengembangkan kehendak. Orang-orang yang berubah-ubah, yang beranjak dari satu pikiran kepada yang lain, memperlihatkan kurang kehendak sebagaimana kurangnya konsentrasi. Setiap orang, apakah akrab dengan hal-hal mistik atau tidak, biasanya mempunyai fakultas berkonsentrasi terhadap derajat lebih rendah atau tinggi. Tentu saja orang mengembangkan fakultas tersebut melalui latihan, dan dengan tak menggunakan fakultas tersebut melemahkannya. Kurang dikenal terhadap dunia, tetapi rahasia besar yang dimengerti dan dilatih oleh para ahli mistik, sehingga jika kehendak mampu mengambil atom-atom dari memori dan menyusun visi dikehendaki dan menahannya, saatnya menjadi mampu menguasai semua urusan di dunia, betapapun kemungkinan sulitnya mereka [urusan tersebut]. Bilamana kesempurnaan dicapai dalam hal ini, [berarti] orang telah mencapai kekuatan ajaib yang tidak mungkin bagi dunia memungkinkan bagi seseorang. Konsentrasi bisa dipertimbangkan [dalam] tiga macam. Pertama memvisualisasikan bentuk, kedua memikirkan tentang sebuah nama, suatu bentuk yang tak berlainan, yang ketiga adalah pikiran tentang sifat yang berada dibalik bentuk dan nama. Orang yang belum menguasai konsentrasi pada bentuk dalam perluasan penuhnya tidak seharusnya mencoba jenis kedua, dan setelah mencoba jenis kedua konsentrasi secar menyeluruh, orang bisa mencoba yang ketiga. Kurang di tingkat pertama akan berlanjut pada yang kedua dan ketiga, maka itu yang pertama harus benar-benar dikuasai dengan baik. Ada tiga jenis konsentrasi pada jenis pertama konsentrasi, memvisualisasikan suatu objek, menilik sampai ke rinci bentuk tersebut, dan memvisualisasikan ketubuhan bentuk pada saat yang sama. Juga terdapat tiga jenis konsentrasi pada nama. Jenis pertama adalah menahan nama seseorang atau objek yang dikenal agar menyatu dalam akal dan membentuknya melalui imajinasi seseorang. Jenis kedua adalah menyimpan nama seseorang atau objek dalam akal dengan memori yang sama. Yang ketiga adalah menahan nama suatu entitas yang sulit terbayangkan, yaitu [hal-hal] diluar jangkauan mata ataupun akal. Dalam konsentrasi pada sifat juga terdapat tiga jenis. Yang pertama berada pada perasaan-perasaan alami, seperti kebajikan, kebaikan, keramahan, atau kepahitan. Jenis kedua berada pada kekayaan, kekuasaan, jabatan, atau magnetisme. Dan yang ketiga berada pada intuisi, inspirasi, keberkahan, illuminasi. Kemajuan bertingkat, setapak demi setapak, dianjurkan dalam konsentrasi yang harus dilanjutkan dengan ketahanan, dorongan, dan kesabaran. Langkah pertama bagi konsentrasi adalah observasi. Orang yang kurang observasi tak dapat berkonsentrasi [dengan] baik. Konsentrasi bergantung pada kekokohan akal, dan kekokohan ini dapat dibawa-bawa melalui daya tarik. Orang-orang yang tidak mempunyai daya tarik atau siapapun yang tidak mempunyai kekokohan akal, dan orang-orang yang akalnya tak kokoh tak dapat mengobservasi dengan tepat. Konsentrasi pada guru-guru rohani, terlatih diantara kedua orang-orang Hindu dan para Sufi, [yang] mengajarkan rahasia ini. Selama waktu seseorang mengobservasi suatu objek, sepanjang dalam proporsi memorinya cukup dan bisa berada didepan mata persepsinya kapanpun dia ingin. Bila kita memikirkan hal tertentu dan [kita] tak dapat mengingat-ingat ke memori kita, mungkin akal kita tak kompak [unsteady] pada saat itu atau terdapat kekurangan observasi tentang objek tersebut tatkala kita melihatnya. Tak ada cara yang lebih baik mengolah [cultivate] memori sendiri ketimbang melalui observasi tentang suatu objek tinggal pada waktu tertentu. Observasi memperlihatkan dengan pengamatan mendalam mereka tentang suatu tekad, akal kokoh dan kapasitas untuk berkonsentrasi. Setiap objek yang sekali mata telah melihat disimpan dalam-dalam lebih atau kurang di memori seseorang, ia pada saat [itu] menebar menjadi serpihan-serpihan. Manakala orang mengingatnya, orang [tersebut] mengumpulkan melalui tekad serpihan-serpihan yang sebelumnya tertebar, membuatnya utuh. Muncul pertanyaan, apa yang membuat objek tersebut menebar? Jawabannya adalah bayang-bayang objek lain yang kita lihat dan simpan di akal jatuh pada objek tersebut, memotong-motongnya menjadi serpihan-serpihan. Dan meski serpihan-serpihan setiap objek tetap berdekatan bersama, [tetapi] afinitas antara serpihan-serpihan yang menahan mereka. Orang mengumpulkan mereka dengan tekadnya dan dengan cahaya intelegensi dalam keadaan jaganya. Dalam mimpi kadang-kadang dia tak dapat mengelompokkan mereka dengan baik, karena cahaya intelegensi meremang dan tekad melemah. Maka itu orang sering melihat seekor singa dengan sayap-sayap elang atau seseorang dengan telinga gajah. Semua hal terlihat atau tidak yang orang lihat dalam mimpi-mimpinya adalah serpihan-serpihan dari lebih dari satu oleh yang menggabung bersama, disebabkan oleh kurangnya kehendak dan intelegensi. Konsentrasi jauh lebih penting daripada aktivitas apapun dalam kehidupan, karena ia bukan aktivitas pula bukan istirahat, dan nyatanya adalah keduanya. Aktivitas pada inderalah sehingga orang mencipta dan menyusun objek konsentrasi dan diletakkan pada indera sehingga sementara orang menahan objek tersebut yang padanya orang berkonsentrasi orang mengendalikan dengan meletakkan aktivitas lebih lanjut dari akal. Seseorang bagaikan penunggang menahan kudanya sesaat manakala ia berdiri pada kaki belakang, yang membentukkan aktivitas dan beristirahat pada saat yang sama. Konsentrasi bisa dibagi menjadi tiga tingkat, perintah, aktivitas, dan kendali. Pertama, kehendak memerintah akal agar aktif dan mencipta objek yang diinginkan kemudian, secepatnya akal membawa perintah tersebut dengan meyusun objek berdasarkan kemampuannya. Dan ketiga, kehendak menahan aktivitas lanjutan dari akal seperti tuan penunggang akan menahan kekang kudanya, untuk mencegahnya dari mengambil langkah-langkah selanjutnya dari tempat dimana dia menginginkannya berhenti. Halangan terbesar yang berdiri melawan konsentrasi adalah pikiran tentang ujudnya sendiri. Manakala orang berpikir tentang keberadaan seseorang dan pada saat yang sama berpikir, “Saya sedang berkonsentrasi pada objek tertentu,” tidak mungkinlah melakukan konsentrasi penuh. Semakin orang kehilangan pikiran tentang ujud sendiri dari konsentrasinya, orang itu semakin mampu berkonsentrasi. Kesadaran diri adalah musuh dari pembicara, penyanyi, dokter atau pengacara, sehingga membentukkan musuh besar dari orang yang berkonsentrasi. Konsentrasi dilatih agar menghindari kesadaran diri, dan sementara berkonsentrasi menggunakan puasa melawan aktivitas konstan dan terkendali dari akal. Kadang-kadang seseorang menggambarkan suatu objek dalam penglihatan akalnya dan melihatnya, setelah suatu waktu, berdiri dihadapan realita seseorang. Semakin banyak konsentrasi akal seseorang, semakin banyak dia mengalami pengalaman ini. Saya teringat hal-hal yang pernah saya gambarkan di akal saya menjadi realita meski setelah dua belas tahun kemudian. Orang yang bertanya-tanya apatah konsentrasi yang membuat suatu hal terjadi sejalan dengan waktu, ataukah konsentrasi sebelumnya mencerap apa yang akan terjadi. Faktanya bahwa kedua hal tersebut benar. Misalnya seseorang memikirkan membeli berlian [dengan] bentuk tertentu, jenis tertentu. Barangkali berpikir terlalu kuat dan mendalam tentang itu pada suatu waktu yang lalu. Dan lima tahun kemudian, tatkala ia telah lupa tentang hal ini, seseorang menghadiahkannya dengan cincin berlian. Pertanyaannya apatah konsentrasinya yang membuat berlian tersebut untuknya dan membuat kawannya memberikannya kepadanya ataupun dia melihat berlian tersebut dalam konsentrasinya karena sudah diberikan [maka] mungkin dijawab sebagai berikut: tak diragukan ada berlian di toko untuknya, menunggu sampai ke jemarinya pada suatu waktu, yang membentukkan bagiannya dalam kehidupan. Tetapi pada saat yang sama fakta pemikirannya sangat kuat tentangnya membuat berlian tersebut langsung kepadanya, tanpa berpindah, barangkali, ke dalam kepemilikan banyak [orang], dan tanpa berjuang keras untuknya. Walaupun konsentrasi membantu dalam melihat hal-hal sebelumnya, ternyata bukan konsentrasi tetapi firasat (foresight) yang membantu. Maka itu pikiran tentang jenis ini tidak harus membentukkan pikiran manusia sendiri, meski pada saat itu nampaknya demikian. Terus terang, seharusnya disebut visi atau intuisi, [termasuk] yang pertama jika terjadinya dalam tidur, yang terakhir pada keadaan jaga. Konsentrasi mempunyai kekuatan menciptakan hal-hal. Ia dapat membuat hal-hal yang tidak dimaksudkan bagi seseorang, ia dapat menciptakan hal-hal yang meskipun orang mungkin tidak pernah memiliki. Pendeknya, langit, dapat membalikkan orang yang lara menjadi orang yang paling bahagia, dan dapat membuat orang yang selalu gagal [menjadi] sukses. Penyair Persia Hafiz berkata, “Membodohi jangan dirimu sendiri, melihat lengan baju koyak darwisy, karena dibalik lengan baju koyak ini tersembunyi lengan paling ampuh.” Seperti matahari mengalami terbit, zenith [di puncak], dan terbenam, begitupun akal mengalami tiga keadaan, disebut oleh Sufi [sebagai] uruj, kemal, dan zaval, yang datang bergantian. Uruj adalah keadaan akal yang padanya seorang berpikir dengan energi dan antusiasme, “Saya akan melakukan ini dan itu.” Supaya mencipta objeknya keadaan akal ini memproduksi suatu daya dan kekuatan yang akibatnya ia memproduksi semacam mendung yang sering meredupkan fakultas alasan dan keadilan. Kondisi akal yang membentukkan kemal dicerap selama waktu tersebut manakala suatu aksi sedang dilakukan. Semacam mendung tersebut yang energi akal telah memproduksi mencapai, di kemal, kulminasinya, yang membentukkan akhir kenikmatan atau kesedihan melekat kepada perbuatan, karena kelebihan dari daya menjadi habis. Zaval adalah suatu keadaan akal yang padanya kekuatan antusiasme lenyap dan kenikmatan dan kesedihan dari perbuatan berlalu, tetapi memori menyimpan. Jika pengesanan adalah kepedihan, jarum-jarum menusuk menembus [rasa] sakit hati yang terluka. Jika kenikmatan, suatu kegelian dan perasaan membumbung yang dicerap. Perasaan ini lenyap dan sirna pada saat dalam seluruh asimilasi dalam esensi. Penguasa konsentrasi adalah dia yang bukan hannya memproduksi uruj tetapi juga kemal dan zaval. Dia mencapai penguasaan diri, manakala kedua dosa dan kebajikan berlutut dikakinya. Adalah dia yang bisa meremehkan kesenangan surga dan melecehkan siksa neraka. Rahasia melangsungkan uruj diketahui oleh ahli mistik, dan yakni penahanan diri mereka dari pemuasan dalam uruj. Sebagai contoh, bila suatu masakan enak, orang yang gembul akan memakan semua secepatnya, tetapi orang yang benar-benar menginginkan menikmati masakan tersebut harus memakan dengan lebih pelan. Orang rakus akan mengambil wangi kembang dan ingin menciumnya dalam satu saat. Saat berikutnya, mungkin dia tak berhasrat untuk merasakan dan menikmatinya, dan kembang tersebut sudah akan kehilangan wanginya. Jika orang mempelajari rahasia dalam semua aspek kehidupan ini, orang akan menikmati kehidupan dan dapat membuat meski kenikmatan-kenikmatan hidup yang berlaku stabil terhadap perluasan tertentu. Hal inilah yang setiap jiwa hasratkan, tetapi tak ada yang mampu menyelesaikannya kecuali seorang ahli mistik, yang dengan kesabaran dan ketabahan telah melahirkan dirinya, dan dengan mengalahkan dirinya sendiri [berarti] telah menguasai seluruh kehidupan. Perikehidupan para ahli mistik mengajar kita; dengan meniliknya secara dekat kita dapat mempelajari banyak hal. Para Sufi membuat khilvat, pemencilan, pada saat tertentu dalam suatu hari, pada hari tertentu dalam seminggu pada minggu tertentu dalam sebulan, dan pada bulan tertentu dalam setahun. Yang terbesar diantara mereka telah bertekun berpencil [pada] periode tertentu dari kehidupan mereka – bagian awal, atau manakala [sudah] berumur yang mereka sebut gusha nashiri. Mereka mempunyai kerudung yang menutupi kepala, menghalangi mata dari semua objek agar mempertahankan objek konsentrasi di akal tanpa jedah. Biarawan dan biarawati Kristen memperlihatkan dikehidupan mereka kecenderungan pemencilan. Hijab pada kepala biarawati menghalangi mata dan pengesanan yang mungkin datang dari sebelah kanan atau kiri. Pengunduran para yogi juga mensugestikan kecenderungan yang sama untuk tujuan konsentrasi. Sibuk sebagaimana dalam kehidupan kita, dengan seribu hal dalam satu hari, kita biasanya tidak dapat berkonsentrasi [dengan] baik. Tetapi hidup kita membutuhkan upaya dan pemencilan yang lebih banyak ketimbang yang dilakukan oleh orang-orang soleh yang sudah di jalan tersebut. Maka itu pelajaran pertama kita dalam cara pemencilan seharusnya mempraktekkan prinsip itu dalam kehidupan sehari-hari kita, ketika sedang melakukan pekerjaan kita mesti mencoba menerapkan akal kita padanya, tidak membolehkan ia tertarik oleh apapun, bagaimanapun penting dan menariknya keadaannya. Jika tidak, kita kehilangan keduanya seperti ceritera tentang anjing yang pergi setelah bercermin di air dengan roti di moncongnya dan kehilangan potongan [roti] yang dimilikinya. Jika memikirkan sesuatu kita tidak seharusnya membiarkan pikiran yang lain apatah di sisi kita pun sisi orang lain, membuyarkan konsentrasi kita. Manakala kita berbicara tidak seharusnya kita mengganti subjek pembicaraan kita di pertengahan. Kita harus menyelesaikan satu topik meski ia kurang penting. Dengan melakukan demikian dalam berpikir, berbicara, dan bertindak, kita meningkatkan konsentrasi kita, hadirkan ke urusan sehari-hari kita pada saat yang sama. Pengakalan-tunggal [single-mindedness] sebagai suatu kebiasaan menjadi bantuan besar terhadap konsentrasi. Orang dengan berbagai tanggungjawab besar dan sangat banyak ketertarikan dalam hidup tidak dapat selalu [dalam] pengakalan-tunggal, yang sesungguhnya membentukkan kekuatan yang sangat besar. Kebiasaan ini dapat dikembangkan melalui konsentrasi, tetapi terdapat pula banyak hal besar dalam kehidupan sehari-hari yang membantu ke arah pengembangannya. Hal penting pertama bagi orang yang melatih konsentrasi adalah membiarkan satu pikiran pada suatu waktu atau satu tindakan pada suatu waktu, dan menetapkan akal dan tubuh bersama-sama sibuk. Manakala seseorang melakukan sesuatu, dia tidak seharusnya memikirkan yang lain, dan bila dia ingin memikirkan sesuatu dia tidak semestinya melakukan sesuatu pada saat yang sama. Pengakalan-tunggal adalah penyerapan penuh ujud keseluruhan seseorang dalam pikiran pemikiran, percakapan, atau tindakan tunggal. Adapula sisi lain terhadapnya. Pengakalan-tunggal dapat dikembangkan melalui berketetapan pada suatu subjek sampai pikiran tersebut selesai, dan sementara berpikir pada subjek tersebut jangan membiarkan akal mengambil sesuatu yang lain. Aturan yang sama harus diterapkan dalam berbicara. Hal sebentuk harus diterapkan dalam tindakan, orang harus menyibukkan dirinya dalam tindakan tanpa mengambil sesuatu yang lain sampai tindakan tersebut selesai. Dalam cara ini orang dapat mengembangkan konsentrasinya setiap saat siang dan malam. Dan dengan menerapkan ini orang memperoleh penguasaan atas hidupnya sendiri sebagaimana atas kehidupan secara umum. Manakala seseorang mengembangkan konsentrasi dia tidak perlu membuat konsentrasi teratur, meski seorang Sufi melakukan demikian, karena hidupnya menjadi konsentrasi. Jika dia membicarakan subjek tertentu, dia tidak serta-merta mengganti subjek, jika dia memikirkan sesuatu dia tidak membuyarkan pikirannya, dan jika dia melakukan sesuatu dia tidak mengganti akalnya dan meninggalkannya setengah jadi untuk menyelesaikan sesuatu yang lain. Setiap saat dia melanjutkan pekerjaan yang dia kerjakan sampai terselesaikan. Inilah rahasia konsentrasi. Seseorang mungkin melatih konsentrasi selama waktu tertentu dalam sehari, tetapi jika kemudian selama sehari dia tetap mengganti akalnya dari satu hal ke yang lain, dia tidak akan mempu menyelesaikan konsentrasinya dalam seribu tahun. Pengakalan-tunggal adalah rahasia konsentrasi. Dengan itu manusia meningkatkan sikapnya. Manakala seorang berbicara tentang sesuatu memulai menyatukan sesuatu yang lain sebelum subjek tersebut selesai, adalah membentukkan sakit. Sikap disamping kurangnya konsentrasi. Terdapat pula kemungkinan bahwa seorang dengan pengembangan besar dalam konsentrasi mungkin menjadi budak konsentrasi, sehingga dia mungkin tidak dapat mengeluarkan dari akalnya pikiran apapun yang sedang terjadi, menghentikan penggumaman suatu nada yang dia sendiri telah sangat letih, atau membebaskan [diri dari] depresi karena pikiran tertekan telah menguasai akalnya, akal tersebut adalah yang dikembangkan dan mampu berkonsentrasi. Sufi menguasai konsentrasi tetapi tidak membiarkan konsentrasi menguasainya, penguasaan membentukkan satu-satunya motiv yang menuntun kepada kesempurnaan. Penguasaan pada suatu pikiran datang dari dua sumber. Yang satu adalah objek atau ujud eksternal yang secara tetap membawa kepada akal kita suatu pikiran tertentu. Kehadirannya mengingatkan manusia tentang pikiran yang sama, yang mungkin dia hendak atau tidak memegang. Sumber lain adalah perasaan yang memegang suatu pikiran secara tetap sebelum akal kita. Ini mungkin kesenangan atau kesakitan. Kesakitan berlangsung lebih lama daripada kesenangan, karena perasaan sakit adalah dalam, sebaliknya kesenangan itu sedang berlaku. Itulah sebabnya para Sufi menganggap cinta bantuan sebagai konsentrasi. Karena dua alasan, pertama, objek cinta tinggal menetap dalam pikiran, selanjutnya, kesakitan membentukkan hasil cinta, membuat konsentrasi lebih kuat, seperti diungkap dalam bait, “Pembawa kenikmatan adalah anak-anak lara,” Ini penjelasan bagi orang yang benar-benar menjadi pemikir dan orang ceria menjadi periang. Inilah sifat konsentrasi, yang dilakukan secara tak-intensional. Tak dapat disebut konsentrasi mistik, karena ahli mistik cukup kuat menguasai pikiran pada kehendak melalui kekuatan rasa, apatah kesenangan atau kesakitan, dan tak akan membiarkan pikiran atau perasaan apapun bekerja menentang keinginannya. Dia membalikkan kesenangan menjadi kesakitan dan kesakitan kedalam kenikmatan sebagaimana yang dia pilih. Baginya keduanya adalah sama, dan keduanya melayani tujuannya. Kadang-kadang manis adalah menyenangkan dan kadang-kadang kegetiran adalah berguna, bahkan racun mungkin melayani sebagai suatu cara untuk menyembuhkan, dan kemanisan kadang-kadang menyebabkan meningkatnya penyakit. Tuan konsentrasi adalah dia yang dalam memerintah semua pikiran dan perasaan tegak dalam disiplin. Dia dapat membor mereka sesukanya. Dia menjadi pemimpin kehidupan dan raja dunia dengan dan tanpa. Konsentrasi terdapat berbagai macam perbedaan, dan perbedaaan mereka disebabkan oleh perbedaan tujuan-tujuannya. Ada konsentrasi pada suatu objek, orang, urusan, yang menghasilkan pengetahuan tentang semua objek konsentrasi. Ini adalah konsentrasi seorang siswa, yang menerima pengetahuan dalam cara ini. Yang semacam konsentrasi adalah memandang sekuntum bunga dan memikirkannya dengan mata terkatup, memikirkan bunga apakah ia, wangi dan warna apakah ia miliki, apakah sifatnya, apakah rahasianya. Konsentrasi yang lain adalah konsentrasi fisik, orang yang berkonsentrasi atas objek tertentu agar supaya melatih akalnya. Ketika akal mengembangkan kekuatan, maka dia menggunakannya pada semua hal yang dia ingin selesaikan dalam hidup. Terdapat konsentrasi orang idealis, yang menghormati pahlawan peperangan, raja dalam keagungannya, pemimpin, guru, atau Rasul. Sehingga dalam pengidealan dia mendapatkan dalam dirinya melalui pengkonsentrasian kualitas pahlawan teridealkan. Pendalaman sejarah akan mensahkan ini dalam kehidupan orang besar, karena kebanyakan dari mereka menjadi besar melaui pengidealan, melalui penghormatan orang besar dan memikirkannya. Kemudian ada konsentrasi tentang pecinta. Masih tetap lebih kuat, karena dalam penyerahannya kepada kekasihnya, pecinta biasanya melupakan dirinya, dan rahasia semua keunggulan spiritual terletak pada satu hal ini – melupakan diri sendiri – yang pecinta, penyerah, menyelesaikan tanpa upaya khusus apapun karena dia tak dapat membantu tetapi memikirkan objek yang dia cintai. Dia tidak perlu menetapkan akalnya pada objek tertentu melalui kekuatan kehendak, sebaliknya, kesulitannya adalah keluar dari pikiran tersebut, tetapi sangat sulit bagi pecinta. Maka itulah kesulitan orang-orang menengah mengeluhkan, yaitu menjaga penyerah. Maka itu pula para Sufi telah mengakui penyerahan adalah cara terbaik pencapaian spiritual, dan banyak diantara mereka berjalan di jalan cinta. Konsentrasi pada sebuah batu biasanya memberi kualitas pada batu itu, hati pada saat itu mesti menjadi seperti batu. Konsentrasi kepada sekuntum bunga seharusnya menghasilkan kembali dalam akal dan tubuh. Sehingga konsentrasi pada yang berani memberikan keberanian, pada yang agung memberikan keagungan, dan yang suci memberikan kesucian. Ini membuktikan bahwa tak ada objek biasa yang dapat direkomendasikan sebagai yang lebih bagi setiap orang untuk berkonsentrasi atasnya. Objek konsentrasi harus dipilih menurut tujuan yang orang ingin menyelesaikan dalam hidup. Ketika mempelajari konsentrasi, sangat penting mengetahui lebih dahulu atas apa yang dikonsentrasikan. Orang tidak semestinya berfikir, “Apapun bisa, selama saya melatih akal saya”, orang harus mengerti bahwa objek yang orang simpan dalam akalnya memiliki pengaruh besar terhadap hidupnya. Jika dalam akal ada cinta atau setidaknya keterikatan pada seseorang, mungkin untuk kebaikan seseorang atau barangkali untuk kesakitan seseorang, atau barangkali bisa bukan hal yang benar. Jika ada kebencian bagi seseorang, bisa berbalik dan menghancurkan semua urusan dari orang yang berkonsentrasi. Jika ada kekayaan dalam akal, tak diragukan orang bisa menjadi kaya, tetapi jika bekerja menentang kesehatan seseorang, sahabat, atau kesenangan atau kedamaian seseorang dalam hidup, apatah mungkin menjadi kekayaan? Jika itu adalah ketenaran yang atasnya orang berkonsentrasi, orang harus menggenggamnya dengan kedua belah tangan suatu reputasi kosong, yang mungkin terhempas pada suatu saat, seperti sebening kaca. Maka itulah melatih akal, atau konsentrasi, diajarkan oleh Sufi dengan pandangan keagamaan, bukan sebagai latihan keilmuan [scientific]. Andai ada sesuatu yang berharga [untuk] berkonsentrasi atasnya, maka tiada yang lain kecuali Tuhan. Tetapi karena manusia tidak dapat menangkap secara utuh gagasan Tuhan, dia hanya dapat menggambarkan Dia sebagai sesuatu yang dapat tersentuh baginya. Nama atau bentuk apapun, selama semua bentuk adalah Dia. Tetapi tidak bisakah manusia memilih sebarang bentuk manusia dengan tujuan dia dapat mengaitkannya dengan ujud ketuhanan, dan menyebutnya manusia ideal dan manusia ketuhanan? Itulah Rasul, pemanggul risalah Tuhan. Dan bagaimanapun manusia tak dapat menggambarkan bentuk apapun yang belum pernah dia lihat dalam hidupnya. Itulah sebabnya dia mencari suatu gambar atau citra untuk membuat bentuk Rasul sempurna sehingga dapat memvisualisasikannya. Tetapi jika dia berpikir apa yang berharga tersembunyi di hati manusia yang hidup, akankah dia mengartikan tempat ini yang orang memberikan idola dibuat oleh pematung atau kepada lukisan cat dibuat oleh artis, kepada gurunya, dihadapan orang yang dia berhadap-hadapan, dan dari bibir orang yang kalimat Tuhan datang, yang menghantam hatinya dan membangkitkan ruh ketuhanan padanya? Pada tahap ini, maka, seorang mureed [anak didik] memulai konsentrasinya, disebut tasawwuri murshid. Dia melanjutkannya sampai dia begitu mantap sehingga dia tak lagi membutuhkan suatu bentuk untuk berkonsentrasi karena keindahan anugerah (merit) telah menguasai hatinya. Ketika dia beranjak ke atas tahap ini, yang berada di luar batas bentuk-bentuk dan anugerah. Kontemplasi atas nama Tuhan tergenggam, yang menguasai seluruh akal dan memuncak pada kesempurnaan yang berada di luar batas pemahaman manusia. Manakala kita memikirkan ciptaan, alamiah atau buatan, kita menemukan asalnya pada kekuatan konsentrasi. Tuhan diketahui melalui sifat-sifatNya, maka rahasia sifat dapat dipelajari melalui observasi rahasia seni. Seluruh penemuan ilmiah dan produksi artistik adalah tidak lain kecuali keluaran konsentrasi. Sehingga hal-hal alami, yang penciptaannya tak terlihat, pula dibuat dari konsentrasi. Ada pepatah sansekerta mengatakan bahwa seluruh ciptaan adalah mimpi sang Brahma. Mimpi atau imajinasi dengan tekad dibelakangnya adalah kreatif, dan terus terang adalah konsentrasi. (Ini penjelasan bagi efek mimpi dan pula efek imajinasi pada kehidupan seseorang). Ibadah adalah konsentrasi dan takwa adalah konsentrasi, dan sebagaimana ibadah membawa hal-hal yang dihasratkan oleh ahli ibadah, begitupun takwa membawa ketakwaan, pada kedua kasus tersebut penguasaan absen. Pada kasus pertama terdapat kelemahan, terikat ketergantungan pada yang lain, dan setiap ada kelemahan besar yang membuat orang takwa. Penguasaan terletak pada konsentrasi kreatif akal. Akal terkesan oleh kekeliruan seseorang dan oleh kelemahan seseorang menjadi cacat dan menemukan kegagalan, dan ia tak dapat mempertahankan pikiran yang dihasrati dengan harapan dan keyakinan. Pada kasus tersebut ibadah sendiri menjadi penyelamatan, tatkala orang berpikir, “Saya jahat dan lemah, tetapi Anda adalah Pengampun dan Maha Agung, wahai Tuhanku. Saya tak mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan hasratku, tetapi Engkaulah Maha Kuasa.” Dalam cara ini orang dapat mempersalahkan hidupnya pada keyakinan dan harapan disamping kekeliruan dan kelemahan seseorang. Kadang-kadang orang dapat, dan kadang-kadang tidak. seseorang tak dapat manakala akal seseorang terlalu terkesan oleh kelemahan dan kekeliruan, dan tatkala seseorang berpikir, “Tak mungkin saya diampuni,” atau, “Tuhan selalu jauh untuk mendengar do’aku. Saya, pendosa, yang hidup di dunia jahat, dan Tuhan, yang paling suci diantara yang suci, di surga.” Tetapi untuk [pada] kondisi seseorang yang akalnya terkesan oleh kekeliruan dan kelemahan dan orang yang tidak mempunyai citra Tuhan untuk bergantung. Dia tak disini pun disana. Tetapi manakala manusia sampai pada kesadaran bahwa dia dan Tuhan tidaklah dua. Andai Tuhan adalah matahari, jiwanya adalah berkas sinar, andai Tuhan adalah akar, dia adalah buah, andai Tuhan adalah laut, dia adalah gelembungnya, maka dia menjadi bagian penguasa alam. Dia bukan lagi seperangkat mesin, dia manusia. Dia mempunyai kehendak sendiri, yang tidak terpisah dari kehendak Tuhan. Berdasarkan pengembangan dirinya, kepada kepercayaan dirinya sendiri, dan terhadap kekuatan konsentrasinya, dia menyelesaikan [banyak] hal, meski semisal hal-hal yang muncul di atas batas kekuatan manusia. ??? BAB TIGA BELAS Penyucian Mental Sebagaimana wajibnya membersihkan dan mensucikan tubuh, begitupun wajibnya, bahkan lebih wajib dari itu, akal dibersihkan dan disucikan. Semua ketaksucian menimbulkan penyakit, seperti halnya ketakaturan bekerjanya sistem fisik. Hal yang sama berlaku pada akal. Terdapat banyak ketaksucian dimiliki oleh akal yang mungkin menyebabkan penyakit yang berbeda, dan dengan membersihkan akal orang membantu menciptakan kesehatan kedua akal dan tubuh. Dengan kesehatan, yang saya maksudkan kondisi alamiah. Dan [untuk] apa keruhanian kecuali menjadi alami. MENENANGKAN AKAL Penyucian akal dapat dilakukan dalam tiga cara yang berbeda. Cara pertama adalah dengan menenangkan akal, karena sangat sering kegiatan akal yang memproduksi ketaksucian. Penenangan akal menghilangkan ketaksucian darinya; seperti menyelaraskan akal kepada situasi alami. Akal dapat ditenangkan melalui latihan menenangkan (repose) fisik. Duduk dengan postur tertentu akan menciptakan suatu pengaruh tertentu. Para ahli mistik dalam ilmu mereka mengetahui cara-cara berbeda duduk dalam keheningan, dan setiap cara mempunyai signifikansi tertentu. Dan bukan hanya signifikansi imajiner: ia menghasilkan hasil yang pasti. Saya telah memiliki, baik secara pribadi maupun melalui orang-orang lain, berbagai pengalaman tentang bagaimana cara duduk tertentu yang mengubah sikap akal. Orang-orang terdahulu mengetahui hal ini, dan mereka menemukan cara yang berbeda untuk duduk. Terdapat cara pendekar, ahli hukum, siswa, orang meditatif, usahawan, buruh, hakim, penemu. Bayangkan, betapa mengagumkan ahli mistik telah berupaya menemukan cara ini dan telah memiliki pengalaman tentangnya selama ribuan tahun: pengaruh terbesar duduk tersebut dalam postur tertentu dimiliki pada orang, dan khususnya pada akalnya. Kami mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari kami, tetapi kami tidak berpikir tentangnya. Kadang kami duduk dalam cara tertentu dan kami merasa gelisah; terkadang kami duduk dalam cara lain dan kami merasa damai. Posisi tertentu kami membuat kami merasa terilhami, dan cara lain membuat kami merasa tak bergairah, tanpa antusiasme. Melalui menenangkan akal dengan bantuan postur tertentu seorang dapat mensucikannya. Sebelum orang dapat mengetahui penggunaan penenangan akal, orang mesti mempertimbangkan beda antara menyarankan akal tersebut menjadi tenang dan menyarankan raga tersebut menjadi tidak tenang. Kehidupan adalah bukan sesuatu kecuali kegiatan dalam segala hal. Ketakgiatan raga menghilangkan daya dan kekuatannya: otot tak berkesempatan berkembang. Pemalas, orang tak giat, selalu menderita pencernaan atau semacam beberapa kesukaran. Lalu bagaimana mungkin bisa demikian kecuali jika akal dibuat tenang ia tak akan menderita dalam daya dan kekuatan? Bukankah menenangkan akal menumpulkan seseorang? Jika suara [hendak] dikembangkan ia mesti digunakan melalui latihan menyanyi dan dengan menjalankan latihan-latihan tertentu; jika [hendak] mengembangkan otot mereka harus digunakan. Lalu bagaimana mungkinkah akal dapat menciptakan kekuatan akal? Terdapat kebenaran sejati dalam tujuan ini. Orang yang tidak mengerti rahasia kehidupan, hukum kehidupan, menganggap bahwa menenangkan akal menumpulkannya dan menjadikannya kurang kuat. Adalah benar bahwa dalam kehidupan pada alam fisik, latihan kita dan kegiatan harian mesti memberi tempat untuk istirahat, kenyamanan, dan tidur ketika malam. Bilamana raga tak menerima istirahat tersebut ia tak akan pernah bergelora. Ketika lebih membutuhkan istirahat dari pada kegiatan, kita lebih membutuhkan kenyamanan ketimbang kesusah-payahan. Bila tak diberikan kesehatan menjadi tak setimbang. Sebagaimana perlunya raga untuk memperoleh kenyamanan dan istirahat setelah bersusah payah, maka sama perlunya bagi akal memperoleh istirahat dan kedamaian setelah berpikir dan bekerja. Sesungguhnya akal tersusun dari unsur-unsur yang sangat halus, sebaliknya raga terbuat dari unsur-unsur yang lebih kasar, dan itulah yang membuat perbedaan besar dalam kegiatannya. Semakin tinggi alam kemaujudan, semakin giat; semakin rendah alam tersebut, semakin kurang kegiatan-kegiatannya. Itulah sebabnya mengapa akal secara alamiah lebih aktif ketimbang raga. Maka itu, jika setelah besusah payah istirahat diperlukan, berapa banyakkah hal ini tidak berlaku terhadap akal ketimbang terhadap raga? Biasanya, kita tenang beristirahat manakala keadaan memungkinkan, untuk kepentingan raga kita. Kita bersandar pada sofa atau pada kursi bersandar-lengan (arm chair) setelah tiba di rumah dari kantor atau bekerja, dan pada malam hari kita beristirahat dan pergi tidur. Tetapi kapankah kita memberi istirahat kepada akal? Istirahat akal sama perlunya sebagaimana raga, dan meski kita selalu membiarkannya dalam kegiatan. Ia tetap bekerja meskipun raga kita beristirahat. Meskipun raga tersebut tertidur, akal memproduksi mimpi. Banyak orang tetap bekerja selama siang hari, selain itu akal tidaklah kurang sibuknya dalam bekerja pada alam fisik ketimbang raga, karena akal bekerja bersamanya. Lalu mereka bekerja dengan akal mereka sepanjang malam. Raga memperoleh istirahat dan kenyamanan, tetapi tidaklah demikian bagi akal. Meski di kursi mereka tetap menghayal, tetap bekerja dengan akal. Akal tak memperoleh ketenangan; ia barangkali sedang khawatir atau berencana atau berpikir atas perjuangan dan kecemasan dari kehidupan yang begitu padat. Meskipun raga sedang tidur, akal tetap melanjutkan pekerjaan tetapnya. Sungguh jarang akal mempunyai waktu kapan akal beristirahat, kecuali ketika alam memberinya istirahat. Ia menjadi begitu lelah untuk bekerja lagi, lalu akal berkata, “Duhai, saya akan memperoleh tidur nyenyak.” Jika ia memperoleh tidur hanya dua jam tetap saja orang terbangun dengan kenikmatan dan kekuatan sehingga seluruh dunia nampak baru. Jika [saat tidur] terjadi mimpi, orang hanya bisa berkata, “Ya, saya baru saja tidur, tetapi saya merasa tidak beristirahat,” Karena kegiatan ujud tersebut tidaklah beristirahat. Semua ini berlangsung untuk menunjukkan kebutuhan praktis yang besar bagi akal agar bisa beristirahat, bisa tenang. Orang-orang yang membuatkannya suatu prinsip bahwa kerja adalah hal yang dapat disarankan yang bersisi satu. Kesetimbangan terletak pada pencerapan bahwa kerja dan istirahat adalah kebutuhan yang sama bagi kesehatan, kedua fisik dan mental. Kerja raga kadang-kadang ditempatkan di bawah kendali manusia, tetapi dia tidak menempatkan kerja akal dalam kendalinya. Hal ini bukan karena manusia tak mampu; itu karena dia tak pernah memikirkannya. Pernahkah seseorang berhenti bertanya kepada dirinya sendiri, “Mengapa saya berpikir? Apakah ada tujuan dalam semua kecemasan, pikiran khawatir?” Tidakkah lebih baik akal dibiarkan saja untuk pergi kemanapun ia inginkan? Sementara seseorang duduk tenang di kursi, tidaklah pikiran giat dengan hal-hal yang tak ada hubungannya dengan kehidupan seseorang? Itu hanyalah membuang-buang energi. Semakin akal dibiarkan pergi tanpa tujuan, semakin akal menjadi serupa kendaraan atau mesin, yang seluruh cara pengaruh mengitarinya — pengaruh rohani, obsesi ruhani, manusia lain — akan bekerja, alih-alih pemiliknya. Bila pengguna akal adalah orang yang tepat, maka ia mungkin bertindak tepat; tetapi jika orang yang tak tepat menggunakannya, maka kerja akal akan sia-sia. Dalam kasus apapun tidak akan menjadi pemenuhan tujuan kehidupannya. Tujuan ini adalah untuk mempelajari penguasaan, bukan menjadi kendaraan bagi yang lain untuk menggunakannya. Dia yang tidak mengarahkannya akalnya kekurangan penguasaan. Semua ini menunjukkan bahwa pelajaran paling awal yang ahli mistik pelajari adalah melatih akal melalui konsentrasi, bukankah menenangkan akal yang datang kemudian, yang keuntungannya bahkan lebih besar. Jika orang hanya menggapai keuntungan dari penenangan sempurna, meski hanya raga! Kita melihat simbol ketegangan tersebut pada patung Buddha atau Krishna atau dalam berhala-berhala orang-orang Hindu. Efek apakah yang dimiliki! Bandingkanlah efek dari orang yang datang di hadapan Anda yang selalu giat, menggaruk tangannya, bergerak-gerak, mengangkat pundaknya, membuat ketololan, menepuk meja, mencakar, gelisah dalam satu atau lain cara. Tidakkah dia membuat Anda gelisah? Semua suasana menjadi terusik. Mengapa? Karena terdapat kegiatan intens akal yang membuat pengaruh pada raga. Raga dan akal dalam keadaan gelisah, yang melewati orang yang berada di tempat tersebut, karena ia memproduksi kegelisahan di seluruh atamosfir. Kita mungkin tidak menyadari bahwa hal ini demikian, tetapi secara tak sadar kita merasa terusik. Kenyamanan besar setelah orang terbangun dari tidur lelap tak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Tetapi lebih dari itu, ahli mistik melihat dalam simbol keadaan mistik besar. Rumi, guru sufi dari Persia, berkata, “Duhai tidur dalam anda aku dapatkan kebahagaian tertinggi ketuhanan. Anda membuat pasien melupakan penyakit mereka; Anda membuat para raja selama sesaat melupakan bahwa mereka di istana; Anda membuat narapidana untuk sesaat bahwa mereka dalam kungkungan. Sungguh kebahagiaan tertinggi, sungguh kenikmatan kebahgiaan tertinggi, manakala jiwa terbebas dari keberadaan terbatas, dari keadaan aspek-aspek hidup yang berbeda yang membuat mereka tetap terkungkung. Tidur adalah masa tatkala jiwa bebas. Itulah sebabnya tidur lelap adalah keadaan yang begitu penting bagi seorang ahli mistik. Di Timur mereka berkata, “Bila seseorang tertidur, jangan bangunkan dia. Suatu dosa besar bila melakukannya.” Tentu saja di Barat tidak dapat mengatakan ini, jika Anda tak ingin pergi ke pekerjaan Anda di pagi hari, lalu apa? Akan merupakan dosa besar bila Anda tidak membangunkannya! Karena terdapat semacam kenyamanan dan kenikmatan serta begitu luar biasanya rahasia kedamaian surgawi selama suara tidur, sehingga terdapat kenikmatan, kedamaian dan inspirasi terbesar manakala akal tenang. Maka akal sangat mirip air yang para penyair sering menyebutnya laut, lautan. Sifat air adalah begitu Anda melihat ke dalamnya Anda melihat seraut wajah terpantul disana, citra Anda. Jika air tidak tenang, wajah tersebut tidaklah jelas. Ketika air tenang, segala sesuatu yang terpantul di dalamnya menjadi jelas. Maka akallah. Ketika akalnya tenang, ia mendengar yang orang lain katakan; ia dapat berpikir atas objek apapun yang ia lihat; dan tatkala seseorang dikembangkan, akal bisa mendengar meski perkataan tersebut dari sisi yang lain. Bahkan yang Tuhan katakan dari surga. Maka itu telinga hati orang-orang yang telah mendengar firman Tuhan terlebih dahulu menyelesaikan ketenangan dalam kehidupan mereka. Atmosfer apakah yang sebarang orang dapat memproduksi, apakah pengaruh kehadiran mereka. Lebih dari sekedar penyembuhan, dan akal yang tenteram akan langsung mengangkat orang lain yang mengalami kesengsaraan, kegelisahan, kepedihan, prilaku buruk, khawatir, atau kegagalan. Keutamaan kehadiran orang yang hatinya tenang memberikan semacam harapan, semacam inspirasi, semacam simpati, semacam kekuatan dan kehidupan. Semua isi langit berjalan dengan begitu halus dan bebas dari orang yang akalnya tenang sehingga kakta-katanya, suaranya, kehadirannya secsara keseluruhan bereaksi atas orang-orang lain; dan tatkala dia menenangkan aklanya, maka kehadiran utamanya menjadi menyembuhkan. NAFAS Cara kedua mensucikan akal adalah melalui pernafasan. Sangatlah penting bagi orang Timur melihat bagaimana kadang-kadang di Barat, dalam penemuan mereka, orang-orang tanpa sadar menerapkan prinsip-prinsip alam mistik. Mereka mempunyai suatu mesin untuk membersihkan karpet dengan cara mengisap debu. Ini sistem yang sama luar-dalam; cara pernapasan yang tepat mengisap debu dari akal dan mengeluarkannya. Para ilmuwan bergerak sejauh dengan mengatakan bahwa seseorang menghembuskan karbon dioksida: gas yang buruk dilemparkan keluar dari tubuh melalui penghembusan. Para ahli mistik lebih jauh lagi, mengatakan bukan hanya dari tubuh tetapi dari akal juga yang ketaksuciannya dapat dihilangkan. Jika orang mengeaatahuia bagaimana, orang dapat menghilangkan, lebih dari yang dapat bayangkan. Ketaksucian dapat dihilangkan dengan cara benar bernapas; inilah sebabnya mengapa ahli mistik memadukan pernapasan dengan postur ( prilaku tubuh ). Postur membantu menenangkan akal dan pernapasan membersihkan akal. Kedua hal ini berjalan berbarengan. Jelas, meski orang tak mengetahui ahli pengobatan bahwa seluruh mekanisme napas berhenti manakala napas telah dilepaskan, yang berarti bahwa bagaimanapun sempurnanya keadaan mekanisme tubuh, tanpa adanya napas tubuh hanyalah jasad. Dengan kata lain yang hidup dalam tubuh, atau yang membuatnya hidup , adalah napas. Betapa sedikitnya dari kita yang mengetahui fakta ini. Kita terus melewati hari demi hari, bekerja, sibuk dengan kehidupan sehar-hari, terserap dalam pikiran yang kita miliki, terkuasai dengan bisnis, mengejar motif, dan malah melupakan prinsip yang atasnya keseluruhan hidup dipancangkan. Jisk seseorang berkata, “Ibadah adalah hal yang sangat penting,” orang-orang mungkin berpikir, “Ya, barangkali,” Jiak seorang berkata, “Meditasi adalah hal yang utama,” orang-orang mungkin berkata, “Ya, seperti itulah.” Tetapi manakala seorang berkata, “Pernapasan adalah rahasia yang besar,” reaksinya adalah, “Mengapa, saya tak pernah berpikir tentangnya.” Selama beberapa tahun ini produser suaratelah memberikan kepentingan basar kepada pernapasan. Pada kenyataannya, pernapasan itu sendiri adalah suara, dan konstruksi suara bergantung atas pernapasan. Lagi-lagi, beberapa tabib memulai melihata bahwa banyak penyakit syaraf , paru-paru atau tentang pusat syaraf sering dapat ditolong melalui pernapasan. Nampaknya terjadi keterjagaan menyeluruh kepada ilmu pernapasan. Orang-orang yang dengan jelas mempratekkan pernapasan dalam hubungannya dengan kultur fisik atau peningkatan kondisi partikular, penyaki atau kelemahan mereka telah menemukan hasil yang menakjubkan. Sejauh inilah ilmlu pernapasan telah capai. Tetapi bilamana kita mencapai penguasaan pernapasan, ada domain lain yang terikut. Pernapasan tercerap, yang nostril dapat merasakan sebagai udara yang udara yang tenggelam kebawah dan keluar, yang hanya merupakan efek dsari pernapasan. Karena pernapasan ahlli mistik yakni arus yang mengangakut udara keluar dan membuatnya kedsalam. Udara tersebut tercerap; arus tidak tercerap. Adalah semacam maganetisme ringan, semacam kelitrikan terhalus, arus yang mengalir kedalam-keluar, menempatakan udara beraksi.inilah yan gahli mistik sebut nafs, yang berarti diri. Nafas adalah diri, diri terdalam manusia. Atman berati jiwa, dan di Jerman kata yang sama digunakan untuk jiwa dsan untuk napas. Ini menunjukkan bahwa jika ada jejak dari jiwa, ia ditemukan pada napas. Menurut ahli mistik, arus napas mengalir dari alam fisik kedalam alam batin; ia mengalir menembus raga, akal dan jiwa, menyentuh bagian batin kehidupan dan pulang kembali; merupakan [suatu] kesinambungan, pergerakan terus-menerus kedalam dan keluar. Ini memberikan perbedaan menyolok dari napas, dan memperlihatkan nilai sesuatu yang hanya yang sangat sedikit orang yang mengangapnya penting membuat orang mengerti bahwa bagian yang paling penting dari ujud adalah napas, yang mencapai bagian batin kehidupan dan juga mencapai bagian terluar sampai ke permukaan, menyentuh alam fisik. Tetapi adah napas beraada dia suatu dimensi yang ilmu kini tidak mengenalnya. Suatu dimensi yang dikenal oleh ahli mistik merupakan dimensi dalam. Pernah sekali saya memberi kuliah di Inggris, dan di antara yang hasir adalah ilmuwan terkenal. Setelah kuliah usai dia mendatangiku dan berkata, “Saya sangat tertarik, tetapi ada datu hal yang membingungkan saya, saya tak dapat mengerti kata ‘dalam’ ( within ). Apa yang Anda maksudkan? ‘dalam’ tubuh? Kami hanya dapat mengerti di dalam ( inside ) tubuh.” Ini menunjukkan kesulitan pencapaian pengertian umum antara ilmu dan mistik, tetapi suatu hari akan terjawab: hanyalah suatu kesulitan temporer. Untuk memberikan penjelasan filosofis dimensi ini, orantg dapat mengambil kiasan mata sebagai contoh. Apakah yang terdapat dalam mata [merupakan bagian] yang terkecil dari kita ini yang dapat mengakomodasi suatu horison yang bermil-mil? Dimanakh ia diakomodasikan? Adalah diakomodasikan dalam. Itulah satu-satunay penjelasan yang orang dapat berikan. Suatu dimensi yang tak dapat diukur, tetapi yang merupakan suatu akomodasi. Akomodasi mata bukan suatu dimensi yang dikenal, meski ia adalah suatu dimensi. Dengan cara yang sama terdapat dimensi akal. Orang dapat berpikir secara mendalam dan merasa mengerti ( profoundly ): orang dapat menyadari kehidupan dan masih menjadi secara mendalam: tetapi orang tak dapat menunjukkan kesadaran ini, karena dimensi ini adalah abstrak. Jika ada kata untuknya,hanya dapat disebut dalam. Dan melalui dimensi itu suatu arus dari alam batin menuju alam fisik, dan disanalah ia mempertahankan kehidupan tetap hidup. Itulah sebabnya mengapa orang dapat mengatakan napas itu adalah jiwa dan jiwa adalah napas tersebut. Sangat penting mengerti bahwa orang tidak menghisap dan menghembus dalam suatu garis lurus kedalam, keluar dengan cara yang sama, seperti yang orang bayangkan. Aksi yang nyata yakni [berupa] roda, suatu lingkaran: dari nostril ia membuat lingkaran, dan ujung lingkaran adalah kembali [ lit : lagi] di nostril. Butir ketiga agar mengerti tentang napas yaitu, persis seperti kabel listrik ia menunjukkan kesuraman, dan seperti panas dan cahaya tidak terbatasi terhadap kabelnya tetapi berada di sekelilingnya juga, dengan cara yang sama radians ( radiance ) lingkaran napas ini yan berjalan melalui tubuh menyentuh setiap bagian tubuh. Hukum lain yang diteliti yaitu dengan setiap arah yang padanya arus napas menuju, menyebabkan aksi berbeda dan hasil yang berbeda. Sebagai contoh, berkontraksi, peregangan, berkedip, semua aksi ini adalah permainan napas yang masuk di arah yang berbeda. Jadi dengan setiap aksi alami yang orang lakukan selama hari tersebut. Juga batuk, menguap, menghela napas panjang ( heaving a deep sigh ). Ini semua adalah aksi berbeda dari napas. Disamping, kemampuan untuk makan dan minum dan kemampuan untuk menghembuskan semua yang orang miliki pada tubuh adalah hasil arah yang berbeda-beda yang melaluinya napas bekerja. Dan jika napas tersebut tidak bekerja pada satu arah, maka kegiatan tubuh pertikular terhenti. Ini adalah suatu ilmu yang belum ditelusuri oleh para ilmuwan dan ahli kesehatan. Semakin ditelusuri semakin sedikit kewajiban yang ada untuk operasi dan banyak hal-hal mengerikan yang para dokter harus lakukan atau memberikan kepada para pasien. Kecenderungan kepada penyakit paru-paru, kesakitan [pada saat] melahirkan, mati muda, semua ini akan terhindari manakala ilmu napas dimengerti dengan baik oleh para ilmuwan pada saat ini dan dipratikkan secara umum. Gambaran tentang Tuhan dan jiwa-jiwa yaitu [seperti] matahari dan berkas sinarnya. Berkas sinar tidak berbeda dari matahari; matahari tidak berbeda dari berkas sinar; meski satu matahari dan banyak berkas sinar. Berkas sinar tidak mempunyai eksistensi sendiri; mereka hanyalah aksi dari matahari. Mereka tidak terpisah dari matahari, dan meski tampil seakan berbagai macam berkas sinar. Matahari yang satu memberi gagasan tentang satu pusat. Begitupun dengan Tuhan dan manusia. Apakah Tuhan itu? Ruh yang memproyeksikan banyak berkas sinar; dan tiap sinar adalah jiwa. Maka itu napas yang berupa arus adalah seberkas sinar. Seberkas yang datang dari matahari tersebut yang adalah Ruh Tuhan. Berkas sinar ini adalah pertanda kehidupan. Apakah tubuh itu? Tubuh hanyalah pembungkus berkas tersebut. Bilamana berkas sinar tersebut telah menarik dirinya dari pembungkus ini, tubuh menjadi seonggok mayat. Kemudian ada pembungkus yang lain, yaitu akal. Perbedaan antara akal dan hati bagaikan permukaan dan dasar. Permukaan hati adalah akal, dan kedalaman akal adalah hati. Akal mengekspresikan fakultas berpikir; hati tentang perasaan. Terdapat garba (garb) terdalam, suatu garba yang dipakai oleh hal yang sama, yang disebut napas. Maka itulah, bilamana berkas yang adalah napas tersebut telah menarik dirinya sendiri dari tubuh, ia tetap mengada ( exist ), karena ia memiliki garba dalam [yang] lain. Garba terluar adalah tubuh; garba terdalam adalah akal. Napas terus-menerus mengada: bilamana ia menghilang di dalam garba tersebut maka disebut akal, maka ia mempunyai garba lain, bahkan lebih halus, disebut jiwa. Napas berlari menembus seluruh ketiganya tubuh, akal, jiwa. Dari titik pandang ini orang akan menyadari bahwa manusia tidak akan pernah terpisah dari Tuhan; dengan itu tiap napas manusia menyentuh Tuhan. Dia bersilangan dengan Tuhan melalui arus napas persis seperti orang-orang yang mengambil air dari sumur. Timba menampung air itu tetapi talinya ada pada genggaman. Sejauh jiwa kita dalam Ruh Tuhan, merupakan berkas sinar matahari ketuhanan, sementara ujung yang lainnya adalah yang kita sebut napas. Kita hanya melihat ia mencapai begitu jauh dan taka lebih dari itu, karena ia hanya bagian lebih tinggi dari anggota tubuh fisik yang menyentuh alam-alam yang berbeda. Napas menuju kesana, tetapi kita tidak melihat aksinya. Aksi napas dalam tubuh kita terbatas, tetapi dalam kenyaataan arus ini, napas ini, menghubungkan tubuh dengan ruh ketuhanan, menghubungkan Tuhan dan manusia dalam satu arus. Arus pusat akal kita adalah juga akal. Itulah sebabnya kita tidak hanya bernapas melalui tubuh, tetapi pula melalui akal dan melalui jiwa juga. Lebih lanjut, kematian hanyalah pemisahan tubuh dari arus utama ini yang kita sebut napas. Bilamana tubuh telah terpisah, akal masih tetap melekat padanya; dan bilamana akal hidup, orang tersebut hidup pula. Inilah yang memberikan bukti kepada kita tentang akhirat. Banyak orang akan menyatakan, “Betapa tak menariknya hidup setelah mati bukan sebagai individual, seonggok tubuh, akal lebih cukup sendiri ketimbang yang dapat kita bayangkan. Akal berada di seluruh alam yang memiliki tubuhnya sendiri, persis seperti tubuh fisik yang termasuk alam fisik. Tubuh akal adalah semencukupi bahkan lebih kongkrit tinimbang tubuh yang kita miliki di dunia fisik, dengan alasan bahwa tubuh fisik sangat terbatas dan tunduk kepada kematian dan pembusukan. Tubuh akal, yang sangat halus, bertahan lama, menjadi kurang bergantung atas makanan dan air: ia terpelihara melalui napas ketimbang melalui selainnya.kita terpelihara meski di dunia fisik ini secara langsung melalui pernapasan, walau kita mengenal roti bahwa roti dan air bahkan tidak sampai bagian seperseratus dari kenikmatan kita dibanding dengan yang dilakukan roti dalam kehidupan kita! Kita tetap bisa hidup tanpa makanan dalam beberapa hari, tetapi kita tak dapat mengada [dalam] lima menit tanpa napas. Karena napas memiliki semacam kepentingan, kemungkinan kepentingan terbesar, jelas bahwa cara membawa keteraturan dan keselarasan kepada tubuh kita, [adalah] membawa ketraturan dan keselarasan kepada akal, untuk mengharmoniskan akal dengan tubuh, dan untuk mengharmoniskan tubuh dan akal dengana jiwa, adalah melalui napas,. Adalah pengembangn napas, pengetahuan napas, latihan napas yang membantu kita mendapatkan diri kita tertegakkan, menempatkan dalam diri kita dalam tala (tune), membawa keteraturan dalam ujud kita. Terdapat banyak yang tanpa pembimbing dan pengetahuan yang tepat berlatih napas. Tahun demi tahun mereka berjalan, dan sangat kecil yang dicapai. Banyak yang keluar dari akal mereka, dan sangat sering pembuluh-pembuluh kecil otak dan dada pecah oleh pernapasan yang salah. Terdapat banyak orang yang telah mengalami ini karena tidak mengetahui bagaimana bernapas. Orang harus benar-benar berhati-hati; orang mesti melakukan latihan pernapasan dengan benar atau tidak melakukannya sama sekali. Orang tidak dapat berbicara sepenuhnya tentang semua [hal] yang dapat diselesaikan dengan bantuan napas. Andai ada manusia yang hidup di dunia saat ini yang sementara berdiri di Bumi menyaksikan alam terdalam keberadaan, andai ada orang yang benar-benar berkomunikasi dengan alam yang lebih tinggi, andai ada yang dapat meyakinkan diri mereka sendiri tentang kehidupan di akhirat dan tentang dia akan seperti apakah, dialah para master napas, dan bukan siswa buku-buku intelektual. Para yogi telah sangat banyak mempelajari tentang rahasia napas dari ular: itulah sebabnya mengapa mereka menghargai ular sebagai simbol kebijakan. Dewa Syiwa memiliki ular yang melingkar di lehernya sebagai kalung. Merupakan tanda penguasaan, tentang kebijakan. Terdapat ular-ular kobra di negara-negara hutan tropis, khususnya India, yang tidur selama enam minggu. Lalu suatu hari kobra tersebut terbangun, dan ia bernapas karena lapar; ia ingin makan. Pikirannya menarik makanan dari tempat manapun yang memungkinkan, meski dari bermil-mil jauhnya. Napas ular kobra begitu bermagnit sehingga makanan jatuh putus-asa; seekor unggas, seekor rusa, atau hewan lain yang mendekat. Dengan begitu kuat tarikannya sehingga meski datang dari angkasa dan jatuh kedalam mulutnya; ia hanya bernapas, ia membuka mulut, dan makanannya datang ke mulutnya. Dan lalu beristirahat selama enam minggu lagi. Ular juga, begitu berbadan kokoh, sehingga tanpa sayap ia bisa terbang, tanpa kaki ia bisa berjalan. Pula, bila ada hewan yang dapat disebut hewan tersehat dari semuanya. Ia tidak pernah sakit, sebelum ia jatuh sakit ia mati, meski ia hidup dalam [waktu] yang sangat lama. Dikatakan oleh orang-orang yang hidup di negara-negara tropis bahwa ular kobra dapat membalas dendam setelah [lit: selama] dua belas tahun. Bila Anda pernah sekali memukul ular kobra, ia selalu mengingat. Itu menunjukkan memorinya, akalnya. Musik juga menrik [perhatian] ulara kobra, sebagaimana berlaku pada manusia berintelegensi. Semakin tak berintelegensi manusia, semakin kurang musik yang menariknya. Musik sangat dekat berhubungan kepada intelegensi. Ini menunjukkan bahwa tiap tanda intelegensi, tentang kebijakan, dan tentang kekuatanterlihat pada diri ular kobra. Para ahli mistik telah mempelajari kehidupan ukar kobra dan menemukan dua hal yang menakjubkan. Yang pertama adalah bahwa ia tak mebuang-buang energi. Burung-burung terbang sampai mereka kelelahan; binatang lain berlari kesana kemari. Ulsr kobrs tidak demikian. Ia membuat lubang tempat ia tinggal dan beristirahat. Ia mengetahui cara bersikap terbaik, suatu sikap yang ia dapat meneruskannya selama ia kehendaki. ( Kita tak dapat melakukan hal ini, dari semua ciptaan, kita manusia hanya sedikit mengetahui tentangbersikap. Kita melekatkan setiap kepentingan kepada pekerjaan, tetapi tak satupun kepada istirahat: ini karena kita tidak menemukan apapun pada itirahat; tetapi segalanya pada pekerjaan. Kita tidak melihat kerja dari istirahat ). Kapasitas alami penapasan ular kobra semacam [cara] yang tiada ciptaan lain yang menunjukkannya. Kapasitas tersebut berjalan seperti garis lurus ke seluruh tubuh. Arus yang didapatakan dari ruang dan berjalan melalulinyamemberikannya keringanan, energi, radians dan kekuatan. Bandingkanlah dengan ular kobra yang begitu sangat hebatdan bagaikan tekstur sutra, dan dalam waktu sesaat ia dapat meloroti kulitnyadsan menjadi baru, persis seperti ia baru terlahir. Para ahli mistik telah belajar darinya, mereka berkata, “Kita mesti keluar dari tubuh kita persis seperti kobra keluar dari kulitnya: kita harus keluar dari pikiran, gagasan-gagasan, perasaan-perasaan kita persis seperti kobra memperlakukan kulitnya,” mereka berkata, “Kita mesti mampu bernapas dengan seberirama mungkin, untuk mengendalikan napas kita sepeti ular kobra lakukan. Kita mesti mampu bersikap dan santai dalam cara yang sama seperti ular kobra mampu [lakukan]. Maka kita mungkin akan mencapai semua yang kita hasratkan. Seperti sabda Nabi Isa [as.], “Yang pertama carilah kerajaan Tuhan…dan semua halakan ditambahkan kepadamu,” Hal yang sama ditambahkan kepada ular kobra, semua itu ia butuhkan, dapat ditambahkan kepada manusia juga, hanya jika dia tidak khawatir tentang mereka. Sebagaimana penyair persia Sa’di berkata, “Diriku, Anda terlalu khawatir tentang hal-hal yang Anda butuhkan, tetapi ketahuilah bahwa yang satu bekerja untuk kebutuhan Anda secara berkesinambungan bekerja bagi mereka. Kalau Anda khawatir atas merekaitu karena penyakit Anda, hasrat Anda yang membuat Anda khawatir sepanjang waktu!” Ketika kita memandang kehidupan lebih dekat, kita melihat ia adalah sama. Kekhawatiran kita tentang hal-hal nampaknya menjadi sipat kita , karakter kita; kita tak dapat membantunaya. Ia menjadi semacam bagian dari kita berkhawatir sehingga jika kita tidak khawatir kita akan merugi apatah kita hidup! Para ahli mistik, oleh karena itu, selama ribuan tahun telah mempratikkan pengendalian napas, kesetimbangannya, ritmenya, pengembangan, pemanjangan, perluasan, dan pemusatan napas. Dengan cara ini, fenomena besar telah diselesaikan. Semua sufi di Persia, Mesir, India, pernah hidup [lit: ada] para master pernapasan. Mereka adalah beberapa master yang menyadari realisasi keruhanian mereka dengan setiap napas yang mereka isap dan hembuskan. Jika dia tidak malas, tiada orang-orang yang benar-benar mengetahui bagaimana bekerja dengan napas tak dapat selesai; dia tak dapat mengatakan apapun tentang aapun yang tak mungkin. Hanya dibutuhkan kerja. Bukan hanya persoalan mengetahui teori, tetapi dibutuhkan pengertian tentanganya: itulah mengapa para pakar, ahli mistik, tidak menganggap pernapasan hanya sebagai ilmu atau latihan; mereka menganggapnya sebagai suatu hal yang sangat sakral, sesakral agama. Dan agar dapat menyelesaikan pernapasan ini, suatu disiplin yang diberikan oleh seorang guru. Tetapi terdapat kesulitan besar, pada suatu saat saya pernah menemukan dalam perjalanan, tatkala saya baru saja membicarakan tentang hal-hal ini, sehingga orang-orang datang dengan membawa gagasan pra-susun ( preconceive idea ). Mereka ingin belajar tetapi mereka tak ingin berdisiplin. Di ketentaraan ada disiplin; belajar di universitas, dimanapun ada disiplin; meski bila tiba pada hal-hal keruhanian orang-orang tak menginginkannya; mereka membuat kesulitan. Mereka berpikir begitu sedikit tentangnya yang mereka tidak mau membuat pengorbanan apapun, karena mereka tidak mengetahui kemana ia menuju; mereka tidak mempunyai keyakinan. Disamping, terdapat metoda pengajaran keliru disini dan disana, dan orang-orang mengkomersilkan hal yang sangat sakral. Pad cara itu cita-cita tertinggi dihempaskan ke kedalaman terendah. Sudah saatnya hal yang benar diperkenalkan, benar-benar diteliti, dialami, dan direalisasikan dengan praktik. SIKAP Cara ketiga mesucikan akal adalah dengan sikap, melalui sikap benar terhadap kehidupan. Itulah cara moral dan jalan agung kepada penyucian. Seorang mungkin bernapas dan duduk dalam keheningan ribuan postur, tetapi bila ia tidak mempunyai sikap yang benar terhadap kehidupan, dia tidak akan pernah berkembang; itulah hal yanga paling utama. Pada sikap seseorang yang keseluruhan hidupnya bergantung; dengan sikap orang mencapai hasil yang diinginkan atau tak diinginkan. Umumnya keseluruhan kesulitan dalam kehidupan seseorang karena dia bukan tuan dari sikapnya. Bagaimananpun terpelajar, intelejen, atau kesholehan seseorang mungkin nampak, bila dia tidak mempunyai kendali atas sikapnya dan tak berwawasan ke dalam hasil sikap tersebut, dia belum berjalan sangat jauh pada jalan tersebut. Dalam bahasa Sansekerta ada pepartah yang mengatakan bahwa tatkala kesusahan datang dalam hidup seseorang, akal mengubah sikapnya. Tetapi dia yang melihat kepada akal sebagai kompas yang selalu menunjuk arah yang benar dan orang-orang yang terus-menerus meyakini hal ini akan selalu menemukan sikap yang benar. Setiap hal dapat berguna baginya, sebagai contoh kerendahan hati sebagai prinsipnya adalah tak mampu [bersikap] angkuh; seorang cacat kaki kanan, yang lain kaki kiri. Dan pada kasus tersebut sesuatu menghilang; ada masa ketika kerendahan hati menang, manakala kerendahan hati mengangkat posisi seseorang, bilamana ia meluluhkan hati, tatkala ia merupakan kebajikan terbesar dalam hidup seorang manusia; dan pada saat tertentu merupakan kesalahan serius bila kerendahan hati menghilang. Akan tetapi ada suatu waktu ketika kebanggaan memiliki tempatnya; tatkala kebanggaan harus menampilkan suatu peran, ketika ia menaikkan seseorang, atau tatkala ia menghambatnya; dan pada waktu itu dia tersesat jika ia mempraktekkan kerendahan hati. Maka itu bukanlah prinsip tersebut tetapi memanfaatkan prinsip hal utama. Manakala kita memberitahu seorang komposer, “Musik yang Anda telah gubah menakjubakan,” dan dia menjawab, “tentu saja,” ia demikian bilamana seluruh gubahan telah menjadi lagu. Pada sebarang kasus dia sudah akan mengharmoniskan musiknya dengan memiliki kerendahan hati. Tetapi tatkala seseorang sangat dibutuhkan oleh kawannya agar datang dan minum disebuah kafe, yang mungkin semua untuk mereka, tetapi bukan untuknya, jika keangkuhan pada saat itu menolongnya dan dia berkata, “Maaf, saya tak bisa datang,” itu lebih baik ketimbang kerendahan hati atau memperlihatkan keramahan kepada mereka dengan mengatakan, “Saya akan datang.” Sama halnya dengan optimisme dan pesimisme. Ada orang-orang yang dengan kukuh berpegang pada optimisme, dan orang-orang lain yang berpikir sangat bijak menjadi selalu pesimistik. Keduanya membuat kesalahan. Optimisme memiliki tempatnya, dan begitu pun pesimisme. Jika orang melihat setiap tanda kesialan dengan pesimisme, mungkin orang bisa menghindari kesialan mendatang. Jika, sebagai contoh seorang pemain biola muda di antara yang hadir ada kira-kira lima puluh orang yang dia sendiri merasa tidak menghargainya, adalah pesimistik dalam hubungannya dengan perasaan tersebut, dengan segera dia akan menemukan bahwa setiap orang yang hadir akan menghargainya. Tetapi bila pesimisme ini terlalu berkembang, pada akhirnyaakan menemukan bahwa setiap orang yang hadir memusuhinya. Ada beberapa hal tertentu yang kita mesti pesimistik, dan yang lain kita mesti optimistik; keduanya perlu di alam kehidupan. Jika seorang berkata, “Kawanmu jahat kepadamu, dia tidak mencintaimu, dia bukanlah kawan sejatimu,” dan kita tetap bersikap tidak percaya terhadap kritik ini, ia akan tetap negatif dan akan tidak berpengaruh baik atas kita maupun atas teman kita. Sebaliknya bila kita mempercayainya, kepercayaan kita segera membiarkan atribut yang sama memanifestasi pada kawan kita. Ketika seorang mengatakan, “Saya akan bertarung, tetapi saya meragukan [apakah] kita bisa menang,” dia lebih baik tidak bertarung. Tetapi orang yang memperhatikan semua tanda yang menunjukkan bahwa disana tidak akan ada kemenangan dan meski merasa bahwa dia akan berhasil pada akhirnya pasti akan menang. Dengan bersikap pesimistik terhadap semua hal yang tidak akan terjadi, dan mempunyai sikap optimistik terhadap semual hal yang orang harapkan menjadi hal yang besar. Sangat sering orang dibutakan oleh fakta-fakta [sehingga] jatuh terjerembab karena mereka, dan kadanng-kadang kebenaran tersembunyi oleh fakta-fakta; tetapi dia seharusnya lebih mengabaikan fakta-fakta tersebut dan tetap kepada titik pandang optimistiknya, yang terakhir bagaikan berdiri di angkasa, dan yang sebelumnya bagaikan merayap di atas tanah. Ada pepatah di India, yang setiap orang disana mengetahuinya, “Jika sikap benar, maka semuanya menjadi mudah;” dan dengan sikap yang benar berarti sikap benar terhadap kehidupan. Kemudian ada pertanyaan tentang pengharapan dan penyerahan. Penyerahan adalah atribut dari orang-orang suci, pengharapan adalah atribut para master, tetapi termasuk semua jiwa-jiwa yang tercerahkan terdapat kesetimbangan. Penyerahan terbaik adalah penyerahan kepada yang [telah] lalu. Kita harus meyerah kepada semua yang kita telah derita, kepada semua kepedihan yang telah kita lewati, kepada semua yanga telah berlangsung salah, kepada semua yang kita telah merugi; tetapi kita tidak seharusnya melanjutkan penyerahan tersebut bagi hal-hal kini, karena kini seharusnya dipertemukan dengan pengharapan. Dengan menjadi penuh harap kadang-kadang orang mampu mengubah kehidupannya, sementara dengan menjadi menyerah orang membiarkan kondisinya berlanjut sepanjang hidup. Meski semacam atribut menakjubkan dan luar biasa, seperti kepuasan, yang adalah tanda-tanda dari orang-orang suci. Jika seorang merasa puas dengan kondisi kehidupannya, ia akan mempengaruhi antusiasmenya, dan dengan segera ia akan menjadi lumpuh; sebaliknya ketakpuasan hatinya mengeluarkan antusiasme yang menjadi baterai yang memampukannya berjalan maju. Sering sekali kepuasan membuktikan suatu kekeliruan. Ada orang-orang yang mungkin menunjukkan harmoni, ketenangan, kedamaian, dan kebaikan dalam sifat-sifat mereka, tetapi orang yang pada waktu yang sama tidak bergerak maju. Tetapi dengan hal-hal yang tak dapat ditolong, situasi-situasi yang tak dapat diubah, keadaan yang akan selalu tetap sama, orang mungkin saja sama terpuaskan. Selain itu, jika telah tegak diatas hal-hal tertentu dalam kehidupan orang tidak terikat kepentingan lagi kepada mereka; menjadi puas dalam kasus tersebut adalah kepuasan orang-orang arif, bijak. Bagaimanapun, jika orag mengharapkan medapatkan hal-hal yang orang anggap sebagai kepentingan besar bagi seseorang, orang tidak seharusnya mempratikkan kepuasan tetapi antusiasme. Orang harus membiarkan antusiasme berkembang sehingga dengan demikian tekad mungkin menggunakan antusiasme tersebut memproduksi hasil yang dihasrati darinya. Sikap yang benar adalah menjaga kesetimbangan antara alasan dan kepenuh harapan, disana mesti ada fakta-fakta, dan pasti terdapat kehendak yang bersama-sama dengan fakta-fakta. Kepenuh-harapanan harus dibangun diatas landasan yang pejal dan kuat. Jika seseorang mempunyai suatu sikap penuh-harap dengan kokoh di bangun di atas landasan alasan, dia tanpa ragu akan mencapai sukses. Tetapi pertanyaannya adalah, apakah sikap yang benar? Sikap yang benar bergantung pada seberapa sukanya orang menyadari kekurangannya. Sangat sering orang bersiap mempertahankan diri bagi kekeliruan dan kesalahannya, orang menginginkan membenarkan kesalahannya sendiri. Tetapi orang tidak memiliki sikap tersebut terhadap orang lain! orang mengambil mereka sebagai tugas manakala ia datang mengadili mereka. Begitu mudahnya tak mengakui orang lain. Masih begitu mudahnya mengambil langkah selanjutnya dan membenci orang lain. Ketika orang bertindak dalam cara ini, orang tidak berpikir [bahwa] orang melakukan kesalahan. Walaupun merupakan suatu keadaan yang berkembang dalam, orang hanya melihat tanpanya; semua kebutuhan yang terakumulasi dalam diri seseorang, melihatnya pada orang lain. Maka itu manusia selalu dalam ilusi, dia selalu senang dengan diri sendiri dan selalu menyalahkan orang lain. Dan hal yang luar biasa adalah bahwa yang paling bersalah adalah yang paling menyalahkan. Tetapi ia diekspresikan lebih baik dengan cara yang lebih baik dari yang [lit :dengan] lain; karena orang yang paling menyalahkan, menjadi yang paling bersalah. Maka keindahan dari bentuk, warna, garis, cara, karakter. Pada beberapa orang kekurangan keindahan; pada yang lain terdapat lebih banyak. Hanyalah perbandingan yang membuat kita berpikir bahwa orang tersebut lebih baik ketimbang yang lain. Jika kita tidak membandingkan, maka setiap orang akan mejadi baik; pembandingan membuat kita menganggap satu hal lebih baik ketimbang yang lain. manakala kita melihat lebih cermat kita akan kelihat keindahan tersebut ada pada orang lain juga, sangat sering pembandingan kita tidak benar karena alasan yang walaupun kini kita menentukan dalam akal kita apa yang baik dan indah, kita bisa saja mengganti konsepsi tersebut dalam waktu sebulan arau setahun. Itu menunjukkan kita bahwa manakala kita melihat kepada sesuatu kita mampu menilainya hanya jika keindahannuya memanifestasi kepada pandangan kita. Tak ada yang dikagetkan pada manakala seorang sampai pada tingkat dimana dia berkata, “Segala sesuatu yang saya lihat di dunia ini, saya mencintai semua kecuali semua kepedihan dan perjuangan serta kesulitan, semuanya berharga,” Sementara yang lain berkata, “Semuanya menyengsarakan; hidup adalah jahat, tiada sedikitpun keindahan di dunia ini.” Masing-masing benar menurut titik pandangnya ; mereka berdua tulus. Mereka berbeda karena mereka melihatnya secara berbeda. Masing-masing orang ini memiliki alasannya untuk menerima kehidupan atau menolaknya. Hanya, orang yang menguntungkan diri sendiri melalui visi keindahan, dan yang lain merugi dengan tidak menghargai, tanpa melihat keindahan. Dengan sikap yang salah, maka itu, orang mengakumulasikan di akalnya pengesanan tak di hasrati yang datang dari orang-orang, karena tak seorangpun di dunia ini sempurna. Manakala orang melihat pada sisi itu, orang mengakumulasi pengesanan yang membuat seseorang makin dan makin tak sempurna karena mereka mengumpulkan ketaksempurnaan, dan kemudian itu menjadi dunianya. Dan bilamana akal telah menjadi karet busa yang penuh pengesanan yang tak diinginkan, maka apa yang keluar darinya adalah membuat penyakit sendiri, karena orang yang mengatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain adalah menyakiti diri sendiri. Maka penyucian akal, dari titik pandang moral, harus dipelajari dalam kehidupan sehari-hari seseorang dengan mencoba mempertimbangkan hal-hal secara simpatik, menyenangkan, dengan memandang orang lain seperti orang yang melihat diri sendiri, dengan menempatkan diri sendiri pada posisi mereka, alih-alih menuduh orang lain tatkala melihat kerentanan mereka. Jiwa-jiwa di Bumi adalah terlahir tak sempurna, tak akan pernah ada tujuan dalam penciptaan mereka, dan menifestasi telah mengambil tempat sehingga setiap ujud disini mungkin beranjak dari ketidaksempurnaan menuju kepada kesempurnaan. Inilah tujuan dari kenikmatan kehidupan, dan demi itulah dunia ini diciptakan. Dan bila kita mengharap setiap orang menjadi sempurna dan keadaan menjadi sempurna, maka tak akan ada kenikmatan dalam hidup dan tak ada tujuan datang kesini. Penyucian akal untuk itu berarti membebaskannya dari semua pengesanan yang tak diinginkan; baukan hanya mengenai cacat orang lain, tetapi orang harus sampai pada tingkat tersebut dimana orang melupakan cacatnya sendiri. Saya telah berte,u orang-orang taat yang telah menuduh diri mereka sendiri dari kesalahan meeka sampai mereka menyalahkan diri mereka sendiri. Berkonsentrasi sepanjang waktu pada kesalahan-kesalahan berarti mengukir kesalahan itu di akal. Prinsip terbaik adalah melupakan yang lain dan melupakan diri kita sendiri, dan menyiapkan akal kita atas pengakumulasian semua yang baik dan indah. Ada rekayasa signifikan di antara anak-anak jalanan di India. Mereka mengambil tanah dari tempat tertentu, dan mereka mempunyai cara mendapatkan di tanah tersebut beberapa logam – di tanah tersebut beberapa logam seperti emas atau perak. Sepanjang hari tangan mereka di debu, tetapi mencari apa? Mencari emas atau perak. Manakala di dunia ketaksempurnaan ini kita mencari semua yang baik dan indah, terdapat banyak kesempatan kekecewaan. Tetapi pada saat yang sama jika kita tetap mencarinya – bukan memandang debu tetapi mencari emas – kita akan menemukannya. Dan sekali kita menemukannya kita akan menemukan lebih banyak dan lebih banyak lagi. Akan datang suatu masa dalam hidup seseorang bilamana dia dapat melihat beberapa kebaikan pada [diri] orang yang terburuk di dunia. Dan bilamana dia telah mencari titik tersebut, meskipun kebaikan tersebut tertutupi dengan seribu penutup, dia mampu menempatkan tangannya pada yang baik, karena dia mencari kebaikan dan menarik yang baik. ??? BAB EMPAT BELAS Tak - Mempelajari Apakah makna mempelajari? Mempelajari berarti menyusun gagasan dan membuat mereka [menjadi] materi manakala gagasan-gagasan tersusun di akal. Ia menjadi dapat disentuh, dan pengetahuan tersebut menjadi semacam hijab bagi pengetahuan apapun yang dapat mencerahkan jalan melalui kehidupan. Tak-mempelajari adalah suatu proses yang melaluinya orang beranjak ke atas yang telah dipelajari. Apakah yang orang pelajari dalam kehidupan [yang] paling bermanfaat [bagi] orang tersebut setelah mencapai realisasi keruhanian, agar dapat mengekspresikannya, tetapi ia hanya dapat menjadi hambatan dalam kemampuan di jalan keruhanian kecuali orang mengetahui bagaimana tak-mempelajari. Bagaimanakah orang tak-belajar? Apakah melupakan segala hal? tidak perlu lupa agar dapat tak-mempelajari. Tak-mempelajari adalah memandang segala hal dari titik pandang berlawanan, melihat hal-hal dari sudut yang lain yang darinya orang sering memandang pada mereka. Pengalaman inilah yang mengarahkan orang kepada kesempurnaan. Pengetahuan yang menetapkan manusia [selalu] cupat adalah pengetahuan yang tidak tak-dipelajari. Tetapi sekali orang memiliki tak-dipelajari, orang melihat segala sesuatu dalam kehidupan dari sudut yang berlawanan, dan itulah yang memberi seseorang penguasaan besar. Persis sama dengan memandang dari kedua belah mata, agar membuat suatu hal [menjadi] lengkap. Sangat sulit melupakan apa yang orang telah pelajari, tetapi proses pencapaian ruhani adalah melalui tak-mempelajari. Orang-orang menganggaap keyakinan mereka adalah agama mereka, tetapi dalam realita keyakinan adalah batu loncatan kepada agama. Jika saya pernah menggambarkan keyakinan, saya akan mengatakan bahwa ia seperti anak tangga yang mengarah kepada ralisasi lebih tinggi. Tetapi alih-alih mendaki tangga, [malah] orang-orang berdiri di atasnya. Persis sama dengan aliran air yang tidak tidak mengalir lagi. Orang-orang telah membuat keyakinan mereka kaku, dan maka itu alih-alih diuntungkan olehnya, mereka [malah] mundur. Jika ia tak demikian, semua peyakin (mukmin ) pada Tuhan, sesungguhnya, dan pada hari akhir mungkin akan lebih baik ketimbang non-mukmin, tetapi apa yang terjadi malah mereka lebih buruk, karena mereka telah mamakai kaki mereka kepada keyakinan mereka. Sangat sering saya berada pada posisi dimana sangat sedikit yang dapat saya katakan, khususnya ketika seorang datang kepadaku dengan gagasan-gagasan anggapan awal dan ingin mendapatkan bimbingan saya pada jalan ruhani, meski niat awalnya adalah untuk melihat apakah pikirannya cocok dengan pikiranku dan apakah pikiran saya cocok dengan pikiranya. Dia tak dapat membuat dirinya kosong bagi arah yang diberikan. Dia tidaklah datang untuk mengikuti pikiran-pikiranku, tetapi untuk mengkonfirmasikan kepada dirinya sendiri bahwa gagasannya benar. Di antara seratus orang yang datang untuk bimbingan ruhani, sembilan puluh keluar dari katup tersebut. Apakah yang ia tunjukkan? Yaitu mereka tidak mau menundukkan gagasan-gagasannya, mereka menginginkannya dikonfirmasi. Pencapaian ruhani dari awal sampai akhir adalah tak-mempelajari apa yang telah dipelajari. Apakah yang orang telah pelajari berada dalam dirinya. Bagaimanakah orang tak-belajar? Orang dapat melakukannya dengan menjadi lebih bijak. Semakin menjadi bijak seseorang, semakin mampu memperlawankan gagasan-gagasannya; semakin sedikit kebijakan [yang] orang [tersebut] punyai, semakin orang berpegang pada gagasan-gagasannya sendiri. Dalam [diri] orang paling bijak ada keinginan untuk masuk ke orang lain, dan orang paling bodoh adalah selalu berdiri kukuh untuk mendukung gagasan-gagasannya. Alasannya yaitu orang bijak dapat dengan mudah menundukkan pikirannya, sementara orang bodoh teguh padanya. Itulah sebabanya ia tak berkembang. Penyucian mental untuk itu adalah metode satu-satunya yang dengannya orang dapat mencapai keberhasilan ruhani. Agar dapat menyelesaikan hal ini orang harus melihat titik pandang orang lain, semakin menjadi luas seseorang, semakin besar realisasi yang datang kepada orang tersebut, semakin orang melihat setiap titik pandang adalah baik. Jika orang dapat mengembangkan diri sendiri kepada kesadaran orang lain, kesadarannya menjadi seluas dua orang. Dan begitupun ia dapat menjadi seluas seribu orang, bilamana orang membiasakan diri mencoba dan melihat apa yang orang-orang lain pikirkan. Langkah selanjutanya dalam penyucian mental adalah menjadi mampu melihat kebenaran dari kesalahan dan kesalahan dari kebenaran, dan kejahatan di kebaikan serta kebaikan di kejahatan. Suatu tugas yang sulit, tetapi sekali orang menyelesaikan ini, orang terangkat di atas kebaikan dan kejahatan. Orang harus melihat kepedihan dalam kesenangan dan kesenangan dalam kepedihan; keuntungan dalam kerugian dan kerugian dalam keuntungan. Apakah yang umumnya terjadi yakni orang tertumbuk pada satu hal dan matanya tak melihat perolehannya; sehingga jika orang mengenal kebenaran, orang tak mengenal kesalahan. Penyucian mental berarti bahwa pengesanan semacam kebaikan dan keburukan, kesalahan dan kebenaran, keuntungan dan kerugian, kesenangan dan kepedihan, kebaikan-kebaikan ini yang menyumbat akal tersebut, mesti dibersihkan. Sehingga orang dapat melihat musuh dalam sahabat dan sahabat dalam musuh. Bilamana orang dapat mengenal racun dalam nektar dan nektar dalam racun, itulah saat manakala kematian dan kehidupan menjadi satu pula. Kebalikan-kabalikan tidak lagi merupakan kebalikan-kebalikan dihadapan seseorang. itulah penyucian mental, dan orang-orang yang tiba pada tingkat ini adalah kebijakan yang hidup. Langkah ketiga dalam permurnian mental adalah mengidentifikasi diri sendiri dengan orang yang tidak lakukan. Melalui ini orang mensucikan akalnya dari pengesanan-pengesanan identitas keliru seseorang. saya akan memberikan contoh, ceritera tentang orang bijak di India. Seorang pemuda bertanya kepada ibunya, yang merupakan wanita dusun yang hidup di kampung, “Apakah pekerjaan terbaik, ibu?” Dan ibunya berkata, “Saya tidak tahu, anakku, kecuali orang-orang yang sungguh-sungguh mencari kehidupan tertinggi pergi mencari Tuhan.” “Lalu kemanakah saya mesti pergi, ibu?” dia bertanya. Ibunya menjawab, “Saya tak tahu, apakah bisa dilakukan atau tidak, tetapi mereka mengatakan di pengasingan, di hutan.” Maka dia pergi kesana selama waktu yang panjang menjalankan kehidupan kesabaran dan keterasingan. Dia sekali atau dua kali selama itu dia datang menemui ibunya. Kadang-kadang kesabarannya habis, patah hatinya. Kadang-kadang hatinya kecewa karena belum menemukan Tuhan. Dan setiap saat sang ibu mendorongnya kembali dengan nasehat yang tepat. Pada kunjungan ketiga dia berkata, “Sekarang telah lama saya berada di sana.” “Ya,” kata ibunya, “Sekarang saya pikir Anda sudah siap pergi kepada sorang guru.” Maka dia [lalu] pergi menemui seorang guru. Ada banyak murid yang belajar kepada guru tersebut, setiap murid mempunyai ruang kecil bagi dirinya sendiri untuk bermeditasi, dan murid ini juga diberitahu agar pergi ke ruangan tertentu untuk bermeditasi. Sang guru bertanya, “Adakah sesuatu yang Anda cintai di dunia ini?” Anak muda ini, telah jauh dari rumah sejak kecil, belum pernah melihat apapun tentang dunia, tak dapat dia memikirkan sesuatupun yang diketahui melainkan tentang sapi kecil yang dulu ada di rumahnya. Dia berkata, “Saya mencintai seekor sapi di rumah kami.” Guru tersebut berkata, “Maka pikirkanlah tentang sapi tersebut dalam meditasimu.” Semua murid-murid yang lain datang dan pergi dan duduk di ruang mereka selama lima belas menit untuk meditasi ringan. Kemudian mereka kecapaian dan lalu pergi. Tetapi anak muda tersebut tetap duduk disana dari saat gurunya memerintahkannya. Setelah beberapa waktu gurunya bertanya, “Dimanakah dia?” Murid-murid lain menjawab, “Kami tidak tahu.” Pasti dia di ruangannya,” Mereka pergi mencarinya; pintu tertutup dan tak ada sahutan. Gurunya pergi sendiri dan membuka pintu, dan disana dia melihat muridnya sedang duduk dalam meditasi, sepenuhnya terserap di dalamnya, dan tatkala gurunya menyeru namanya, dia menjawab dengan suara sapi. Gurunya berkata, “keluarlah.” Dia menjawab, “Tanduk saya terlalu besar untuk melewati pintu itu.” Kesulitan besar dalam hidup kita yaitu kita tidak dapat keluar dari konsepsi keliru kita. Saya akan memberikan contoh yang lain. Pernah sekali saya mencoba membantu seseorang yang sedang sakit, orang yang menderita rematik selama dua puluh tahun. Wanita ini berada di atas ranjang; dia tak mampu menggerakkan sendi-sendinya. Saya datang kepadanya dan memberitahunya. “Sekarang lakukan ini, dan saya akan kembali dalam waktu dua minggu.” Tatkala saya datang setelah dua minggu, dia sudah mulai menggerakkan sendi-sendinya. Dan saya berkata, “Dalam enam minggu saya akan kembali.” Dalam enam minggu dia bangkit di tempat tidur dan masih tetap berharap besar menjadi sembuh. Bagaimanapun, kesabarannya tidaklah sebesar seperti sebelumnya. Suatu hari dia terlentang di tempat tidur dan berpikir, “Dapatkah saya disembuhkan?” Pada saat dia berpikir demikian dia kembali pada keadaan yang sama, karena jiwanya telah mengidentifikasi dirinya dengan orang yang sakit. Baginya tidak mungkin melihat dirinya menjadi baik; dia tak dapat membayangkan bahwa dia akan bisa begitu sehat. Dia tak mampu mempercayai matanya bahwa persendiannya bergerak. Orang bisa saja sehat badannya tetapi tidak akalnya. Sangat sering mereka terikat pada penyakit dan tak bisa bebas darinya. Dan hal yang sama terjadi dengan kesengsaraan. Bukanlah kesialan yang berkembang dalam diri mereka, tetapi bahwa mereka tertarik pada kesialan. Kesialan tidak memilih orang; oranglah yang memilih kesialan. Mereka memegang pikiran tentangnya, dan pikiran itu menjadi milik mereka. Bila seseorang diyakinkan bahwa dia sedang menurun, dia berjalan menurun; pikirannya membantunya tenggelam. Para sufi mempunyai cara tersendiri mengajarkan penyucian melalui identifikasi dengan sesuatu yang lain: sangat sering orang memegang gagasan guru ruhaninya, dan dengan gagasan tersebut orang mendapatkan pengetahuan, inspirasi, dan kekuatan yang guru tersebut miliki. Persis seperti pewarisan. Orang yang tak dapat bersungguh-sungguh berkonsentrasi seperti melupakan dirinya dan tenggelam ke dalam subjek yang padanya dia berkonsentrasi tidak akan dapat menguasai konsentrasi. Penyucian mental keempat adalah membebaskan diri dari bentuk dan memiliki rasa abstrak. Setiap hal mensugesti suatu bentuk ke mata, setiap hal; saking hebatnya sehingga jika nama seseorang yang belum pernah dilihat disebut namanya, orang membuat bentuk terntangnya. Bahkan sejenis hal-hal seperti peri, ruh dan melaikat, begitu disebutkan [maka] selalu tergambar dalam rupa tertentu. Ini adalah halangan untuk mencapai keadaan tak berbentuk. Tak diragukan ini hanya bisa dicapai dengan kensentrasi dan meditasi besar, tetapi sekali dicapai [maka] sangat memuaskan. Sekali akal tersucikan, langkah berikutnya adalah penggalian kualitas hati, yang berpuncak pada pencapaian ruhani. ????? BAB 15 Akal Suci Akal suci tak menciptakan fenomena, ialah fenomena itu sendiri. Orang yang menginginkan bracket tertentu untuk kamarnya tidak mengetahui kemana harus pergi di kota untuk mendapatkannya. Tetapi dia mempunyai gagasan pasti di akalnya tentang seperti apakah ia, dan begitu dia keluar, joko pertama yang matanya tertuju memiliki bracket tersebut didalamnya. Barngkali seluruh kata dia tak akan dapat menemukan yang lain, tetapi akalnya membawanya langsung ke tujuan yang diinginkan. Dari apakah kekuatan ini berasal? Ia berasal dari kesucian akal. Akal dapat serupa dengan air. Meski memandang pada aliran air yang mengalirkan semua kesucian adalah kenikmatan terbesar yang orang bisa dapatkan, dan begitupun meminum air jernih. Dan begitupun dengan akal berhubungan dengan akal-tersucikan adalah kenikmatan besar, baik dia berbicara dengan seseorang atau tidak. disana terpancar dari mereka kesucian alami yang bukan buatan-manusia tetapi termiliki oleh jiwa dan memberikan seseorang kenikmatan dan kesenangan yang terbesar. Terdapat orang-orang yang telah belajar berbicara dan menghibur, perilaku mereka tersemir, pembesar-besaran kecerdasan, dan pidato mereka dibuat-buat. Apakah arti semua ini? Bila tak ada kesucian dalam akal, tak ada yang dapat memberikan kenikmatan tertinggi tersebut yang baginyalah setiap jiwa dambakan. Ada pepatah bahwa akal-tersucikan seseorang sangat sering nampak terlalu baik untuk hidup dan muncul tanpa memiliki akal sehat, adalah kekeliruan dunia jahat. Dunia tersebut telah beranjak dari buruk ke lebih buruk. Siapapun yang memperlihatkan kesucian akal memulai dengan menjadi seorang terasing, dan nampak tak mampu melakukan apapun yang mungkin dia upayakan. Tetapi apakah pentingnya? Orang dapat saja menjadi berakal-tersucikan dan bijak pada saat yang sama. Akal-tersucikan dapat pula bekrja pada persoalan-persoalan duniawi semenyeluruh dan semampu sebagai manusia berpengalaman, dan orang yang tanpa akal-suci mungkin mampu membuat kesuksesan di dunia, tetapi bukan kesuksesan abadi. Tatkala kita tiba pada pertanyaan tentang kesuksesan atau kegagalan, tak ada prinsip yang atasnya didasarkan. Tidaklah benar bahwa orang mesti menjadi baik dan jujur serta berakal-tersucikan agar dapat membuat kesuksesan. Sangat sering kebalikannya yang benar. Tetapi pada saat yang sama orang tak dapat mengatakan bahwa orang harus menjadi kebalikannya agar dapat menjadi sangat sukses. Sering ketakjujuran dan kurang berakal-tersucikan membawa kegagalan besar atas seseorang. Jika ada suatu aturan yang berkaitan kepada hal ini, maka aturan tersebut adalah bahwa kesuksesan seseorang yang dicapai melalui kejujuran dan melalui kebaikan bergantung pada kejujuran dan kebaikan, dan orang yang membuat kesuksesan pada suatu hal tanpa kejujuran kebaikan akan mengalami kegagalan pada hari dia jujur dan baik. karena jalan mereka tak sama. Keseluruhan sikap akal bertindak atas urusan-urusan kehidupan seseorang, sangat bagus memperhatikan. Semakin Anda memikirkan tentangnya, semakin ia membuktikan kepadamu bahwa kesuksesan dan kegagalan secara mutlak bergantung pada sikap akal. Saya sangat tertarik pada apa yang seorang kawan yang sebelumnya adalah pramuniaga di sebuah firma permata, suatu kali memberitahuku. Dia biasa datang kepadaku untuk membicarakan fisafat. Dia berkata, “Sangat aneh, saya telah begitu sering melihat pada saat tiba di sebuah rumah dimana saya berpikir mereka mampu membayar lebih dari harga sesungguhnya barang-barang, sehingga saya tergoda untuk menawarkan harga jauh lebih tinggi daripada yang saya ketahui nilai seharusnya. Tetapi setiap saat saya memasuki godaan ini, saya tak sukses. Dan lagi saya terdorong untuk melakukan hal yang sama manakala saya melihat pramuniaga sejawat saya menjual sebutir batu kepada seseorang yang tertarik kepadanya untuk suatu harga yang barangkali empat kali nilainya. Mengapa mereka sukses dan mengapa saya tak sukses?” Saya memberitahunya, “Jalanmu berbeda, jalan mereka berbeda. Jika Anda mengambil jalan mereka Anda tak akan sukses.” Kadang-kadang orang yang sibuk terkembangkan oleh pesucian mental mungkin harus mengalami pengorbanan ringan, kegagalan kecil. Tetapi ini hanya suatu proses menuju suatu hal yang sangat substansial, sungguh bernilai, jika dia tak dihambat oleh kegagalan kecil, dia akan tiba secara pasti kepada suatu tingkat ketika sukses akan menjadi miliknya. Kesucian akal membebaskan pancuran-pancuran inspirasi yang atau sebaliknya tetap tertutup. Dan melalui inspirasi sehingga orang menikmati dan menghargai semua yang indah dan menciptakan semua yang baik demi kenikmatan dan kesenangan orang lain. Suatu kali saya mengunjungi studio seorang pelukis yang telah meninggal. Saya duduk disana selama lima belas menit, dan semacam depresi menimpaku sehingga saya bertanya kepada janda pelukis tersebut, “Bagaimanakah keadaan suamimu dahulu?” Dia menjawab, “Kondisi yang mengerikan, ruhnya terkoyak berkeping-keping.” Saya berkata, “Itulah yang lukisan-lukisannya tunjukkan.” Efeknya sedemikian rupa sehingga siapapun yang melihat lukisan tersebut mengalami pengaruh yang sama. Jika kita memiliki kesucian akal kita menciptakan kesucian. Dalam semua perbuatan kita – seni, politik, dagang, musik, industri – kita memerlukan kesucian akal kita sampai pada satu jangkauan yang meski orang-orang sekitar, orang-orang asing atau kawan-kawan, semua mengambil bagian dalam kenikmatan kita. Orang mengatakan bahwa peenyakit adalah infeksi, tetapi kesucian akal adalah infeksi juga, dan efeknya menciptakan kesucian pada orang-orang lain. Beberapa orang menyimpannya selama waktu yang panjang, yang lain menyimpannya dalam waktu singkat. Bergantung atas akalnya. Akal adalah gudang, sebuah gudang dari semua pengetahuan yang orang telah akumulasikan dengan belajar, dengan pengalaman, dengan pengesanan, melalui salah satu dari panca indera. Dengan kata lain, setiap suara yang terdengar meski sekali tercatat disana, setiap bentuk yang mata kita telah lihat, meski secuil darinya, tercatat disana. Dan bilamana hati kita suci, ia memproyeksikan cahaya jiwa, persis seperti cahaya yang terproyeksi dari lampu sorot. Fenomena-fenomena yang paling menakjubkan adalah cahaya yang dilemparkan oleh tekad pada sorotan partikular di gudang akal yang kita ingin temukan. Sebagai contoh, kita melihat seseorang sepuluh tahun yang lalu, dan dia datang dihadapan kita, kita memandangnya dan berkata, “Saya pernah melihat orang tersebut sebelumnya, tetapi dimana?” Pada saat itu kita lemparkan cahaya jiwa kita pada gambarnya yang dibuat akal kita pada suatu peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Ia masih disana, meskipun kita telah benar-benar melupakannya. Pada saat kita berhasrat melihatnya, jiwa kita memproyeksikan cahayanya pada sorotan partikular tersebut. Hal yang paling menakjubkan yaitu barangkali ada jutaan gambar, mengapa cahaya tersebut harus terlempar pada citra partikular tersebut? Itulah fenomenon, bahwa cahaya batin mempunyai kekuatan besar. Adalah suatu kekuatan yang tercipta oleh alam, dan maka itulah manakala ia melemparkan cahaya, ia melemparkannya pada sorotan partikular. Gudang yang saya bicarakan adalah apa yang sering disebut akal bawah sadar. Ada banyak hal di gudang tersebut, dan mereka hidup, semua pikiran dan pengesanan adalah hal-hal yang hidup, tetapi bilamana kita tidak menyadarinya, ia berada di akal bawah-sadar kita. Sebagai contoh, seseorang diberitahu bahwa dia mesti pergi dan menemui kawannya pada suatu hari dan waktu tertentu. Dia telah menuliskannya di buku catatannya, tetapi kemudian dia melupakannya. Selama pekerjaan sehari-harinya akan tiba suatu saat tatkala di berpikir, “Saya seharusnya berada di tempat tersebut ! Saya tak pergi kesana, saya benar? Telah lupa, saya semestinya berada disana, mengapa saya tak berada disana? Mengapa saya lupa?” Sekarang gagasan ini yang datang kepada memorinya berada di akal bawah-sadarnya, dan begitu dia menginginkan mengetahuinya ia muncul. Dia mengetahui tanpa keraguan bahwa dia mempunyai pertunangan, bahwa dia bertujuan kesana, hanya selama waktu tersebut dia telah terlupa. Saya pernah mempunyai seorang murid, yang begitu tertarik kepada latihan-latihan ruhani dan pertanyaan-pertanyaan metafisis, meninggalkan saya dan menjadi usahawan. Seluruh waktunya tersita dengan bisnis, dan dia benar-benar melupakan saya, selam sepuluh tahun dia tak pernah melakukan latihan-latihannya. Suatu hari saya pernah datang ke kota dimana ia tinggal, dan dia mengingat guru tuanya yang telah kembali. Ketika dia mendengar kuliah yang saya berikan, segala hal yang telah diajarkan kepadanya sepuluh tahun yang lalu menjadi hidup seketika, hanya ingin datang saja. Dia berkata, “Semuanya hidup bagi saya, beritahukanlah apa yang seharusnya saya lakukan.” Dia begitu bergairah untuk melakukan hal-hal sekarang. Dan begitulah, semua itu berada di akal, semua orang yang belum. Tak pernah seorang memikirkan semua itu, semua yang seorang tak pernah menyulitkan, disanalah, dan tatkala orang telah senang dari pekerjaan duniawi, semuanya menjadi hidup. Pada kematian datang kesenangan, setelah kematian akal datang kepada kehidupan yang besar, suatu kehidupan yang lebih nyata ketimbang disini. Kematian adalah penyingkapan, penghilangan penutup, setelah mana jiwa akan mengetahui banyak hal, dalam hubungannya dengan kehidupannya dan dalam hubungannya dengan seluruh dunia, yang sampai saat ini telah tersembunyi. Maka itu realisasi tentang apa yang dikatakan tentang surga dan neraka yang telah kita akumulasikan di akal kita, di akhirat akan menjadi milik kita. Hari ini akal kita berasa dalam [diri] kita, di akhirat kita akan menjadi akal kita. Maka itu apa yang merupakan akal saat ini, di akhirat akan menjadi dunia. Jika ia adalah surga, ia akan menjadi surga, jika ia merupakan tempat yang lain, ia akan menjadi tempat yang lain. Ia adalah apa yang telah membuatnya. Tak ada orang yang tertarik dan ditempatkan disana. Kita telah membuatnya bagi diri kita sendiri, bagi kenyamanan diri kita sendiri. Apa yang telah kita cari sesudah kita telah dikumpulkan. Pakaian yang mahal, bilamana benar-benar penting, ada di sana. Jika kita menemukan bahwa itu tak penting, itulah kebodohan, yang ada disana persis sama. Meski hal-hal yang sia-sia mengambil tempat di akal, sebagaimana segala sesuatu mempunyai rupa. Tetapi mereka mengambil rupa [bentuk] berkaitan kepada sumber pengesanan. Sebagai contoh, bukan hannya berlaku pada sebuah lukisan, sebuah gambar, yang mempunyai rupa yang dapat dicerap, musik juga adalah suatu bahasa. Mata mungkin tak melihatnya, tetapi telinga mendengarnya. Maka akal mengakumulasi meski semua berbentuk semacam sakit, senang, pahit, perih, semua rasa yang berbeda. Kita tak melihat mereka, tetapi mereka tercatat di akal dalam bentuk yang terbedakan oleh kita, semua bentuk ini dapat dipahami akal dalam cara yang persis sama tatkala mereka datang melalui indera yang berbeda. Berbagai pengesanan tetap tinggal di akal setelah kemudian, untuk apakah individual? Menjadi individual adalah seperti berada dalam kabut. Manakala organ fisik berbeda tak mampu lagi menahan ruh, lalu mereka gagal, dan ruh telah selesai dengan mereka. Raga berangkat, ruh tetap tinggal. Ruh sama individualnya dengan orang sebagai individual di tubuh fisik. Setelah tubuh fisik pergi, pengesanan non-fisik lebih lain, karena keterbatasan dari tubuh fisik telah terjatuh. Tubuh fisik adalah suatu keterbatasan besar. Bilamana telah jauh terjatuh individualita menjadi lebih jelas dan lebih mampu bekerja ketimbang pada alam fisik. ??? Bagian ke empat Akal Waskita BAB ENAM BELAS Kekuatan Psikhis Hukum kekuatan psikhis adalah bagaikan semua hukum kekuatan. Dengan kekuatan semua hal terselesaikan: penciptaan, pemeliharaan dan peruntuhan, semua adalah keluaran kekuatan. Dari seluruh kekuatan, kekuatan psikhis adalah yang paling kuat dan paling penting. Seperti kesuksesan dan kegagalan dapat dicapai melalui penggunaan tepat kekuatan, jadi dengan kekuatan psikhis pula orang bisa bertemu kesuksesan besar atau kegagalan besar. Lingkup kekuatan psikhis jauh lebih besar, dan maka itu dengannya sukses terbesar mungkin diperoleh, dan kerusakan terbesar mungkin dilakukan dalam kehidupan seseorang dan kehidupan orang-orang lain. Penggunaan kekuatan psikhis memungkinkan bagi orang-orang yang mempunyai pengertian kedalam hukum alam, tetapi tanpa pengetahuan ini penggunaannya mungkin akan paling membahayakan. Dengan kekuatan psikhis orang dapat menyembuhkan orang lain, orang dapat membangun urusannya sebagaimana urusan orang lain, orang dapat memperoleh kekayaan dan jabatan, pula orang dapat menghancurkan benda-benda. Itulah kesulitannya, bagaimanakah orang mengetahui apa yang benar-benar menguntungkan? Bagi orang penghayal kehidupan berubah tiap saat, dan apa yang suatu saat dia pikir baik dan dapat dicapai, pada saat yang lain dia menganggap sia-sia. Pada suatu saat dia menganggap hal tertentu dapat menguntungkan, dan hal yang sama setelah merenung lagi mulai nampak tak menguntungkan. Sebagai contoh, dengan kekuatan psikhis seorang tertarik [kepada] kekayaan, dan barangkali ia bisa menjadi berbahaya bagi anak-anaknya. Atau orang menghasrati jabatan dan mendudukinya dengan kekuatan psikhis, dan dia telah menempatkan dirinya pada posisi dimana terdapat bahaya terhadap kehidupan. Dengan telaah mendalam atas kehidupan, orang selalu melihat bahwa suatu keuntungan mengakibatkan kerugian tertentu dan suatu kerugian membawa keuntungan tertentu ini adalah hal yang wajib dalam kehidupan, tidak akan mungkin ada kesetimbangan bila kehidupan tidak demikian. Yang paling diharapkan dalam kehidupan ini adalah kebijakan, berikutnya yang paling diharapkan adalah kekuatan. Karena orang bodoh tak mampu membuat kekayaannya berguna, jadi orang dengan kekuatan psikhis tetapi tanpa kebijakan adalah cenderung membahayakan dirinya dengan kekuatannya ketimbang melakukan suatu kebaikan. Setiap atom di dunia ini memiliki pesona dan daya tariknya sendiri, dan manusia, begitu tenggelam oleh hal-hal yang nampak pada saat itu menarik – baik kekayaan, kekuasaaan, jabatan, atau seorang kawan – merasa tidak perlu mengetahui keluaran capaian mereka. Setiap manusia adalah buta dalam pencapaian hasratnya seperti seorang kanak-kanak tertarik kepada sepatu yang indah, bisa pada sebuah mainan atau sebilah pisau. Dan manakala manusia tak dapat mencapai yang dia inginkan dia merasa sekecewa dengan kanak-kanak yang tak dibolehkan bermain dengan pisau. Pemahaman dekat dalam kehidupan yang membuat manusia melihat apa yang benar-benar baik baginya. Mementingkan diri adalah [sifat] kedua yang bijak dan yang bodoh, hanya yang bodoh dengan pementingan diri bertemu dengan kekecewaan, sementara yang bijak beruntung dari pementingan diri. Sifat kekuatan adalah menutupi mata dan bersembunyi dari pemahaman seseorang sifat sejati hal-hal yang orang hendak capai. Manakala kekuasaan memimpin dan kebijakan mengikut, wajah kebijakan terhijab, dan orang sempoyongan. Tetapi manakala kebijakan memimpin dan kekuasaan mengikut, maka mereka tiba dengan selamat di tujuan mereka. Sebelum mempraktekkan kekuatan psikhis orang harus mengetahui hukum-hukum operasi dan moralnya. Hal pertama yang orang harus pertimbangkan pada jalan penyembuhan ini yaitu tidaklah perlu bahwa orang harus mencoba mengobati setiap penyakit dan setiap pasien. Tak ada gunanya mempekerjakan kuda bila mesin dapat melayani tujuan tersebut, dan tidaklah bijak membiarkan orang membawa beban bilamana ada himar menjawab kebutuhan tersebut. Terdapat banyak rasa sakit yang sedikit obat atau jamu dapat menyembuhkan, dan menggunakan kekuatan akal. Untuk hal ini tak berarti kecuali kesia-siaan. Maka itu penyembuhan psikhis diperlukan khususnya pada kasus dimana obat-obatan tak dibutuhkan atau dimana tak ada kekuatan. Penyakit saraf secara partikular adalah kebanyakan disebabkan oleh akal, dan obat-obatan tak akan pernah menyembuhkan mereka secara menyeluruh. Pada sebarang kasus penyembuhan diperlukan. Pula pada kasus dimana satu kata sugesti dapat mengesankan pasien, dimana satu kata menyenangkan dapat membawa kesembuhan, dimana sentuhan tangan dapat membebaskan pasien dari rasa sakit, tidaklah perlu membuang waktu dalam mengejar obat-obatan. Disamping penyembuhan, melalui kekuatan psikhis objek dapat diperoleh, urusan dapat diselesaikan, dan akal dapat dikontrol, dan inilah waktunya ketika kita harus lebih waspada daripada sebelumnya. Untuk menyetimbangkan kehidupan, setiap keuntungan di dunia memiliki keuntungan-keuntungannya, dan keuntungan kekuatan psikhis menjadi besar, bahaya-bahayanya juga besar. Ada waktu dimana pegawai, pemimpin, raja memerintah semua dibawahnya, dan suatu waktu tatkala roda menuju kearah yang lain, dengan demikian orang-orang yang dia perintah (kuasai) mulai menguasainya. Dinasti Tzar yang memerintah Timur dan Barat, harus mentaati dinasti Cossac yang sebelumnya adalah penjaganya. Dan suatu waktu akan datang tatkala mode psikhis tak dihiraukan. Bermain-main dengan kekuatan psikhis bagaikan bermain-main dengan api, kehidupanmu selalu dalam bahaya. Hanya dia yang aman dalam menggunakan kekuatan psikhis dengan bebas kepada orang yang rasa tertarik orang lain lebih dahulu datang dan miliknya sendiri setelahnya, orang yang tak mementingkan diri dan berniat mengorbankan keuntungannya bagi orang lain. Tetapi tidak perlu merasa takut mengembangkan kekuatan ini dan menggunakannya. Tak ada dosa memiliki kekayaan, adalah dosa bila Anda salah menggunakannya, dan begitu pula dengan kekuatan psikhis. Anda harus mendapatkannya, Anda harus mengembangkannya, dan Anda harus mempergunakannya selama Anda percaya diri dan yakin bahwa Anda tak akan membahayakan seseorang dan bahwa Anda akan lebih menguntungkan orang lain daripada dirimu sendiri. Ada tiga aksi: khayalan, tindakan, dan hasil. Khayalan adalah tingkat bayi. Pada tingkat ini orang mengharapkan hasil dan membentuk suatu gambar di akal. Dalam tindakan, orang begitu tersita dalam efek yang tindakan hasilkan, yang orang menganggap hasilnya kecil, meski orang mempunyai beberapa gagasan tentangnya. Tetapi tingkat ketiga, tingkat hasil, memperlihatkan hasilnya jauh lebih jelas ketimbang sebelumnya, dan sering orang yang telah sampai pada pelabuhan, menemukan yang sangat berbeda dari orang yang maksudkan pada saat berlayar. Ada satu berkas sinar dari akal manusia yang bekerja menuju takdir tertentu, dan barangkali seribu berkas sinar atau tak terhitung banyaknya berkas sinar menentangnya. Bagaimanakah seberkas sinar dapat bertahan melawan ribuan berkas sinar tersebut kecuali yang satu berkas telah dikembangkan menjadi seribu berkas sinar? Meski kemudian ia mungkin jatuh di hadapan berkas sinar yang tak terhitung. Maka itu terdapat seribu hal yang harus dipertimbangkan manakala bekerja dengan kekuatan psikhis. Diantaranya ada dua hal yang paling penting. Orang memulai dari kekuatan karakter dan berpuncak pada kekuasaan Tuhan. Yang lain adalah memulai dengan kebijakan; bilamana telah dikembangkan yaitu pengertian ke dalam hal-hal dan hasil mereka. Yaitu berenang dengan pasang. Sehingga tiada orang yang dapat melihat kecuali dia yang memiliki pengalaman kepahitan dan telah melalui penyaliban dalam kehidupan melalui kesabaran, pengorbanan, pengabaian, pengekangan, dan kekecewaan, dan orang yang telah belajar melalui pelajaran pengasingan dan puas dengan kehendak ujud ketuhanan. Dia dapat melihat dengan mata terbuka cara pasang mengalir. Posisinya dalam kehidupan bagaikan orang yang sedang berenang dengan pasang, yang di dalamnya dia tidak terlalu membantu dirinya tetapi membiarkan [air] pasang mengambilnya dalam tangan mereka. Tetapi bayangkanlah posisi seseorang yang sedang berenang melawan pasang, kedua belah tangannya bergelut dengan suatu pertarungan melawan ribuan tangan kokoh laut. Biasanya dipikirkan oleh orang-orang ortodoks bahwa kekuatan psikhis dan menggunakannya adalah berbahaya. Ia dianggap sebagai mejik, dan praktiknya dilarang oleh agama. Mengatakan bahwa kekuatan psikhis tak diinginkan, sesia-sia mengatakan bahwa menjadi kaya adalah tak diinginkan, bahwa kekuatan otot tak diinginkan, atau kekuatan sesuatu atau setiap hal adalah tak diinginkan. Orang yang memandang kekuatan psikhis dengan sebelah mata (contempt) akan nampak tak memiliki kebenaran meski menyeru Tuhan Mahakuasa, karena kekuasaan dalam kedalamannya adalah kekuatan psikhis. Adalah kekuatan psikhis mebentukkan bukti kekuasaan Tuhan pada manusia. Orang harus mengetahui meski sebelum meiliki kekuatan psikhis, dan harus menyetimbangkan setelah memilikinya. Sikap apa yang orang harus ambil dalam menggunakannya, sejauh apa orang mempunyai hak menggunakan kekuatannya kepada yang lain dengan pertimbangan alasan dan keadilan. Seorang filosof berkata, “Latihlah kekuatan takala Anda memilikinya,” Ada petikan dari Jailani, “Muridku, janganlah enggan menggunakan kekuatan bila anda memilikinya.” Dengan kebebasan ini suatu pengetahuan dari hasil latihan kekuatan psikhis penting dalam setiap kasus. Kadang-kadang, jerat manusia menangkap tenggorokannya, sangat sering jaring menjadi penjara bagi penjaring, sering sorang mengetukkan kepalanya sendiri ke dinding ketika mengetuk kepala orang lain. Tak ada kekuatan yang lebih besar ketimbang kekuatan psikhis, dan memainkan secara sembrono dengannya akan seperti bermain dengan sesuatu yang lebih buruk daripada api. Banyak [orang], ketika mencoba membunuh orang lain, telah membunuh dirinya sendiri. Banyak yang mencoba memisahkan tubuh dan jiwanya mereka sendiri. Maka itu hukum ini harus diteliti manakala menggunakan kekuatan psikhis. Kita mesti mengirim dengan kekuatan ini semacam pikiran yang, pada peristiwa kembalinya kepada kita, ia mungkin membawa lebih dari seribu lipat keuntungan kepada kita ketimbang ia membawa kepada seseorang yang kepadanya kita mengirimnya. Pengembangan Kekuatan Psikhis Konsentrasi adalah urutan pertama yang paling penting dalam pengembangan kekuatan psikhis karena ia adalah latihan bagi akal, seperti tubuh ada gimnastik. Tak ada psikhis yang pernah mengembangkan kekuatan atau menjadi mampu memanfaatkannya tanpa pengembangan konsentrasi. Dua berkah terbesar dalam kehidupan manusia adalah kekuatan dan inspirasi. Konsentrasi membawa kekuatan, meditasi inspirasi. Yang pertama adalah konstruktif, sementara yang terakhir mengarahkan menuju keidealan penlenyapan. Yang dengan kata lain mungkin bisa disebut penyerapan dalam. Kekuatan psikhis dikembangkan dengan memanfaatkan pikiran pada kehendak, menciptakan di akal objek konsentrasi, dan menahannya, yang berkaitan sangat besar dengan tekad. Bagaikan mengangkat sebuah kursi dengan ujung jari dibawah salah satu kakinya. Dan pada saat yang sama mempertahankan kesetimbangannya, sehingga tidak akan jatuh. Konsentrasi tetap masih sulit. Seperti membuat peniti, yang selalu mempunyai kecenderungan untuk jatuh, berdiri pada ujung jari. Sifat akal adalah sedemikian hingga mencipta sesuatu pikiran dan kemudian melemparkannya bagi pikiran yang lain agar mengambil tempatnya, hal ini membuatnya sulit berkonsentrasi atas suatu objek dengan kokoh. Para master dunia yang telah menguasai diri mereka sendiri, dan penguasaan terletak pada pengontrolan akal. Bilamana akal tersebut menjadi pelayan taat Anda, seluruh dunia siap melayanimu. Raja dari akal lebih agung daripada raja suatu bangsa. Agar dapat mengontrol akal, orang harus melatihnya seperti orang yang akan melatih kuda sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk maksud tertentu yang untuknya ia mengada. Orang membuat konsentrasi terpisah dari pekerjaan sehari-hari mereka, tetapi ahli mistik membuat pekerjaan sehari-hari mereka [adalah] konsentrasi mereka. Manakala konsentrasi dikembangkan orang bisa melakukan satu hal atau dua atau sepuluh atau seratus sekaligus pada saat yang sama. Orang yang berkonsentrasi dengan baik, pikirannya menjadi hidup, ketika ada sedikit kekuatan ia bagaikan sayuran. Jika lebih ia seperti seekor hewan, tatkala lebih lagi ia seperti manusia, dan jika masih lebih lagi ia menjadi manusia super. Pikiran seorang menjadi kawannya, bahteranya di laut, dan pesawat udaranya di udara. Jika kita masih berpikir lebih dalam pada subjek ini, kita akan menemukan bahwa dalam rahasia semua ciptaan, alami atau buatan, adalah akal, yang telah menciptakan semua ini dengan pikiran. Kekuatan psikhis dalam kata jelas mungkin disebut kekuatan akal, dan kekuatan akal dalam realita adalah kekuatan tubuh. Tubuh adalah ruh pikiran, sebagaimana pembicaraan adalah ruh tindakan. Maka itulah konsentrasi adalah hal penting esensial bagi pengembangan kekuatan psikhis. Disamping itu, diperlukan perasaan yang kuat kosong dari semua kepahitan, kekhawatiran, kelaraan, ketakutan, dan kecemasan. Agar dapat mengekspresikan kekuatan psikhis orang mesti memiliki kekuatan tubuh. Pernafasan teratur dengan irama dan sirkulasi darah yang bagus adalah penting. Jika orang tidak mempunyai semua ini, sementara mengirim keluar kekuatan untuk penyembuhan, orang mengambil penyakit seeorang yang orang tersebut sembuhkan. Manakala berharap menguasai sesuatu hal di kehidupan, orang menjadi menguasai diri sendiri, bilamana ingin menangkap seseorang, orang menjadi tertangkap. Kadang-kadang pada seseorang secara fisik lemah menemukan kekuatan psikhis, tetapi sangat tidak bermanfaat kepada mereka tidak pula kepada orang lain, karena membuat seseorang lebih lemah manakala ia sudah lebih dahulu lemah dalam konstitusi. Pada agama Hindu, dimana ketakbahayaan adalah yang ideal dan makan daging dilarang, Syiwa telah membolehkan daging untuk psikhis, karena alasan kuatnya sehingga kekuatan psikhis adalah kekuatan akal dan tubuh mesti cukup kuat menahannya. Hal lain yaitu perlu bagi satu psikhis berada pada kekokohan dalam kebiasaannya dan ketenangan akal. Adalah sikap akal, dengan kata lain ketenangan akal, yang mengembangkan kekuatan psikhis. Aktivitas akal mengurangi kekuatan. Seorang yang banyak berpikir, yang selalu tercerap dalam imajinasi, orang yang khawatir, takut, ragu, atau menjadi cemas tentang sesuatu hal mengurangi kekuatan ini. Tentu saja akal tidak boleh diam, karena kekurangan aktivitas juga menghancurkan kekuatan, tetapi orang harus mampu melatih akal melalui pikiran dan untuk menenangkan akal melalui kehendak. Ini memberi kesehatan kepada akal, dan dengan demikian kekuatan psikhis dikembangkan. Nafas adalah hal yang paling utama dalam kehidupan yang menyerap makanan yang nyata bagi kedua tubuh dan akal. Maka itulah bahwa orang-orang yang tak dapat bernafas dengan benar tak akan pernah menjadi sehat, tak ada makanan yang memakankan tubuh mereka. Ketakaturan nafas selalu mebentukkan penyebab terembunyi dari ketakbersuaraan akal. Nafas menyerap dari zat-zat makanan atmosfir untuk kedua akal dan tubuh. Maka itu tak ada psikhis yang telah mengembangkan kekuatannya tanpa pengembangan nafas. Manakala nafas terkembang, maka orang hanya mungkin memanfaatkannya untuk setiap tujuan. Tetapi sepanjang tidak dikembangkan [maka] dinasehatkan agar tak menggunakannya, mungkin bagi seseorang, alih-alih menyembuhkan orang lain, menghisap sakitnya, penyakit, dan depresi. Bila nafas seseorang tidak cukup berkembang, alih-alih menyembuhkan dia bisa membahayakan diri sendiri sebagaimana kepada orang lain. Maka itu pengembangan diperlukan sebelum menggunakan nafas. Penggunaan Kekuatan Psikhis Kekuatan psikhis mesti digunakan setelah mengumpulkannya. Maka itu hasrat menyembuhkan dan mengenai pemagnitan harus diabaikan sampai kekuatan benar-benar berkembang sehingga ia akan melimpah. Itulah saatnya menggunakannya. Sebaliknya, alih-alih menolong orang lain, psikhis tersebut menghancurkan dirinya sendiri. Kekuatan psikhis seperti sebuah mata air, air yang tercurah melimpah secara konstan. Motif membentuk jalan keluar bagi air ini dan dengan demikian membatasinya sampai jarak tertentu. Karena dengan lubang keluar air tersebut air membentuk tanah pertanian tersaluri dan air dapat menjadi berguna. Jadi dengan motif kekuatan psikhis dapat menjadi berguna, tanpa motif ia sia-sia. Karena banyak motif, begitupun banyak lubang keluar dan sebanyak kali itu pula air dibagi, begitu banyak kali kekuatan dibagi. Maka itulah orang-orang yang dengan begitu banyak motif jauh lebih sedikit mempunyai [kesempatan] sukses, tetapi dengan motif tunggal kesuksesan pasti dicapai. Meski pada orang yang kurang motif [tetap] memungkinkan bahwa mungkin ada simpanan kekuatan psikhis, tetapi bilamana seseorang tak mempunyai motif, maka tak ada kesalahan dari kekuatan psikhis jika tiada yang diselesaikan. Manakala kekuatan psikhis diarahkan pada sebuah jalan keluar ia menjadi seperti air yang manis dari sebuah sungai, karena dengan motif beberapa kebaikan terkembangkan. Bilamana kekuatan psikhis disimpan saja dan tak ada motif, mungkin seluas lautan, tetapi ia bagaikan air payau. Tanpa motif seseorang tidak berbeda dalam segala hal. Terdapat jiwa-jiwa yang agung di Timur yang disebut majdhub. Dalam kepenuhan kesempurnaan spiritual mereka biasanya tak mempunyai motif, karena tak ada motif yang nampak kepada mereka, nilai yang menjaga mereka dalam kehidupan. Maka itu, dengan bak-lautan kekuatan psikhis, tiada yang mereka selesaikan. Orang-orang yang mengetahui kekuatan mereka mendapatkan beberapa keuntungan darinya, tetapi mereka menganggap berbahaya mendekati mereka. Jika ada orang yang dapat mendapatkan mereka untuk mencocokkan harapan mereka [maka] sangat yakin diberikan, karena persis seperti keseluruhan lautan membuat gelombang untuk memenuhi hasrat mereka, dan meski dari pihaknya tak ada pergerakan. Bilamana mereka telah menyatakan Ya dengan ke-Ya-an orang lain mereka tidak pernah menyengajanya. Orang majdhub adalah orang yang mumpuni. Dalam bentuknya rahasia Tuhan tersembunyi, karena itulah jika Tuhan pernah berjalan di bumi. Dia berjalan dalam bentuk majdhub tersebut. Makna terhalus kekuatan pemantulan adalah mata ditubuh, karena mereka radiant, dan radiansi kekuatan psikhis dapat dengan mudah melalui mereka. Maka itu kekuatan mata dapat lebih membantu dalam penyembuhan dari hal-hal lain. Sebagai kelemahan terlihat pada tubuh melalui ketak-kokohannya dan melalui kekurangan kontrol dalam pergerakan yang kita istilahkan kegugupan, sangat nampak di mata. Mata lebih tegang ketimbang organ-organ lain di tubuh, karena setiap saat mereka sibuk. Ini mengambil kekokohan pandangan dan kontrol kilasan dari setiap manusia, dan menjadi penyakit yang umum, ini tak pernah dianggap sebagai kekurangan. Seorang anak dalam usia awal kanak-kanak menunjukkan kekokohan matanya, sifat yang telah diberikan kepada manusia, tetapi begitu dia tumbuh dia penasaran dan tertarik oleh setiap objek yang mengundang perhatiannya, dan begitupun pada saat kegiatan mengambil kekokohan dari kilasan. Dengan alasan inilah sehingga banyak orang mengeluhkan matanya. Ahli mistik sangat memperhatikan matanya. Pada zaman kuno para ahli mistik, raja-raja, dan panglima-panglima terbiasa menggunakan tirai tipis diatas mata mereka untuk melindungi mereka terhadap ketegangan, untuk itu mencegah kekuatan psikhis mereka. Apakah perbedaannya manakala kita berbicara melalui telepon dan manakala kita berbicara langsung? Apakah yang hilang? Suara tak hilang, yaitu mata. Kata-kata tak akan pernah menyampaikan hal yang mata bisa. Humor, takut, kekuatan, kelemahan, kesenangan, ketaksenangan, keinginan, ketakinginan – mata paling mampu mengekspresikannya, semakin kokoh mereka, semakin dalam manusia berada, dan semakin besar kontrol kilasan yang dia miliki, semakin besar kekuatan yang dia miliki. Tak diragukan kekuatan adalah dari akal, bukan dari mata, dan meski mata satu-satunya cara yang melaluinya kekuatan psikhis dapat bekerja memuaskan. Maka itu ada tiga hal yang perlu: menjaga kebersihan mata, mencegah mereka meregang, dan mengontrol kilasan melalui konsentrasi. Pertama-tama ahli psikhis membor mata dan membuat mereka terbiasa beroperasi dalam arah yang dia inginkan mereka bekerja. Kilasan ahli psikhis mesti menjadi, tatkala dibutuhkan, seperti pisau tajam ahli bedah, tatkala dibutuhkan ia seharusnya bekerja selembut bedak. Sampai kontrol ini diperoleh ahli psikhis mungkin menolong beberapa dan membahayakan beberapa, tak mengetahui apa yang tertolong dan apa yang terbahayakan. Tangan adalah organ yang paling aktif yang manusia miliki, dan pada setiap peningkatan dalam melakukan pekerjaan macam apapun, dia meletakkan tangannya ke depan untuk menyelesaikannya. Ini menunjukkan bahwa kekuatan beraksi manusia terekspresikan melalui tangannya. Jadi kekuatan psikhis dapat pula lebih baik diekspresikan melalui tangan ketimbang organ lain. Ujung jemari adalah bagaikan berkas-berkas sinar yang disebut kekuatan psikhis. Berkas sinar halus kekuatan mengejawantah melalui ujung jemari manusia. Inilah rahasia berjabat tangan yang dalam realita adalah suatu psikhis saling membantu. Sebagaimana bekerja dengan mesin, seseorang membuat tangannya mampu menguasainya, dan sebagaimana memainkan sebuah cello seseorang membuat jemarinya mampu bukan hanya memadukan nada yang benar tetapi bahkan mengekspresikan perasaannya, emosinya, maka dengan kekutan psikhis, setiap orang memiliki lebih atau kurang mengenai kekuatan ini, tetapi dia mampu mengembangkannya melalui latihan tertentu yang pembuka belajarnya adalah mursydnya. Manakala kekuatan terkembangkan, maka ujung jemari melemparkan keluar kekuatan psikhis yang menarik dan menyembuhkan. Ujung jemari ahli psikhis dan telapak tangannya pula mesti menjadi jalan mengarahkan kekuatan. Seluruh ujud ahli psikhis menjadi sebuah magnit. Ahli psikhis besar memiliki efek penyembuhan meski ditelapak kakinya. Itulah sebabnya sehingga anak didik di Timur membanggakan dirinya menjadi meski seperti debu dibawah kaki gurunya. Kehadiran adalah yang terbaik dari semua cara yang padanya ahli psikhis menggunakan kekuatannya. Melalui telaah yang mendalam tentang kehidupan kita harus mencatat – khususnya dengan orang-orang yang sensitif atau sakit – bahwa seseorang manakala dia memasuki ruangan membawa bersamanya suatu atmosfir ketenangan, dan orang lain manakala dia datang menambahkan rasa sakit atau kegelisahan pasien. Orang juga mengalami bahwa kehadiran seseorang mungkin sedemikian rupa sehingga ia membawa penyakit kepada orang yang sehat. Ini membuktikan bahwa terdapat kekuatan tertentu dalam kehadiran manusia yang menyembuhkan atau membawa ketenangan, kadang-kadang tanpa upaya. Para ahli psikhis mengembangkan kekuatan ini. Rahasia keseluruhan kekuatan ini adalah kehidupan. Seseorang dengan kehidupan dalam tubuhnya, dalam akalnya, dalam jiwanya memberikan kehidupan kepada orang-orang yang dengannya dia datang berhubungan, seorang yang tanpanya, alih-alih memberi kehidupan, [malah] mengambilnya. Para ahli mistik, maka itu, melalui pengembangan kekuatan berarti pengembangan kehidupan. Dia menyerap kehidupan dari dalam dan tanpa, karena angkasa penuh dengan kehidupan, hanya bilamana orang mengetahui mengambil [manfaat] atasnya. Praktek mistis, khususnya orang-orang dengan nafas, adalah bermaksud menolong manusia menyerap kehidupan yang begitu bertebaran di sekeliling dan dirinya. Tetapi bilamana manusia tak mengetahui ini dia kehausan pada palung sungai, air ada disana tetapi dia tak melihatnya. Lebih dari obat atau jamu atau sejenis tonik apapun, penyerapan enerji dari angkasa adalah menguntungkan. Maka menggunakannya adalah membuat enerji ini untuk tujuan penyembuhan, dan orang yang telah mengembangkan kekuatan kehadiran ini tidak menggunakan cara penyembuhan lain. Kehadirannya sendiri adalah enerji. Dia dapat mengganti atmosfir suatu ruangan yang dalamnya mungkin dia duduk atau suatu aula yang didalamnya dia berjalan, dia mampu menebarkan suatu atmosfir disekitar dan tentang dia yang dapat memberikan kesenangan kepada setiap orang dalam berhubungan dengannya. Inilah rahasia kekuatan penyembuhan besar dari orang-orang arif. Nafas adalah satu-satunya kekuatan yang bekerja langsung atau tak langsung. Ia bekerja tak langsung manakala bekerja melalu lubang-lubang keluar, ia bekerja langsung manakala seseorang menghisap dan menghembus. Diantara jalan-jalan keluarnya adalah organ-organ fisik tubuh, semua organ meradiasikan kekuatan nafas. Orang yang mengetahui bagaimana mengarahkan kekuatannya dapat pula mengubah air menjadi tonik dan makanan menjadi obat, dia dapat mengirim kekuatan penyembuhan dengan bunga, dia dapat mengisi objek apapun dengan kelistrikan nafasnya. Semakin halus suatu zat, semakin kuat menyerap. Sebagai contoh, roti atau anggur dapat lebih terisi dengan kekuatan psikhis ketimbang batu atau kayu, walaupun nafas yang sangat kuat dapat memberi efek kepada apapun, bagaimanapun halus atau kasarnya ia. Kehadiran orang ruhani memiliki suatu efek kedamaian dan penyembuhan dan menyembuhkan pasien. Rahasianya adalah nafas itulah yang termurnikan dan terkembangkan menjadi suatu aliran nektar. Pada tempat pertama, nafas adalah kehidupan, dan manakala arusnya disentuhkan kepada kehidupan terdalam, kehidupan menjadi abadi, ia menjadi lebih memancar dan memberikan kehidupan kepada semua yang fana. Ia menyembuhkan penyakit, karena penyakit disebabkan oleh kekurangan kehidupan, ia mengambil depresi, karena ia adalah cahaya, manakala ia terbangun ia mengambil awan-awan depresi. Di Timur orang-orang mencari kehadiran orang-orang ruhani, dan sering diantara mereka adalah orang-orang yang tak pernah berbicara, mengajar, berdebat atau bediskusi. Ada beberapa orang yang bahkan tidak pernah mengucapkan kata keberkahan, dan meski hubungan mereka memberikan kehidupan kepada yang kurang kehidupan, mengambil depresi dan kelaraan, menjernihkan kebingungan, dan menyembuhkan seluruh penyakit kronis, karena kehidupanlah yang mereka pancarkan, dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka teruntungkan. Ini adalah fenomenon yang nyata yang tak membutuhkan pembuktian: atmosfir orang ruhani mengisi dengan magnetismenya adalah penyaksian kekuatannya. Orang-orang menyebutnya kekuatan psikhis, dan sebenarnya kekuatan psikhis tanpa keruhanian adalah kekuatan yang lumpuh dan kekuatan yang buta. Manakala ahli psikhis menjadi ruhani, atau manakala orang ruhani mengembangkan dalam dirinya kekuatan psikhis, dia menjadi air mancur kehidupan [yang] mengalir berkesinambungan di dunia fana ini. ????? BAB TUJUH BELAS Pemahaman Tak ada penyebab lain semu depresi dan keputusasaan kecuali ketakmampuan melihat melalui kehidupan – banyak alasan mungkin muncul menjadi penyebab berbeda ketakbahagiaan, tetapi inilah alasan yang paling besar. Alasan dari semua alasan. Meski hewan-hewan dalam sifatnya berkecenderungan bertarung ditegaskan, manakala mereka sampai saling mengetahui melalui asosiasi, [mereka] berhenti bertarung. Banyak kesusahan dalam hidup individual dan dari keragaman mungkin terhindarkan bila pemahaman dekat dikembangkan. Karena semua kebingungan disebabkan oleh kesala-fahaman. Bukan hanya manusia, tetapi semua hal di dunia ini yang nampak berguna atau tak berguna, yang nampak mudah atau sulit untuk mendapatkan, semuanya adalah untuk kepentingan manusia. Maka itu penelaahan kedalam hal-hal adalah rahasia kesuksesan ilmu, seni, filsafat, dan agama, [bahkan] semua. Adalah fakultas jiwa untuk melihat, dan mata adalah alatnya. Saya telah memberi, mata adalah sebagai contoh, tetapi sesungguhnya keseluruhan tubuh adalah alat, jiwa menggunakannya[nya] untuk mendapatkan pengalaman kehidupan. Melihatnya jiwa melalui telinga disebut mendengarkan, penglihatannya melalui lidah, merasakan. Adalah jiwa yang mengetahui kehidupan eksternal.Meski jiwa menggunakan alat yang berbeda untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda. Antara tubuh dan jiwa terdapat alat lain yang dikenal oleh ilmuwan dan para ahli mistik sebagai tak terjelaskan: akal tersebut. Mungkin dikatakan bahwa akal adalah alat jiwa dan tubuh adalah alat akal, tetapi kedua akal dan tubuh adalah alat jiwa. Walaupun alat ini yang memberi jiwa pengetahuan tentang hal-hal secara jelas, mereka pada saat yang sama membatasi kekuatannya. Ada dua aspek dari wawasan. Satu adalah penelaahan dan yang lain perluasan [yaitu panjang dan lebar dari jangkauan wawasan]. Melalui mata tubuh orang dapat melihat jarak dekat atau jauh, atau memiliki horizon lebah atau sempit. Tetapi dengan menggunakan akal sebagai alat, jiwa melihat melalui akal yang lain dengan cara yang sama sebagaimana mata melihat melintasi panjang dan diameter jangkauan wawasanya. Manakala akal membawa membawa tubuh agar dapat mengalami kehidupan, itu membatasi pengalamannya, karena tubuh tidak mencukupi; bilamana akal bebas ia bisa melihat lebih jauh. Tetapi karena sejak masa kanak-kanak manusia mempunyai kebiasaan menggunakan tubuh sebagai alat dari akal, jarang orang mengetahui bagaimana memanfaatkan akal tanpa tubuh. Dan seperti jiwa telah terbiasa mengambil akal sebagai alatnya, pula membatasi wawasan dan pengalamannya. Jika jiwa dapat melihat akal dan tubuh secara bebas, ia akan melihat lebih tak berbatas. Karena sulit melihat akal bebas dari tubuh, lebih sulit melihat jiwa bebas dari akal. Maka itu ahli-ahli mistik mencoba membuat akalnya bebas dari tubuh dan jiwa bebas dari akal. Untuk menyelesaikan ini, konsentrasi dan praktek yang berbeda diberikan. Bagaikan melenyapkan bentuk eksternal dari akal dan menghapus dari jiwa bentuk akal. Pengalaman inilah yang para Sufi menyebut Safa [kesucian dari semua hal-hal meada]. VISI PELIHAT Karena ada kualitas bebeda dari melihat seperti melihat jauh dan melihat dekat, begitupun ada kualitas-kualitas yang berbeda dari akal. Ada akal yang dapat melihat jarak tertentu dan tak berlanjut, dan yang lain dapat melihat jarak yang lebih panjang, dan apa yang disebut waskita bukanlah super-natural, fakultas manusia super, tetapi jangkauan lebih panjang dari visi. Sementara orang awam dapat melihat aksi orang lain, orang waskita dapat pula melihat alasan tindakan. Jika melihatnya lebih dekat tetapi masih bisa melihat alasan dari alasan. Seorang tak dapat memberikan wawasannya kepada orang lain, seorang dapat memberitahu yang orang lihat, tetapi itu tidaklah cukup, karena agar dapat menjadi yakin setiap jiwa ingin pengalamannya sendiri. Fakultas melihat melalui kehidupan dapat dikembangkan melalui observasi. Ini disebut belajar, dan pemfokusan akal atas suatu objek belajar seseorang disebut konsentrasi. Dengan melalui pembiasaan dirinya sendiri mengangkat satu benda seorang dapat mempelajari mengangkat beberapa benda yang berbeda, jadi melalui observasi satu objek belajar dia menjadi mampu mengobservasi objek apapun dengan cara yang sama. Kedekatan observasi adalah mumpuni dalam dirinya sendiri. Pada tahap pertama melihat menembus dengan kata lain, objek yang seseorang lihat, pada tahap berikutnya, seperti cahaya matahari mempunyai kekuatan membuka kecambah, jadi kekuatan observasi dekat mengkomando objek-objek yang di observasi untuk menyingkap diri mereka sendiri dan memperlihatkan rahasia mereka. Setiap objek mempunyai jiwa di dalamnya, yang bisa disebut ruh. Pada jaman dahulu orang waskita mengenal ruh semua hal, ruh pegunungan, pepohonan, gemintang, dan planet-planet, dari sungai-sungai, danau-danau, kolam-kolam, dan lautan. Penghembusan objek berarti menyentuh ruh mereka. Tak diragukan lebih mudah menyentuh ruh manusia ketimbang menyentuh objek-objek tersebut, karena alasan utamanya bahwa manusia lebih hidup ketimbang bentuk-bentuk lain ciptaan. Orang yang matanya tidak kokoh tak mampu sepenuhnya mengobservasi. sama halnya akal yang tidak kokoh tak mampu mengobservasi dengan baik. Maka itu para ahli mistik menetapkan patur tertentu agar dapat membuat tubuh stabil, karena akal tubuh saling bereaksi, dan kekokohan salah satunya memberikan kekokohan kepada yang lain. Jadi seseorang yang mempunyai penguasaan diri, orang yang memiliki kontrol atas tubuh dan akalnya, memiliki kesetimbangan dan kebijakan. Kebijakan datang dari kekokohan, dan pemahaman mengikuti kebikjakan. Ada tiga aspek kehidupan, dan dengan melihat ketunggalan di ketiganya, seseorang tiba pada pengetahuan ketuhanan. Bagi ahli mistik, maka itu, gagasan trinitas menyarankan filsafat ini. Gagasan ini ada pada agama Hindu, dimana dikenal sebagai trimurti. Mereka mempunyai alat relijius, semacam garpu dengan tiga titik, sebagai simbol tentang hal ini, gagasannya menjadi bahwa ketiga aspek berbeda seseoranglah kehidupan yang membingungkan manusia dan mencegahnya dari menyadari kehidupan seseorang dibawah mereka. Aspek pertama adalah pengetahuan [the knower], yang kedua adalah yang diketahui, dan yang ketiga adalah yang mengetahui. Dengan kata lain mereka mungkin disebut pelihat, yang dilihat, dan melihat. Mereka adalah tiga balikan pada jalan yang sama, yang disembunyikan dan dibagi menjadi tiga. Maka itu dalam jalan ruhani teka-teki ini mesti dihilangkan, maka ahli mistik menyadari satu kehidupan dan bukan tiga. Kekuatan batin adalah fakultas mengetahui dan melihat. Aspek terbesarnya adalah pelihat; yang kedua yaitu yang dilihat; kekuatan melihat adalah yang ketiga. Alasannya adalah bahwa pelihat adalah sumber dan mula dari yang dilihat dan dari kekuatan penglihatan. Maka itu Nabi Isa disebutNya Bapak Yang dilihat memiliki didalamnya Cahaya yang diwarisi dari Pelihat. Apakah bunga atau buah, ia memiliki pancaran didalamnya yang membuatnya nampak. Ada buah dari seorang pujangga Persia yang menjelaskan hal ini, “Burung Bul-bul telah meminjam dari Anda nyanyian indahnya, dan bunga ros telah meminjam dari Anda warna dan wanginya.” Artinya bahwa pelihat mengambil sebagai alatnya adalah akal yang adalah alat jiwa, dan tubuh, alat dari akal. Maka itu pelajaran pertama yang dia harus pelajari, adalah relasi antara dirinya sendiri dan hal-hal yang dilihat. Begitu ahli mistik melihat kehidupan dan titik pandang ini, begitu ia menghubungkan diri sendiri dengan hal yang dilihat, dia dapat mengerti ia lebih banyak ketimbang orang-orang biasa. Sufisme bukanlah agama karena ia tak memberi doktrin atau prinsip apapun, tetapi adalah titik pandang. Vedantis kuno mengadopsi pandangan ini dalam mengajarkan frase sakral Tat tvam asi, “Sebagaimana Anda, begitulah Aku.” Dengan titik pandang ini, tatkala melihat menjadi dekat bahkan objek menjadi jelas terhadap pelihat dan berbicara kepadanya. Seluruh kehidupan mulai membentang dihadapannya seperti buku terbuka. Tetapi tiada yang begitu menarik bagi pelihat melihat atau mengetahui sebagai sifat manusia, dan dialah yang dapat melihat dan mengetahui orang-orang lain. Biasanya banyak terdapat pembatas-pembatas antara seseorang dan yang lain, seperti prasangka, kebencian, mengampuni, kejauhan, dan semua aspek dualita. Seseorang menganggap orang lain kawan terbaiknya di dunia. Jika dia menyadari bahwa yang memahaminya. Tidak ada sesuatu yang membawa dua orang saling lebih dekat kecuali pengertian. Dan apakah pemahaman ini? Adalah trinita dan unita. Seorang bertanya-tanya, “Mengapa saya tak memahami orang ini?.” Tetapi tidak menyadari bahwa orang menciptakan bagi dirinya pembatas-pembatas yang memisahkan satu orang dari yang lain. Andai pembatas ini tak diciptakan, jiwa memiliki kebabasan untuk melihat, dan tiada yang menghalangi jalannya. Apakah Anda pikir orang arif dan orang suci mencoba melihat pikiran orang lain? Sama sekali tidak, hal itu tak memperduli mereka, tetapi pikiran orang lain mengejawantahkan dirinya kepada orang suci tersebut Mengapa? Karena tak ada pembatas dari dualita. Gagasan ahli mistik adalah untuk menyingkap diri sendiri, dan ini dia dapat menyelesaikan melalui kontemplasi pada gagasan Tuhan, yang adalah ketunggalan mutlak. Manakala orang menyadari ini, semua ilmu seperti fisiognomi dan forenologi mulai menjadi bagaikan permainan. Melalui ilmu ini orang melihat sebagian, tetapi melalui cahaya jiwa orang melihat keseluruhan. Kilasan pelihat adalah menembuskan, dan dalam hal ini ia berbeda dari kilasan orang biasa. Ia mempunyai tiga kualita. Yang pertama yaitu dia menembus melalui tubuh, akal dan jiwa. Yang kedua yaitu ia membuka, mengunci, dan membentangkan hal-hal, ia pula memiliki kekuatan mencari dan menemukan kualita ketiga karakteristik kilasan pelihat lebih menakjubkan. Seperti ini, ketika jatuh diatas sesuatu, ia membuat hal tersebut sebagaimana ia ingin membuatnya. Sebenarnya ia bukan membuatnya, tetapi membangunkan didalamnya sebuah kualita partikular yang barangkali tertidur. Ini sangat alami, seperti yang kita lihat dalam menjalani kehidupan normal bahwa dengan takut kita menciptakan pada orang lain kecenderungan ketakutan, dan manakala kita mencinta kita mencipta kebaikan. Adalah memungkinkan membalikkan kawan menjadi musuh melalui anggapan bahwa dia salah satunya, dan juga memungkinkan mengubah musuh menjadi kawan dengan mengharapkannya dia demikian. Maka itu kecenderungan ahli mistik adalah membalikkan segala hal menjadi yang dia inginkan. Mengubah yang buruk menjadi indah, atau indah menjadi keburukan, inilah apa yang visinya dapat diselesaikan. Ini membuktikan kepada pemikir mendalam bahwa benda-benda bukanlah sebagaimana ia nampak, tetapi malah kita membuat mereka sebagaimana mereka adanya. Seluruh kehidupan bisa dibuat menjadi hal yang benar-benar buruk, atau ia bisa diubah menjadi suatu visi purna dari keindahan sempurna. Dewa para yogi, Syiwa, digambarkan dengan seekor kobra pada lehernya, yang berarti kematian, yang menakuti setiap orang, diterima olehnya sebagai kehidupan. Maka, bahkan kematian dapat diubah menjadi kehidupan, dan perbedaan titik pandangnya hanyalah bahwa membuat kehidupan mati. Karakteristik pertama kilasan pelihat, penembusan, tergantung atas kejernihan visi. Karakteristik kedua, penyingkapan objek, tergantung atas pencerahan jiwa, tetapi yang ketiga, yang terbesar, datang dari keyakinan dalam diri, disebut Iman. PENGEMBANGAN PEMAHAMAN Karena terdapat bayangan setiap rupa, suatu gema-lagi [re-echo] setiap suara, dan pemantulan setiap cahaya, sehingga ada pengesahan-lagi, segala hal yang orang lihat, dengar, atau cerap. Tetapi sebagaimana ia mengambil telinga musisi agar merasakan nada tinggi suara, dan mata artis mengenal rupa bayangannya, dan melihat dekat melainkan derajat pantulan cahaya, begitupun ia mengambil jiwa seorang pelihat melihat melalui seluruh hal di kehidupan. Mata pelihat berada di hati setiap jiwa. Merupakan suatu sikap yang menetapkan setiap orang menunduk ke tanah alih-alih mengangkat pandangannya keatas. Kecenderungan rata-rata adalah melihat permukaan. Tidaklah benar bahwa oang awam tak dapat melihat lebih lanjut, tetapi dia tidak mengira bahwa ada hal lebih lanjut, sehingga dia tak memberi dirinya sendiri kesusahan untuk melihatnya. Terdapat banyak yang cukup intelijen mencerap semua yang berada di belakang benda-benda, tetapi hal pertama yang membuat pandangan mereka terbatas adalah jangkauan dekat ketertarikan mereka. Mereka tidak cukup tertarik mengambil kesusahan tentang hal-hal pula mereka tak mengetahui atau percaya. Mereka akan gembira memiliki intuisi jika ia datang dengan mudah. Ada banyak orang yang bisa berpikir, tetapi tidak mengharap mengambil pesusahan berpikir. Ada dua hal yang diperlukan agar bisa mencerap: satu adalah keterbukaan; dan yang lain adalah upaya dibuat dalam arah tersebut. Manakala mengkontemplasikan sesuatu hal, akal mesti bebas dari semua penghalang di jalan tersebut, itulah keterbukaan – orang mesti sampai pula, dengan bantuan konsentrasi, saat memfokuskan akal seseorang pada objek tertentu. Hal penting berikutnya adalah menjadi cukup tertarik pada semua benda [hal] yang orang menjadi berhubungan dengan dan memperhatikan agar mengetahui apa yang tersembunyi di dalam mereka. Hal yang paling penting dalam kehidupan adalah pembukaan visi jernih tersebut yang dibuka dengan bantuan pemahaman, persis seperti awan menutupi matahari. Maka itulah orang-orang pintar dan baik sering melakukan hal-hal pada suatu saat emosi atau marah yang mereka tak akan pernah melakukannya. Akal kehilangan ritmenya dibawah tekanan emosi, dan begitupun ia mengganggu ritme tubuh, membuat manusia galau dan tak mampu melihat suatu kondisi atau situasi dengan jelas. Maka itulah orang-orang arif mencoba mempertahankan keterangan pada setiap keadaan. Kehidupan di dunia ini memunculkan banyak hal-hal setiap hari dan jam yang mengganggu ketenangan yang merupakan rahasia pemahaman. Setiap kejutan atau gangguan kecil di dalam dirinya atau di luarnya dapat mengecewakan seseorang yang mempertahankan ritme keseluruhan ujudnya dalam tata atur yang tepat. Maka itulah para arif memiliki pengasingan dari dunia. Tetapi cara terbaik mempertahankan ketenangan seseorang adalah menjaga ritme seseorang dibawah kontrol kehendak sendiri. Dengan melakukan hal ini orang menyimpan ketenangannya ditengah keresahan terbesar kehidupan. Dalam istilah Vedanta kehidupan bagaikan laut, dimana terdapat penaikan dan penurunan gelombang secara terus menerus. Sudah merupakan sifat manusia mencari kedamaian, dan dalam kedamaian yang merupakan satu-satunya kepuasannya. Tetapi sering dia mencarinya dengan keliru, jadi alih-alih memproduksi kedamaian, dia menciptakan lebih banyak kerja keras dalam kehidupan. Rahasia kedamaian berada di tekad [wil of power]. Alih-alih menolak kekuatan yang mengguncang dan mengganggu kehidupan seseorang, andai orang hanya dapat berdiri kokoh melawannya, maka orang akan sampai ke ketenangan yang paling diperlukan agar dapat memiliki pemahaman terbesar dalam kehidupan. Manusia dibuat dari atom-atom berkumpul bersama sekeliling intelejensi atom-atom fisik, atom-atom mental yang membuat tubuh dan akalnya. Kekuatan yang telah mengelilingi mereka, yang mengontrol mereka, dan yang menggunakan mereka untuk tujuan yang tepat adalah tekad. Bilamana kekuatan ini tak ada, tubuh dan akal keduanya menjadi berkeping-keping, hancur oleh setiap pengejutan yang datang dari arah manapun. Inilah alasan tersembunyi dibawah penyakit dan kelemahan yang parah. Setiap kesalahan, kekeliruan, dan kekecewaan dalam kehidupan memiliki alasan ini dibelakangnya: kekurangan kontrol, kekurangan, kekokohan dan kekuatan melawan pengaruh gangguan-gangguan yang datang dari dalam dan luar. Pelajaran terbesar yang orang pelajari, pelajaran yang paling membantu dalam mempertahankan ketenangan tersebut dalam kehidupan yang membantu pemahaman, adalah mampu menjadi seperti mundur dan maju menurut kehendak: Manakala mundur dibutuhkan, makan menjadi demikian, bilamana maju yang dibutuhkan, maka membuat diri sendiri dalam cara tersebut, mengekspresikan bilamana perlu, menanggapai manakala diperlukan. Pemahaman mungkin bagaikan pandangan yang orang dapatkan melalui teleskop. Dari kejauhan orang dapat melihat horizon luas, tetapi manakala orang mendekat kepada suatu benda orang memperoleh horizon terbatas. Dalam horizon yang lebih kecil ini benda-benda menjadi jelas karena orang melihat mereka dalam rinci; bilamana ada horizon lebih besar benda-benda tak nampak dalam rinci, tetapi malah merupakan pandangan secara umum. Hukum yang sama dapat diterapkan kepada pemahaman. Manakala memandang kepada seseorang, orang tersebut mendapatkan secuil karakternya, dan bilamana orang memandang suatu perakitan maka orang memperoleh suatu perasaan perakitan. Hati adalah teleskop jiwa, dan mata adalah teleskop hati. Persis sperti manakala orang melihat melalui kacamata [maka] matalah yang melihatnya bukan kacamata, maka tatkala orang melihat melalui hati dan melalui mata, yang melihat adalah jiwa. Mata tak mempunyai kekuatan untuk melihat, mereka hanya mempunyai kekuatan membantu jiwa melihat. Jadi meski hati adalah sebuah teleskop yang membawa seseorang untuk mencerap dan untuk menggambarkan semua yang orang cari, meski pada saat yang sama hati tidaklah melihat; jiwalah yang melihat. Dikatakan bahwa ada mata ketiga yang melihat. Ini benar, tetapi kadang-kadang ketika mata tersebut melihat melalui sepasang mata itu dan lalu mata yang sama melihat hal-hal lebih jelas ketimbang mereka bisa. Dengan bantuan mata ketiga, mata seseorang dapat menembus melalui dinding keberadaan fisik dan melihat kedalam akal seseorang, ke dalam kata-kata orang, bahkan lebih jauh. Manakala orang memulai melihat, yang pertama terjadi adalah bahwa segala sesuatu mata melihat seseorang melihat memiliki makna lebih dalam, signifikansi lebih besar ketimbang orang ketahui sebelumnya. Setiap pergerakan, setiap tingkat, bentuk, rona, suara kata-kata, ekspresi, atmosfir, semua menjadi ekspresif dari sifat dan karakter seseorang. Tanpa mengetahui rahasia ini banyak orang ingin mempelajari fisiognomi atau forenologi, tulisan tangan atau palmistri. Tetapi dalam perbandingan dengan visi jernih, semua ilmu yang berbeda ini adalah terbatas, mereka mempunyai arti, tetapi pada saat yang sama bila seseorang membandingkan dengan pemahaman yang orang miliki, mereka membuktikan terlalu kecil. Disamping itu, pembacaan-karakter bukanlah belajar, adalah penyingkapan. Adalah rasa yang terbangun. Orang tak perlu mempelajarinya; orang mengetahuinya. Ini adalah salah satu jenis pemahaman, tetapi ada pemahaman yang lain yang adalah pemahaman kepada urusan. Bisa urusan busnis, urusan profesional, suatu kondisi, suatu situasi dalam kehidupan, sekali pemahaman menjadi jelas, maka orang telah menggenggam situasi tersebut. Karena yang membuat hal-hal sulit dalam kehidupan adalah pengetahuan. Mungkin ada persoalan kecil, tetapi bila orang tak mengetahuinya, ia menjadi terberat dan terburuk dari semua persoalan; karena orang tak mampu memahaminya. Orang mungkin menganalisa persoalan dan mengalasankannya, tetapi tanpa pemahaman ia akan selalu tinggal sebagai teka-teki. Adalah pengembangan pemahaman yang memberi seseorang visi jelas dalam urusan-urusan, kondisi-kondisi, dan persoalan-persoalan dalam kehidupan. Fakultas melihat membutuhkan arah. Sebagai contoh, agar dapat melihat kekanan atau ke kiri atau depan atau belakang, orang harus mengarahkan mata. Mengarahkan ini adalah pekerjaan kehendak. Dalam duapuluh empat jam dari siang dan malam barangkali paling banyak selama lima menit atau lima belas menit yang orang melihat dibawah pengarahan kehendak: semua waktu yang tersisa orang melihat secara otomatis. Dengan kata lain, mata seseorang terbuka, hati seseorang bergantung pada semua yang dapat dilihat, dan orang menangkap dengan tanpa mengetahui hal-hal yang berbeda yang menarik mata dan akal. Semua yang orang selama siang dan malam bukanlah apa yang orang sengaja lihat. Itulah sebabnya para pemikir dan orang arif dari Timur pada zaman dahulu biasanya memiliki mantel mengerudungi kepala mereka, sehingga mereka tak melihat apapun atau siapapun dan dapat mengontrol pandangan mereka. Para Sufi zaman dahulu biasanya salalu membungkus kepala mereka seperti ini selama bertahun-tahun, dan dengan melakukan demikian mereka mengembangkan suatu kekuatan sehingga satu kilasan mereka dapat menembus bebatuan dan pegunungan. Ini hanyalah kontrol pandangan. Para yogi sepanjang masa telah bekerja bukan hanya dengan akal mereka tertapi bahkan dengan mata mereka, mencapai semacam stabilita kilasan sehingga mereka dapat mengarahkan pandangan mereka kepada apapun mereka inginkan untuk menguji atau menembus. Tidak terlalu lama, di Hyderabad ada seorang murid, murid yang agak intelektual, dan dia suka berbicara. Gurunya tertarik pada penyelidikan intelejennya, dan demikian dia mendorongnya untuk berbicara, sebaliknya adalah kebiasaan di Timur bagi murid untuk tetap diam di depan gurunya. Suatu hari gurunya dalam keadaan pembumbungan [exaltation], dan muridnya seperti biasa ingin berdiskusi dan berdebat, yang tak dapat disetujui bagi seorang furu pada saat itu. Dia berkata dalam bahasa Persia, “Khamush” yang berarti diam dan murid tersebut menjadi diam; dia pulang ke rumah dan tetap diam. Tak ada yang mendengarnya berbicara setelah itu, tak seorangpun di rumah ataupun diluar; dia tak pernah berbicara dimanapun. Bertahun-tahun lewat dan orang tersebut masih tetap diam, tetapi pada suatu waktu ketika ke-diamannya mulai berbicara keras. Pikiran diamnya akan terejawantah; harapan diamnya akan menjadi anugerah, kilasan diamnya akan menyembuhkan, pandangan diamnya akan berinspirasi. Ke-diamannya menjadi hidup. Adalah kata terucap yang telah tetap mematikannya selama ini. Pada saat bibirnya tertutup ke-diaman dalam dirinya mulai hidup. Kehadirannya hidup. Di Hyderabad orang-orang memanggilnya Syaikh Khamush, raja ke-diaman atau raja diam. Melalui ini saya ingin mengatakan bahwa setiap orang mempunyai mata, tetapi untuk membuat mata hidup membutuhkan waktu yang lama. Karena mata melihat begitu jauh tetapi tidak berlanjut; hatilah yang berhubungan dengan mata yang dapat melihat lebih lanjut, dan jika jiwa melihat melalui mereka ia tetap melihat lebih jauh. Pertanyaan yang benar-benar berbeda adalah bagaimana memperoleh fokus mata. Jika orang ingin melihat bulan, orang harus melihat pada langit alih-alih melihat bumi, dan begitupun jika orang mencari surga orang mesti mengganti arah pandangan. Disitulah banyak orang yang membuat kesalahan. Saat ini di Barat, dimana terdapat sangat banyak figur dengan berhasrat tertolong dalam melihat kebenaran, banyak diantara mereka keliru dalam hubungan partikular ini. Agar dapat melihat apa yang bisa dilihat dalam, mereka ingin melihat luar. Inilah, bagaimanapun, kecenderungan alami. Seperti orang yang melihat luar bagi apapun yang dia inginkan, dia biasanya mencari pencapaian terdalam pula pada [sisi] luar. Bagaimana kita dapat melihat dalam, dan apakah yang akan kita lihat? Pada tahap pertama, dalam berarti bukan hanya didalam tetapi juga di luar badan. Ini dapat dilihat melalui suatu perbandingan dengan cahaya di dalam lampu: Cahaya berada di dalam bola, dan ia berada diluar bola juga. Jadi jiwa berada di dalam dan juga di luar, dan begitupun akal, ia tidaklah terbatas di dalam tubuh. Dengan kata lain, hati lebih luas daripada tubuh, dan jiwa lebih besar lagi. Pada saat yang sama jiwa terakomodasi dalam hati, dan hati terakomodasi dalam tubuh. Inilah fenomenon terbesar, dan sangat sulit menjelaskannya dalam kata-kata. Ada pusat intuitif; dan agar dapat melihat ke dalam pusat-pusat ini orang harus membalikkan mata ke belakang, balikkan mereka dalam. Lalu mata yang sama yang mampu melihat luar mampu melihat dalam. Manakala orang mampu melihat dalam cara itu, sakit, senang, nikmat, dan lara setiap orang yang datang dihadapan seseorang yang mengejawantah dalam hati seseorang, sebenarnya orang melihatnya. Oang melihatnya bahkan lebih jelas ketimbang mata sendiri dapat melihat, tetapi ia adalah bahasa hati, mata tak mengetahuinya. Disamping itu, manakala hati seseorang mulai hidup, dunia lain terbuka bagi pengalaman. Karena umumnya seseorang berpengalaman dalam kehidupan sehari-hari seseorang hanya yang rasa dapat dicerap dan tak diluar itu. Tetapi bilamana sekali seseorang memulai mengalami perasaan yang halus dari hati, dia hidup di dunia lain meskipun dia masih berjalan di bumi yang sama dan hidup dibawah matahari yang sama. Maka itu, janganlah kaget jika Anda menemukan ujud-ujud yang hidup di dunia lain sementara berjalan di bumi. Menjadi sealami dengan yang hidup di dunia lain sementara berjalan di bumi. Menjadi sealamai dengan apapun bagi manusia hidup di hatinya alih-alih hanya di bumi. Orang-orang di Timur menyebut suatu ujud Sahih-e dil, yaitu, master akal. Dan kemudian jika seorang menuju lebih dalam lagi [deeper within], orang mulai hidup dalam jiwa, dan inspirasi, intuisi, visi, penyingkapan adalah alami bagai seseorang. Jiwa mulai menjadi sadar tentang domainnya. Ini adalah kerajaan dari yang disebut dalam Injil, “Carilah lebih dahulu kerajaan Tuhan.” Jiwalah yang pertama melihat. Dan orang dapat melihat lebih jauh lagi. Apa yang memampukan seseorang mencapai tingkat ini adalah cara meditasi dibawah bimbingan guru yang tepat. Hal pertama dilakukan adalah mengendalikan kilasan. Yang berikut adalah mengontrol perasaan. Dan yang ketiga adalah mengontrol kesadaran. Bila ketiga hal ini dicapai maka seseorang mulai melihat dalam. Melihat dalam sangat membantu seseorang dalam melihat luar, kekuatan yang sama yang dengannya hati dan mata diisi mulai mengejawantah meluar [outwardly]. Orang yang melihat dalam menemukan tatkala dia melihat luar sehingga semua itu adalah dalam yang mengejawantah luar. Pandangannya menjadi menembus, dan pengaruhnya menyembuhkan, menyamankan, menggairahkan, dan menenangkan. ??? BAB DELAPAN BELAS Pengesanan Langkah pertama dalam kemajuan okult (occult) adalah kejernihan pengesanan, pengesanan objek, orang, dan segala urusan. Bagi akal yang dapat dikesankan bahkan objek-objek berbicara, katakanlah, tentang muasal mereka, sejarah mereka, kegunaan mereka dan rahasia mereka. Pengesanan ujud hidup lebih dirasakan lagi. Kehadiran seseorang membicarakan masa lalunya, kini, dan yang akan datang. Manakala seorang pengunjung datang ke rumah Anda, dia mungkin membawa kepada Anda kenikmatannya atau laranya; dia membawakan Anda pengaruh baik atau jahatnya; dia membawaka Anda akal tinggi atau rendahnya; dia menala (tune) vibrasi suasana rumah Anda kepada posisinya; dia mengisi suasana dengan vibrasinya sendiri. Jika Anda hanya dapat mencerap, dia tak perlu memberitahu Anda satu kata tentang dirinya; Anda dapat mengetahui apakah dia mengalami surga atau neraka. Karena orang tidak perlu menunggu surga atau neraka di akhirat, disini pun ada; hanya setelah meninggal dia akan lebih dirasakan. Maka itu berhubungan dengan orang-orang surgawi dapat membawa kepadamu udara surga, dan berhubungan dengan yang lain dapat memberimu rasa tempat lain. Ini menunjukkan bahwa setiap individual adalah sebuah nada, sebuah ritme; suatu nada yang membawa nada orang lain kepada arti nadanya ( pitch); suatu ritme yang menggiring tiap orang mengkuti ritme yang sama. Itulah sehingga orang merasakan tarikan dalam kehidupan; itulah yang menakutkan orang bijak dari kehidupan dunia dan membuatanya merasa semakin semakin menjauhi kehidupan dunia dan mengungsi di hutan atau di padang pasir. Mengapa orang awam tak merasakan hal-hal tersebut, persis seperti kanak-kanak yang terserap dalam permainan, orang-orang di dunia saling menarik orang-orang lain. Maka itu mereka tidak banyak merasakan; karena mereka ditarik, tetapi pula mereka menarik tali orang lain. tetapi orang lain yang ditala kepada seluruh titi-nada orang awam yang ritmenya dalam kehidupan sangat berbeda biasanya mesti sangat merasakan tarikan tersebut. Dan satu-satunya cara para orang bijak mengatur guna mempertahankan diri mereka dari hal ini adalah melatih vairagya, ketakbergantungan dan ketakbedaan keduanya dalam satu, yang tak dapat dipelajari atau diajarkan, tetapi datang dengan sendirinya. Bukanlah kekurangan cinta, atau kepahitan; ia hanyalah menaik di atas kedua cinta dan benci. Bagaimanakah seseorang medapatkan pengesanan? Semua pengesanan mencapai otak melalui pusat saraf. Kebanyakan mereka diambil melalui napas yang diisap melalui nostril. Tetapi dengan cara ini saya tidak memaksudukan napas diisap melalui nostril. Dia yang mampu mendapatkan suatu pengesanan tentang seseorang tidak perlu menunggu agar melihat bagaimana dia akan menjadi demikian; dia mengetahui dengan segera sangat sering seseorang bisa mempunyai suatu perasaan pada pandangan pertama baik orang tersebut akan menjadi teman ataupun nyata tak bersahabat. Sebagian penampilan kedua objek dan ujud hidup berbicara, tetapi oleh kebanyakan merupakan pembukaan ruh seseorang yang menyingkap semua hal jika kita merunut muasal pengobatan, kita tiba pada keyakinan sama yang ahli mistik miliki, bahwa semua hal itu, telah disingkapkan kepada manusia. Orang-orang barangkali akan berbeda dalam menerangkan semua sumber pengetahuan, tetapi ternyata, disamping semua hal itu, berakar dalam jiwa manusia. Maka itu, orang yang dapat menerima pengesanan dengan benar mencerap kebenaran bukan hanya tentang objek dan orang, tetapi bahkan dalam segala urusan, dirinya sendiri dan orang-orang lain. Penampilan atau bahkan pemikiran dari urusan tersebut memiliki suara tersembunyi di dalam, memberitahunya ya atau tidak, benar atau salah, sukses atau gagal, lakukan atau jangan. Tetapi mungkin orang bertanya, “Jika memang demikian, kita mungkin tidak pernah salah; kita mungkin tidak pernah berteman kegagalan; kita mungkin tidak pernah bingung tentang suatu hal.” Jawabnya yaitu kita kurang konsentrasi, dan kurang ketenangan akal yang mengkibatkan kebingungan dan kehancuran. Karena air yang terusik tak pernah medapatkan pengesanan yang jelas; adalah hanya air tenang yang atasnya pengesanan jelas. Kejelasan pengesanan juga bergantung pada kemurnian air. Maka dengan akallah: suatu akal suci dari semua itu membuatnya selalu terganggu atau dibingungkan, semua itu menjelaskan ketaksucian akal. Definisi jelas dari suci dan tak-suci adalah bahwa setiap unsur luar yang merusak unsur tersebut yang dengannya ia tercampur membuat unsur asal tak suci. Dan ruh tersebut, adalah cangkir bahan tersebut, menjadi tak suci manakala bahan tersebut melekat kepadanya dan tak dapat dicuci. Semua meditasi dan konsentrasi dimaksudkan untuk mendiamkan aktivitas akal dan untuk membersihkan ruh semua yang merusak kesuciannya. Rekaman Mental Akal bagaikan rekaman mesin-bicara. Tetapi karena ia adalah suatu mekanisme hidup, ia bukan hanya memproduksi yang dikesankan padanya, tetapi juga mencipta. Setiap pikiran yang akal ciptakan mempunyai beberapa koneksi dengan suatu gagasan yang telah direkam, tidak persis sama tetapi dekat kepadanya. Sehingga orang menggurat garis dengan dalam pada akal [yang] mungkin memiliki beberapa garis kecil terlontar darinya, seperti cabang-cabang dari pokok sebatang pohon. Maka itu pelihat belajar membedah garis-garis guratan lebih dalam lagi melalui observasi atas pangkalnya, persis sebagaimana orang mampu, dengan melihat pada daun, mengetahui daun pohon apa asalnya. Sehingga dia mampu , mempelajari lebih banyak dari pikiran orang ketimbang dari orang lain. Karena aturan setiap pikiran yang orang ekspresikan memiliki koneksi didasarnya dengan suatu perasaan dalam. Pembacaan garis terdalam bagaikan pembacaan penyebab pikiran seseorang. Pengetahuan tentang sebab itu dapat memberikan pamahaman lebih besar ketimbang hanya pengetahuan tentang pikiran. Persis seperti berdiri pada sisi lain suatu dinding. Pikiran seperti dinding; dibaliknya terdapat penyebabnya. Sering perbedaan antara sebab dan akibat adalah bagaikan antara kecut dan manis. Sederhana meski sering membingungkan sehingga buah yang asam akan kecut bila belum masak dan manis tatkala masak. Manakala orang memulai mengerti kehidupan ini, opini yang orang bentuk dari pikiran menjadi berbeda. Ada perbedaan besar antara membaca pikiran secara luar dan membacanya dari dalam, dari sumber. Orang yang membaca suatu opini dari keremangan belum melihat realita. Efek suatu pikiran tak lain adalah keremangan; realitanya adalah sebabnya, sumbernya. Apakah garis-garis dalam yang darinya pangkal-pangkal muncul? Mereka adalah pengesanan yang orang mendapatkan dalam bagian pertama kehidupannya. Di Timur, dengan mempertimbangkan teori ini , mereka mengobservasi aturan-aturan tertentu dalam keluarga mengenai pengharapan ibu dan anaknya, sehingga tak ada pengesanan yang tak diinginkan yang menyentuh akal mereka. Ini menunjukkan betapa pentingnya sehingga pertanyaan ini perlu dipelajari. Manusia secara prinsip adalah akal ketimbang tubuh; dan ketika akal dapat mengesankan, manusia dapat dikesankan oleh alam. Sangat sering adalah penyakit, kesehatan, keberuntungkan, kegagalannya yang semua bergantung pada pengesanan pada akalnya. Mereka mengatakan garis-garis nasib dan kematian berada pada kepala dan telapak tangan, tetapi saya akan mengatakan bahwa pengesananlah yang orang miliki pada akalnya yang menetapkan takdirnya. Garis-garis pada kepala atau telapak tangan tidak lain adalah pengesanan-kembali tentang segala hal pada akal, tak diperlukan garis-garis pada tangan atau wajah. Dapatkah bahasa ini dipelajari seperti steno? Tidak, metodanya berbeda; sementara setiap orang berjalan ke depan dengan pikiran orang lain, pelihat berjalan ke belakang. Semua pengesanan tentang kenikmatan , kesedihan, ketakutan, kekecewaan menjadi tergurat pada akal. Ini berarti bahwa mereka telah menjadi manusia itu sendiri. Dengan kata lain, manusia adalah rekaman pengesanannya. Agama tua mengatakan bahwa rekaman tindakan manusia akan direproduksi pada hari akhir, yang para malaikat menulis semua perbuatan baik dan tercela oleh setiap orang. Apa yang kita pelajari dari ekspresi alegoris ini adalah semua yang dikesankan pada akal. Meski terlupakan, ia selalu disana, dan suatu saat akan menunjukkan dirinya. Orang dapat dengan mudah merunut masa lalu seseorang dari yang dia katakan dan dari cara dia mengekspresikannya. Masa lalu berdentang di hatinya bagaikan bel. Hati manusia adalah sebuah mesin rekaman bicara yang berjalan dengan sendirinya; jika telah selesai berbicara, orang hanya harus memutar balik mesin tersebut dan ia akan berjalan lagi. Kekinian seseorang adalah gema-kembali masa lalunya. Jika ia telah melewati penderitaan, meskipun ia lebih baik dia akan menggetarkan hal yang sama; keadaan luarnya tak akan mengubah ujud terdalamnya. Meskipun dia telah bergembira, hatinya akan menggetarkan masa lalu. Orng yang telah saling bertentangan antara satu dengan yang lain, pada suatu saat mereka menjadi sahabatm masih akan merasakan hentakan detak kebencian masa lalu. Maharaja yang telah diturunkan , dipenjara, orang masih akan merasakan getaran masa lalunya dalam atmosfir mereka. Kehidupan masa lalu, dan tak seorang pun dapat dengan mudah menghancurkannya, betapapun kemungkinan keinginan seseorang menutupnya. Dalam pembicaraan seseorang dan dalam tindakannya pelihat melihat rancangan yang mewakili garis-garis tersebut pada akalnya. Telaah yang paling menarik tentang subjek ini dapat dibuat melalui penelaahan [karya] seni dari masa yang berbeda dan dari bangsa-bangsa yang berbeda. Setiap bangsa memiliki garis-garis dan bentuk-bentuk tipikalnya, setiap periode menunjukkan kekhasan ekspresi dalam [karya] seninya. Orang menemukan pula dalam ungkapan penyair dan tema-tema para musisi. Bilamana orang mempelajari seorang musisi dan karya-karya selama hidupnya, orang bukan menemukan bahwa keseluruhan karyanya dikembangkan dengan garis tertentu sebagai landasannya. Pula, dengan mempelajari biografi orang-orang besar, orang menemukan bagaimana satu hal menjurus kepada yang lain, berbeda tetapi berasal dari hal yang sama. Maka adalah alami bahwa seorang maling pada suatu masa menjadi maling ulung, begitupun orang taat setelah waktu berselang mungkin menjadi orang suci. Tidaklah sulit untuk menyusuri garis yang telah dibuat pada akal seseorang. Yang sulit adalah bertindak bertentangan terhadap garis yang disuratkan di sana, khususnya pada kasus [yang] manakala ia menjadi garis yang tak diinginkan. Syiwa memberikan ajaran yang khusus pada subjek tersebut, yang dia sebut vipoit karnai, bertindak berlawanan terhadap sifat seseorang. Dia memberikan kepentingan terbesar terhadap metoda kerja ini dengan diri sendiri, karena dengan metoda ini pada akhirnya orang tiba pada penguasaan. Dibawah kelima indera terdapat satu indera prinsip yang bekerja melalui yang lain. Melalui indera inilah sehingga orang merasakan dengan dalam dan membedakan antara pengesanan-pengesanan yang datang dari luar. Setiap pengesanan dan pengalaman diperoleh melalui indera ini direkam dalam garis-garis dalam di akal. Sifat garis-garis ini adalah menginginkan (to want) dan membutuhkan (to need) hal yang sama yang telah direkam, berdasarkan kedalamannya, sebagai contoh, seperti halnya asin, kecut, pedas adalah rasa yang diperoleh, dan tanda akuisisi ini adalah garis [yang] dalam pada akal. Maka setiap garis memproduksi harapan untuk hidup diatas pengesanannya, dan kurangnya pengalaman bagaikan kematian atas garis tersebut. Rasa tak sedap, seperti ikan, cuka, atau keju, menjadi sedap setelah garis dibentuk, rasa meski sangat tak cocok ketimbang hal ini semua mungkin menjadi dapat cocok secara berlebihan ketika garis digurat dengan baik di akal. Aturan yang sama dapat diterapkan kepada not-not musik. Kombinasi tertentu musik atau aransir tertentu, manakala sekali terkesan pada akal, mungkin menjadi sangat cocok kepadanya. Semakin [sering] orang mendengarkan musik tersebut yang sekali telah kesankan pada akal, semakin orang [tersebut] ingin mendengarkannya. Dan orang tidak pernah menjadi lelah tentangnya kecuali yang lain, garis lebih dalam dibentuk, maka garis pertama mungkin diabaikan dan menjadi garis mati. Demi alasan itulah sehingga musik yang dimiliki orang-orang tertentu, baik dikembangkan ataupun tidak, adalah musik ideal mereka. Maka itu bukanlah musik luar tetapi musik dalam akal tersebut yang mempunyai pengaruh. Inilah alasannya mengapa para komposer memadukan [not] yang satu dengan yang lain dalam musik mereka, karena garis yang dikesankan pada akal mereka telah dicipta melalui yang mereka telah dengar; dan karena garis pertama diwarisi dari komposer yang lain, terdapat pemaduan. Dengan cara ini musik setiap orang membentuk karakternya masing-masing. Hukum yang sama berlaku pada puisi. Orang menikmati puisi dari pengesanan-pengesanan mula seseorang. Bilamana puisi yang orang baca tidak seharmonis dengan pengesanan-pengesanan pertama, orang tersebut tidak akan terlalu menikmatinya. Semakin seseorang membaca suatu puisi tertentu semakin orang tersebut menikmatinya, karena pengesanan dalam tersebut pada akalnya. Dari sini kita belajar bahwa bukan hanya yang diinginkan bisa menjadi suatu kesukaan. Meski hal-hal yang mungkin orang tidak akan pernah miliki, seperti rasa sakit, penyakit, khawatir, atau kematian, bilamana terkesankan dengan dalam pada akal seseorang, secara tak sadar orang rindu untuk mengalami mereka lagi. Sangatlah menarik menemukan bahwa bilamana seseorang telah membentuk suatu opini tentang hal atau orang tertentu dan setelah suatu masa telah ada sesuatu-sesuatu yang meruntuhkan opini tersebut, dia masih akan tetap berpegang kepadanya, karena garis-garis ini terkesan dengan dalam pada akalnya. Sungguh tepat yang ahli mistik katakan bahwa ego sejati manusia adalah akalnya. Dan masih lebih menyenangkan menemukan bahwa setelah menjalani hidupnya dibawah pengaruh pengesanan-pengesanan dalam ini pada akal, manusia masih berkisar tentang yang dia sebut kehendak bebasnya. Setiap garis yang digurat dengan dalam pada permukaan akal mungkin mirip dengan pembuluh vena yang melaluinya darah mengalir, yang membuatnya tetap hidup. Sementara darah mengalir, tetap berproduktif atas pangkal-pangkal cabang garis terdalam tersebut. Ada saat manakala semacam kelimpahan tiba pada suatu garis dimana darah tak mengalir dan tak ada pangkal-pangkal cabang. Bilamana garis terlimpahkan disentuh oleh pengaruh luar yang berhubungan dengan garis tersebut, dan ini membuat darah mengalir lagi dan pangkal-pangkal cabang bermunculan, mengekspresikan diri mereka dalam pikiran. Persis, seperti keadaan jaga atau tidur garis-garis tersebut. Seperti satu not musik dapat terdengar secara penuh pada suatu waktu, begitupun satu garis pangkal-pangkal cabang dapat dipahami, dan kehangatan ketertarikanlah yang menetapkan darah mengalir di garis partikular tersebut. Mungkin ada garis-garis lain dimana darah juga hidup, meskipun, jika mereka tidak dijaga agar tetap hangat oleh ketertarikan seseorang, mereka menjadi melimpah dan lalu lumpuh. Dan meski darah ada disana, kehidupan ada disana, ia menunggu; ia menunggu saat untuk bangun. Kesedihan masa lalu, ketakutan masa silam, kenikmatan masa dahulu, dapat dihidupkan setelah bertahun-tahun, dan dapat memberikan sensasi yang persis sama [dengan] yang orang alami sebelumnya. Semakin orang mengetahui misteri fenomena-fenomena ini, orang semakin mengerti bahwa ada dunia dalam diri sendiri: yaitu dalam akal seseorang terdapat sumber kebahagiaan dan ketakbahagiaan, sumber kesehatan dan penyakit, sumber cahaya dan kegelapan, dan mereka dapat dibangunkan baik secara mekanis ataupun dengan kehendak, hanya jika seseorang mengetahui cara melakukannya. Sehingga orang tak menyalahkan kesialannya tidak pula mengeluhkan rekan sendiri. Orang menjadi lebih toleran, lebih nikmat, dan lebih mencintai kepada tetangganya, karena orang mengetahui penyebab segala pikiran dan tindakan dan melihatnya sebagai akibat dari sebab tertentu. Dokter jiwa tidak mendendam kepada pasien di rumah sakit jiwa meskipun pasien memukulnya, karena dia mengetahui penyebabnya. Psikologi adalah alkemi lebih tinggi, dan seseorang tidak semestinya mempelajarinya tanpa mempraktekannya. Praktik dan belajar mesti berjalan bersama, ini membuka pintu menuju kebahagiaan bagi setiap jiwa. EKSPRESI Dahulu, pada zaman kuno ada seorang penasehat di India, yang setiap saat dapat mengetahui keadaan akal dan sikap raja, bahkan sampai pada suatu jangkauan yang sedemikian hingga sangat sering segala sesuatu diatur karena raja menyukainya tanpa dia mengatakan sepatah katapun. Ada sembilan penasihat yang bertugas pada istana Akbar, dan setiap orang dari mereka mengetahui keadaan akal kaisar pada setiap saat. Pelihat – yang tugasnya di dunia adalah hidup dalam kehadiran Tuhan dan orang yang mengenal kehadiran Dia pada semua ciptaanNya, personalitaNya khususnya pada manusia – memenuhi tugasnya sebagai penasihat dengan setiap manusia. Hidup orang yang semati sebuah batu diantara lingkungannya tidak mengetahui siapa yang dia telah ridhai, siapa yang dia belum ridhai, siapa yang mengharapkan pikiran atau pertimbangan, siapa yang meminta simpati atau mengharapkan pelayanannya, siapa yang membutuhkanya dalam kegalauan atau kesulitan. Kerja ahli mistik adalah agar mampu membaca bahasa akal. Seperti juru tulis di kantor telegraf membaca huruf-huruf dari dentingan [morse], maka pelihat memahami dibalik setiap kata yang dicakapkan kepadanya dan apa yang telah mendorongnya keluar. Lalu dia membaca garis-garis yang berada dibalik pikiran, percakapan dan tindakan manusia. Dia mengerti pula bahwa setiap jenis rindu dan dendam, baik dan jahat, memiliki sumbernya pada pengesanan dalam. Dengan mengetahui akar penyakit ini, dia dengan mudah menemukan penyembuhannya. Tak ada pengesanan yang sedemikian hingga ia tak dapat dihapus. Ahli mistik mempunyai dua proses dalam berhubungan dengan garis-garis ini. Proses pertama adalah memperbarui garis tersebut dengan menambahkan beberapa warna lain dan sehingga mengubah satu pengesanan menjadi yang lain. Tak diragukan ini membutuhkan pengetahuan kimia mental besar. Cara lain ahli mistik tersebut ambil adalah mengerik garis dari permukaan. Tetapi sering, bilamana garisnya dalam, memerlukan pengerikan [dengan] porsi besar dari akal tersebut agar dapat menghilangkan satu garis. Biasanya ahli mistik menjadi toleran akan setiap jenis hubungan terhadap yang lain dengannya, karena dia bukan hanya melihat hubungan tersebut sebagaimana ia nampak – penuh atau kurang terpikir, dingin serta hangat – tetapi penyebab yang terjadi di belakangnya. Dengan membaca akal manusia seorang ahli mistik mendapatkan pemahaman dalam ke dalam sifat manusia dan kepada dia kehidupan manusia mulai menampak sebagai kinerja suatu mekanisma. Dia belajar dari sini bahwa kehidupan adalah memberi dan menerima. Orang bukan hanya menerima apa yang orang berikan, tetapi pula orang memberi yang dia terima. Dengan cara ini ahli mistik memulai melihat kesetimbangan kehidupan. Dia menyadari bahwa jika perolehan atau kehilangan, kenikmatan atau rasa sakit dari seseorang mempengaruhi orang lain, hanya untuk saat itu. Tetapi sejalan dengan waktu semua berakhir pada suatu kesetimbangan. Dan tanpa kesetimbangan tak ada ujud memungkinkan. Setiap atom tubuh manusia mengekspresikan masa lalu, kini, dan mendatangnya. Alasannya yaitu, pada tempat pertama, setiap impuls, menciptakan getarannya dan mengambil kegiatan partikularnya. Ini mempengaruhi hati, sementara darah disirkulasikan melalui seluruh tubuh. Dengan cara ini pikiran, sebut saja, ditulis pada wajah manusia. Agitasi menerus manusia dalam hubungannya dengan orang-orang lain, kepuasannya, atau ketakpuasannya, cinta atau kebenciannya, semua nampak dalam penampilannya setiap orang dapat mengetahui mereka lebih atau kurang, tetapi pelihat dapat membaca dengan lebih tepat. Sulit untuk mengatakan dengan pasti tanda-tanda pikiran dan perasaan yang nampak pada penampilan seseorang. Bagaimanapun, secara terpisah melalui intuisi dan secara terpisah melalui pengalaman, orang membaca mereka. Ada pada beberapa orang yang kontrol pribadinya dikembangkan, orang yang mampu menyembunyikan pikiran-pikiran dan emosi-emosi mereka, dan meskipun tidak mungkin merasakan dengan dalam dan menyembunyikan perasaan sendiri dari mata orang-orang lain. Tidak diragukan bentuk dan gerakan berbicara lantang tentang kondisi seseorang tetapi ekspresi wajah orang tersebut masih lebih lantang lagi. Ada perubahan-perubahan berlainan yang datang pada setiap impuls, pada setiap perubahan emosi, membuat tanda yang merupakan buku terbuka bagi pelihat. Kata Kasyf berarti pembukaan, dan digunakan oleh para Sufi dengan makna bahwa hati manusia adalah suatu aturan tertutup dan bagi orang tertentu hal itu yang kepadanya menjadi terbuka, dapat membacanya bagaikan buku terbuka. Tak diragukan membaca kondisi akal seseorang dari penampilannya tidaklah merupakan suatu hal yang sulit. Meski anjing dan kucing dapat mengetahui ini, dan terkadang mereka mengetahuinya lebih baik daripada manusia. Yang memberi seseorang pemahaman ke dalam orang lain yaitu, urutan yang pertama adalah, simpati seseorang. Pertama pelihat mengembangkan kualitas cinta. Dia yang hatinya terbakar dengan cinta Tuhan mampu mencintai manusia. Hati yang terbakar dengan cinta tersebut menjadi lentera menyala, yang menebarkan cahaya pada setiap orang yang pelihat jumpai. Dan begitu cahaya ini jatuh pada seseorang, semua hal tentang orang tersebut, tubuh, hati, dan jiwanya menjadi jelas baginya. Cinta adalah senter yang menyinari semua yang datang dalam cahaya, tetapi pengetahuan Tuhanlah yang menjadi kunci yang membuka hati seluruh manusia. Bentuk Hal pertama dalam mempelajari sifat manusia adalah pengobservasian bagian luar manusia. Ia mempunyai dua aspek; satu adalah kepalanya, yang lain adalah bentuknya. Ini dapat dilihat dari dua titik pandang, analitis dan sintetis. Yang pertama adalah pengertian akan karakter setiap organ dan makna bentuknya, dan yang terakhir adalah keharmonisan organ-organ berbeda. Seorang mengerti setengahnya bilamana ia menganggap bahwa satu organ dan bukan kombinasinya dengan yang lain-lain. Mempelajari physiognomy adalah menarik dan dapat membantu orang, setiap orang tersebut mesti memiliki pula intuisi untuk membantu membimbing seseorang bilamana orang tersebut ingin menilai. Tak ada di kehidupan ini sebegitu menarik seperti mempelajari sifat manusia, dari dalam pencapaian kepada pengetahuan Tuhan, pengetahuan tentang sifat manusia adalah awalnya. Maka dalam mempelajari okult (occult) orang mesti memulai dengan mempelajari manusia; dan pelajaran pertama adalah bentuk mereka. Kesegaran organ-organ partikular atau otot-otot menunjukkan vitalitas mereka, dan kurang segarnya adalah kurangnya energi pada mereka. Maka kelurusan setiap organ mensugestikan kelurusan sifatnya, dan lengkungan, dimana memang alami, menunjukkan kehalusan sifat. Suatu titik menunjukkan ketajaman tabiat (nature); lingkaran untuk menunjukkan kelembutan; dan bentuk oval menunjukkan intelejensi akut. Proporsi kepala dan badan menunjukkan kesetimbangan, dan kurangnya tentang hal-hal tersebut menunjukkan kurangnya kesetimbangan. Setiap organ mewakili bagian tertentu sifat manusia yang mungkin tak mempunyai koneksi dengan organ tersebut. Cara berdiri atau duduk tertentu menegaskan suatu sifat tertentu. Pembengkokan yang seharusnya kelurusan menunjukkan kurangnya kelurusan dalam sifat. Organ-organ yang seharusnya memang ganjil dan tak menunjukkan kurangnya kesetimbangan. Pada setiap wajah dari bentuk selalu ada beberapa perpaduan kepada ciptaan lebih rendah, dan seseorang yang dengan pemahaman cemerlang dapat mengenalnya. Intuisi membantu kita memahaminya. Terkadang pada wajah atau bentuk, kadang pada pergerakan, kita menunjukkan suatu tanda seseorang atau yang lain dari ciptaan lebih rendah, dan ini menandakan beberapa perpaduan terhadap sifat ciptaan partikular tersebut. Semakin orang mengobservasi dari titik pandang ini, pandangan akan semakin semakin menjadi jelas dan ia menunjukkan keluhungan sang Pencipta. Ia membuat orang bertoleran dan pemaaf atas setiap orang, dengan berdasarkan pengertian tersebut tak seorangpun dapat bertindak melawan fitrahnya. Pula, dia yang melihat pada keluhungan ini mulai melihat bukti ketuhanan pada setiap wajah, sebagaimana seseorang dapat melihat pelukisnya pada lukisannya. Dan alamiah belaka menginginkan mempelajari bagian okultisme ini agar dapat mengenal bagian ketuhanan pada ciptaan dan menyembahNya. Wajah Wajah dapat menjelaskan sikap akal dan menggambarkan sifat dan karakter lebih komplit ketimbang tubuh dan gerakannya. Setiap gerakan kecil mata, gerakan bibir dalam senyuman atau dalam tawa, gerakan alis atau kepala itu sendiri menerangkan kondisi akal tersebut. Ujung alis yang melengkung keatas menegaskan egoisme dan ketajaman. Kerutan atas dari bibir mensugestikan kesenangan, penguluman bibir menujukkan kecenderungan bercanda atau menunjukkan kesenangan. Keliaran mata atau kegelisahan gerakannya mensugestikan kebingungan. Gerakan mata menuju sudut terluar menegaskan otak cerdas, menggembungkan pipi menegaskan kenikmatan, mengempotkannya, kesedihan. Orang dapat memperoleh konsepsi penuh karakter tersebut dengan mempelajari rona sepenuhnya dan bukan hanya sebagian. Mempelajari sebagian selalu hanya memberi pengetahuan sebagian, pengetahuan komplit diperoleh hanya dengan mempelajari keseluruhan. Observasi cermat dengan hasrat mempelajari membantu seseorang membaca kodisi akal seseorang, sifat dan karakternya, meski pandangan tersebut sering terwarnai oleh kepribadian orang yang melihat. Kesenangan atau ketaksenangannya, kesukaan atau ketaksukaannya, berdiri di antara mata orang yang melihat dan orang yang dilihat. Maka itulah kadang-kadang orang yang berdosa memiliki pengertian lebih baik tentang seseorang ketimbang orang-orang pintar dengan akal tersesat. Ada kata hikmah dari Sa’adi, “Duhai kepintaran lembutku, Anda kadang menjadi penyesat terbesarku.” Ekspresi Ekspresi manusia lebih menunjukkan sifat dan karakternya ketimbang bentuk dan figurnya. Dalam Alqur’an dikatakan bahwa mata dan tingkah manusia tersebut akan mengakui yang dia mencoba sembunyikan di hatinya. Kekuatan, kelemahan, kekuasaan, ketakutan, kebahagiaan, kenikmatan, kegundahan, pujian atau tuduhan, cinta dan kebencian, semua ini menunjukkan ekspresi. Semakin menjadi mampu seseorang membaca ekspresi, semakin dengan lebih jelas orang tersebut dapat membaca karakter. Ini menunjukkan bahwa ada misteri yang terletak dibalik gerakan. Ada getaran tertentu yang mengambil arah tertentu dibawah kondisi-kondisi tertentu, dan tanda-tanda semua getaran-getaran yang nampak dapat dilihat dalam gerakan-gerakan seseorang atau ekspresi ronanya. Tidak memakan satu saat bagi ekspresi tersebut untuk berubah dari kesannya kepada kesakitan, dari kalem kepada ketakutan, dari cinta kepada benci. Itu menunjukkan bahwa atom-atom tubuh, pembuluh-pembuluh vena, organ-organ, dan otot-otot serta garis-garis terbentuk oleh gerakan-gerakan mereka, adalah dibawah kontrol hati. Setiap perubahan yang terjadi di hati menampak pada wajah orang tersebut, maka orang yang mengetahui bahasanya dapat membacanya disana. Orang yang saling memandang sering dapat membaca suatu perubahan dari ekspresi, karena masing-masing terbiasa tumbuh untuk mengetahui dan mengenal perubahan ekspresi wajah pada orang lain. Tetapi pengembangan intuisilah yang memberikan kejelasan visi yang melaluinya orang dapat melihat dengan lebih komplit. Mata adalah perwakilan jiwa pada permukaan, dan mereka berbicara kepada seseorang dengan lebih jelas ketimbang [yang] kata-kata dapat ungkapkan, bagi orang yang dapat membaca mereka merupakan tanda-tanda alam dari evolusi seseorang yang sedang berlangsung. Seseorang tak perlu berbicara kepada orang lain, matanya memberitahu apatah dia senang atau tidak, mau atau tak mau, apatah dia merasa senang atau tidak senang ditingkatkan. Cinta atau benci, angkuh atau rendah hati, bahkan bijak atau bodoh, semua dapat dilihat di mata, setiap hal mengejawantah melalui mereka. Mata dapat meminta dan menjawab pertanyaan, dan pada tingkat kecepatan dari arah kilasan misteri ekspresi tersebut terletak. Orang yang mampu merunut kondisi dan karakter seseorang dalam matanya, tentu saja berkomunikasi dengan jiwanya. Gerakan-gerakan Setiap gerakan yang seseorang buat mensugestikan kepada pelihat beberapa makna. Seseorang tidak selalu sadar atas gerakan-gerakannya, dan tidak setiap gerakan dibuat dengan sengaja, tetapi banyak gerakan yang orang buat secara tak sadar dan berpikir tanpa suatu makna bagi pelihat. Dia mengingatkan mereka dari dua titik, permulaan dan akhir. Tak ada gerakan, bagi seorang pelihat, yang tanpa arah, dengan kata lain, setiap gerakan diarahkan oleh sebab sebelumnya. Dan baginya tak ada gerakan yang tanpa hasil yang pasti. Tujuan seakan-akan menjadi penyebab, tetapi realitanya adalah pada akibatnya. Terlahir pada sebab, tetapi diselesaikan pada akibat. Hal pertama yang ahli mistik mengerti melalui gerakan yang seseorang buat adalah sifat orang tersebut, dan hal berikutnya yang dia mengerti adalah urusan-urusanya. Hukum yang berlaku disini juga bahwa kelurusan mensugestikan kelurusan, kebengkokan mensugestikan kebengkokan, kelembutan gerakan mensugestikan kecantikan dan kurangnya kelembutan [merupakan] cacat dari unsur tersebut. Ritme gerakan mensugestikan kesetimbangan, dan kurangnya ritme mensugestikan kurangnya kesetimbangan. Kecenderungan horizontal mensugestikan penyebaran. Gerakan ke dalam dan ke luar mensugestikan dalam dan luar, gerakan ke atas mensugestikan kemurkaan, dendam, cacat atau keangkuhan; gerakan kebawah, depresi, keputusasaan, penyerahan. Gerakan ke kiri dan kanan ke depan pula memiliki signifikansi mereka, yang kanan menunjukkan daya juang dan kekuatan, yang kiri [adalah] seni dan keterampilan. Suatu kecenderungan mengerut mensugestikan ketakutan, ketakberdayaan, kedinginan, kecenderungan meregang menunjukkan hasrat untuk bertindak, kekuatan, kekuasaan. Suatu kecenderungan berbalik menunjukkan kebingungan. Suatu kecenderungan mencubit dan menekan menunjukkan kegundahan atau kesengsaraan akal, kelegaan dan kelapangan gerakan menunjukkan kenikmatan dan kebahagiaan, dan kediaman tanpa kekakuan adalah pengekspresian kekaleman dan kedamaian. Hukum kecenderungan kelima unsur untuk membedakan arah*) membantu pelihat mengenal berbagai unsur bekerja pada sifat manusia. Gerakan dapat dikenal pada saat duduk, berjalan, berbaring, dan saat tertawa dan menangis. Penelaahan hukum-hukum ‘gerakan’ dan arah ini hanya bermanfaat bilamana fakultas intuitif dikembangkan. Jika penelaahannya adalah intelektual maka terbatas dan kaku, dan orang tak dapat cukup jauh menelaah tabiat manusia hanya dengan penelaahan intelektual. Orang-orang Hindu yakin bahwa ciptaan adalah mimpi-mimpi sang Brahma, yang berarti mimpi sang Pencipta. Dengan kata sederhana. Pencipta telah berpikir, Dia telah membuat. Sehingga, dalam proporsi kemungkinannya, manusia membuat apa yang dipikirkan. Apa yang memateri kita sebut kejadian, tetapi apa yang belum dimaterikan kita tak tahu, dan apa yang kita tak tahu tetap mengada di dunia pikiran. Dalam Alqur’an dikatakan, “Organ-organ tubuhmu akan memberi pengakuan atas tindakan-tindakanmu pada Hari Akhir.” Sesungguhnya, bukti bukan hannya pada tindakan saja, tetapi bahkan dengan segera pikiran yang diberikan oleh setiap atom tubuh. Sifat pengejawantahan adalah sedemikian hingga tiada yang tersembunyi kecuali hal yang orang dapat lihat, dan yang tak dapat orang lihat disembunyikan dalam dirinya sendiri, kecuali dari matanya sendiri. Tujuan Pelihat, maka itu, adalah agar melihat dan meski tidak menjadi tertarik. Anggaplah Anda mendaki gunung Everest, dan merasa tertarik pada tempat tertentu yang Anda suka, berkeinginan menghargainya, atau pada bagian yang Anda tak sukai, berkeinginan merusaknya. Pada kedua kasus tersebut Anda sudah akan membiarkan kaki Anda dirantaikan kepada tempat tersebut selama waktu yang lama atau singkat, dan dengan demikian sudah akan kehilangan waktu dan kesempatan. Sebaliknya Anda sudah dapat melanjutkan selamanya dan barangkali telah melihat dan belajar banyak ketimbang berhenti di sana. Orang-orang yang terganggu karena pikiran orang lain dan menguntungkan diri mereka sendiri pada tindakan-tindakan orang lain sering kehilangan waktu mereka dan menumpulkan pandangan batin mereka. Orang-orang yang berjalan lebih jauh, moral mereka adalah untuk mengabaikan semua yang mereka lihat dalam perjalanan mereka, karena akal mereka tertuju kepada sasaran. Bukanlah suatu dosa melihat pikiran siapapun, tetapi suatu kesalahan, tak diragukan, bilamana seseorang memprofesikannya. Mencoba mengetahui pikiran orang lain bagi keuntungan diri sendiri tidaklah adil dan menguntungkan; pada…… bersambung ????????????????? ????? Hal. 201-202 Buku Asli *) arah elemen tanah adalah tingkat, dan tabiatnya adakah nenyebar. Arah air adalah kebawah. Arah api adlah ke atas. Arah udara adalah zig-zag. Arah ether secara partikular tidak tercerap, karena diam. BAB SEMBILAN BELAS Intuisi Intuisi muncul dari kedalaman hati manusia. Mempunyai dua aspek: pertama adalah bergantung pada impresi luar; yang lain bebas dari impresi luar apapun. Yang pertama disebut impresi, dan yang belakangan [adalah] intuisi. Intuisi adalah fakultas yang halus dan maka itu [merupakan] fakultas feminin karena ia datang dengan keresponan. Wanita secara tabiat lebih intuitif ketimbang pria. Sangat sering seseorang mengatakan, “Orang ini memberikan kepada saya impresi ini dan itu,” tetapi pada saat yang sama tak ada alasan membuktikannya. Dia barangkali tak mampu menemukan suatu alasan; tetapi bagaimanapun impresi tersebut benar. Ada beberapa orang – juga beberapa bangsa – yang secara alamiah intuitif. Karena seorang intuitif tidak perlu menunggu sampai dia menemukan perihal seseorang; dia membutuhkan hanyalah sesaat. Misalnya, begitu matanya jatuh pada seseorang, impresi bangkit yang termasuk jenis pertama dari intuisi. Seorang dengan akal yang halus dan diam umumnya memiliki intuisi; seseorang dengan akal yang kasar dan liar tak memilikinya. Intuisi adalah suatu super-indera; bisa disebut sebagai indera keenam. Ia merupakan esensi dari semua indera. Manakala seseorang berkata dia mengindera sesuatu, tidak berarti bahwa terdapat alasan objektif untuk membuktikan bahwa memang demikian; yang berarti bahwa tanpa tanda-tanda luar dia menginderanya. TEMPAT UNTUK HALAMAN 202 (BUKU BAHASA INGGRISNYA) Intuisi yang lepas dari pengesanan adalah dari sifat lebih dalam yang diam. Karena hal ini datang maka sebelum Anda ingin memulai sesuatu Anda mengetahui apa yang akan datang darinya, sebelum memulai suatu perusahaan, Anda [sudah] melihat hasilnya. Intuisi kadang-kadang semacam petunjuk batin, kadang-kadang pengingat dari dalam. Bagaimanakah seseorang mencerapnya? Ekspresi pertamanya pada bahasa perasaan, perasaan tersebut menyebar dalam horison akal [untuk] membentuk dirinya, akan menjadi lebih naratif gagasan-gagasannya. Lalu akal mengubahnya menjadi bentuk, kemudian bahasa menginterpretasikannya. Maka adalah kepada hati perasaan intuisi termasuk. Intuisi berubah menjadi tiga kondisi berbeda agar dapat cukup jelas dibedakan, perasan, imajinasi, dan frase. Orang mendengar suara intuisi meskipun masih dalam proses awal pengembangan, adalah dia yang lebih mampu mencerap intuisi dari orang yang bisa disebut sebagai intuitif. Orang yang lain membedakannya manakala ia mengekspresikan dirinya dalam alam pikiran. Dan ada orang ketiga yang hanya dapat membedakan intuisi tatkala ia terejawantah pada bentuk frase. Semacam orang, percintaan, hati-suci, tentang kehendak baik, yang merupakan intuitif. Intuisi tidak berhubungan dengan mempelajari. Seorang buta huruf dapat jauh lebih intuitif ketimbang orang yang lebih laik, karena adalah domain pengetahuan yang lain, ia datang dari arah yang lain. Impuls orang intuitif sangat sering dibimbing oleh intuisi; impuls seseorang yang kurang intuisinya mungkin datang dari arah yang lain, dari permukaan. Impuls yang diarahkan oleh intuisi adalah disengaja. Impuls yang hanya seperti jerami mengambang pada permukaan air, dan jerami ini menjadi impuls manakala didorong oleh riak yang datang dari belakang. Maka itu seorang mendapatkan keuntungan bagi sebuah impuls yang benar; karena impuls salah dia ditipu. Tetapi jika orang melihat apa yang dibelakang impuls, orang akan menjadi perlahan mengekspresikan opininya pada subjek tertentu. Sangat sering orang intuitif membuat kesalahan dalam menangkap intuisi yang benar, karena intuisi itu datang dari satu sisi dan akalnya menanggapi dari sisi yang lain, dan dia tak mengetahui yang manakah mana. Bilamana ia mengambil tindakan akalnya bagi suatu intuisi, sekali terkecewakan dia kehilangan keyakinan pada dirinya sendiri, sehingga biasanya ia tak mau lagi memberi pikiran kepada intuisi, dan fakultas tersebut berlarut-larut menghancurkan dalam dirinya setiap hari. Menangkap intuisi adalah hal yang paling sulit. Karena waktu kejadianya, keduanya bekerja, intuisi di satu pihak, dan akal di pihak yang lain. Adalah bagaikan dua ujung tongkat yang tengahnya ditempatkan di atas tongkat yang lain untuk menggerakkannya ke atas dan ke bawah seperti gergaji kayu, dan ujung yang satu tidak memberitahu ujung yang mana yang bergerak pertama dan yang mana yang kemudian. Maka itu orang perlu mengambil langkah yang sangat hati-hati mengenai tindakan akal, yang diperoleh melalui latihan konsentrasi yang menyeluruh. Orang harus mampu melihat pada akal sendiri persis seperti batu tulis di depannya, sementara memandang kepadanya orang harus mampu menutup dirinya dari semua sisi, menjuruskan akalnya hanya pada wujud terdalam dirinya. Dengan mengembangkan konsentrasi, dengan mendiamkan akal, orang dapat digeser ke keselarasan yang perlu untuk menangkap intuisi. Jika orang pernah sekali terkecewakan dalam penangkapan intuisi sendiri, dia tak seharusnya kehilangan semangat; dia harus terus mengikutinya meski nampaknya suatu kesalahan kontinual. Bila orang mengikutinya secara kontinual, maka orang tersebut akan sampai pada pencerapan benar tentangnya. Tidaklah mudah mengenal suatu intuisi. Gelombang pikiran persis seperti gelombang suara. Sangatlah memungkinkan bagi pikiran orang lain untuk melayang ke dalam medan seseorang yang sadar, dan mendengarkannya [sehingga] orang bisa mengira adalah intuisinya. Sangat sering seseorang merasa depresi atau riang tanpa alasan tertentu. Ini mungkin semacam pikiran mengambang atau perasaan dari orang lain yang terlalu melewati akal dan wujudnya, dan dia, untuk saat itu, mulai merasa senang atau tak senang tanpa suatu alasan. Seringkali terjadi pada setiap orang pada suatu hari yang di sana datang, pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan khayalan-khayalan yang tak pernah dimilikinya atau yang tak ada alasan memilikinya. Tidak akan benar menyebutnya intuisi. Air yang ditemukan di kolam dangkal tidaklah sama dengan air yang ada di kedalaman bumi. Maka itulah pikiran-pikiran datang dan pergi mengambang di permukaan, dan tidak menjadi bergantung pada; intuisi nyata dapat ditemukan di kedalaman wujud seseorang. Perbedaan antara imajinasi dan intuisi kadang-kadang membingungkan. Keduanya datang dengan cara yang sama. Manakala imajinasi yang diberikan mulai membangun dirinya, kita tak dapat mengucapkannya. Imajinasi tersebut datang dengan tiba-tiba, tetapi begitupun intuisi. Itulah sebabnya sulit untuk membedakan diatara mereka. Yang benar adalah bahwa kalau imajinasi bersama cahaya, maka pastilah intuisi. Setiap imajinasi adalah intuisi sampai dirusak oleh alasan: manakala intuisi dirusak oleh alasan maka menjadi imajinasi. Tetapi setiap imajinasi dan setiap pikiran dengan cahaya intelejensi membuka adalah selalu intuisi, dan maka itu bagi seorang yang tercerahkan tak pernah memiliki suatu pikiran atau imajinasi yang bukan merupakan intuisi; ia selalu menyentuhnya. Hal pertama yang harus orang pelajari, adalah meyakini eksistensi sesuatu sebagai intuisi. Berikutnya adalah mampu mengikuti intuisi sendiri, meskipun mempertaruhkan sesuatu yang berharga. Meskipun kadang-kadang orang gagal, tidak akan gagal selamanya. Maka itu pada akhirnya orang akan menemukan diri sendiri pada jalan yang benar. Tetapi yang ketiga adalah membuat akal sendiri terjurus-satu melalui bantuan konsentrasi, yang akan memungkan seseorang menangkap intuisi dengan tepat. Sebagaimana, mendengarkan telinga dibuat sedemikian hingga gelombang suara bersuara lagi di dalamnya dan menjadi jelas, maka, akal harus dibuat semacam kapasitas atau cetakan yang padanya intuisi mungkin jelas. Kesulitannya adalah secara zahir kerja telinga berbeda dari kerja mata, tetapi akal melakukan kedua melihat dan mendengar pada saat yang sama. Adalah perseptif sekaligus kreatif, tetapi ia tak mampu menangkap dan mencipta sekaligus, karena mencipta adalah pengekspresian dan penangkapan terjadi melalui penerimaan. Akal dapat menjadi penerima bagi pengetahuan yang datang dari dalam. Bila kita memandang orang, kita akan menemukan bahwa diantara seratus yang ada disana sembilanpuluh sembilan diantaranya adalah kreatif secara alami, tetapi hanya satu yang cukup mampu menerima melalui fakultas intuitif. Kesulitan bagi akal adalah bilamana seseorang ingin menerima, akal malah ingin mengkreasi, bilamana orang ingin mengkreasi, maka akal malah ingin menerima. Maka itulah suatu hikmah bagaikan esensi kehidupan dan bisa ditemukan dalam diri seseorang yang hanya dapat dicapai pertama-tama melalui mentaatkan akal, dan ini hanya dapat dicapai dengan konsentrasi. Jika akal seseorang tidak dibawah kendali, bagaimana mungkin dia menggunakannya? Ada satu hal yang harus dipelajari, dan yang lain berguna bagi orang yang belajar. Tidaklah cukup belajar suatu nyanyian, hal itu tidaklah menjadikan seseorang sebagai nyanyian. Diapun harus belajar menghasilkan suara. Dan begitupun dengan pengetahuan intuitif. Manakala seseorang menjadi laik dengan belajar bertahun-tahun dan belum bisa menggunakan pengetahuannya, apakah bagusnya? Sudah cukup banyak orang berpendidikan, yang diharapkan saat ini adalah orang yang menguasai akal, orang-orang yang tidak hanya melihat kehidupan luar tapi pula kehidupan dalam, dia yang mendapatkan inspirasi bukan hanya dari kehidupan luar, tetapi pula dari kehidupan dalam. Sehingga mereka menjadi ungkapan wujud sempurna yang tersembunyi, tersembunyi dibalik kehidupan kenekaan. ????? BAB DUA PULUH SATU Mimpi Mimpi adalah kegiatan akal yang sepenuhnya dalam keadaan jaga yang disebut imajinasi. Karena imajinasi yang dikontrol oleh kehendak yang menjadi pikiran, maka mimpi yang dikontrol dan diarahkan oleh kehendak yang menjadi sebuah mimpi yang nyata. Adalah benar bahwa kehendak kehilangan kontrolnya dan arah aktivitas akalnya dalam keadaan tidur, tetapi bila kita secara dekat menelaah keseluruhan sifat dan cara kerjanya, kita akan menyadari bahwa mereka berada di bawah pengaruh kebiasaan. Meski seorang bayi, tanpa mengetahui jam berapa, selera makan dan terbangunnya pada waktu yang teratur, berdasarkan kepada kebiasaan yang dia telah bentuk, kondisi lapar dan dahaga kita, tertidur atau terjaga, semua bergantung kepada kebiasaan. Orang-orang yang mengontrol imajinasi mereka dengan berkonsentrasi penuh pertimbangan, [menjadi] master dari urusan-urusan mereka. Dan dalam keadaan tidur mereka menyelesaikan tujuan mereka dalam mimpi tersebut. Tetapi orang yang kurang pertimbangan mempunyai imajinasi yang liar dalam keterjagaan penuh, dan dalam mimpi akal mereka bagaikan bahtera di lautan bebas, kadang ke atas membumbung di udara, pada saat lain berada di lembah. Akal mempunyai reaksi atas tubuh, dan tubuh, bereaksi atas akal. Maka itu lazim bahwa yang mengalami gangguan badan mungkin melontarkan bayangannya pada akal. Mimpi-mimpi tentang ketersesakan, berlanjut datang, tentang tenggelam, tentang tak mampu berjalan dan berbicara, tidaklah datang dari kondisi kesehatan. Mereka adalah hasil pengesanan yang memang telah menetap di akal, mereka adalah semacam gangguan fisikal, penyakit akal. Akal harus disembuhkan dari hal tersebut. Mimpi tentang terbang amat berhubungan dengan gagasan biologis; pula secara fisikal mereka adalah ungkapan usaha berlanjut [dari] jiwa untuk bangkit ke atas penjara keterbatasan yang ia alami dalam kehidupan membumi. Mimpi terbang juga menandakan suatu perjalanan yang menunggu pada masa datang. Dan adalah tarian jiwa yang membuat seseorang bernyanyi dalam tidur. Mimpi berjalan dengan afinitas; yaitu, seperti menarik seperti. Bila pada awal kita bermimpi sedih, maka sepanjang malam mimpi sedih mendatangi. Jika permulaan malam kita memimpikan suatu mimpi yang nikmat, maka sepanjang malam mimpi menyenangkan mendatangi. Bila ada suatu mimpi yang tragis, maka sepanjang malam tragedi berlangsung, bila terjadi suatu mimpi komik, maka sepanjang malam terjadi mimpi komedi. Seorang yang sudah melangkah jauh tidak banyak bermimpi, pula tidak bagi orang yang matang, orang yang sangat gembira dan terputuskan tanpa kesulitan berpikir. Dan jangan mengira bahwa Anda jarang menemukan jiwa-jiwa: Anda sering bertemu jiwa-jiwa yang baginya berpikir adalah suatu kesulitan. Manakala merenungkan mimpi-mimpi orang menemukan bahwa meskipun ia adalah sesuatu yang diketahui oleh setiap orang, subjek ini [sebenarnya] mengarah kepada sisi kehidupan lebih dalam karena dari mimpi-mimpilah sehingga orang mulai menyadari dua hal. Pertama adalah sesuatu yang aktif manakala tubuh tertidur. Bagi pemikir dalam, hal ini memberi keyakinan dalam kehidupan sesudah mati, karena ia membuktikan bahwa tatkala tubuh tidak aktif, bahkan seseorang sedang aktif, dan dia nampak menjadi tak berbeda ketimbang tubuh fisikal. Jika dia menemukan perbedaan, adalah perbedaan waktu saja, karena disini dia mungkin melompat dari satu negara ke yang lain dalam dua jam, alih-alih dia melakukannya dalam sebulan. Yang tak ada jalan dia terhalangi halangan pada alam fisik jauh lebih besar. Dia melompat dari Inggris ke Amerika dalam satu saat. Fasilitas alam tersebut jauh lebih besar. Tak ada kesulitan dalam beralih dari sakit ke sehat, dari gagal ke sukses dalam sekejap. Orang-orang berkata, “Ya, tetapi hanyalah imajinasi, suatu pekerjaan akal.” Tetapi apakah akal itu? Akal yaitu yang padanya dunia ini terpantulkan; langit dan bumi terakomodasi kepadanya. Apakah ia sesuatu yang kecil? Apakah tubuh fisikal [jika] dibandingkan dengan akal? Akal adalah suatu dunia pada dirinya sediri, dan tubuh fisik adalah bagaikan setitik air di lautan. Jika dalam mimpi manusia mampu melihat dirinya sendiri, yang menunjukkan bahwa setelah apa yang disebut dengan kematian dia tidak tanpa-bentuk, disitu tak ada yang menghalang: hanyalah kebebasan yang diperoleh itu terlepas. Kematian bukan lain kecuali tidur, ketertiduran tubuh, yang merupakan jubah. Orang yang dapat melepaskannya dan lalu menjadi hidup. Yang kedua, mimpi mengajarkan, yaitu bahwa hukum tetap berlaku, bahwa segalanya yang nampak mengejutkan, aksidental, tiba-tiba terjadi, bukan tiba-tiba, bukan pula aksiden. Nampaknya aksidental karena tidak dihubungkan dengan kondisi. Tak satupun yang terjadi tak berjalan melalui akal, meski manusia telah membalikkan punggung padanya dan hanya terbuka kepada manifestasi. Pada semua hal kita melihatnya. Setiap aksiden, menyenangkan atau tidak, telah memiliki pesiapan panjang sebelumnya. Pertama ia mengada di akal, kemudian pada dunia fisikal. Suatu mimpi menunjukkan kedalaman kehidupan; melalui mimpi kita melihat suatu hal. Orang mungkin bertanya, “Apakah artinya? Apakah setiap mimpi mempunyai makna?” Setiap mimpi mempunyai makna, masalahnya hanyalah berikut ini: ada orang yang tidak mengetahui bahasa suatu negara tempat mereka berada. Maka dengan akal. Beberapa akal belum mampu mengungkapkan diri mereka sendiri, sehingga mimpi-mimpi mereka terbalik, semrawut. Mereka melihat kambing bertelinga gajah. Akal ingin mengungkapkan dirinya tetapi tak mampu. Ada satu makna yang kanak-kanak katakan, tetapi itu belum dipelajari; tak mempunyai ungkapan. Maka dengan mimpilah mungkin akal dapat mengungkapkan dirinya dengan benar. Tetapi Anda bisa mengatakan, “Bagaimana mungkin akal dapat belajar mengungkapkan dirinya?” Ia harus menjadi dirinya sendiri. Seringkali akal terganggu, tak harmonis, liar. Tatkala seorang mabuk, dia ingin menyatakan ya, dan malah mengatakan tidak. Jadi merupakan ungkapan dalam mimpi. Adalah suatu hal menakjubkan menelaah sains mimpi. Betapa mengagumkan mimpi penyair yang puitis, yang bagi musisi adalah keharmonisan. Mengapa demikian? Karena akalnya terlatih. Akalnya mengkspresikan diri sendiri dalam alam seni. Kadang-kadang orang takjub pada mimpi-mimpi yang orang dengar, alami dengan jiwa puitis. Anda akan melihat runtunannya dari tindakan pertama sampai yang terakhir . Anda akan melihat bahwa tiap tindakan kecil mempunyai makna tertentu. Masih lebih menarik melihat makna-makna dibalik mimpi simbolis. Adalah sesuatu yang mengagumkan bahwa bagi orang bersahaja akan datang mimpi bersahaja pula; bilamana seseorang sedang bingung, maka mimpinya pun membingungkan. Ketika Anda melihat seseorang dalam mimpi dengan ketakutan, dengan kesenangan, dengan kepedihan; atau mimpi-mimpi tersebut menunjukkan kesedihan. Tetapi ini bukanlah hal yang kecil, bukan masa lalu. Bukan suatu mimpi, adalah suatu kenyataan sebagaimana dalam alam fisikal. Apakah kehidupan ini bukan suatu mimpi? Apakah mata tak terpejam? Orang mengatakan, “Duhai, mimpi bukanlah apapun.” Tetapi mimpi-mimpi ini dapat merupakan kehidupan menyeluruh masa lalu ; mimpi ini bisa merupakan hari esok. Hanyalah pada alam fisikal yang merupakan alam mimpi. Kondisi yang ke dalamnya akal telah lewati membuatnya hanyalah selalu mimpi. Sang raja telah melupakan istananya. Orang berkata, “Ya, tetapi bilamana kita terjaga kita menemukan sebuah rumah; maka itu, inilah kenyataan. Bilamana kita memimpikan istana kita tidak menemukan istana.” Ini bisa benar atau salah. Istana-istana yang dibangun di dunia tersebut adalah sama dengan milik kita; ia selalu disana. Adalah suatu hazanah yang Anda boleh bersandar; kematian tak akan mampu mengambilnya. Secercah tentang ide-ide tersebut terungkap dalam Injil, “Dimanakah hazanah Anda berada? Di hatimu.” kita dapat menemukan petunjuk-petunjuk ini dengan cara membandingkan mimpi dengan keadaan jaga-penuh. Apapun yang kita simpan dalam akal, semakin lama kita menyimpannya semakin kokoh ia menetap. Ia mungkin lebih menetap dibandingkan yang kita pegang di tangan kita, kemudian kita menciptakan suatu dunia bagi diri kita untuk menjalani kehidupan. Inilah rahasia dari keseluruhan kehidupan. Bagaimana mungkin kata-kata dapat mengungkapkannya? Jenis-jenis Mimpi Marilah kita menerangkan bagaimana mimpi terbentuk yang diimpikan setiap malam. Akal kita terbuat dari getaran-getaran; sebutlah ia atom bila Anda mau. Mereka secara berkelanjutan menerima kesan, kesan panas, dingin, kawan-kawan, musuh-musuh. Pengesanan-pengesanan ini disimpan di gudang akal, beribu-ribu, bermiliar-miliar pengesanan, lebih banyak ketimbang yang bisa dihitung. Manakala Anda tertidur dan tubuh Anda istirahat tetapi akal Anda aktif, gambar-gambar ini datang kehadapan Anda persis seperti filem pada suatu layar. Kemudian manakala akal Anda benar-benar lelah, tidur nyenyak terjadi. Ada beberapa gambar yang sangat kita kembangkan dengan menempatkannya di hadapan kita: gambar musuh kita, sebagai contoh, atau kawan-kawan yang seringkali kita pikirkan. Betapa gambar hanya sedikit dikembangkan: mereka sekedar datang dan pergi. Inilah sebabnya, dalam mimpi, kadang-kadang kita melihat wajah kawan-kawan kita yang nampak sangat aneh. Dua atau tiga dari gambar tersebut sedikit dikembangkan bergabung dan membentuk satu gambar, yang tampaknya akrab. Ketika Anda bertanya, “Dapatkah kita memimpikan sesuatu yang belum pernah kita lihat?” Saya akan mengatakan tidak. Semua yang kita mimpikan, kita telah melihatnya. Jin yang belum pernah memanifestasi di Bumi, tak mampu membentuk gambar sesuatu dari dunia ini. Kita dapat membantu menemukan mimpi-mimpi kita sendiri. Bila kita melihat sesuatu yang buruk, suatu kesialan, kita bisa mengambilnya sebagai suatu peringatan. Bila kita melihat keberhasilan di suatu negara, kita harus pergi ke negara tersebut, karena itulah dunia yang pertama; yang kemudian di produksi disini. Mengenai waktu kapan kehadiran tersebut ditunjukkan akan terjadi: mimpi nampak pada bagian awal malam akan mengambil waktu yang panjang untuk penyelesaiannya, setahun atau lebih. Mimpi pada tengah malam akan membutuhkan beberapa bulan. Mimpi sebelum matahari terbit akan terjadi sangat segera. Alasannya adalah sangat sederhana, efek tersebut yang ada pada akal orang yang bermimpi di bagian awal malam diambil oleh tidur, dan hasilnya tidak akan diselesaikan dengan segera; dan pengesanan mimpi dini hari tak ada yang mengambil efeknya, jadi terjadi sangat segera. Ada ribuan cara menjauhkan mimpi yang tak diinginkan, tetapi bila mimpi itu adalah suatu peringatan maka sangat sulit menjauhkannya; atau, jika satu mimpi tertentu yang dijauhkan, mimpi lain yang tak menyenangkan akan datang, Mimpi-mimpi yang kita mimpikan setiap malam ada tiga macam. ( ada mimpi keempat, yaitu visi ( firasat ) ). Ada khwati khayali, bila seseorang melihat di malam hari apa yang telah dilakukannya sepanjang hari, bilamana akalnya begitu terpaku pada semua pikiran, pekerjaan, tugas pada hari itu, sehingga ini semua muncul dihadapannya, dalam mimpinya. Mimpi ini tak begitu mempengaruhi akalnya, karena tidak begitu mendalam. Jenis mimpi kedua adalah khwabi ghalti. Pada jenis ini orang melihat kebalikan yang sesungguhnya terjadi. Seorang kawan mungkin sakit dan seseorang mungkin melihatnya baik-baik saja; tetapi bilamana seseorang melihatnya baik-baik saja mungkin ia sedang sakit. Seseorang melihat orang lain meninggal dunia yang berarti orang tersebut sembuh dari penyakitnya, atau seseorang melihat orang lain sebagai [lit: adalah] seorang musuh, dalam kehidupan nyata adalah kawannya. Manakala cermin akal terdistorsi, maka citra yang jatuh padanya juga terdistorsi, seakan-akan ada beberapa cermin disana yang padanya orang kurus nampak sangat gemuk, seorang yang tinggi nampak pendek, segala sesuatu muncul terbalik. Ini karena sipat negatif dari mimpi. Segala hal —blok printer, lembaran fotografis, kaca humor, dan semua karakter negatif segala hal—akan menunjukkan kebalikannya sebelum mereka termanifestasikan dengan benar. Mimpi-mimpi ini biasanya memanifestasi di hadapan pandangan orang-orang yang memiliki sipat kemanusiaan, orang yang pertama memikirkan dunia dan tanggung-jawabnya, bersama dengan pikiran Tuhan. Jenis mimpi ketiga sedikit penting, persis seperti kelahiran anak yang hidup hanya seminggu dari kelahirannya, hal yang sama adalah suatu kasus dengan mimpi-mimpi yang diproduksi di hadapan pandangan baik oleh ketakseimbangan kegiatan akal maupun oleh ketergangguan kesehatan. Ada mimpi-mimpi yang ruhnya mempunyai [nilai] penting, dan mereka sesungguhnya hanyalah sampah, meskipun tercipta gambar hidup di hadapan seseorang. Mimpi Mental Akal berperan penuh manakala seseorang tertidur, karena dalam keadaan jaga-penuh orang menguasai akal, tetapi dalam tidur penguasaan tersebut kebanyakan lenyap. Akal lalu menjadi bebas memproduksi gambar, alami atau buatan, rusak atau utuh. Gambar ini dihasilkan berdasarkan kepada kehidupan di dalam mereka, dan kehidupan itu sendiri diberikan kepada mereka oleh akal sendiri. Terus terang, hal-hal yang orang sering pikirkan dan objek-objek yang orang selalu lihat memperoleh kehidupan pada setiap observasi yang diberikan kepadanya. Maka itulah orang sering melihat dalam mimpi kawan terdekat atau musuh terburuknya. Hal yang sama terjadi bagi pengantar susu tentang susunya dan tukang daging bermimpi tentang daging. Dunia setiap orang terpisah; dunianya adalah yang padanya dia hidup dan yang darinya dia berpikir. Alasan mengapa mimpi mental seharusnya mempunyai suatu efek atas kehidupan seseorang yaitu bahwa garis nasib seseorang dibuat pada garis pengesanan yang akal seseorang menciptakannya dihadapan jiwanya. Maka itulah hingga mimpi tak bahagia akan membawa kepada ketakbahagiaan dan mimpi bahagia akan memberikan kebahagiaan. Tidaklah benar apa yang akan terjadi ditunjukkan kepada seseorang dalam mimpi, meskipun seseorang selalu berkecenderungan berpikir demikian. Kenyataannya adalah bahwa mimpi telah membangun sebuah jembatan bagi seseorang ke suatu daratan menuju kesulitan atau kebahagiaan. Mimpi Simbolik Sangatlah menarik melihat bagaimana pengetahuan masa lalu, kini, dan mendatang terungkap kepada setiap jiwa secara simbolis. Seorang yang tercerahkan melihat simbol tersebut dan baginya adalah segala-galanya; bagi orang yang dapat melihatnya bukanlah apa-apa. Tak satupun dapat mengajar kita bagaimana membaca makna sesungguhnya dari simbol-simbol terebut kecuali jiwa kita menyingkapkan kepada kita rahasia-rahasia mereka. Mimpi-mimpi simbolis kebanyakan mengenai diri kita sendiri. Mereka menunjukkan kepada kita kondisi urusan-urusan kita dalam kehidupan dan keadaan-keadaan dari orang-orang yang kita cintai. Alasan mengapa suatu simbol mestinya menunjukkan kepada kita apa yang tersembunyi pada masa lalu, kini, masa datang adalah bahwa simbol tersebut merupakan suatu bentuk yang padanya ia pertama kali membangun dirinya; dan lalu mengubah bentuknya pada permukaan. Alasan lain kejadian yang mempunyai bentuk yang agak berbeda dari yang sesungguhnya terjadi. Bagaikan suatu suara terdapat nada dasar dan nada tinggi yang dimiliki oleh nada aslinya. Mereka hanya berbeda dalam efek dan warna. Kenikmatan pikiran seseorang, sama dengan simbol tersebut. Bagi orang bersahaja simbol tersebut adalah bersahaja; bagi orang yang rumit simbol terebut adalah rumit. Orang membaca simbol mimpi berdasarkan kepada pengembangan jiwa seseorang. Karena dalam proporsi evolusi jiwa orang melihat dengan jelas. Tak ada akhir bagi orang yang tertarik manakala rahasia mimpi-mimpi simbolis mulai menyingkap dirinya sendiri kepada pemimpi. Lebih dari sekedar kekaguman; lebih dari sekedar ketakjuban. Mimpi Astral Mimpi astral memanifestasi kepada penglihatan wujud-wujud taat yang pada saat yang sama tersetimbangkan. Sangat sulit dianugerahkan kepada seorang yang tak-tersetimbangkan, bagaimanapun dikembangkan dan secara keruhanian mimpi astral adalah pengalaman nyata dari jiwa yang menempati alam yang lebih tinggi dengan kendaraan akal. Ada tiga aspek mimpi astral. Pertama yaitu bahwa seorang mengetahui kejadian nyata sebagaimana adanya, bukan dalam kebalikan atau manipulasi simbolis. Kejadian aktual memanifestasi pada permukaan. Aspek berikutnya adalah bahwa seorang bertemu dengan seorang kawan yang masih hidup atau sudah meninggal dan melihat kondisi aktualnya. Yang ketiga adalah bahwa bagian astral dari orang yang masih hidup atau sudah mati datang dan mengunjungi pemimpi tersebut. Dengan melalui mimpi astral banyak hal yang besar terselesaikan. Orang-orang yang menjadi master kehidupan mengontrol alam astral dan membawakan pengalaman ketiga aspek yang tersebut diatas. ????? BAB DUA PULUH DUA Kewaskitaan Dalam kewaskitaan atau mimpi spiritual, cahaya jiwa sepenuhnya mencerahi akal, dan akal mampu mencipta dan menyadari suatu gambar masa lalu, masa kini, masa datang dengan jelas. Secara aktual, orang melihat yang sedang terjadi dari kejauhan, apa yang terjadi pada masa lalu, atau apa yang akan terjadi. Laksana kilatan, kewaskitaan bisa digambarkan sebagai bahasa Tuhan yang mengekspresikan bukan hanya dari dalam kata-kata, tetapi juga dalam gambar. Sesuatu yang tak terdengar dan yang tak terpikirkan, manakala yang terdengar diproduksi dalam bentuk terlihat. Suatu kewaskitaan lebih jelas terasakan dalam tidur ketimbang dalam kondisi jaga-penuh. Alasannya adalah manakala seseorang tertidur, dia hidup dalam dunianya sendiri. Tetapi, bila terjaga, ia hanya merupakaan bagian dari dunia tersebut, dan kebanyakan di luar dunia tersebut. Setiap fenomena membutuhkan akomodasi, bukan hanya suara yang bisa terdengar, tetapi telingalah yang memungkinkan mendengar suara. Persis seperti telinga adalah akomodasi untuk menerima suara, akal adalah akomodasi untuk menerima impresi. Itulah sebabnya keadaan tidur alamiah bagaikan konsentrasi yang mendalam, bagaikan meditasi mendalam, dan itulah sebabnya setiap hal yang datang sebagai sebuah mimpi mempunyai suatu signifikansi. Ada dua kewaskitaan yang berbeda. Suatu kewaskitaan yang menurun dan kewaskitaan yang menaik. Yang pertama adalah dari Tuhan, yang terakhir adalah dari manusia. Terdapat dua aspek dari yang pertama, kewaskitaan dalam suara dan dalam gambar. Terdapat [pula] dua aspek dari yang terakhir, kewaskitaan swacipta dan yang datang melalui respon. Sebagai contoh, seorang yang taat melalui kepenuh-taatannya mungkin menciptakan gambar sang penyelamat dalam hatinya; atau orang yang responsif, yang dalam respon dan penantian penuhnya, mungkin menarik ruh dari sang penyelamat. Pada kedua kasus tersebut keuntungan dan berkahnya adalah sama, karena bukan manusia yang mencipta, meskipun ia [sebelumnya] dicipta oleh manusia. Tuhan sendirilah Maha Pencipta, dan Dia mencipta manakala apapun diciptakan, sebagai Tuhan dan sebagai manusia juga. Suatu kewaskitaan mungkin tentang sesuatu hal. Mungkin merupakan kondisi masa lalu, masa kini, atau masa datang seakan-akan diproduksi pada suatu panggung. Ia dapat membawa suatu penampakan seorang yang suci, bijak, atau guru besar, masih hidup atau sudah meninggal. Ia dapat menunjukkan simbol-simbol yang memberitahukan sesuatu tentang kehidupan seseorang dalam bentuk dan warna yang berbeda. Ia dapat datang sebagai suara, kata-kata, gubahan lagu, puisi, surat tertulis, atau sebagai wewangian. Setiap bentuk yang tak nampak yang manusia lihat dalam kewaskitaan — bisa jadi suatu ruh, peri, atau malaikat, atau seorang guru, orang bijak, atau orang suci — adalah bergantung kepada evolusinya. Semakin tinggi perkembangan seseorang, begitupun kewaskitaannya. Kadang-kadang yang menarik objek kewaskitaannya, kadang-kadang objek kewaskitaan tersebut ingin memanifestasi kepadanya, dan kadang-kadang dia mencipta objek kewaskitaannya di hadapannya. Kebaikan suatu kewaskitaan bergantung kepada keagungan objek. Dalam kewaskitaan astral, relasi atau kawan mungkin muncul kepada seseorang dan memberitahunya sesuatu tentang sisi lain kehidupan. Di hadapan yang lain mungkin muncul seorang suci, atau orang bijak, yang mungkin membimbingnya lebih lanjut. Kepada yang lain lagi mungkin malaikat yang muncul, seperti Jibril melakukannya kepada Nabi Musa as, dan mungkin menyampaikan pesan dari Tuhan. Riwayat dunia kebanyakan berdasarkan pada kewaskitaan. Kewaskitaan Valmiki membawa Rama, raja-raja agung dan nabi orang-orang Hindu. Sulaiman, Jamsyid, Yusuf, bahkan Ibrahim, Bapak Agama, dikenal dan diterima sebagai nabi-nabi melalui kewaskitaan mereka. Pondasi kehidupan Yesus Kristus adalah kewaskitaan Maria Sang Perawan. Permulaan kerasulan Muhammad adalah kewaskitaan Aminah, ibu beliau. Alquran memuat hukum dan moral, dan jika seorang ahli mistik dan filosof dapat dijejaki padanya, mereka berada dalam mi’raj tersebut, kewaskitaan Rasulullah. Dalam Injil, bagian yang paling menarik bagi seorang ahli mistik adalah pewahyuan, dan di situlah kewaskitaan. Ada seorang penyair Persia, Firdawsi, yang diminta oleh Raja untuk menulis sejarah kerajaan tersebut. Sang Raja menjanjikan sepicis koin emas untuk setiap bait. Firdawsi pergi menyendiri dan menulis riwayat kerajaan tersebut. Dia melihat semuanya — karakter-karakter, kehidupan, perbuatan-perbuatan — seperti sedang berlangsung dan menuliskannya dalam bait. Manakala dia kembali ke hadapan Raja, Sang Raja sangat terkesan karena dianggap begitu menakjubkan. Tetapi selalu banyak di dunia ini orang-orang yang menolak sesuatu. Kebenaran hanya diterima oleh segelintir orang. Di hadapan Raja dia banyak dikritik dan banyak orang menunjukkan skeptisisme. Perilaku ini berlangsung begitu jauh sehingga mereka memberitahu Raja bahwa semua itu hanyalah imajinasi Firdawsi. Hal ini sangat menyakitinya. Dia menarik salah seorang yang berbicara amat menentangnya dan memegang bagian atas kepalanya, dan berkata kepadanya, “Sekarang, pejamkan matamu dan lihatlah.” Dan apa yang dilihat oleh orang tersebut bagaikan gambar hidup dan dia mengakui, “Saya telah melihatnya.” Tetapi hati penyair itu telah terluka, dan dia tak mau menerima koin-koin emas Raja. Tak ada tanda yang besar atau bukti yang menakjubkan dari kehidupan batin lebih dari kewaskitaan. Suatu simbol-simbol dan bentuk-bentuk yang dapat muncul kepada orang waskita untuk memberitahunya tentang masa lalu, masa kini, dan masa datang sehingga orang tak dapat melakukan apapun kecuali takjub pada kebijaksanaan alam batin dan mengagungkan nama Tuhan. Ada suatu bahasa yang tak bermakna apapun bagi seseorang, tetapi tidaklah dapat dijadikan standar tentang bahasa ini. Meskipun banyak orang telah menulis buku-buku mimpi, sampai saat ini tak ada buku yang telah berhasil menjadi standar umum tentang mimpi-mimpi dan kewaskitaan. Setiap kewaskitaan memancar dari hati seorang dengan senikmat dan seenak suatu bentuk dengan kepribadiannya, senuansa hidup suatu bentuk sebagaimana daya artistiknya, dan semetafor atau sesimbolik sebagaimana kandungan puitisnya. Maka itu kewaskitaan-kewaskitaan para rasul selalu merupakan suatu hal yang menarik, karena para rasul adalah puisi sesungguhnya, meskipun puisi-puisi tidak mesti adalah para rasul. Suatu kewaskitaan adalah seni alam, puisi alam, mimpi indah alam. Semakin murni suatu jiwa, semakin jelaslah kewaskitaan tersebut. Adalah mangkuk Jamsyid, cangkir bercincin tujuh yang kepalanya dengan tujuh bukaan. Di kepala inilah kewaskitaan bangkit, dan menunjukkan semua pengamatan orang-orang yang dekat. Ada suatu masa ketika kewaskitaan merupakan simbolis, dan ada pula suatu masa tatkala kewaskitaan jelas. Mereka jelas pada saat itu ketika jiwa jernih dari semua bayangan-bayangan membumi, dan maka itulah gambar-gambar melangit, jelasnya, muncul pada layar hati seseorang. Orang bisa melihat kewaskitaan rasul, penyelamat, majikan, tuan, nabi, atau gurunya, dari masa kini. Orang mungkin melihat wajah-wajah yang tak pernah terlihat sebelumnya dan meski hal itu hanya sekali ada di dunia ini. Orang mungkin melihat para jin dan malaikat. Kewaskitaan ini mengejawantah kepada akal, ruhani, dan kepada seseorang yang mungkin pada suatu saat berada pada atmosfer ruhani yang hening. Tak seorang pun yang berhak menilai kebenaran suatu kewaskitaan. Mimpi-mimpi dan kewaskitaan yang kita miliki dalam hidup kebanyakan adalah bersifat simbolis dan sangat sukar melihatnya dengan mudah. Mereka simbolis karena segala sesuatu dalam alam batin berbentuk secara berbeda dari yang ia pakai di dunia fisik. Alasan sama berlaku bagi inspirasi para nabi, karena banyak yang lain-lain di samping mereka pada saat menyentuh sasaran yang mereka tersentuh, karena kesadaran segala [sesuatu] adalah satu. Tetapi setiap orang tidak menyadarinya dengan sadar, dan ada beberapa orang yang menyadarinya tak mengetahui bahasa dunia batin, karena ruh berbicara dalam bahasa yang tak dapat dimengerti oleh semua orang kecuali segelintir yang dianugerahi oleh alam melalui pengertian tangisan kebenaran di baliknya. Orang yang telah mengetahui jeruk adalah tidaklah mesti mengenal pohan jeruk, tetapi dia yang mengetahui pohon jeruk dapat berharap melihat pohonnya bertunas. Kadang-kadang benih tak memberikan ide sama sekali tentang seperti apakah kembangnya. Banyak orang melihat mimpi-mimpi simbolis, dan beberapa yang melihat kewaskitaan simbolis, dan meskipun mereka belum dapat mengetahui efek-efeknya, karena kadang-kadang nampak sangat berbeda dari efek yang mereka miliki. Sebagai contoh, gajah di Timur dianggap sebagai tanda kemuliaan. Tetapi dalam mimpi adalah tanda kematian. Orang tak dapat mengambil suatu objek sebagai mempunyai efek sedemikian rupa dalam kehidupan, adalah cara tersebut yang padanya diproduksi sehingga orang menyadari hasilnya. Intelejensi adalah anugerah agung. Manakala ia jelas maka ia membantu seseorang menyadari tabiat berbagai hal, dan dengan itu pula orang dapat membaca kewaskitaan simbolis. Penelaahan simbologi tak pernah dapat memenuhi tujuan, karena tak ada batas atas berbagai bentuk tabiat. Intuisilah yang membantu seseorang dan membuat maknanya jelas. Kewaskitaan simbolis sangatlah penting karena merupakan bentuk-bentuk wujud dan benda-benda, kombinasi mereka, dan kursus yang berjalan dengan segala perubahannya yang memberitahukan masa lalu, kini, dan akan datang. Bagi orang intuitif atau pelihat ia adalah buku yang selalu terbuka. Setiap jiwa memiliki kewaskitaan pada saat-saat yang sangat penting dalam kehidupannya, tetapi ada suatu saat kejelasan jiwa [yakni] manakala setiap mimpi menjadi suatu kewaskitaan, dan dapat meningkat sampai kepada suatu perkembangan tertentu sehingga seseorang mungkin mempunyai dua puluh kewaskitaan selama sehari. Kewaskitaan bukan tanda satu-satunya dari kemajuan spiritual. Seseorang mungkin telah berjalan jauh pada jalan ruhani dan dia mungkin tak mempunyai kewaskitaan. Kewaskitaan adalah suatu temperamen, ada jenis-jenis kewaskitaan seseorang, imajinatif, impian, ketertarikan dalam mimpi-mimpi dan gagasan-gagasan aneh [whim]; dan bila dia seorang yang sholeh, tipe yang sama akan memproduksi kewaskitaan nyata. Kewaskitaan adalah anugerah kepada orang yang hatinya dapat melihat. Kebanyakan datang kepada orang-orang yang taat, kepada yang tak berdosa, kepada pecinta, kepada yang berakal tenang, kepada orang-orang yang mengalami penderitaan kehidupan, orang yang telah memiliki kesabaran dan kelembutan hati, orang yang berada pada jalan kebijakan. Kepada orang-orang yang kewaskitaan spiritualnya sering datang, kadang-kadang sebagai jawaban atas pertanyaan mereka, kadang-kadang untuk memperingatkan mereka tentang bahaya yang tak terduga, dan kadang-kadang untuk membimbing mereka menuju beberapa penyelesaian dalam kehidupan. Dalam pengembangan spiritual bukanlah tidak mesti bahwa ia harus memiliki kelebihan-kelebihan diatas. Bilamana suatu jiwa dapat menaik pada kehendak dari alam lebih bawah eksistensi orang tersebut dapat bertempat di alam spiritual dengan penguasaan. Kewaskitaan mental datang kepada orang-orang yang berjalan di jalan ketaatan dan orang-orang yang memegang suatu citra dalam konsentrasi. Pada suatu waktu bilamana perlu, suatu peringatan atau bimbingan muncul kepada mereka sebagai suatu kewaskitaan dalam bentu citra mereka. Orang-orang yang menguasai tasawwuf, produk kongkrit citra dalam pikiran, pengalaman pertama tiap bentuk yang mereka lihat seperti terbungkus dengan bentuk ideal mereka. Inilah langkah pertama menuju kemajuan, yang dalam istilah Sufi disebut fana fi syaikh. Kemudian suatu kewaskitaan sudah tercipta dalam mereka, dan mereka menerima saran pada setiap poin yang mereka inginkan dari dalam. Umumnya kewaskitaan datang manakala seseorang tertidur lelap, tetapi kadang-kadang ia datang tatkala seseorang setengah tertidur. Kadang-kadang datang melalui meditasi. Kadang-kadang datang ketika mata sedang terpejam ia datang sebagai suatu kilasan lalu lenyap. Ia datang juga kepada orang-orang yang telah menderita sakit yang lama, orang yang barangkali abnormal akalnya atau rapuh tubuhnya. Selama kewaskitaan kondisi diri orang tersebut adalah negatif, dengan kata lain kata-kata pasif. Orang-orang yang berbicara tentang visi mereka kepada setiap orang atau merasa bangga tentangnya sesungguhnya menghancurkan anugerah spiritual ini. Dan ia meninggalkan mereka, dan apa yang tertinggal dengan mereka adalah pembesar-besaran dan kemudian kesalahan. Hal yang bijak adalah tetap merahasiakan visi sendiri, tidak memberitahu siapapun tentangnya kecuali orang yang merupakan kawan terpercaya yang berpikir bijak dan dapat menolong pada jalan tersebut, atau guru sendiri, yang mengetahui keadaan pengembangan diri. Halangan terbesar yang menghijab mata manusia dari mimpi spiritual adalah pikiran tentang diri. Semakin orang melupakan diri sendiri, semakin mampu orang tersebut menyaksikan visi spiritual. ????? BAB DUA PULUH TIGA Pengilhaman Dalam cerita tentang Nabi Musa as, dikatakan bahwa dia mencari api untuk memanggang roti tatkala dia melihat suatu cahaya pada puncak gunung. Dan agar dapat mengambil api ini dia mendaki gunung tersebut, tetapi api tersebut menjadi kilat. Nabi Musa as, tak dapat bertahan lebih lama atas kilatan dahsyat tersebut dan dia terjatuh ke tanah, dan manakala dia terjaga dia mulai berkomunikasi dengan Tuhan. Ini adalah suatu allegoris. Gagasannya adalah bahwa Nabi Musa as, sedang mencari cahaya untuk bertahan hidup, tetapi dia harus mendaki ke atas alam yang lebih tinggi, tak mungkinkah mendapatkannya di permukaan tanah dimana dia berdiri. kemudian dia berhadapan dengan kilat, suatu cahaya yang diluar kemampuannya untuk bertahan, dan lalu dia terjatuh. Apakah [makna] terjatuh ini? Menjadi tiada, menjadi kosong. Manakala dia mencapai keadaan kekosongan ini, maka hatinya lalu menjadi terbuka (sonorous), dan ia menemukan komunikasi dengan Tuhan melalui segala sesuatu di dunia ini. Pada batu, pohon atau tumbuhan, pada bintang, matahari, atau bulan, pada apapun dia lihat dia menemukan komunikasi dengan jiwanya. Dan demikian segala sesuatu tersingkap tabiat dan rahasianya kepada dia. Dibutuhkan suatu tingkat kemajuan spiritual tertentu untuk meyakini bahwa ada suatu hal sebagai ilham. Kehidupan menyingkap, alam menyingkap, dan begupun Tuhan, itulah sebabnya dalam dewa orang Persia disebut Khudz yang berarti dewa singkap. Semua sains, seni, dan budaya diketahui manusia mendatangi secara orijinal, dan tetap datang, melalui pengilhaman. Dengan kata lain, seseorang tidak hanya belajar melalui telaah, tetapi dia juga mendapatkan pengetahuan dari kemanusiaan. Seorang anak tidak hanya mewarisi kualitas ayahnya atau leluhurnya, tetapi pula kualitas bangsanya, rasnya, demikian hingga orang dapat mengatakan bahwa manusia mewakili kualitas keseluruhan ras manusia. Jika orang menyadari secara mendalam bahwa gudang pengetahuan yang ada dibalik tirai yang menutupinya, orang akan menemukan bahwa manusia mempunyai hak atas peninggalan ini. Ini memberi kunci untuk mengerti rahasia kehidupan, bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh dari luar, tetapi pula dari dalam. Orang bisa menyebut pengetahuan yang orang pelajari dari kehidupan belajar lebih luar, tetapi pengetahuan yang orang peroleh dari dalam bisa disebut pengilhaman. Pengilhaman bisa dijelaskan dalam kata-kata polos sebagai penemuan. Seluruh kehidupan berada di hadapan kita dan kita mencerapnya melalui kelima indera kita, dan mesti ada kebingungan. Nampaknya seakan-akan kita melihat hal-hal dan kita tidak melihat mereka, kita mengerti dan meski kita tak mengertinya. Adalah seakan-akan kita melihat kacang dalam cangkangnya, tidak mengetahui apakah rusak atau segar, dan kebanyakan kita melakukan kesalahan. Bahwa yang hidup adalah mati bagi kita, dan bagian kehidupan tersebut yang mungkin bisa disebut yang mati nampak hidup. Pengilhaman mempunyai beberapa tingkat kedalaman, dan setiap tingkat evolusi membawa seseorang mampu memiliki pengilhaman tertentu. Pengilhaman lebih besar ketimbang intuisi, impresi, atau inspirasi, karena ia sepolos surat tertulis. Ia datang kepada orang yang, terus terang hidup lebih banyak di dalam jiwa ketimbang dalam tubuh atau akal. Manakala pengilhaman datang kepada seseorang dia tak lagi tetap sebagai sekadar penyair, musisi, atau filosof, tetapi menjadi semata-mata instrumen Tuhan. Tuhan mulai berbicara kepadanya melalui segala sesuatu, bukan hanya dalam melode, dalam bait, atau dalam cahaya. Dia mulai berkomunikasi dengan Tuhan dalam segala bentuk. Segala sesuatu yang dilihat [baik] di atas ataupun di bawah, kanan atau kiri, depan atau belakang, baik melangit ataupun membumi, adalah komunikatif. Kemudian dia mulai berbicara dengan Tuhan. Orang mengira bahwa orang sampai di surga setelah kematian, tetapi adalah sungguh dialami juga sejak saat pertama pengilhaman. Kenyataannya, pengilhamanlah yang membuat surga, dan setiap tingkat pengilhaman adalah suatu surga. Jadi manakala orang mengatakan surga, itu berarti tingkat pengilhaman yang berbeda. Tingkat pertama adalah kepintaran, berikutnya adalah kebijakan. Dalam kepintaran intelejensi berada dalam kebingungan, karena ia aktif, aktif secara bergairah. Pada kebijakan intelejensi berada [dalam keadaan] ritmis. Manakala orang mengatakan, “Saya tak akan membiarkan kamu mengambil yang terbaik dari saya, bila Anda jahat maka saya akan memperlihatkan sepuluh kejahatan,” maka berarti dia pintar. Tetapi manakala seorang mengatakan, “Ya, saya mengerti kamu, kamu tak perlu melakukan permainan tersebut, biarkanlah saya sendiri,” maka dia bijak. Bila seseorang tak mengetahui kejahatan orang lain dan membiarkannya mengambil sesuatu yang terbaik dari dirinya, dia bodoh. Tetapi jikalau dia melihat dengan jelas kelicikan dan kejahatan orang lain dan tetap membiarkannya mengambil yang terbaik, dia adalah orang suci. Dia berada di luar wilayah kemanusiaan [orang awam], dia sedang memulai mendaki alam malakut. Dia melihat segala hal, mengerti seluruh hal, dan bertoleransi kepada segala sesuatu. Pengilhaman adalah penyempurnaan wawasan. Bila orang memiliki pengilhaman berarti suatu pengembangan yang lebih tinggi, dan ia mulai manakala seorang merasa berhubungan dengan setiap orang, segala sesuatu, dan setiap kondisi. Tetapi agar orang sampai kepada tingkat tersebut orang harus mengembangkannya menurut [aturannya]. Hati harus disesuaikan kepada tingkat dan keteguhan dimana orang merasakan penyatuan dengan orang, objek-objek, kondisi-kondisi. Sebagai contoh, jika orang tak mampu menerima cuaca, hanya berarti bahwa orang tersebut tak selaras dengan cuaca tersebut, jika orang tak mampu berhubungan dengan seseorang, orang tersebut tak selaras dengan mereka, bila orang tak mampu melakukan suatu urusan, orang tersebut tidak selaras dengan urusan-urusan tersebut. Bila kondisi nampak sulit, menunjukkan bahwa orang tersebut selaras dengan mereka. Pewahyuan datang kepada orang suci dan penyelamat kemanusiaan. Bukanlah sekadar dongeng manakala kita mendengar seorang suci berbicara dengan pohon dan tumbuhan di rimba, bahwa suatu suara dari laut menggema dan orang suci mendengarnya, bahwa para master berbicara dengan matahari, bulan, dan gemintang. Semakin lebih dalam seseorang menyelam ke dalam kehidupan. Semakin dia meyakini bahwa segala sesuatu adalah hidup, tak soal apakah wujud? Atau objek-objek, seni atau alam, apapun yang dia lihat, apapun yang dia cerap melalui penginderaan, apapun dia dapat sentuh, keseluruhan dapat tersentuh baginya. Mungkin tak terlihat, dan mungkin tak diketahui oleh siapapun, tetapi segala sesuatu berkomunikasi. Sekali seseorang mulai berkomunikasi dengan alam, dengan seni, dia mulai mempunyai bukti tentang hal-hal ini. Karena segalanya mulai berbicara. Sebagaimana penyair besar Persia, Sa’di berkata, “Tiap helai daun dari pohon menjadi satu helai halaman suatu kitab manakala sekali hati terbuka dan ia telah belajar membaca.” Tatkala pewahyuan mulai, seseorang tak perlu berdialog, sebelum berbicara, dia mengetahui apa yang orang lain ingin katakan. Kondisi atom orang tersebut [yang berada] dihadapannya tersingkap, seperti layaknya membaca surat. Seseorang mungkin bercakap kepadanya, tetapi [dengan] mendengarkannya dia sudah mengetahui. Ini bukanlah pembacaan pikiran, bukan telepati, bukan psikometri atau klervoyansi (clairvoyance) seperti orang menyangka. Pewahyuan adalah semua fenomena sebagaimana adanya. Apakah bisu dan benda-benda gagu mulai berbicara. Lalu apatah arti kata? Apakah mereka tak mencakup semua ide? Tak satupun perasaan yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, tak satupun perasaan yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, tak ada gagasan yang dapat dilukiskan sepenuhnya dalam [suatu] bait. Kilasan gagasan dan perasaan yang benar hanya dapat dicerap di alam tersebut yaitu perasaan itu sendiri. Mungkin orang bertanya, bagaimanakah seseorang dapat sampai kepada pengilhaman? Jawabannya adalah bahwa tak ada di alam raya ini yang tak ditemukan pada [diri] manusia, hanya jika dia peduli menemukannya. Tetapi jika dia tak hendak menemukannya, tak ada orang yang akan memberikannya. Karena kebenaran tidaklah dipelajari, kebenaran ditemukan. Dengan keyakinan inilah sehingga para orang bijak dari Timur pergi memencilkan diri dan duduk bermeditasi agar memberi kesempatan kepada pengilhaman untuk beranjak. Tak diragukan seperti kehidupan pada saat ini begitu sulitnya bagi seseorang mendapatkan waktu untuk menyepi, tetapi itu bukanlah berarti bahwa dia harus tetap lalai atas anugerah yang ada dalam dirinya, karena bandingan kebahagiaan tertinggi ini yaitu pengilhaman, adalah semua kekayaan dunia ini tak berarti sama sekali. Pewahyuan adalah lampu ajaib Aladdin. Sekali ditemukan ia menyorotkan cahaya ke kanan atau ke kiri, dan semua hal menjadi jelas. Pengilhaman bergantung pada kesucian akal. Sangat sering seseorang yang bijak-kata bukanlah orang yang bijak sesungguhnya. Keintelektualan adalah salah satu segi, kebijakan adalah segi yang lain. Tidak semua pengetahuan dipelajari dari buku-buku dan dari pengalaman-pengalaman di dunia ini dan dikumpulkan di akal karena belajar adalah suatu kebijakan. Manakala cahaya dari dalam terlontar pada pengetahuan ini, maka pengetahuan dari kehidupan terluar dan cahaya datang dari dalam membuat kebijakan sempurna, dan kebijakan itulah yang membimbing manusia pada jalan kehidupan. Orang-orang yang menerima pengilhaman telah memberikan kepada kita buku-buku sakral seperti Injil, Alqur’an, dan Bhagava Gita. Ratusan dan ribuan tahun telah berlalu, dan ajaran-ajaran sakral mereka tetap hidup bahkan sampai sekarang. Tetapi pada saat yang sama kita mesti mengetahui bahwa apa yang mereka berikan dalam bentuk ceramah, dalam bentuk ajaran-ajaran adalah interpretasi dari kebijakan hidup yang tidak sepenuhnya dapat diungkapkan dalam kata-kata. Orang hanya dapat mengetahui bahwa pengetahuan hidup manakala seseorang telah mengalaminya sendiri melalui pembukaan hati. Maka kemudian tujuan kehidupan terpenuhi. ????? Tentang Pir-o-Mursyid Hazrat Inayat Khan Pir-o-Mursyid Hazrat Inayat Khan, pendiri disiplin kesufian di Barat, yang lahir di India pada tahun 1882. Seorang yang menguasai musik klasik India di usia 20 tahun. Dia mengabaikan karir brilliannya untuk bertekun kegiatan jalan spiritual. Pada tahun 1910, bertindak atas bimbingan gurunya, dia menjadi salah satu guru-guru awal dari tradisi Sufi di Barat. Selama satu setengah dekade, dia berkeliling Eropa dan Amerika Serikat, memberikan kuliah dan bimbingan kesufian di kelompok-kelompok pencari yang pernah ada. Pada tahun 1926, dia kembali ke India, dimana dia wafat setahun kemudian. Informasi tentang disiplin Sufi di Barat bisa didapatkan dengan menyurat ke : Sufi Order National Secretariat, PoBox 30065, Seattle WA98103