LLeemmbbaahh PPaattaahh HHaattii ~ dh : Lembah Beracun ~ Karya : Khu lung (Chin Yung ) ??? Saduran : OPA Editor oleh : aaa Ebook : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/ http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com Jilid 1 SUATU MALAM........ Itu merupakan suatu malam yang seram, kesunyian meliputi seluruh jagad. Kilat dan guntur saling meyusul memecahkan suasana sunyi malam itu. Keadaan pada saat itu sungguh menakutkan. Pada suatu gunung yang tinggi dengan jurangnya yang curam dan berhutan belukar tidak kelihatan barang seekor binatang buas sekalipun. seolah2 disitu sudah tidak ada penghuninya. Sesosok bayangan manusia yang pendek kecil, dapat kelihatan bergerak atau lebih mirip kalau dikatakan tengah merayap keatas gunung yang seram sunyi itu. Bayangan itu sebentar jatuh sebentar bangun, terus merayap keatas gunung, gerakannya seperti juga gerakan binatang liar yang sedang melarikan diri dari kurungannya dan hendak kembali ke hutan. Pakaiannya compang camping, pada badannya disana sini kedapatan banyak luka dan berlumuran darah...... Tetapi ia seperti didorong oleh suatu pengaruh gaib, ia masih dapat bertahan terus atas semua penderitaan. Kilat yang menyambar nyambar menyeramkan, disusul oleh suara geledek yang mengelegar2 membuat gunung tersebut rasanya seakan2 hendak ambruk, tetapi hujan turun dengan sangat lebatnyaa. Bayangan kecil itu kelihatan berhenti dibawah sebuah pohon yang besar yang rindang, rupanya hendak meneduh sejenak untuk beberapa saat disitu. Sesaat kemudian, ia mendongakan kepalanya mengawasi langit yang gelap gulita. "Oh Ayah... ayah.........." terdengar ia mengeluh perlahan. Ia ternyata seorang anak tanggung yang usianya kira2 baru tiga belas atau empat belas tahun. Sehelai kain yang menutupi badannya kelihatan sudah mesum dan compang camping, kini sudah menjadi basah kuyup karena kehujanan. Air hujan yang menerpa wajahnya yag kecil cakap, telah membuat penglihatannya menjadi guram. Dengan perasaan sedih, ia memesut air hujan dimatanya dengan lengan bajunya. Apakah itu air mata atau air hujan, ia sendiri juga tidak dapat membedakannya lagi. Keletihan dan kedukaan dengan tajam telah menggilas gilas jiwa bocah yang masih belum dewasa ini. Ia melanjutkan perjalanannya, tidndakan kakinya makin lama makin berat. Sebentar2 ia menoleh kebelakang sambil menghela napas panjang. ia ingin secepat mungkin dapat memasuki rimba guna mencari tempat untuk meneduh dari serangan air hujan. Sayang sebelum maksudnya tercapai, ia telah rubuh karena amat lelah dan lapar. Ia kertak gigi, berkata pada dirinya sendiri: "Ho kie, Ho Kie, kau tidak boleh mati, kau pasti akan dapat bertahan sampai melewati bukit Pek-Kat Nia didunia ini! Kau harus secepatnya mencapai puncak gunung Sin hong untuk mencari itu orang aneh berkepandaian tinggi yang sedang menyembunyikan diri disana........" Apa mau, ketika ia mementang matanya, didepan hanya kelihatan deretan gunung yang menjulang tinggi yang pada saat itu tengah disirim air dari langit. "Akh! Dimana adanya puncak gunung Sin hong? Dimana adanya temapt untuk mencari orang aneh yang berkepandaian tinggi itu?" kembali ia berkata2 sendirian. Ia coba berbangkit, hendak meneruskan perjalanannya. Kakinya semakin lama semakin berat bertindak. Tenaganya yang terakhir sudah hampir digunakan habis. Tetapi ia kuatkan hati dan paksa berjalan terus. Mendadak telinganya mendengar suara seorang yang tertawa dingin. Dalam suasana yang menyeramkan, suara tertawa itu membuat bulu roma pada berdiri. Dengan bergemetaran, ia menghentikan tindakaannya. Ia memasang telinganya, kemudian berpikir dengan perasaan takut..Aaaa, apakah mereka mengejar aku? Perasaan takut membikin ia tidak perdulikan lagi adanya geledek dan hujan, dengan sisa tenaganya yang masih ada, ia terus lari keatas gunung. Dijalanan pergunungan itu penuh dengan lumpur. Belum berapa jauh ia lari kakinya terpeleset, badannya yang kecil itu tergelincir kedalam lumpur. Tetapi ia terus keraskan hatinya. ia bangkit kembali dan lari lagi. Sebentar saja ia sudah berhasil mencapai jarak sepuluh tombak lebih. Mendadak dilihatnya disebelah depan ada bayangan hitam yang sedang mendatangi dan menghampiri dirinya. Ia niat menyingkir, tetapi bajunya kena kecandak. Ia menjerit kaget, lal berbalik dan tangannya yang kecil menyerang. Apa maum tangannya kontan dirasakan sakit. Ketika ditegasinya rombongan bayangan hitam itu ternyata cuma pohon yang banyak durinya, yang dikiranya orang yang menghampirinya, padahal ia sendiri yang lari menghampiri pohon2 itu. Bajunya robek dan badannya berdarah, napasnya tersengal2. Dalam keletihannya ia coba melongok lagi kebawah gunung. Gelap gulita, tak tampak bayangan seorang manusia pun disana. Ia sesali dirinya sendiri. Nyalinya terlalu kecil. Meskipun gerakan mereka lebih cepat, tetapi untuk mencapai jenazah ayaj, setidak2nya harus makan waktu satu jam lebih. tidak mungkin mereka dapat mengejar kemari. Tetapi belum lenyap pikirannya itu, mendadak didengarnya suara orang berkata: "Be Tongcu, jangan kasih lolos anjing kecil itu, sebag dibadan bangsat tua tiu tidak kita dapati barang yang dicari." Bocah itu ketakutan setengah mati. Sepasang matanya berjelilatan didalam kegelapan. Badannya gemearan, diam2 ia mendoa: "Ayah, mohon kau melindungi Kie-jie supaya bisa lolos dari cengkraman mereka...." Pada saat itu, kilat telah menerangi jalanan gunung yang kecil. dari penerangn itu kelihatan beberapa bayangan hitam yang sedang lari dengan cepat ke atas gunung. Si bocah tidak dapat melihat tegas wajah mereka, ia hanya dapat melihat bergemerlapannya sinar golok yang terkena sinar kilat. Sudah terang, bahwa orang2 itu sedang mengejar kearahnya dan hendak mengambil jiwanya. Untuk sesaat lamanya, ia berdiri dengan wajah ketakutan, tetapi dalam hatinya masih terus berkata : Aku tidak boleh mati! Keturunan keluarga Ho cuma tinggal aku seorang. Kalau aku mati, siapa yang akan menuntut balas untuk kematian ayah yang menggenaskanitu? Lagi pula sebelum ayah menutup mata, beliau telah suruh aku lekas menyingkirkan diri, malah beliau mengatakan bahwa atas diriku ada sangkut pautnya tentang mati hidup sembilan partai besar dalam rimba persilatan......benarkah aku ada sangkut pautnya dengan nasib seluruh rimba persilatan? Benarkah kedudukanku sedemikian pentingnya? Rupa2 pertanyaan, kekuatiran dan rasa ketakutan yang tercampur aduk dalam otaknya. Ketiak ia tersadar dari pikirannya yang mleayang, ia dapatkan bahwa orang2 yang mengejar padanya sudah terpisah kira2 1 tombak jauhnya. Bukan kepalang kaget dan takutnya dia, buru2 ia angkat kaki dan mabur lagi.... Air hujan terus seperti dituang dari langit. Gunung itu seolah2 seekor binatang yang hendak menelan bocah yang belum apa2 itu. Mendadak ia dengar pula suara orang yang bicara dengan nada yang menyeramkan. "Anjing kecil, ajalmu sudah didepan mata, kau masih mau kabur kemana?" Suara itu kedengarannya sangat nyata. terang pengejar sudah berdada dekat dibelakang dirinya. Bocah itu nyalinya hampir copot, dengan kekuatan yang masih ada, dia terus lari sambil berseru "Tolong....tolong....." Tetapi suara permintaan tolongnya itu telah ditelan oleh sang malam yang gelap, oleh air hujan dan guntur yang bersambung tak henti2nya. Dipergunungan yang sepi, siapa yang bisa dengar seruannya? Dan andai kata ada yang mendengar, siapakah yang mau mencampuri urusan2 orang lain? Saat itu kembali terdengar pula suara yang seram itu. "Tongcu, anjing kecil itu sudah dekat dipuncak gunung! Kita harus lekas turun tangan, sekalian jangan biarkan dia lolos dari tangan kita....!" Sibocah thau bahwa orang yang bicara tadi tentunya adalah kauwcu dari Hian kui kauw yang mempunyai gelar Cian Tok Cian Mo atau Manusia Iblis Sangat Jahat, yang sedang menggunakan ilmunya menyampaikan suara sampai ribuan lie, untuk memberi perintah pada orang2nya supaya segera menangkap atau membinasakan diriny sibocah yang bernasib malang itu. Ayahnya sibocah sudah binasa ditangan merea! Mereka itu sungguh kejam. sesudah membinasakan ayahnya sekarang mereka masih hendak menumpas keturunannya. Mereka anggap hidupnya bocah itu seperti juga menanam bibit bencana bagi mereka dikemudian hari. Dari suaranya kauwcu yang memberi komand itu, sibocah sekarang sudah tahu bahwa dirinya sudah berada diujung paling tinggi dari bukit Pek-Kut nia. Jadi puncak gunung Sin hong tempat kediaman orang aneh ang berkepandaian tinggi itu sudha tidak jauh lagi dari situ. Ini ada merupakan suatu titik sinar pengharapan bagi jiwanya Ho Kie yang terancam bahaya maut itu. Maka, ia lari terus sambil berteriak-teriak minta tolong."Cianpwe, tolong.....!" Tetapi pada saat itu terdengar suara guntur. hingga suara permintaan tolongnya ditelan oleh bunyi guntur. Apakah itu sudah kemauan takdir, Ho Kie harus binasa digunung yang sepi itu dalam usianya yang masih begitu muda? Suara seram tadi terdengar pula: "Anjing kecil, sekalipun kau berteriak sampai pecah tenggorokanmu, siapa yang akan mendengar? Perintah kauwcu sudah keluar. sebaiknya kau menyerah saja. Kami tongcu mungkin masih memandang usiamu yang masih begitu muda, dapat memberi kelonggaran membinasakan kkau dalam keadaan tubuhmu utuh." Pada saat waktu suara itu berhenti. orangnya sudah dibelakang Ho Kie. si bocah ketika menoleh kebelakang, melihat tidak jauh darinya ada beridir seorang tua yang berbadan tegap dan wajahnya keren sambil menyoren golok. Dibawah sinar kilat. Ho Kie melihat wajah yang sudah serem. ketika tertawa lebih menyeramkan lagi tampaknya. Wajah itu masih teringat betul dalam otaknya Ho Kie, peristiwa berdarah yang masih belum lama terjadi kembali terlintas dalam otakknya. Belum lama berselang, ketika sang malam baru tiba, orang ituah yang memimpin sekawanan manusia buas berkepandaian tinggi, mengejar dan membunuh ayahya. Dan sekarang ia kembali muncul didepan matanya, sudah tentu bermaksud hendak membinasakannya sekalian. Ho Kie ketakutan, ia berteriak dan lari ke luar lagi.... Mendadak terdengar pula suara perintah kauwcu: "Bo tongcu, lekas turun tangan, jangan biarkan bocah itu sampai menginjak tanah telarang sisetan tua Cit Cie Sijari Tujuh.!" Orang tua itu tertawa dingin, lalu gerakan badannya, secepat kilat sudah memburu ke arah sibocah tadi. Ho Kie tiba diatas gunung, mendadak didepan matanya tampak semua kosong. Ia hentikan larinya dan apa yang terlihat, membikin semangatnya terbang seketika. Ternyata ia sudah tiba ditepi sebuah jurang yang sangat dalam. Keadaan jurang itu sangat berbahanya, di kanan dan dikiri tebing jurang tampak menjulang tinggi, kecuali itu jalanan kecil yang barusan dilalui, sudah tidak ada jalan keduanya lagi. Ho Kie berpaling ke belakang dengan penuh ketakutan, dimana orang tua berwajah seram itu sudah berada dekat sekali dibelakangnya, seolah2 terus dia dibuntuti, seperti kucing mempermainkan tikus. Ho kie sekarang menghadapi jalan buntu.Didepan ada jurang, dibelakang sudah tidak ada jalan untuk mundur..... Kecuali terjun kedalam jurang, jalan mundur berarti mengantarkan jiwanya kedalam tangannya orang tua yang kejam itu. Ho Kie gemetaran bdannya menekankan rasa takut dan ngeri, tanpa sadar ia mundur dua tindak, terpisah dengan jurang cuma tinggal 1 tombak saja. "Anjing kecil, aku ingin tahu kau masih bisa lari kemana?" demikian orang tua berwajah seram itu berseru. Menganggap sudah tidak ada harapan untuk hidup, Ho Kie jadi nekad. Dengan mata mendelik lebih dulu ia memaki orang tua itu. "Bangsat tua! Kejam benar kau. Ayahku ada permusuhan apa dengan kau? mengapa kau bunuh dia? Aku seorang anak kecil saja kau masih tidak mau lepaskan, apa kau bermaksud hendak menumpas habis seluruh keluarga Ho?" "Ayahmu si anjing tua itu, sejak menjadi anggota Hian Kui kauw. kauwcu dengan kami semua perlakukan padanya dengang baik, siapa nyana dia telah menghianati perkumpulan dan hendak mabur. Selain daripada itu, dia juga mencuri sebuah...." belum habis ucapan orang tua itu, kembali terdengar suara kauwcu yang amat dingin. "Be tongcu, lekas turun tangan! Jangan sampai si setan tua Cit-Cie Lo kui nanti dapat dengar perkataannya dan memberi pertolongan kepadanya.!" Orang tua yang dipanggil Bo Tongcu itu lantas menjawab sambil bungkukkan badan, "Bo Pin menjunjung tinggi perintah kauwcu!" Orang she Bo itu lantas angkat kepalanya, matanya memancarkan sorot beringas. Ho Kie terkejut, Ia pernah mengikuti ayanya yang menjadi anggota perkumpulan Hian Kui kauw hingga ia tahu benar sifat2 orang she Bo yang bergelar Pai Lui Khiu atau sitangan geledek ini. Orang ini ada memangku jabatan sebagai kepala badan hukum dari perkumpulan Huan kui kauw, boleh dibilang mirip seorang tukang pukul. pada waktu biasa, sukar sekali untuk mengetahui wajah orang she Bo ini. Oleh karena ayahnya terbinasa justru oleh orang she Bo ini, maka timbul niatnya Ho Kie untuk mengawasi dulu dengan sepuas hati ia mencongor pembunuh ayahnya itu sebelum ia menemui ajahnya. Apa mau, pada saat itu sinar kilat sudah tidak kelihatan lagi, malam juga semakin gelap. Kecuali cambang dan alisnya yang putih yang nyata sekali kelihatan, wajah orang she Bo itu tidak dapat dilihat dengan tegas. Ho Kie sambil mengertek gigi, berkata gentas: "Orang she Bo, Aku ingat benar bagimana raut muka cecongormu ini. Sekalipun aku menjadi setan dialam baka, aku juga akan menangkap kau untuk menuntut balas dendam sakit hati ayahku..." Perkataan Ho Kie belum keluar habis, Bo Pin sudah keluarkan bentakan keras sambil menyerang dan menjambret pundak kirinya. Ho Kie kegusarannya sudah meluap. "Bangsat tua, aku akan adu jiwa dengan kau..!" bentaknya nyaring. Dengan cepat tangannya menghajar perut Bo Pin. Ho Kie tau kekuatannya sendiri, yang tentu saja tidak sebanding dengan kekuatan Bo Pin. tetapi ia tidak mau mandah menerima kemaitan dengan begitu saja. Serangan itu telah dilancarkan dengan menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya. Sebagai tukang pukul, ilmu silat Bo Pin sudha tentu diatas kepandaian kawan2nya, maka dengan cara bagaimana sibocah dapat menjamah tubuhnya? Bo Pin hanya ganda ketawa atas serangan Ho Kie, lalu menangkis dengan seenaknya. Ho Kie mundur terhuyung2 dan jatuh ditanah. Ingin mempertahankan jiwanya, Ho Kie telah melupakan keadaan dirinya sendiir. Baru saja terjatuh ia sudha lompat bangun lagi, dan kali ini ia telah menggunakan kakinya menendang bagian bawah tubuh Bo Pin. Ho Kie cuma mengerti ia tidak mau mati begitu saja, maka kepandaian ilmu silatnya yang serba sedikit sudah dikeluarkan semua untuk menyerang musuhnya. Bo Pin sungguh tidak menyangka bahwa bocah sekecil itu juga berani turun tangan terhadap dirinya. Dalam gusarnya, setelah menghindaran satu serangan dari Ho Kie, ia menyerang kepala bocah tersebut. Siapa sangka, sibocah sudah berlaku nekad benar2. Ketika satu tendangan Bo Pin sudah meluncur keluar, bukannya mundur, sebaliknya malah maju menerjang. Ia mementang kedua tangannya, maksudnya hendak merangkul kaki lawannya dan hendak digigitnya sekuat tenaga. "Anjing kecil, serahkan jiwamu!" Bo Pin membentak sangat gusar. Ho Kie terkejut, ternayta tubrukannya tadi telah mengenai tempat kosong. Mendadak ia merasakan gegernya disambar oleh angin yang sangat kuat. Ho Kie memang sudah mengerti, bahwa kalau cuma mengandal pada kepandaiannya yang tidak berarti, suka untuk ia dapat melawan Bo Pin. Tetapi ia mempunyai kemauan yang keras, ia tidak mau mandah binasa begitu saja. Pada saat2 demikian itu, telinganya seperti mendengar pesan ayanya pula waktu hendak menutup mata. "Kie-jie, kau tdak boleh mati! Kau harus lekas lari! Awas dirimu bukan saja ada menyangkut keluarga Ho, tapi juga kau mempunyai hubungan erat dengan bangun atau jatuhnya sembilna partai besar dalam rimba persilatan." Semua perkataan itu sepatah demi sepatah seperti jarum yang menusuk ulu hatinya..... Dengan tabah ia kuatkan diri. Karena ia ditugaskan untuk hidup, sekali2 ia tidak boleh binasa. Selagi berpikir demikian, serangan Bo Pin yang hebat tiba2 menggempur belakang dirinya. Entah dari mana datangnya kekuatan tenaganya, mendadak semangatnya bangun untuk melawan musuhnya. Tetapi serangan itu seperti juga telur menghantam batu. Terdengar suara Beleduk. Matanya berkunang2, mulutnya berteriak2 ketakutan. Ia hanya merasakan bahwa tubuhnya telah terlempar ketengah udara, sementara mulutnya sudah menyemburkan darah segar....Matanya makin gelap, dan badannya melayang masuk kedalam jurang. Dalam keadaan separuh sdara lapat2 Ho Kie ingat, dirinya seperti sudah meninggalkan dunia yang fana ini, badannya seperti kosong, melayang ditengah udara. Diantaranya kosong, tidak ada apa2 yang dapat dijambret untuk menolong dirinya. Ia terus meluncur turun kebawah. Dalam keadaan demikian hatinya malah menjadi tenang. Air muka orang yang dikenal betuh oelhnya dengan tegas terbayang didalam otaknya. Siapa dia? itu adalah ayahnya sendiri yang berlepotan darah, sepasang matanya yang sayu memandang padanya dengan penuh kasih sayang. Sang ayah mengharapkan sangat agar anaknya bisa meloloskan diri dari cengkraman kawanan manusia iblis itu, karena perlu untuk menyambung turunan keluarga Ho dan penting artinya buat jatuh bangunnya sembilan partai besar dalam dunia rimba persilatan. Tetapi akhirnya ia tidak terlepas dari kemauan takdir. Sesudah dekat berada dipuncak gunung Sin hong, sehingga terjerumus masuk kedalam jurang. Kesemuanya itu telah terbayang dalam otaknya yang makin lama makin tidak nyata, dan akhirnya perlahan2 kehilangan perasaannya sendiri.. -oo0dw0oo- MALAM, tanpa dirasakan lagi telah berlalu perlahan. Hujan angin, kilat dan geledek telah berhenti dengan sendirinya. suasana mulai terang kembali. Entah berapa lama sang waktu telah berlalu.... Ho Kie si bocah itu, perlahan2 telah tersadar dari impiannya yang buruk. Ia mengucak2 matanya dan mengawasi keadaan disekitarnya. Ia melihat bahwa tempat tersebut ternyata adalah suatu tempat yang amat sunyi. Tak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada kilat ataupun geledek, juga tidak lagi terdengar suara Pun-Lui khiu yang amat menyeramkan.... Tempat apakah ini? Itu seolah2 suatu tempat yang tenang tentram, bebas dari segala gangguan dunia, juga seperti suatu kuburan kuno yang luas. Gelap dan sunyi. Ia mendadak terkejut, hatinya berdebaran, maka lantas bertanya2 kepada dirinya sendiri: "Ah.. apa aku sudah mati? atau mungkinkah aku sedang mimpi...?"" Benar! tapi ia pernah dikejar2 oleh Bo Pin, terdesak sampai ditepi jurang dari bukit Pek Kut-nia, dan kemudian diserang oleh orang she Bo itu. semua kejadian yang sudah lalu kembali berlintasan didalam otaknya. Apakah dirinya berada didalam akherat...? Mendadak ia angkat tangannya, dengan sekuat tenagan ditepokkan keatas batok kepalanya sendiri.... "Plak.." terdengar suara nyaring, kepalanya dirasakan sakit Ia tertawa, sebab dengan rasa sakit itu membuktikan bahwa ia belum mati, juga bukan sedang mimpi, melainkan sadar sesadar2nya. Ia masih berada didalam dunia. Kembali ia pentang lebar kedua matanya, ia dapatkan dirinya berada didalam sebuah goa yang dingin hawanya. Disekitar goa itu berdinding batu hijau terang, diatas ada sebuah pelita yang memancarkan sinar hijau. Dalam goa itu dipenuhi oleh sinar hijau, angin dingin meniup sepoi2, orang yang berada didalam goa seperti berada didalam air laut.... Disitu tidak kelihatan bayangan seorangpun juga, sesungguhnya amat sunyi, barang perabotan rumah tangga seperti meja atau kursi juga tidak terdapat sama sekali. Dengan perasaan heran ia berduduk, lalu menanya kepada dirinya sendiri: "Ah! ini tempat apa?" "Ini adalah Lembah Patah Hati." Jawaban yang tidak terduga2 itu terdengar dibelakang Ho Kie. Dalam kagetnya ia lantas berpaling. Dan apa yang disaksikan, membuat ia hampir saja menjerit. Dibelakang dirinya kira2 berjaram enam kaki jauhnya, ada berdiri satu orang yang aneh bentuknya. Orang aneh itu dari ujung kepala sampai kakinya dibungkus oleh kain berwarna putih dan hitam, kecuali sepasang amtanya yang memancarkan sinart tajam, rambutnya juga terbungkus rapat. Nampaknya ia tengah mengawasi Ho Kie dengan heran, sorot matanya yang tajam terus menatap wajah Ho Kie, sementara mulutnya terus mengeluarkan suara tertawa yang sangat aneh. Ho Kie dengan hati berdebaran mulai memikir, mana boleh jadi didalam dunia ada makhluk yang aneh seperti ini? Apakah itu bukan setan atau dedemit yang biasanya terdapat didalam akherat? Berputarlah rupa2 pertanyaan dalam otaknya pada saat itu. Kalau mau dikatakan akherat, mengapa pula orang itu menyebut tempat ini sebagai Lembah Patah Hati? Apakah diakherat ini ada lembahnya yang dinamakan Lembah Patah Hati? Ia lalu besarkan nyalinya dan coba2 bertanya: "Hai, kau ini manusia atau setan?" Makhluk itu kembali perdengarkan suaranya yang aneh seram, sampai bulu romanya Ho Kie pada berdiri semua dan badannya terasa mengigil. Mendadak makhluk itu menghentikan ketawanya dan berkata perlahan: "Kalau aku setang, siang2 sudah aku bawa kau keneraka. Tapi malah sebaliknya, aku sudah bisa narik kembali dirimu dari ancaman bahaya maut.!" Suaranya kedengaran sangat dining, sedikitpun tidak seperti orang yang mempunyai perasaan welas asih. Ho Kie adalah seorang anak yang cerdik. Dari keterangan itu segera ia mengerti bahwa jiwanya tentu sudah ditolong dari ancaman bahaya maut oleh siorang aneh. Apakah orang ini adalah orang aneh yang berkepandaian tinggi yang pernah disebut oleh ayahnya ketika masih hidup? Ia sebenarnya hendak menanyakan nama orang aneh itu. tetapi perasaannya telah dibikin takut oleh sorot mata orang tersebut yang bercahaya begitu bengis dan kejam, sehingga akhirnya dia tidak berani membuka mulut, sampaipun ucapan terima kasih tidak berani di keluarkan dari mulutnya. Kiranya orang aneh itu bukan hanya tajam penglihatannya, dikedua matanya juga seperti memancarkan sinar biru seperti binatang buas diwaktu malam hari. Kalau dilihat dari sini, mana dia mirip dengan manusia? Adalah elbih mirip kalau mau dikatakan sebagai makhluk jejadian atau setan. Karena perasaan takut yang menghingapi dirinya, sesaat lamanya ia seperti orang kesima. Orang aneh itu mendadak tertawa serta berkata: "Setan cilik! kau takut apa? aku toh tidak akan menelan kau? Apa kau sekarang sudah merasa sedikit enakan?" Meskipun pertanyaan itu mengandung maksud perhatian yang ditujukan si anak kecil itu, tetapi karena pada logat suaranya itu agak ketus dan dingin, maka orang yang mendengarkan bisa menjadi merasa kurang enak. Dalam hati Ho Kie merasa agak mendongkol dan timbul dalam pikirannya dugaan begini: Orang ini pasti bukan yang disebuh ayah dulu, karena dari suaranya yang ketus, kelihatannya seperti orang yang tidak mempunyai perasaan terhadap sesama manusia. Maka ia juga lantas menjawab dengan suara dingin: "Atas perbuatanmu yang sudah menolong selembar jiwaku itu, disini aku Ho Kie mengucapkan banyak2 terima kasih. Tetapi kalau kau anggap adanya aku disini akan mengganggu ketentramanmu, mengapa tidak kau antarkan aku kelembah Muikok lagi supaya aku dibunuh oleh kauwcu Hian Kui-kauw?" Orang aneh itu tertawa terbahak2, kemudian berkata: "Kau mau mati? Tidak begitu gampang. Sekarang kematianmu sudha lewat. Sekalipun kau ingin mati, raja akherat belum tentu mau menerima kau. Hai setan kecil, siapa namamu?" "Namaku Ho Kie" Orang aneh itu tiba2 ketawa pula bergelak2.. Dengan tangannya ia menuding Ho Kie seraya berkata: "Ho Kie.. Ho Kie.. Nama ini boleh juga! Mo ciok wie kie (apa yang perlu diherankan) Cuma satu bocah cilik yang tiada berarti. Apa yang perlu dibuat heran?" Ho Kie yang digoda demikian, hatinya semakin mendongkol. Ia pikir ia hendak berlalu dari depan orang aneh iut. Tetapi baru saja bergerak. kepalanya mendadak dirasakan puyeng, badannya dirasakan tidak lagi bertenaga, maka akhirnya ia terjatuh numprah lagi ditanah. "Setan kecil, kau mau apa?" tanya orang aneh itu dengan suaranya yang dingin ketus. "aku mau perti dari sini!" "Aku disini mempunyai satu aturan, orang hidup yang datang kemari berarti mencari kematian, tetapi kalau orang yang mau mati masuk kemari, itu berarti akan terbuka jalan hidup baginya. Kalau ada salah satu orang yang mau mati dapat ku pungut dilembah Patah Hati ini, maka selanjutnya orang itu cuma bisa mengikuti aku melewati penghidupan antara mati tidak, hiduppun tidak. Kau mau pergi? Tidak begitu mudah! lebih baik kau berdiam disini dengan tenang." "Itu toh kau sendiri yang suka menolong aku bukan? Pada saat itu aku sendan dikejar dan dipukul orang" "Jikalau kau tidak bermaksud mencari aku, mana bisa kau lari ke Lembah Patah Hati yang jarang didatangi oleh manusia ini." "Ngaco! Maksudku hendak mencari orang aneh berkepandaian tinggi yang berdiam dipuncak gunung Sin hong. Aku sendiri tidak mengetahui kau ini setan atau manusia, mana bisa lantas kau kata aku mencari kau?" "ha..Ha...! Apa orang yang ingin kau cari itu bukannya orang berjari tujuh si tua bangka Cit cie?" "Aku tidak mengetahui nama orang tua itu, tapi ayah menyuruh aku...." "Apa kau kira ia lebih kuat dari pada aku? Kita bertiga adalah : Sin hong, Kui kok, dan Toan Theng Gay (Lembah Patah Hati). kekuatannya ada berimbang. Siapapun tidak ada yang lemah dari yang lainnya. Lebih baik kau mengikuti aku, mungkin ada lebih baik dari pada mencari dia.." Ho Kie merasa sedikit heran, maka lalu bertanya lagi: "Tempat ini mengapa sampai bisa dinamakn Lembah Patah Hati?" Siapa tahu, dengan dikeluarkannya pertanyaan itu si orang aneh badannya kelihatan gemetaran dengan beruntun ia mundur dua langkah dan lantas membentak dengan suara tertahan: "Aku melarang kau menanyakan soal ini lagi!" Ho Kie tambah tidak mengerti, maka lalu bertanya pula: "kalau begitu, siapa namamu?" Orang aneh itu kelihatan terperanjat, dengan terhuyung2 ia mundur lagi tiga tindak. sinar matanya yang biru kelihatan bertambah menakutkan. Dengan perasaan aneh Ho Kie kembali bertanya: "Kau telah menolong selembar jiwaku, apakah terhadap nama saja kau berkeberatan memberitahukan padaku?" Mendadak orang aneh itu bergerak badannya, dengan cepat sudah berada disampingnya Ho Kie. Tangannya sudah mencekal pundak Ho Kie, Lantas ia membentak dengan suaranya yang keras: "Aku tidak ijinkan kau bertanya...." Ho Kie yang merasa pundaknya dicekal merasakan tulang pundaknya seolah2 telah hancur. Ia tidak mengerti, apa kesalahan dari pada pertanyaan tadi. Apakah menanyakan anma saja juga tidak boleh sehingga telah membuat orang itu gusar sedemikian rupa? Apakah ia mempunyai rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang kedua? Kalau benar demikian halnya, orang itu benar2 merupakan orang aneh nomor satu dalam dunia. Pertanyaan itu telah berputaran didalam otaknya, tetapi selalu tidak mendapatkna jawaban yang tepat. Rasa sakit dipundaknya itu telah menambah penderitaan pada dirinya sehingga keringat dingin membasahi sekujur badannya. Tetapi kemudian ia balik berpikir: Jikalau telah ditolong olehnya, kalau ia tidak suka ditanya, buat apa aku mesti menanyakan terus? Begitulah maka terpaksa ia menahan rasa sakit dipundaknya itu. Sambil menunjukkan ketawa getir, lalu berkata dengan perlahan, "Baiklah kalau kau tidak sudi mengatakan padaku, aku akan ingat2 saja pakaianmu yang akan kuukir selamanya dalam hatiku. Aku tidak akan melupakan budimu yang telah menolong jiwaku, begitu saja rasanya sudah cukup." Mendadak badan orang aneh itu menggetar, ia melepaskan tangannya dan mundur tiga tindak. Karena wajah orang aneh ini terbungkus oleh kain hitam dan putih, maka siapapun jadi tidak dapat melihat perubahan apa sebenarnya yang terjadi diwajahnya itu. Hanya, dari sinar mata orang tersebut yang dari bringas telah berubah menjadi guram, dapat diduga rupanya hati orang ini sedang mengalami penderitaan hebat. Ho Kie sambil memijit2 pundaknya yang kembali terasa sakit, lalu berkata sambil tertawa getir: "Kau... kau pasti pernah mengalami penderitaan hidup pada masa yang lalu, menyesal karena aku ingin dapat membalas budimu, sehingga pertanyaanku tadi agak menusuk persaanmu. Locianpwe, sudkah kau tidak sesalkan perbuatanku tadi?" Orang aneh itu mendadak menghela napas panjang, dikelopak matanya telah mengembang air matanya. Ho Kie terperanjat, dalam hatinya diam2 ia berpikir: "Benar saja, dugaan ku ternyata tidak keliru, ia psati pernah....." Selagi Ho Kie berpikir demikian, tiba2 ia mendengar orang aneh itu berkata sambil menghela napas: "ah, sudah beberapa puluh tahun lamanya tidak pernah ada orang yang menanyakan namamku, sampai aku sendiri rasanya sudah melupakan namaku." "Locianpwe, akalu kau sudah tidak ingat namau, ya sudahlah. Jangan locianpwe terlalu memikirkan hal itu lagi." kata Ho Kie sambil ketawa getir. Meskipun dimulutnya Ho Kie mengatakan demikian, tetapi dalam hatinya tidak mau percaya bahwa dalam dunia ini ada orang yang melupakan namanya sendiri. Tetapi orang aneh itu setelah mendengar perkataan Ho Kie, sebaliknya malah berkata sambil menganggukan kepala. "Kalau kau kepingin tahu juga namaku dan siapa aku ini, Panggil saja aku Toan-theng lojin" Toan-theng Lojin sama artinya dengan Orang tua yang patah hati. Alangkah menyedihkan sebutan nama itu. Bagaimana ia bisa menggunakan nama sebutan yang kejam ini? Soal apakah sebetulnya yang telah membuat ia sampai patah hati? Ho Kie benar2 tidak habis mengerti, karena ia masih kecil, sudah tentu ia tidak mengerti banyak urusan dalam dunia. Toan-theng lojin kembali berkata: "Disini ada berdiam seorang tua yang berhati duka karena pengalaman hidupnya menyedihkan. Hampir segala penderitaan hidup dalam dunia telah menimpa diri orang tua yang bercelaka itu. Akh... Habis nama apalagi yang akan kupakai. kalau tidak menyebut begitu? Dan bagaimana pula kalau aku tidak menyebut tempat kediamanku sebagai Lembah Patah Hati?" Perkataan yang diucapkan dengan nada menyedihkan, segala penderitaan hidup yang menyedihannya, seolah2 telah terbayang kembali didepan matanya. Meskipun Ho Kie masih merupakan seorang anak kecil dan belum mengerti seluk beluknya penghidupan orang dewasa, namun hatinya merasa sedih juga mendengar penuturan orang tua itu, sehingga terhadap orang aneh tersebut mendadak telah bersemu dihatinya semacam perasaan simpati. Hening sejenak, orang aneh itu lantas berkata pula : "Enam puluh tahun lamanya, pengalaman hidup ku boleh dikatakan sangat tidak beruntung. Hampir semua perkara membuat aku patah hati... Akh. aku barangkali merupakan satu-satunya manusia yang paling tidak beruntung didalam dunia ini..." Ho Kie mengangguk2kan kepalanya, lama sekali barulah ia dapat menjawab sambil tertawa getir "Locianpwe, dunia ini memang selalu kejam.." Ia sebetulnya masih ingin mengeluarkan beberapa patah lagi untuk menghiburi orang tua itu. tetapi ia tidak mengerti perkataan apa yang rasanya paling tepat untuk menghibur hati orang tua tersebut. ORang aneh itu mengangguk2kan kepalanya seraya berkata lagi: "Aku lihat, diwajahmu nampak gelap. Rupa-rupanya dalam keluargamu pernaht erjadi sesuatu pembunuhan yang sangat hebat. Kalau aku mau menduga, kau tentunya pernah mengalami penderitaan yang sangat hebat dalam penghidupanmu. Tetapi kalau kau merasa susah hati, lebih baik jangan kita bicara soal ini.: Mendadak hati Ho Kie tergerak : "Tidak!! Aku pasti akan memberitahukan kepadamu. Meskipun peristiwa itu sangat menggenaskan, tetapi aku tidak akan terlalu sedih kalau cuma menuturkan saja......" Sekalipun mulutnya mudah mengatakan perkatan demikian, tetapi air matanya telah mengalir bercucuran. Toan-theng lojin angguk2an kepalanya, ia menghampiri Ho Kie, lalu mengulurkan tangan kanannya, dengan perlahan tangan itu diletakkan diatas jalan darah Kiu bwee hiat dibadan Ho Kie. "Kalau begitu, kau jangan terlalu bersedih. Kau boleh beritahukan padaku secara perlahan2 saja. Bagaimana kau bisa menaruh permusuhan dengan Hian-kui kauw? Dan perlu apa kau hendak pergi kepuncak gunung Sin hong untuk mencari Cit-cie siorang tua?" Dari telapak tangan orang aneh itu, Ho Kie telah merasakan hawa hangat yang mengalir ke dalam dirinya, Hawa hangat tersebut telah membuat badannya terasa lebih segar. Sebentar saja hawa hangat itu telah menyusuri sekujur badannya. Kelihatannya Ho Kie sekarang bersemangat, ekduaan yang menggetarkan hatinya tadi kini juga sudah lenyap sebagian, maka ia dapat menuturkan kejadian2 yang dialaminya dengan tenang. "Dalam usia tujuhtahun aku telah ditinggal mati oleh ibuku. Oleh karena kami adalah keluarga miskin, maka untuk mengubur jenazah ibuku, ayahku telah menjual semua harta bendanya. sejak aku berusia sepulu tahun, aku lantas mengikuti ayah merantau didunia kangouw...." "siapa nama ayahmu?" orang tua aneh itu mendadak memotong. "Ayahku bernama In Bo. dulu beliau pernah belajar silat dari seorang padri, beliau mengajak aku merantau didunia Kang ouw setengah tahun lamanya, kemudian karena bujukan orang lain, beliau telah masuk ke dalam perkumpulan Hian-kui kauw." "Aaaa.. ia tidak seharusnya berbuat demikian.." nyeletuk Toan-theng lojin. "Ayah dan aku berdiam di lembah Kui kiok, empat tahun lamanya. Ayah menjabat kedudukan sebagai Hiacu dari bagian tata hukum Hian kui kauw. Kemudian ayah dapat melihat bahwa Hian kui kauw mengandung maksud jahat untuk menjagoi rimba persilatan, dimana pengaruh Hian-kui kauw juga sudah mulai meluas dan akhirnya pasti akan menimbulkan bencana bagi orang2 dalam rimba persilatan. Meskipun ayah mengetahu hal itu, tetapi beliau tidak mampu membebaskan dirinya." "Kemudian bagaimana mendadak bisa tertanam permusuhan dengan Hian kui kauw?" tanya Toan-Theng lojin. "Tentang hal ini, aku juga tidak mengetahui dengan jelas apa maksudnya, Aku hanya mengetahui bahwa pada suatu malam, mendadak ayah mengajak aku pergi. Beliau mengatakan bahwa kami tidak bisa berdiam lama2 dilembah Kui kiok. Kami harus segera meninggalkan tempat tersebut. Tidak disangka, ditengah perjalanan kami telah dikejar oleh utusan Kauwcu kami. Kasihan, ayah telah binasa ditangan Bo Pin, kepala dari bagian tata hukum yang mempunyai gelar, Si Tangan Geledek..." bicara sampai disitu, peristiwa berdarah yang sangat menggenaskan diatas gunung pada malam yang sangat menggenaskan itu, kembali terbayang dipelupuk matanya.... Wajah yang menyedihkan dari ayahnya ketika mendekati ajalnya setelah terkena serangan tangan Bo Pin membuat Ho Kie tidak mampu lagi mengendalikan perasaan dukanya. Air mata kembali menitik keluar, terus membasahi pipinya. Dengan perlahan orang aneh itu mengusap kepala Ho Kie dan kemudian ia berkata dengan suara lemah lembut. "ayahmu setelah mengetahui tidak bisa tinggal lama2 dibawah pengaruhnya Hian-kui kauw, tentu ada banyak tempat yang dapat dikunjungi olehnya. Tapi mengapa ia lari justru menuju keatas gunung belukar ini?" "Menurut kata ayah, kami datang kegunung belukar ini maksudnya ialah hendak mencari seorang aneh yang mengasingkan diri diatas puncak gunung ini, ayah mengatakan pula bahwa ada satu persoalan penting yang menyangkut mati hidupnya sembilan partai besar dalam rimba persilatan." Mendadak orang aneh itu terkejut. "Akh..Ada kejadian begitu janggal? Apa kau mengetahui urusan apa itu. yang ada begitu penting?" "Tentang hal ini sebelum ayah binasa tidak keburu beritahukan kepadaku, ia hanya menyuruh aku lari untuk menyelamatkan diri. kalau jiwaku masih hidup, soal itu nanti pasti akan kuketahui sendiri, katanya." "Tidak apa. Aku nanti akan turun gunung sebentar, sudah tentu akan dapat tahu persoalannya. Hanya... Ayahmu telah terbunuh oleh Bo Pin, orangnya Cian tok Lo Mo, sakit hatimu ini barangkali suliat untuk kau tuntut." Ho Kie terperanjat. "Ini apa sebabnya?" "Kau tidak mengetahui kelihayan Cian tok La Mo. Kepandaian ilmu silatnya iblis tua itu mungkin berimbang dengan si orang tua Cit cie yang berdiam dipuncak gunung Sin hong ini. sekalipun aku yang turun tangan sendiri, belum bisa diramalkan siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah." "Locianpwe apa ucapanmu ini benar?" "Perlu apa aku membohongi kau? Mengenai kepandaian ilmu silat kami bertiga, sebetulnya berasal dari satu cabang. Semuanya berasal dari kitab ilmu silat Hian ku pit kip. Iblis tua itu mempelajari ilmunya dari jilid kedua dan aku dari jilid ketiga, sedangkan jilid pertama jatuh ditangan si orang tua Cit-cie yang berdiam diatas puncak gunung Sin hong. Pelajaran-pelajaran yang terdapat dalam ketiga jilid kitab itu, sebetulnya masing-masing sama hebatnya. Siapapun tidak dapat memenangkan yang lainnya. Jilid pertama mengutamakan gerak tipu yang aneh2, yang penting untuk gerak melindungi diri. Jilid kedua merupakan pelajaran gerak tipu serangan yang diutamakan untuk menyerang musuh, sedangkan jilid ke tiga yang aku dapatkan ada mengutamakan pelajaran ilmu Iweekang. kalau dibandingkan yang satu dengan yang lainnya, meskipun ada beberapa bagian yang melebihi dari jilid yang berlainan, tetapi dalam hal ilmu menyerang, tidak sehebat dari pelajaran yang terdapat dalam jilid kedua dan pertama. Kau pikir saja, Taruh kata kau berhasil mempelajari ilmu silat dari aku, bagimana kau dapat mempergunakannya untuk menuntut balas?" Ho Kie yang mendengar keterangan yang panjang lebar itu, hatinya jadi sangat berduka, Air matanya lantas mengalir dengan deras, lalu berkata dengan terisak2. "Kalau begitu, kematian ayah tentu akan sangat kecewa dan musuh ini untuk selamanya tidak dapat kubunuh." Toan-theng lojin lantas berkata sambil menepok2 pundak Ho Kie: "Kau juga tidak perlu terlalu bersusah hati. Untuk menuntut balas, bukan tertutup jalannya sama sekali, itu harus dilihat pada kegiatan dan keberuntungan sendiri bagaimana. Hati Ho Kie agak tergerak, lalu berlutut ditanah sambil meratap "Locianpwe, harap kau suka menerima aku, bocah yang bernasib malang ini, aku hendak angkat kau sebagai guru untuk belajar ilmu silat yang nanti akan kugunakan untuk menuntut balas sakit hati ayahku" Orang aneh itu mendadak mundur dua tindak. Dengan perlahan dia kebutkan lengan bajunya, angin kuta yang tidak kelihatan dapat menahan dirinya Ho Kie. Dengan suara besar orang aneh ini selanjutnya berkata: "Aku belum memikirkan untuk memungut murid. Urusanku sangat menyedihkan, sudah lama pikiranku seperti telah terpendam. Sekalipun kau anggukkan kepalamu sampai pecah juga tidak akan ada gunanya." "Locianpwe, kalau kau tidak mau menerima kau, aku akan berlutut disini untuk selama-lamanya." "Kalau begitu, kau boleh berlutut terus! Aku akan keluar untuk mengadakan penyelidikan, barang kali tiga hari kemudian baru bisa pulang." kata siorang aneh itu. Tanpa menanti jawaban Ho Kie lagi ia sudah menghilang dari situ. Dengan seorang diri Ho Kie berlutut dalam goa itu. Mengingat apa yang telah terjadi barusan, ia seperti berada dalam mimpi. Dengan perasaan murung ia mengawasi dinding tembok, tempat yang penuh rahasia itu telah membuat dalam pikirannya timbul semacam perasaan yang sukar dikatakan. Semuanya dengan sebisa-bisanya ia ingin supaya dapat menggunakan ketulusan hatinya untuk menggerakkan hati orang aneh yang sangat kukoay itu. Tetapi hatinya mendadak bergolak. ia tidak dapat menenangkan pikirannya lagi. Semua kejadian yang menggenaskan telah terbayang2 begitu nyata didepan kelopak matanya, kesemua itu seperti juga gambar hidup yang terpeta jelas sekali didepan matanya. Jiwanya yang masih muda bergelora terpengaruh oleh adanya kejadian buruk yang menimpa dirinya itum dengan mendadak ia berteriak: "Ayah! Ayah! Tolong!!Tolong!" tetapi ia tidak mendapatkan jawaban dan apa yang terbayang didepan matanya sudha lenyap semuanya. Ia masih tetap berlutut didalam goa yang disekitarnya dikelilingi oleh dinding biru, dibawahnya ada batu keras dingin, sedangkan diatasnya ada tergantung sebuah pelita kecil yang memancarkan sinarnya yang biru pula.. Keringat sudah mulai turun bermanik2, kedua lututnya dirasakan sakit sekali, perutnya sudah mulai keroncongan. Pada saat itu, kalau dia diberikan kesempatan untuk melonjorkan kakinya atau makan barang sejenak atau minum seteguk air alangkah segarnya. Tetapi..... ia tidak mau berbuat demikian. Sebab, jika ia tidak bisa berlutut sampai tiga hari, tidak nanti ia akan dapat menggerakkan hati orang kukoay itu, juga akan berarti tidak dapatkan pelajaran yang tinggi sebagai bekal untuk menuntut balas sakit hati ayahnya. Ia bertekad bahwa ia harus dapat bertahan dan harus sanggup menerima penderitaan, harus tahan berlutut dengna hati sujut..... Berlutut terus sampai tiga hari. Ya, sampai tiga hari, yaitu sampai orang tua Patah hati itu kembali. Pinggangnya dirasakan sudah mulai sakit, tetapi ia kertak gigi, ia bertahan terus tanpa bergerak. Sehari lewat sehari, hari telah berlalu dengan tenang. Hanya detakan ulu hatinya yang seolah2 masih memberitahukan padanya bahwa ia pada saat itu masih hidup. Kesengsaraan badan sudah membuat matinya perasaan Ho Kie. Kelaparan sudah melampaui batas. Kecuali ulu hatinya yang masih tetap berdenyut, semuanya seperti dirasakan sudah kaku. Didalam goa itu tidak kelihatan muncul dan terbenam matahari. Berapa lama sebenarnya ia sudha berlutut itu, ia sendiri juga tidak lagi mengetahuinya.apa yang diketahuinya adalah si orang tua Patah Hati itu masih belum juga kembali. Dengan kemauannnya yang keras seperti baja, ia tidak mau melepaskan janjinya sendiri. Ia tetap berlutut dengan kedua lututnya diatas batu yang keras dan dingin. Akhirnya, matanya dirasakan berkunang2, badannya rubuh tersungkur.... Tepat pada saat itu, satu bayangan orang berkelebat. Si orang tua Patah HAti kembali muncul didepan matanya. Ho Kie seolah2 masih mempunyai sedikit ingatannya. Dengan susah payah ia dongakkan kepalanya, sambil berkata hambar: "Locianpwe, Locianpwe, akhirnya aku dapat menantikan kau kembali." Orang tua yang aneh itu menatap wajah Ho Kie dengan pandangan matanya yang sayu lalu menganggukkan kepalanya, kemudian berkata sambil menghela napas: "Benar saja ada satu anak yang berkemauan keras. Tapi mengapa kau berbuat begitu bodoh sekali, mau terus berlutut terus tujuh hari lamanya?" "sudah lewat tujuh hari?" Ho Kie lompat bangun bahna kagetnya. Locianpwe apa sejak kau pergi dilu sampai sekarang ini sudah ada tujuh hari?" "Benar.Aku telah menyerapi rahasia yang dikatakan ayahmu ada menyangkut mati hidupnya sembilan partai besar didunia rimba persilatan. Didekat pusat perkumpulan Hian Kui-kauw, di lembah Kui kiok, aku sudah bersembunyi tujuh hari lamanya... akh.. aku sungguh tidak menyangka bahwa kau sibocah goblok ini sudah berlutut terus selama tujuh hari itu." "Apakah locianpwe sudah mendapatkan keterangan jelas?" "aku mencoba mencari keterangan dari berbagai pihak, mengetahui bahwa Hian kui kauw pernah mendapatkan sebuah benda yang berharga sekali yang telah dibawa kabur oleh ayahmu, sehingga mereka lantas..." "Aaaa.... tidak! Locianpwe kau jangan dengar ucapan merak yang mengaco belo! ayahku tidak pernah mau mencuri barang sesuatu apapun milik mereka." menyela Ho Kie. "Cian tok Lo Mo juga merasa bersangsi sebab benda itu dibawa kabur oleh ayahmu, sebab dibadan ayahmu mereka tidak dapat menemukan benda yang dicari itu. tepapi benda itu memang betul sangat berharga. Kalau tidak dapat diketemukan, benar2 memang akan menyangkut nasibnya sembilan partai besar dalam kalangan persilatan." "Benda apakah itu?" "Benda itu benda apa. aku sendiri juga tidak tahu dengan jelas, Kabarnya adalah suatu peristiwa yang terjadi pada seratustahun berselang. Bit cie dari daerah See hek telah menyerbu Tionggoan, sembilan partai besar yang terkenal kuta pada masa itu karena bermaksud hendak secara bersama2 melwana musuh dari luar itu, bersama2 telah membuat semacam benda. Siapa yang membawa benda itu dapat memberikan perintah apapun yang ia mau pada siapapun orang2 sembilan partai besar itu, tidak peduli hidup atau mati, harus ditaati benar. Kau pikir sendiri, apa bila benda itu benar2 berada dalam Hian kui Kauw, itu berarti runtuhnya kita." Ho Kie terperanjat. Seketika itu ia lantas melupakan keletihan dalam dirinya. "Kiranya benda itu ada begitu penting. Tetapi mengapa ayah cuma menyuruh aku supaya dapat melepaskan diri dari cengkraman mereka? Dan apakah hubungannya urusan itu dengan diriku?" "Barang kali ia inginkan kau menyampaikan berita ini kepada Cit-cie si orang tua itu, tetapi sudah tidak keburu menjelaskan lagi." "Kalau begitu, kematian ayah lebih tidak jelas lagi sebabnya. Locianpwe, aku mohon kau supaya sudi menerima aku sebagai muridmu." Orang tua itu berpikir sejenak lalu berkata sambil tertawa: "Mengingat akan ketulusan hatimu, menyimpang dari kebiasaan ku, aku bersedia hendak memberikan beberapa rupa pelajaran ilmu silat untuk kau. Ini mungkin sudah jodohnya. tetapi hanya sekedar sebagai peringatan atas pertemuan kita ini. Kau tidak usah anggap aku sebagai gurumu" Ho Kie merasa sangat girang, dengan perasaan yang sangat terharu, ia berkata: "Locianpwe, kau telah melepas begitu banyak budi kepadaku, sebaliknya tidak memberikan sedikit kesempatanpun kepadaku supaya aku dapat membalas budimu." "Maksudmu toh cuma ingin bisa menuntut balas sakit hati atas kematian ayahmu bukan? Apa perlunya kau harus merecoki segala soal tentang ilmu silatku ini kau dapatkan dari mencuri atau memungut? Aku juga tidak menghendaki kau untuk membalas budi, satu sama lain tidak ada sangkutan apa2, bukankah ada lebih baik? cuma kalau kau hendak menuntut balas untuk ayahmu, dengan hanya menganadalkan kepandaiaan yang kau dapatkan dari aku si orang tua, sebetulnya tidak cukup untuk memenangkan Cian-tok lo mo. Sebaiknya kau belajar lagi dari Cit-cie si orang tua itu. Kalau kau sudah dapatkan kepandaian orang tua itu, itu berarti juga bahwa kau dua lawan satu dan harapan untuk menang ada lebih besar." Ho Kie yang pada saat itu sudah terlalu lelah keadaannya, sesudah mendengarkan keterangan si orang tua, hatinya mulai lega dan rasa ngantuknya lantas menghebat dan akhirnya tertidur pulas sekali. Toan-theng lojin menyaksikan Ho Kie tidur pulas, lalu berkata seorang diri sambil menghela napas: "Ah, Bocah! Kau tidak mengetahui bahwa paling lama aku cuma bisa mengajar kau satu bulan saja. Sekalipun aku berikan pelajaran padamu siang malam tanpa berhenti2. tetap saja tidak cukup waktunya untuk menurunkan pelajaranku semuanya. Dan sekarang kau telah tertidur, apa ini bukan berarti menelantarkan pelajaranmu......" Dalam tidurnya itu Ho Kie lapat2 seperti mendengar perkatan orang tua aneh itu. Tiba2 hatinya terkejut lalu bertanya sambil membuka matanya: "Locianpwe, kau tadi kata apa?" Toan-theng lojin mengambil sebutir pil dan diberikan kepada Ho Kie. "Obat ini boleh kau makan." katanya. Selambatlambatnya satu bulan, aku akan muncul di dunia kangouw lagi. Sekarang waktunya itdak banyak lagi. Selama satu bulan ini aku akan memberitahukan padamu semua isi pelajaran dalam kitabku Hian kui Pit kip, jilid ketiga. Tetapi sampai dimana kau dapat memahaminya, itu semuanya tergantung atas kecerdasan otakmu. WAktunya sudah terlalu mendesak. Kita tidak perlu banyak bicara lagi, supaya kau bisa berhasil dengan cepat, aku sudah berkeputusan dengan tidak menyayangi kekuatan tenaga gdalamku, telbih dulu aku akan membuka otot2 dan urat2 nadimu supaya dapat menyalurkan kekuatan tenaga dalamku." Ho Kie yang mendengar itu, bukan kepalang rasa girangnya, maka ia lantas makan obat berbentuk pil itu. ia hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri, sebab kalau urat nadinya sudah terbuka dan dapat menerima saluran kekuatan tenaga dalam, itu artinya bahwa dia sudah mendapatkan dasar ilmu kepandaian yang tinggi. Sedangkan tokoh2 rimba persilatan yang tinggi kepandaian ilmu silatnya setingkat dengan itu, sungguh sedikit sekali jumlahnya. Ia seperti bersangsi atas dirinya sendiri, semnetara Toantheng lojin sudah berkata lagi sambil anggukkan kepalanya: "Setan kecil, keu kemari!" Pada saat itu, Ho Kie sudah merasakan bahwa panggilan Setan kecil itu tidak terlalu menusuk hatinya lagi. Sebaliknya sebutan itu dianggapnya lebih meriah dan lebih sedap didengarnya, maka ia lantas menghampiri orang tua anhe itu sambil ketawa berseri2. Toang-theng lojin dengan cepat mengerakkan jari2 tangannya, sebentar saja sudah dapat menguasai tiga ratus enam puluh tempat jalan darah dibadan Ho kie. Darah disekujur badan Ho kie seolah2 berhenti mengalir dengan mendadak. Stelah berdiri kaku sejenak, badannya lantas rubuh dalam pelukan siorang tua. Toan-theng lojin lantasi mulai memale. Sebentar kemudian, dari telapakan tangannya telah mengeluarkan hawa putih semcam kabut tebal. Kabut itu hanya mengurung kepalanya Ho Kie dan telapakan tangan si orang tua. Sebentar kelihatan tebal, sebentar kemudian tipis. KemudiaN masuk ke jalan darah Pek-Hwee hiat. Orang tua itu tidak bergerak barang sedikitkpun juga. sorot matanya yang hijau kelihatan semakin mencorong. Mulutnya terkancing, kadang2 mengeluarkan suara keretekan. Keadaan demikian itu berlangsung sesaat lamanya, diwajah orang aneh yang terbungkus kain hitam dan putih itu kelihatannya sudah basah dengan air keringat. Ho Kie berdiri sambil pejamkan matanya seolah2 tengah tidur nyenyak. Lewat lagi sejenak, orang tua itu perlahan-lahan menggeserkan telapakan tangan kanannya. ia dapat melepaskan napas lega. Sinar matanya yang Tajam sudah mulai berkurang. Mata itu bahkan kelihatannya mengembang air. Ia meletakkan dirinya Ho Kie di atas tanah dengan sangat hati2. Kembali dari sakunya ia mengeluarkan tiga butir pil yang seperti tadi, lantas dimasukkan kedalam mulutnya Ho Kie. -oo0dw0ooo- Jilid 2 SELANJUTNYA ia lantas membebaskan dirinya Ho Kie dari totokan tadi. Ho Kie mula2 pernapasannya kelihatan memburu, tetapi sebentar kemudian keadaan telah berobah menjadi sabar dan kemudian tertidur nyenyak pula. Diwajahnya terlintas senyumannya yang manis, badannya dirasakan sangat nyaman. Toan-theng lojin memandang Ho kie sejenak, lantas angguk2kan kepalnya dan berkata kepada dirinya sendiri. "Sudah empat puluh tahun, sekarang aku kembali menciptakan suatu kemukjijatan dalam rimba persilatan, tapi entah kali ini akan memusingkan kepalaku atau tidak?" Ucapan itu seolah2 mengandung banyak arti. Sayang Ho kie tengah tidur nyenyak sekali, hingga tidak mungkin dapat mendengar atau melihat sikap orang aneh itu. Kalau ia tahu, barang kali ia tidak akan dapat melupakan untuk selamanya. Toan theng lojin duduk disampingnya Ho kie, agaknya seluruh perhatiannya tengah dicurahkan melulu untuk sibocah yang sedang tidur nyenyak tersebut. sebagai suatu kewajiban tetap, setiap 2 jam sekali, ia menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya kedalam diri bocah itu. Ho kie dalam tidurnya nampak seperti tersenyum, wajahnya perlahan-lahan berubah menjadi merah. Sepuluh hari lamanya ia berada dalam keadaan demikian. Toan-theng lojin selama itu tidak makan, tidak minum, tanpa tidur, tanpa ngaso, sorot matanya main lama makin sayu. Seperti pelita yang hampir kehabisan bahan pembakarnya, seluruh kekuatan tenaga dalamnya telah disalurkan ke dalam badan Ho Kie. Wajah Bocah itu perlahan-lahan kelihatan menjadi merah, hingga nampaknya sangat segar dan tambah cakap kalau dilihat. Orang tua itu ketawa bangga. Wajahnya tertutup rapat, tapi dari sorot matanya kelihatan jelas kebanggaannya. Ia tahu bahwa tindakannya hari itu akna membuat bocah ini nanti akan menjadi seorang kuat yang sukuar dicari tandingannya didalam dunia rimba persilatan. Sepuluh hari kemudian, ia sudah kehabisan tenaga, ia duduk numprah, napasnya tersengal-sengal. Ho Kie perlahan-lahan membuka matanya. Sekarang sudah sangat berlainan keadaannya dengan Ho Kie pada 10 hari berselang. Dalam matanya yang jernih, nampak memancarkan sinar terang tajam, jidatnya samar2 ada sinarnya, setiap gerakannya menunjukkan kegesitannya. Tapi, perubahan besar itu ia sendiri agaknya masih belum tahu. Apa yang ia dapat rasakan ialah badannya seperti sangat ringan dan lincah, didalam badannya seperti mempunyai semacam kekuatan yang tidak kelihatan. Ketika ia melihat orang tua Patah Hati itu duduk numprah, diam2 merasa kaget, maka lalu bertanya: "Locianpwe, apa kau merasa kurang enak badan?" Orang tua itu gelengkan kepalanya, menjawab dengan perlahan" "Setan kecil, otot dan urat2 nadi mu sudah kusaluri dengan kekuatan tenaga dalam yang dinamakan Giok liong Cao Khie! Dengan kekuatan tenaga dalam yang kau miliki sekarang. meskipun belum dapat menandingin kekuatan Cian tok Lo mo, tapi sudah cukup untuk menjagoi dunia rimba persilatan..." ia berhenti sejenak, kemudian berkata pula:"Setan kecil, sekarang kita tidak boleh membuang tempa lagi. WAktu sangat berharga, satu bulan sudah kita gunakan sepuluh hari, tinggal 20 hari lagi. Aku harus memberikan pelajaran kepadamu dengan ilmu silat yang terdapat dalam ktiba Hian kui Pit kip jilid ke tiga, kau harus memperhatikan baik-baik" Ho kie duduk bersila ditanah. Orang tua itu setelah mengheningkan cipta sejenak, dengan perlahan dan jelas sekali ia menerangkan dan mengajarkan semua pelajaran ilmu silat yang terdapat dalam kitab ilmu silat Hian kui Pit kip jilid ketiga kepada Ho Kie. Tiga hari berlalu cepat. Selama tiga hari itu, Toan theng lojin tanpa kenal lelah memberikan pelajarannya yang ia miliki kepada Ho Kie, bocah itu karena kemauannya yang keras, ditambah lagi dengan kecerdasan otakknya yang luar biasa, maka dalam waktu sesingkat itu telah dapat mengingat semua pelajaran dengan baik. Tiga hari kemudian, orang tua itu berkata kepada Ho kie dengan bersungguh-sungguh: "SEmua kepandaian ilmu silat yang ada pada dirimu, sudah aku wariskan semua kepadamu. Kalau kau bisa ingat dan gunakan dengan baik-baik, dalam tempo singat kau akan menjadi seorang kuat kelas satu dalam rimba persilatan. Tapi pelajaran-pelajaran yang agak sulit seperti tipu silat Hoa ing sie sek dan Hu kut hien kang, serta tipu serangan untuk menundukan musuh yang luar biasa hebatnya. Hian kui Cap she sek Kin na khiu harus kau pelajari lebih teliti. SEdangkan ilmu silat Giok liong Hoa khie masih kudu memakan tempo yang agak lama, pelajaran ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang sangat singat. Tapi kalau kau sudha mahir tiga tipu silat itu, sudah cukup untuk kau melindungi dirimu tidak samapi dapat dikalahkan oleh musuhmu. Selain dari pada itu, selama 40 tahun aku berdiam disini, aku telah menciptakan serupa ilmu silat yang kunamakan Tay Iet Kim kong ciang hoat, meski cuma tiga jurus, tapi sudah cukup untuk melayani musuh yang bagaimanapun tangguhnya. Semua ini kau harus ingat baik2 dan melatih dengan rajin." Ho kie terima baik pesan orang tua itu dengan perasan terharu. Toan theng lojin anggukkan kepala dan berkata pula : "Sejak hari ini, kau harus bertekun dalam pelajaranmu didalam lembah yang sukar diinjak oleh manusia ini, kau harus baik2 meyakinkan semua pelajaran yang sudah kuturunkan padamu. Waktuku cuma msaih ada setengah bulan, sekarang kekuatan tenaga dalamku sudah dihamburkan terlalu banyak, maka aku harus menutup diri untuk 10 hari lamanya guna memulihkan kekuatanku. Setelah satu bulan cukup, aku nanti akan menguji kau lagi..." Demikianlah, selanjutnya Ho Kie dengan tekun setiap hari melatih ilmu silatnya dari pelajaran Taon theng Lojin. Karena ia tidak memperhatikan lewatnya waktu, maka ia tidak mengetahui sudah berapa lama ia belajar sendiri secara demikian. Didalam goa itu kadang2 ada banyak nyamuk dan lalat yang sering menggangu Ho kie pada waktu ia melatih ilmunya. Semula ia dibikin jengkel oleh adanya gangguan binatang-binatang kecil itu. Lama-kelamaan mendadak ia dapatkan suatu pemikiran. Mengapa aku tidak menggunakan binatan terbang ini untuk melatih ilmu Kin na khiu dan Hu kut Hian kang? Didalam goa sinarnya tidak cukup terang, tetapi mata Ho kie sekarang sudah menjadi terang. Ia sudah mulai dapat mengenal barang yang bagaimana halusnya sekalipun dalam keadaan remang-remang. Ia menggunakan binatang terbang itu sebagai musuh dirinya melancarkan ilmu Kinna0khiu- nya, sebentar ia menangkap dan sebentar kemudian ia melepaskannya lagi. Perbuatan demikian itu agaknya menggembirakan hatinya. Tidak antara lama, dengan mudah ia dapat menangkap binatang nyamuk yang halus, gerakannya itu belum pernah gagal. Setelah ia mahir betul mempelajari ilmunya itu, nyamuknyamuk atau lalat-lalat sudah tidak berdaya untuk mengganggu dirinya lagi. Ada kalanya kalau ia sedang bergembiri, ia lantas bergerak kesana dan kemari diantara gerombolan nyamuknyamuk, tetapi tidak memberikan kesempatan pada nyamuk-nyamuk itu menyenggol badannya. Didalam goa yang tidak ada isinya apapun, kala itu dimata Ho kie sedikitpun tidak merasakan kekosongan. Ia telah mendapatkan kawan berupa nyamuk, lalat dan binatang-binatang kecil lainnya sebagai teman karib selama ia melatih ilmu silatnya. Pada suatu hari, selagi Ho kie sedang asyik melatih ilmu silatnya dengan cara yang luar biasa itu, tiba-tiba dibelakang dirinya terdengar oarang yang memberikan pujian kepadanya: "Tidak nyana kau sisetan kecil ini telah mendapatkan pikiran untuk melatih dengan cara demikian" Ho kie berpaling. Dilihatnya Toan-theng lojin sudah berdiri dimulut goa. Ia buru-buru menghampiri dan berlutut dihadannya sembari berkata: "Locianpwe, coba locianpwe uji aku. Selama beberapa hari ini apakah aku telah mendapatkan kemajuan?" "Aku sudah lama mencuri lijat, caramu melatih ini memang cukup baik, tidak perlu ku uji lagi. Tetapi cara melatih serupa ini hanya dapat menambah kelincahan gerakan tubuh, sedangkan ilmu pukulan yang dapat membuat lawan mundur kau rupanya tidak memperhatikannya." "Aku hanya mengetahui kalau aku menggunakan binatang nyamuk dan lalat ini untuk melatih ilmu Kin na khiu dan Hin Kut hian kang.... tipu serangan, meskipun ku latih dengan tidka berhenti-hentinya, tetapi aku masih belum mengetahui ilmuku ini apakah telah mendapat kemajuan atau tidak. "Ini mudah saja! Asal kau dapat menangkap binatang itu satu demi satu kemudain kau hajar dengan kekuatan telapakan tangan mu, kalau kau mampu menghajar sampai binatang-binatang itu terpental keluar dari dalam goa ini, maka kekuatan tangan mu itu sudah tidak perlu disangsikan lagi." "Berapa si kekuatan binatang-binatang seperti nyamuknyamuk itu? Aku akan segera mencobanya." Orang itu hanya kedengaran suara ketawanya tidak menjawab. Ia mengeluarkan sebuah kantung kecil dan menyuruh Ho kie melancarkan ilmu Kin-na-khiu-nya untuk menangkapi binatang-binatang nyamuk kemudian diletakkan di dalam kantong tersebut. Dengan sangat mudah sekali Ho kie sudah berhasil menangkap tiga-empat puluh ekor nyamuk yang kecil-kecil itu. "Bagus! Sekarang kau lepaskan lagi satu demi satu. Kalau kau sudha melepaskan seekor, kau boleh terus menghajar dengan telapakan tanganmu. Apa kau mampu membikin terpental binatang itu atau tidak?" Ia lalu mengajak ho kie berdiri disuatu temapt terpisah kira-kira 10 tombak dari mulut goa untuk sebagai temapt latihan. Dengan penuh keyakinannya Ho kie melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tua itu. Ketika ia mengeluarkan serangannya yang pertama, memang betul hebat sekali serangan dari telapakan tangannya itu. Dinding-dinding batu yang berdekatan dalam lingkaran satu tombak lebih sampai pada hancur berantakan, tetapi ketika ia melihat nyamuk tadi, ia lantas merasakan kaget dan terheran-heran. Kiranya binatang kecil itu meskipun kecil badannya dan juga enteng, karena dapat berterbangan ditengah udara, maka serangan Ho kie yang pertama kali itu walaupun cukup keras, tetapi ternyata masih belum mampu membuat nyamuk itu terpental sampai sejarak lima kaki. Bukan saja tidak mati, malah nyamuk itu berterbangan berputar-putar tidak henti-hentinya. ORang tua itu lantas tertawa bergelak-gelak. "Gedung besar mudah dirubuhkan, tapi selembar bulu susah dicabut!" katanya " Kau jangan pandang enteng binatang kecil ini. Dengan kekuatan tenaga yang kau miliki sekarang ini, untuk dapat membikin terpental binatang keicl itu sampai sepuluh tombak jauhnya, rasanya masih harus berlatih beberapa tahun lagi." Ho kie merasa agak malu, ia mencoba sekali lagi dengan melepaskan sepuluh lebih nyamuk-nyamuk itu. Tetapi meskipun kali ini kekuatannya sudha ditambah lagi, tetap ia tidak berhasil membuat nyamuk-nyamuk tersebut terpental keluar ke mulut goa. "Kekuatan dengan kekerasan mudah dilatih, tetapi kalau mau memusatkan kekuatan pada satu tempat, pada satu tangan atau satu jari misalnya, sungguh tidak mudah. Apa kau mengerti sebabnya teori ini?" kata siorang tua Patah Hati. Ho kie meskipun mau menerima pelajaran itu smabil membungkukkan badannya, tetapi dalam hatinya masih merasa penasaran. Sebagai satu bocah, ia tidak terluput dari sifatnya yang tidak mau mengalah mentah-mentah. Mendadak ia mengerahkan kepandaiannya, sebentar saja ia sudah berhasil menangkapi kembali beberapa puluh nyamuk itu dan dibinasakan semuanya... Toan-theng lojin yang menyaksikan perbuatan Ho kie dalam hatinya bercekat. Dengan mata tidak berkedip ia menatap wajah Ho kie, sedangkan mulutnya mendumel: "Bocah, Napsu membunuhmu sungguh keterlaluan. Ini agak menakutkan." Mendengar perkataan itu HO kie buru-buru berlutut seraya berkata: "Locianpwe, aku hanya membunuh beberapa ekor nyamuk ini saja, apakah itu bisa dibilang keterlaluan?" "Seekor nyamuk atau semut sekalipun, juga ada mempunyai jiwa. Kau telah mempelajari ilmu silat, kalau ilmu silatmu digunakan untuk membasmi kejahatan atau untuk menuntut balas sakit hati ayahmu itu memang tidak dapat disalahkan. Tetapi kalau kepandaianmu itu kau pergunakan hanya untuk mengambil jiwa yang tidak berdosa, itu terang sudah melanggar hukum Tuhan." "Locianpwe, sekarang aku telah mengerti akan kesalahanku. Lain kali aku tidak berani berbuat kesalahan semacam itu lagi." Ho kie mengakui kekeliruannya. "Sekarang batas waktu satu bulan sudah cukup, aku harus segera turun gunung untuk menyelidiki itu persoalan yang menyangkut nasibnya sembilan partai besar dalam rimba persilatan. Baik-baiklah kau melatih diri didalam goa ini. Sampai pada waktu kau sudah bisa membikin terpental nyamuk sehingga sepuluh tombak jauhnya, itulah tandanya bahwa latihanmu sudah cukup sempurna dan pada waktu itu lah kau baru boleh turun gunung." "Locianpwe, kapan kau akan kembali?" "Selambat-lambatnya ya setengah tahun, secepatcepatnya tiga bulan. Tetapi kalau lewat batas waktu yang kutetapkan itu aku masih belum kembali. kau juga tidak perlu menantikan aku lagi. kau boleh pergi turun gunung. Tetapi ada satu hal yang harus kau ingat betul-betul. Sebelum kau dapatkan kitab pelajaran ilmu silat Hian-Kui pit-kip jilid pertama, sekali-kali kau jangan coba-coba melanggar dirinya Cian-tok lo mo di lembah Kui-kok! mengerti kau maksudku?" "Locianpwe, Aku pasti akan menunggu kau. Harap kau supaya lekas kembali." Orang tua itu berdiri sekian lama, agaknya mereka sangat terharu akan perpisahan itu. Tangannya mengelus kepala Ho kie, ia berkata sambil menghela napas: "Akh.. Bocah! Sudah cukup aku mengalami berbagai kedukaan, apakah sebelum meninggalkan tempat ini kau hendak menyuruh au menjumpai kedukaan orang yang akan berpisahan lagi?" Sehabis berkata demikian mata orang tua itu mengembang air. Ho kie lebih terharu lagi, ia sudha menangis tersengguksenguk.. "Locianpwe" katanya" kau tidak mau menerima aku sebagai muridmu, setidak-tidaknya kau harus memberitahukan kepadaku kemana kau hendak pergi. Supaya kalau aku nanti sudah berhasil dengan latihanku, aku bisa mencari padamu." Toan-theng lojin mendadak mengertak gigi, ia mengibaskan tangannya dan mundur beberapa tombak jauhnya, lalu berkata sambil tertawa dingin: "Satu laki-laki dimana saja dapat mendirikan rumah tangganya. Kau boleh pergi dengan urusanmu sendiri, aku akan melakukan tugasku pula. Taruh kata kau dapat menemukan aku, apa yang akan kau perbuat? Lebih baik kau melatih ilmu silatmu dengan rajin. Perlu apa mengambil sikap seperti anak perempuan?" Sehabis mengucapkan perkataannya yang terakhir itu ia lantas menggerakkan kakinya, sebentar kemudian ia sudah menghilang dari mulut goa. Dengan hati sedih, Ho kie terus berlutut ditanah, dengan hormat sekali lagi ia mengangguk-anggukan kepalanya sampai tiga kali.... Satu tahun berlalu dengan pesatnya. Orang tua yang patah hati itu telah pergi meninggalkan Ho kie seorang diri, sedikitpun tidak ada lagi kabar beritanya. Hari berganti hari, bulan bertemu bulan. Setahun kembali sudah dilewatkan lagi oleh Ho kie didalam goa itu, tetapi kekuatan tangan Ho kie hanya mendapat kemajuan sedikit, cuma dapat membikin nyamuk terpental lima tombak saja jauhnya. Sering kali ia berdiri bingung dimulut goa, memandang gunung-gunung dan bagai tiada bertepi, ia memandang segala perubahan alam, karena bergantinya musim demi musim. Ia sendiri hampor-hampir tidak mengetahui sudah berapa lama ia telah melewatkan penghidupannya didalan goa yang sesunyi itu. Mengingat akan kematian ayahnya dan mengingat dirinya siorang tau Patah Hati yang sudah lama meninggalkan dirinya, rasa duka didalam hatinya sungguh sukar untuk dapat ditindasnya, maka kadang-kadang ia tidak dapat lagi menahan perasaan dukanya. Ia percaya bahwa orang tua Patah Hati itu tentunya sudah mengalami nasib buruk. Sebab kalau tidak demikian, tidak nantinya sampai sudah begitu lamanya belum kembali. "Akh! kalau sampai terjadi apa-apa atas diri orang tua itu, bukankah itu berarti akulah yang telah mencelakai dirinya?" Ho kie ngedumel sendiri. Sebab jika ia tidak datang ke lembah patah hati itu, sudah dengan sendirinya orang tua itu tidak akan mengetahui duduk persoalan yang menyangkut sembilan partai besar dalam dunia persilatan dan dengan sendirinya pula orang tua itu juga tidak akan dengan secara mendadak meninggalkan goa-nya yang sudah didiami empat puluh tahun lamanya. Ia menyesalkan dirinya sendiri, ia menyesal tidak terhingga. Ditahun ketiga ia sudah mampu membikin terpental binatang nyamuk sampai lewat lebih dari tujuh tombak jauhnya. Ia sudah tidak sabaran buat menantikan lebih lama lagi, maka ia lantas mengambil keputusan untuk keluar dari Lembah Patah Hati. Sejak ia mendapatkan kepandaian ilmu dari siorang tua, ditambah lagi dengan latihannya yang rajin tanpa mengenal lelah, badan dan tulang seta otot-ototnya telah mengalami banyak perubahan. Ketika ia terjerumus di Lembah Patah Hati, ia masih merupakan satu bocah yang belum cukup empat belas tahun, tetapi sekarang ia sudah merupakan jejaka yang sudah hampir tujuh belas tahun usianya. Parasnya cakap dan badannya tegap kekar. IA sudah seperti seorang pemuda cakap, ganteng yang sudah berusia dua puluh tahunan. Dengan perasaan duka ia memandang semua keadaan didalam goa itu meskipun dalam goa itu tidak ada apaapanya, tetapi setelah hendak ditinggalkan, hatinya merasa berat. Disatu sudut ia menemukan satu bungkusan kecil. Tatkala dibukanya, isinya ternyata adalah satu stel pakaian dan sedikit uang. Karena ia sedang membutuhkan pakaian dan uang untuk bekal dalam perjalanannya, maka ia lantas mengambil bungkusan tersebut. Dengan Hati berat ia meninggalkan goa Pek-Giok-Kiong di dalam Lembah Patah HAti itu yang sudah didiami hampir tiga tahun lamanya. Dalam perjalanan satu hari ia baru tiba disebuah kota kecil. Dengan tindakan perlahan ia memasuki sebuah rumah makan dan memesan beberapa rupa hidangan. Seorang diri juga ia makan dan minum hidanganannya. Selagi enakenaknya makan telinganya tiba-tiba menangkap suatu suara yang kedengarannya sangat menyenangkan. "Hei pelayam! hitung uangnya!" Ho kie terperanjat oleh suara tadi, Ketika ia memperhatikan dengan seksama, disatu meja yang terletak didekat jendela, ada duduk seorang diri pemuda yang berdandan seperit anak sekolah dalam pakaian seragam putih. Pemuda itu juga usianya paling-paling juga baru delapan belas tahun. Wajahnya yang putih bersih bersemu dadu serta dikedua pipinya ada sebuah sunyen dengan bibirnya yang merah. ada lebih mirip dengan seorang wanita. Anak muda itu dengan tenang mengipas-ngipas dirinya dengan kipasnya yang indah. Baik parasnya, maupun sikapnya kelihatan sangat menarik hati bagi siapa saja yang menghadapinya. Ho Kie seumur hidupnya belum pernah melihat pemuda secakap demikian, dengan tidak sadar mulutnya lantas memberikan pujiannya: "Aaaa, sungguh cakap pemuda itu!" Meskipun suaranya itu diucapkan perlaha, siapa sangka anak sekolah berbaju putih itu mempunyai pendengaran yang sangat tajam. Dengan mendadak ia lantas melipat kipasnya lalu menegur: "Dari mana datangnya manusia liar yang begitu kasar? sungguh menjemukan!" Ho kie yang mendengar teguran yang serupa itu, parasnya merah seketika, pada pikirnya: "Aku toh memuji dirimu dan bukan bermaksud menjeleki! kenapa sebaliknya kau malah memaki-maki tidak keruan?" Ia juga tidak mau mengalah mentah-mentah, dengan suara dihidung ia berkata: "Dasar dogol, Anak tidak tahu adat!!" Pemuda berbaju putih berdiri alisnya, mendadak ia lompat bangun. sambil menuding dengan kipasnya pada Ho kie ia membentak. "hei manusia liar, kau memaki siapa?" Ho kie mendongkol, lantas menjawab dengan suara agak heran: "Aku suka memaki siap saja, perduli apa dengan kau?" Pemuda berbaju putih itu agaknya sudah gusar benarbenar: "Kalau tidak karena didepan umum ini ada rasa kurang pantas, hari ini tentu aku sudah memberi sedikit hajaran pada kau si manusia liar yang tidak mengenal aturan!" "Apa kalau tidak dihadapan umum kau kira aku takut padamu?" "Kalau kau mempunyai kepandaian sebentar malam jam tiga kau boleh datang di Cit-Lie kang!" "Baik! aku nanti tepati janjimu!" Pada saat itu pelayan rumah makan sudah berdiri dekat pemuda berbaju putih itu untuk menantikan bayaran. Pemuda berbaju putih itu juga tidak berkata apa-apa lagi, ia memberikan sedikit uang pada pelayan rumah makan, kemudian lantas berlalu. Selagi melewati Ho kie, mendadak ia menghentikan tindakan kakinya dan berkata dengan suara dingin: "Pertempuran antara mati dah hidup! kalau tidak mendapatkan keputusan, aku tidak mau sudah." Setelah mengucapkan perkataannya itu, ia lantas berlalu dengan langkah lebar. Ho kie jadi ketawa geli, diam-diam berpikir: "Bocah ini sungguh sombong. Entah orang golongan apa?" Karena hatinya sedang mendongkol, maka napsu makannya juga berkurang. Dengan cepat ia membayar rekening dan kembali kerumah penginapannya. Entah sudah berapa lama ia rebahkan dirinya dipembaringan. secara begitu, tetapi tidak juga tidur pulas. Hatinya selalu memikirkan itu pemuda sekolah berbaju putih. Kalau dilihat dari paras dan sikapnya, kelihatannya ia bukan orang jahat. Tetapi kenapa ia begitu jumawa? Apakah ia mempunyai kepandaian yang luar biasa? Berpikir sampai disitu, ia merasa geli sendiri, ia menganggap bahwa pemuda itu hanya mempunyai pengertian sedikit tentang ilmu silat yang tidak mungkin dibandingkan dengan kepandaian yang dimilikinya. Baru pertama kali ia keluar lembah sudah lantas diajak bertanding, maka dalam hatinya merasa sangat gembira, karena itu adalah merupakan suatu kesempatan untuk menguji kepandaiannya. Oleh karena itu juga ia tidak dapat tidur pulas. Kentongan baru berbunyi sekali, ia sudah turun dari pembaringannya lalu membuka jendela dan lompat keatas genteng. Menurut jurusan yang ditunjul oleh pelayan rumah makan ia lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya lari ke Cit-lie kung. Malam itu ada malaman terang bulan. Keadaan diluar kota sangat terang benderang. Ho Kie yang sedang berlarilarian menuju ketempat yang telah dijanjikan, dalam hati merasa sangat gembira, tetapi juga merasa agak kuatir. Bukan disebabkan karena tidak mengetahui dimana tingginya kepandaian ilmu silat pemuda baju putih itu, tetapi karena sejak ia mendapatkan pelajaran ilmu silatnya dari si orang tua Patah Hati, serta sudah memahami ilmunya yang terdapat dalam kitab Hian kui Pit-kip, boleh dikatakan ia masih belum mendapat kesempatan untuk digunakna dalam menghadapi lawan dalam arti kata pertempuran yang sebenarnya. Maka malam itu dapatlah diartikan sebagai suatu ujian untuk menjajal kepandaiannya yang telah dipelajari dengan rajin selama hampir tiga tahun itu, maka diam-diam ia mengharapkan supaya kepandaian pemuda itu ada lebih tinggi sedikit daripada kepandaian dirinya sendiri, sebab kalau kepandaian pemuda itu berselisih terlalu banyak dengan kepandaian yang dimilikinya, juga tidak akan ada artinya. Tidak antara lama kemudian ia sudah sampai pada sebuah rimba yang lebat. Rimba itulah yang dinamakan Cit- Lie kang! Tiba-tiba ia mendengar orang menegur dengan suara merdu, yang kedengarannya keluar dari dalam rimba: "Siapa?" Pertanyaan itu lalu disusul oleh munculnya satu bayangan putih yang bergerak dengan gesit, menghadang didepan mata Ho kie. Ketika mendengar suara itu, Ho kie sudah lantas menghentikan gerakan kakinya. Ternyata orang yang sedang berdiri didepan matanya itu adalah seorang pemuda berbaju putih seperti anak sekolah yang tadi siang dijumpai dirumah makan. "Kau datang terlalu pagi sahabat!" Ho kie ketawa dingin. Anak sekolah berbaju putih itu menunjukkan sikap yang terperanjat, lantas menyahut dengan suara dingin: "Kedatanganku cepat atau lambat, ada hubungan apa dengan kau?" "Mengapa tidak ada hubungannya? Aku justru datang kesini hendak menepati janjimu" Anak sekolah berbaju putih itu kembali tercengang. "Menepati janji? Dengan siapa kau berjanji?" Mendengar ucapan yang ketus dingin yang seolah-olah tidak memandang dirinya sama sekali, hati Ho kie merasa mendongkol. "Anak dogol yang jumawa!" katanya gemas,"Apa kau sudah hitung pasti bahwa kepandaiannya ada diatas kepandaianku?" Anak sekoah itu kelihatannya seperti benar-benar heran. "Sama-sanam anak sekolahan, dengan alasan apa kau memaki aku anak dogol?" tanyanya. "Alasan apa? Itulah karena sikapmu yang terlalu jumawa yang telah kau unjukkan dirumah makan tadi siang, rasanya tidak cukup dengan hanya memaki kau saja, andaikan aku hajar kau sampai pingsan juga sudah sepantasnya..." Anak sekolahan berbaju putih itu berpikir sejenak, ia lalu ketawa sehingga kelihatan kedua baris giginya yang putih berkilat. "apa kau ingin berkelahi? Coba saja kau turun tangan". "Itulah yang dijanjikan, aku datang kemari. Apa kau hendak mangkir?" Anak sekolah berbaju putih itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kapan aku janji kepadamu? Dengan caramu gerabk gerubuk seperti ini, apa kau kira aku suka janjikan kau?" "Anak dogol, kau mau berpura-pura?" "Hai! kita sama-sama orang sekolahan, sebaiknya kau jangan membuka mulut sembarangan. Kalau aku anak dogol, lalu kau sendiri anak apa?" Ho kie sudah tidak dapat menahan sabarnya lagi. Ia berseru: "Bocah yang mengingkari janji! kita tidak usah banyak mulut lagi. Mari kita adu kekuatan!" Berbareng Ho kie menyerang. Serangan itu adalah tipu serangan Tay-Lek kin kong ciptaan Toan-theng lojin yang diyakinkan si orang tua selama empat puluh tahun lamanya. Tidak heran kalau serangannya itu sangat hebat, sehingga tujuh atau delapan batang pohon telah tersapu rubuh oleh kekuatan angin serangan itu. Ho Kie tidak menyangka bahwa kekuatan serangannya itu ada begitu hebat, maka ia sendiri juga lantas kesima. Dalam hatinya agak menyesali dirinya, pada pikirannya "Ah, kalau aku mengetahui seranganku bakal begitu heba, aku tidak akan turun tangan sembarangan. Aku dengan dia tidak mempunyai permusuhan apa-apa. kalau aku sampai memukul mati padanya, apakah itu bukan keterlaluan?" Siapa sangka, belum lenyap peikirannya itu, disampingnya terdengar suara anak sekolah berbaju putih itu: "Aaaa, dengan mengandalkan kepandaian yang begini saa, kau lantas hendak menyombongkan dirimu untuk mengadu kekuatan? he.. he... masih belum cukup bung!" Bukan main kagetnya Ho kie, dengan lekas ia memutar tubuhnya, Ia meliaht anak sekolah itu sedikitpun tidak terluka. Ia sedang berdiri dengan tenang sambil goyanggoyangkan kipasnya dan memandang Ho kie sambil tertawa. Karena terkejut oleh kepandaian yang aneh dari si pemuda itu, dalam hatinya Ho Kie merasa terheran-heran. "Aku masih mempunyai urusan penting!" kata pemuda baju putih ketawa. Aku tidak mempunyai waktu untuk melayani segala orang kasar seperti kau ini, Melihat sikapmu yang begitu galak, benar-benar telah membuat orang tiga hari tidak enak makan. Ingatlah lain kali kau jangan terlalu gegabah menunjukkan kepandaianmu dihadapan orang lain." Sehabis berakata begitu, ia lalu berkelebat menghilang ke dalam rimba. "Jangan pergi" bentak Ho kie. Tetapi sang lawan sudah tidak kelihatan lagi bayangannya sekalipun. Ia telah dibikin mendongkol oleh ucapan anak sekolah baju putih yang terakhir itu. Ia coba mengerahkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk mengejar anak sekolah itu. Mengejar orang didalam rimba sesungguhnya tidak mudah, apa lagi pemuda baju putih itu kelihatannya mempunyai kepandaian yang sangat luar biasa. Dengan perasaan mendongkol Ho Kie berputaran didalam rimba, tetapi ia tdiak dapat menemukan anak sekolah tersebut. maka mulutnya lantas mulai memaki-maki tidak berhentinya. KArena tidak berhasil menemukan orang yang sedang dicarinya, terpaksa ia pulang ke rumah penginapannya dengan perasaan gemas serta masgul.. Keesokan harinya, pagi-pagi seklai hawa udaranya sejuk. Pagi-pagi itu juga Ho kie sudah melanjutkan perjalannya. Ketika ia melewati sebuah rimba, tiba-tiba ia mendengar orang berakat: "Manusia tidak tahu malu! kalau merasa takut, jangan terima baik perjanjian orang. Mengapa kau mengingkari janji seenaknya saja? Apa itu juga perbuatannya satu lakilaki?" Ho kie terkejut. mana kala ia menegasi siapa orangnya yang bicara itu, bukan main gusarnya. Kiranya orang itu sedang berdiri menggendong tangan. Ia adalah sianak sekolah berbaju putih yang telah menjanjikan padanya untuk bertanding di Cit-lie kang. Mengingat semua kejadian tadi malam, hati Ho kie semakin gusar. Maka dengan cepat ia menghampiri anak sekolah itu, mulutnya memaki dan membentak: "Anak dogol, tadi malam hitung-hitung kau tahu gelagat sudah kabur dengan cepat. Sekarang kita bertemu lagi, aku harus memberikan hajaran padamu sepuas-puasnya." Sehabis berkata demikian, ia lantas hendak menyerang. Pemuda berbaju puth itu menggeser kakinya dan minggir kesamping dua tindak, kemudian berkata: "Hmmn, tadi malam kenapa kau tidak berani menepati janji untuk datang ke Cit lie kang?" "Ngaco! adalah kau sendiri yang telah kabur lebih dulu. Kau hendak menyuruh aku mencari kemana?" "Tadi malam, sejak jam tiga aku menantikan kau sampai jam empat. Sam sekali aku tidak pernah melihat batang hidungmu. Dan toh kau sekarang berani gede bacot lagi. Sungguh tidak tahu malu.!" Ho kie terkejut, seketika lamanya ia berdiri melongo. "Mana bisa?!" katanya "Kau sendirilah yang ngaco belo! Lama aku mencari, kemudian aku pikir barang kali kau takut sehingga kau tidak berani menepati janjimu, aku lalu mencari kau diseluruh rumah penginapan dalma kita, sampai pagi aku tidak bisa menemukan tempat persembunyianmu. Coba kau jelaskan dimana kau sembunyi tadi malam? Kalau berani mengoceh lagi tidak keruan aku tidak mau gampang-gampang mengampuni kau" Ho kie kelihatan semakin gusar, alisnya berdiri, kemudian ia membentak: "Terang kau sendiri yang memutar balik dudukan perkara. sebaliknya menuduh orang mengoceh tidak keruan. Kita tidak perlu banyak rewel, biar ku hajar dulu kau buat melampiaskan kemendongkolanku!" Dengan cepat HO kie lantas mementang kelima jari tangannya menyambar pundak kiri si anak sekolahan berbaju putih. Menyaksikan tipu serangan Ho kie yang aneh itu, sianak sekolahan agaknya terkejut. Ia tidak berani berlaku ayal lagi, dengan cepat ia sudah menggeser tubuhnya sampai lima tindak untuk menghindarkan sambaran tangan Ho kie. Sepasang matanya yang jernih dengan keheran-heranan menatap wajah Ho kie dengan tidak berkedip. Ternyata begitu turun tangan Ho kie lantas menggunakan tipu serangan Hian-kui cap sha sek na khiu, karena menurut keterangan Toan-theng lojin, serangan itu sangat luar biasa, dengan serangan mana sudah cukup untuk menjagoi dirimba persilatan. Siapa sangka, untuk pertama kalinya ia mengunakan serangan itu untuk menghadapi musuh, ternyata telah mengalami kegagalan. Ia heran, apakah anak sekolahan itu kegesitannya melampaui binatang nyamuk atau serangannya sendiri yang kurang tepat. Ia lantas mengerahkan seluruh kekuatannya dengan secepat kilat ia maju menyerang lagi. Kali ini tangan kanannya mengarah jalan darak Ciok tie hiat. Sebentar saja sudah menekan sikut kiri anak sekolah berbaju putih itu. Dalam pikirannya kali ini pasti berhasil. ooo0dw0ooo SIAPA NYANA, kesudahannya adalah diluar dugaannya. Kelima jarinya baru saja tiba, sang lawang badannya tiba-tiba berkelit kekiri, sebentar saja seperti sudah berubah menjadi tiga bayangan putih... Ho kie terperanjat. Dalam kagetnya ia sudah kehilangan jejaknya si pemuda berbaju putih. "Tahan dulu!" bentak sibaju putih. "Kenapa kau suruh aku hentikan serangan? apa kau takut akan aku gebuk?" "Hmnn,apa kau kira aku takut kepadamu?" "Dan mengapa kau suruh aku menghentikan seranganku?" "Aku merasa gerak tipu silatmu ini mirip dengan salah seorang yang berkepandaian tinggi, maka aku ingin menanyakan dulu siapa nama suhumu?" "Kau tidak berhak menanyakan apapun dalam hal ini. Aku justru hendak menanya kau". "Kalau begitu, kau harus bisa memenangkan kau dulu, baru kau boleh bertanya." "Hmmn, bocah yang terlalu jumawa!" "Kau jangan mengiri bahwa kepandaianmu lebih hebat daripada kepandaianku. Kalau dalam tiga jurus aku tidak mampu menundukkan kau, aku segera angkat kau menjadi guru. Bagaimana?" Ho kie pikir, bocah dihadapannya ini terlalu tidak memandang mata kepadanya, maka lantas menjawab sambil tertawa dingin: "Sekarang kita tetapkan seperti katamu tadi. Kalau dalam tiga jurus, kau tidak bisa menangkan kau, kau harus berlutut dihadapanku untuk manggut-manggut sampai tiga kali. Maukah kau berjanji?" "Ehm.. jangan kata cuma tiga kali, tiga puluh kali juga tidak akan ku pungkiri." "Kalau begitu, siap sedialah!" Sehabis berkata demikian, kembali Ho kie pentang kelima jari tangannya untuk mengarah jalan darah Kian kie hiat. Mulutnya berkaok "Awas! ini adalah jurus pertama" Siapa nyana, jarinya hampir saja mengenai pundak pemuda berbaju putih itu, mendadak terdengar suaranya yang nyaring, pemuda itu dengan caranya yang sama seperti pertama sudah berhasil mengelakkan serangannya. Ho kie celingukan, kali ini ia tidak berhasil menemukan kemana perginya anak mudah sekolahan berbaju putih tadi. Keadan disekitar tempat mereka bertempur amat sunyi. Pemuda berbaju putih itu seolah-olah setan yang bisa menghilang dengan mendadak. Dia tiba-tiba bergidik. Mulutnya lantas berseru: "Anak dogol itu manusia atau setan?" Mendadak didengarnya suara orang ketawa: "Nah! Aku ada disini!" Ho kie buru-buru berpaling, wajahnya berubah seketika, kiranya pemuda berbaju putih tadi sudah berdiri diatas ranting sebuah pohon kira-kira satu tombak jauhnya dari situ. Dengan sikapnya yang tenang sekali pemuda tersebut mengawasi Ho kie sambil tersenyum. Ho kie gusar bukan kepalang, mendadak ia lompat maju, tangannya mengeluarkan serangan yang sangat hebat ditujukan keatas pohon sambil berseru : "Baik! kau sambutlah serangan ku yang kedua ini." Serangan itu ternyata hebat sekali. ranting-ranting dan daun-daun pohon yang ditempati pemuda berbaju putih tadi sampai pada putus terkena sambaran angin serangannya, tetapi si pemuda berbaju putih ternyata telah menghilang lagi entah kemana. Sekali lagi Ho kie mencari keatas pohon lainnya, tidak disangka pemuda itu sudah berada dibelakang dirinya, siapa telah berkata kepadanya sambil tertawa dingin: "Anak sombong, Perlu apa kau menghajar segala batangbatang pohon yang tidak bisa apa-apa untuk mengumbar amarahmu?" Ho kie benar-benar telah dibikin tidak berdaya oleh kegesitan anak muda tadi, dalam keadaan apa boleh buat ia ingin mencoba sekali lagi. Dengan gesit sekali ia telah memutar tubuhnya. Pemuda baju putih itu kelihatannya sangat tenang, ia berdiri disitu sambil mengipas dan ketawa-ketawa mengawasi pada Ho kie. Karena sudah dua kali serangannya gagal selalu, sekarang Ho kia tidak berani sembarangan turun tangan lagi. Sambil memikirkan bagaimana caranya yang baik untuk menjatuhkan lawannya, ia berkara: "Dalam tiga jurus, dua jurus seranganku sudah lewat. Kalau kau masih menggunakan cara berlompat-lompatan seperti caranya monyet, setelah tiga jurus ini lewat, kau dihitung kalah. Kau berhati-hatilah." Pemuda berbaju putih tersebut, mendadak ketawa cekikikan.. "Aku liaht, kau hanya satu bocah yang baru turun dari atas gunung. Tiga jurus itu cuma boleh dihitung aku sengaja membiarkan kau menyerang. Setelah cukup tiga jurus, aku nanti baru turun tangan, supaya kau tahu bahwa diatas langit masih ada langit lagi, diatas manusia, masih ada manusia yang lebih tinggi lagi." "Ooo.. jadinya kau hendak mengingkari janjimu yang tadi?" "Bagaimana aku pungkir janji? Tadi sudah kita tentukan, bahwa dalam tiga jurus aku akan tundukkan kau. Yang ku maksudkan, sudah tentu mesti aku yang turun tangan sampai tiga jurus, bukannya kau yang menyerang untuk tiga jurus." Ho kie lalu berpikir, Apakah bocah ini hendak mencari tahu asal usul ilmu silatku kemudian mencari akal pula hedak memperdayaiku? Berpikir sampai disitu, ia lalu menjawab sambil ketawa dingin, "Sekarang kau harus berhati-hati benar! Jurus ketiga ini namanya Malaikat menangkap setan, makanya kau harus waspada." Pemuda berbaju putih dongakkan kepalanya dan ketawa terkekeh-kekeh. "Kau boleh turun tangan sepuas hatimu. Sebentar lagi kita lantas bisa dapat tahu...!" jawabnya. Ho kie ternyata sangat nakal. selagi pemdua berbaju putih itu masih mendongak dan ketawa, tiba-tiba ia sudah menggerakkan kedua tangannya untuk meyerang pada tujuh tempat bagian jalan darah dibadan pemuda berbaju putih tersebut. Serangan secara demikian itu benar-benar diluar dugaan si pemuda berbaju putih. Ketika ia tersadar kalau dirinya sudah diakali, Ho kie sudah berada dekat sekali didepan matanya. Kedua tangan lawannya itu sudah menghantam bagian-bagian yang berbahaya pada badannya. Dalam keadaan demikian, ia sudah tidak mampu lagi mengeluarkan gerak badannya yang gesit tadi, terpaksa ia berlaku nekad dan merangsek Ho kie. Tangan kanannya bergerak menyerang dada Ho kie, sedangkan ia sendiri menggunakan kesempatan selagi mengirim serangannya , badannya sudah melompat mundur. Ho kie ketawa dingin. Tiba-tiba ia memutar tangan kirinya, kakinya digeser maju, denganmudah saja dapat mengelakkan serangan pemuda berbaju putih itu. Bersamaan dengan itu, ia mengulurkan tangan kanannya menotok jalan darah Ciang Tay hiat didada kiri lawannya. Selagi jari tangannya itu menempel pada dada kiri pemuda berbaju putih itu, mendadak dirasakan seperti ada apa-apa yang tidak wajar, sebab jarinya seperti menyentuh barang lunak yang agak melembung. Semacam barang yang seperti balon melembung, bentuknya sebesar kepalan tangan. Tadinya ia ingin menjambret, tetapi suatu pikiran mendadak terkilas dalam otaknya. Ia terperanjat hampir lompat dan buru-buru tarik kembali serangannya. Telinganya mendengar suara bentakan pemuda itu: "Kau mau mampus!" kemudian Ho kie merasa matanya berkunang-kunang karena pipinya kean tamparan dengan telak. Cepat ia mundur tiga tindak sambil mengusap-usap pipinya, dengan bingung ia mengawasi pemuda berbaju putih itu. Sipemuda berbaju putih tampaknya selembar wajahnya berubah merah, ia tundukkan kepalanya, agaknya merasa sangat malu... Tetapi sebentar saja ia kelihatannya sudah mulai tenang kembali. Setelah merapikan pakaiannnya lantas berkata: Sekarang tiga jurus sudah berlalu, tibalah gilirannya untuk menghajar kau!" Setelah dengan susah payah Ho kie menenangkan pikirannya kembali, lantas menjawab dengan perasaan tidak puas. "Dalam jurus ketiga tadi kau sudah berhasil menepuk jalan darahmu. Kau sudah kalah, bagimana masih punya muka untuk bertanding lagi?" "Ngaco! kapan aku terkena totokanmu? Bukankah kau lihat sendiri aku masih berdiri disini dalam keadaan segar bugar?" "Kau ini juga ada sedikit keterlaluan. Kau mau menang sendiri saja, sudah kalah masih tidak mau ngaku. Barusan terang-terangan aku sudah berhasil menotok jalan daran Ciang tay hiat didadamu. Kaalu bukan karena didadamu ada menyimpan suatu benda, niscaya siang-siang aku sudah...." Pemuda berbaju putih itu tidak menunggu sampai Ho kie bicara habis, dengan wajah kemerah-merahan ia membentak. "anak sombong! lihat seranganku!" Badannya benar saja telah bergerak melancarkan satu serangan. Saat itu ia sudah seperti melupakan perjanjian bahwa siapa yang menang dalam tiga jurus, yang kalah harus berlutut dan manggut-manggut tiga kali dihadapan yang menang. Anak muda itu terus melancarkan serangannya yang bertubi-tubi. Sebentar saja tujuh atau delapan jurus sudah dilalui, saat itu cuma kelihatan bayangan putih yang berkelebatan serta sambarang anginnya yang hebat. Ho kie tidak berlaku ayal, dengan menggunakna ilmu silat Hoan eng-sie-sek-nya, semacam ilmu yang memerlukan kelincahan gerak badan, terus ia menghindarkan setiap serangan pemuda berbaju putih itu. "Tahan dulu!" tiba-tiba Ho kie berkata dan lompat mundur.. "Perlu apa berhenti? Kalau belum ada keputusannya, jangan harap kau bisa lari!" kata sang lawan, gemas kelihatannya. "Kita tadi sudah berjanji hanya boleh bertempur dalam tiga jurus, sekarang kau sudah melancarkan serangan sampai delapan jurus dan toh masih belum mampu menundukkan aku, kenapa kau tidak lekas-lekas berlutut dihadapanku?" Pemuda berbaju putih itu melongo, tetapi kemudian ia lantas menjawab sambil ketawa dingin: "Siapa kata aku kalah, dalam setiap jurus seranganku mengandung enam belas rupa perubahan. Delapan jurus tadi cuma bisa dihitung delapan rupa, sebetulnya satu juruspun belum ada." "Apa ucapanmu semula boleh dipercaya?" "Mengapa tidak? kalau benar-benar kau mempunyai kepandaian, sambuti serangan-seranganku yang tiga jurus ini sampai habis dulu." "karena kau tetap hendak mengingkari janji, biarlah kita adu tenaga sampai ada keputusan." "Kau sendiri yang tidak tahu malu msaih berani memaki orang lagi." Karena tidak ada yang mau mengalah, maka keduanya lantas saling menyerang lagi. Lewat lagi sepuluh jurus, Ho kie diam-diam terkejut, sebab kepandaian ilmu silat pemuda berbaju putih itu memang benar masih berada diatas kepandaiannya sendiri. Dan apa yang mengherankan, ialah semua gerak tipu silatnya mirip dengan ilmu silatnya sendiri, maka sangat sukar untuk ia menjatuhkan lawannya yang tangguh itu. Dalam jengkelnya, ia mencoba mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Beberapa kali ia sudah mengganti cara bersilatnya supaya dapat menundukkan lawannya. Siapa tahu, pemuda berbaju putih itu sangat licin. Setiap kali serangan Ho kie hampir mengenakan dirinya, selalu dapat dielakkan dengan cara yang enak sekali. Pada suatu ketika, anak muda berbaju putih itu mendadak telah lompat mundur beberapa tindak sembari bertanya: "Apakah kau anak murid golongan Hian kui kauw?" Ho kie tercengang. Ia lantas menghentikan serangannya, menjawab: "Mungkin kau sendiri ada muridnya Hian kui kauw. Apakah lantaran tidak mampu merebut kemangan, kau lantas hendak mencari alasan untuk kabur?" "Kalau kau bukan anak murid Hian kui kauw, bagimana kau dapat menggunakan tipu serangan Kin-na-khiu hoat dalam kitab pelajaran Hian kui pit kip, dengan baik?" Hati Ho kie curiga, diam-diam ia berpikir: Bocah ini tinggi sekali ilmu silatnya, bahkan dalam setiap serangan dia selalu mencoba mengatasi seranganku. Apakah dia sendiri anak murid golongan Hian kui kauw?" Begitu mengingat Hian kui kauw, ia lantas ingat kematian ayahnya, maka rasa gemasnya lantas timbul seketika itu. Dengan suara keras ia lantas menjawab: "Aku dengan Hian kui kauw mempunyai permusuhan yang sangat dalam. Kalau kau murid Hian kui kauw, hari ini aku akan membunuhmu terlebih dahulu!" Pemuda berbaju putih itu tidak marah, sebaliknya malah menunjukkan roman girang. "Kalau kau bukannya anak murid Hian kui kauw," katanya. "Kenapa ilmu silatmu mirip seperti ilmu silat dari kitab pelajaran Hian kui Pit kip? Kau tentunya mempunyai hubungan dengan Toan-theng lojin di Lembah Patah Hati." Ho kie terperanjat. "Kau siapa? Bagaimana kau mengetahui nama Toan-theng Lojin?" "Bukan cuma mengetahui saja, aku malah bertetangga dengan dia, dan tidak cuma sekali saja aku melihat padanya yang mengenakan pakaiannya yang aneh itu yang kadangkadang berlari-lari diatas bukit Pek-kut nia..." Mendadak ia menghela napas perlahan: "Tetapi.. ia agaknya ketimpa oleh nasib malang, seperti seorang yang sedang dirundung kedukaan hebat. Kadangkadang ia menangis seorang diri, bahkan tidak mau menemui orang, juga tidak mau bicara..." HO kie semakin heran, sebab kepandaian ilmu silat Toan-theng lojin itu sangat luar biasa hebatnya. Adatnya juga sangat aneh. Menurut keterangan Toan-theng lojin sendiri, ia sembunyi dibukit Pek-kut-nia sudah lebih dari empat puluh tahun lamanya, sedang anak sekolah berbaju putih ini, usianya masih belum cukup dua puluh tahun. Bagaimana ia bisa berada dibukit Pek-kut nia dan cara bagaimana ia bisa melihat Toan-theng lojin serta dapat mengetahui semua sifat-sifatnya begitu jelas? Hatinya mulai tergerak, maka lantas ia menanyakan dengan suara terputus-putus: "kau... kau siapa?" "Aku sejak masih kecil sudah berdiam di bukit Pek-kut nia, terpisah tidak jauh dari tempat tinggalnya Toan-theng lojin. kau boleh menerka aku ini siapa?" "Ouw... sekarang kau tahu. Kau pasti murid Cit-cie Sin hong locianpwe di puncak gunung Sin hong." Pemuda berbaju putih itu tertawa dan menganggukanggukan kepalanya. "Benar saja! Dengan demikian, juga berarti kau telah mengakui bahwa kau adalah muridnya Toan-theng locianpwe." "Pantas ilmu silatmu hampir setiap jurus dapat merebut kesempatan lebih dahulu. Gerak tipu silatmu sangat aneh. Aku benar-benar sangat tolol, sudah melupakan pada Citcie Sin hong Locianpwe.." Ho kie lalu angkat tangan memberi hormat, kemudian berkata pula: "Orang yang tidak mengetahui, tidak boleh dianggap bersalah. Aku ingin numpang tanya, siapakah nama saudara yang mulia?" "Aku orang she Lim, namaku Kheng" Jawab sianak muda. "Sejak aku masih kecil telah belajar ilmu silat di puncak gunung Sin Hoa. tentang diri Toan theng locianpwe, meskipun sudah lama aku mengenalnya, tetapi aku belum pernah medengar kalau dia ada menerima murid." Ho kie lalu memberitahukan namanya sendiri, kemudian sambil menghela napas berkata: "Ilmu silat ku meskipun dapat pelajaran darinya, tetapi aku belum mengangkat guru padanya. Aku berdiam disana dengan dia hanya satu bulan saja..." "Aku benar-benar telah kesalahan mengira kau murid golongan Hian-kui kauw. Sekarang sudah terang, sebetulnya kita masih terhitung orang-orang sendiir. Tetapi entah apa sebabnya saudara Ho meninggalkan lembah seorang diri? Ada urusan penting apa yang hendak dilakukan?" Ho kie lalu menceritakan hal ikhwalya Toan-theng lojin, yang kin telah muncul lagi didunia kang ouw. dan sudah 3 tahun belum kembali. Karena ia merasa kuatir atas dirinya, maka lantas keluar lembah untuk menyelidiki dimana adanya orang tua yang bernasib malang itu. Lim Kheng lalu berkata: "Sekarang Hian-kui kauw sangat menonjol didunia rimba persilatan." kata Lim Kheng. "Mereka ingin menjagoi dunia persilatan. Toan-theng lojin karena urusan Hian kui kauw telah meninggalkan lembah, mengapa saudara Ho tidak langsung menuju kesarangnya Hian kui kauw untuk mencari kabar?" "Aku sebenarnya juga ada itu maksud. tapi karena Toanotheng lojin waktuk pergi telah meninggalkan pesan, sebelum pelajaran ilmu silatku mahir, tidak boleh sembarangan masuk kesarangnya Hian-kui kauw untuk mencari setori, maka sehinggal saat ini aku masih merasa bimbang." "Apasih kepandaian Hian kui kauw yang bisa dibanggakan? Kalau saudara Ho tidak keberatan, aku mesipun seorang yang tidak berguna, juga ingin memberi sedikit bantuan tenaga kepada saudara Ho untuk mengadakan penyelidikan." Sudah tentu Ho kie tidak keberatan atas tawaran tersebut. Saat itu ia mendadak ingat kejadian aneh yang tadi malam telah dialami di Cit-lie kang, dimana ada seorang pemuda lain yang mengenakan pakaian serupa dengan Lim Kheng. Lim Kheng yang diberitahukan hal itu lantas menjadi gusar. "Manusia siapa yang tidak tahu malu begitu rupa, beraniberani menyaru pakaian lain orang? mari kita pergi cari lagi dimana adanya bocah itu sekarang?" "Aku lihat pemuda itu ilmu silatnya sangat luar biasa. kepandaiannya tidak dibawah aku dan kau, apakah dia mungkin..."Ho kie berkata. "Tidak perlu kita menduga-duga, mari kita lekas cari, jangan sampai dia kabur" memotong Lim Kheng, yang lantas gerakkan kakinya dan sebentar saja sudah berada kira-kira tiga tombak jauhnya. Ho kie terpaksa mengikuti, hingga dua orang itu berlarilarian dijalanan yang sunyi itu. Sebentar saja mereka sudha meninggalkan bukit. Sedang enak-enaknya mereka berlari-larian, tiba-tida mendengar suara beradunya senjata tajam. Lim Kheng lalu hentikan tindakannya, ia berpaling dan berkata kepada kawannya: "Saudara Ho, disana ada orang mari kita pergi lihat!" "Baiklah..!" Baru saja ucapan itu keluar dari mulutnya, Lim Kheng sudah lompat melesat keatas bukit. Dari atas bukit kecil itu mereka dapat lihat seorang taoto dengan wajahnya yang keren, sedang memutar senjata Siantung(tongkat) bertempur dengan seorang laki-laki tua yang kurus kering. Taoto itu badannya tinggi besar, dandannya cukup mewah. Di pinggangnya maish ada membawa sebilah golok Kayto yang sangat berat tampaknya. Putaran tongkatnya itu mengeluarkan sambaran angin yang sangat hebat mengurung dirinya siorang tua, mulutnya tidak berhentihentinya membentak-bentak.: "Anjing, apakah kau sudah buat? berani menggerayangi kanto aku?" Laki-laki kurus kering itu juga tidak mau mengalah mentah-mentah. ia balas memaki: "Kaulah yang buat. Toaya mu disini banyak uang, dirumah ada mempunyai 4 orang istri, masakan memerlukan uang segala kurcaci seperti kau ini?" "Anjing tua, kau masih berani mungkir?" bentak pula si taoto sambil ayun tongkatnya yang berat menyerang lawannya. Orang tua itu mengerakan badannya, seolah-olah belut nyelusup dari bawah ketiaknya Taoto, kemudian dengan sebat sekali tangannya menyambar gagang golok si Taoto yang menyelip dipingganya. Sebenar saja golok itu sudah berada ditangannya si orang tua. Taoto itu terperanjat, sambil mundur beberapa tindak ia lantas berkata: "tidak nyana aku Sam Ciok To oh solah mata, Anjing tua, beritahukan namamu." Orang tua itu mengurut-urut jenggotnya yang seperti jenggot kambing, sambil ketawa cengar dengir menjawab, "aku adalah cukongmu, perlu apa harus memberitahukan nama?" Taoto itu semakin mendongkol, "Aku tahu kau tentunya orang yang diminta bantuan tenaga oleh orang Hoa-sanpay. kalau kau mempunyai kepandaian kau boleh pergi ke Ngo-ku cio. Orang tua seperti kau yang bisanya cuma melakukan perbuatan mencuri, merampas, apa kau tidak takut membikin rusak nama Hoa-san pay salah satu partai terbesar dari 9 partai besar dirimba persilatan?" "Kalau Hoa-san pay medapat malu ada hubungan apa dengan aku si orang tua?" Taoto itu merasa dirinya digoda, kegusarannya semakin memuncak, maka ia lantas menyerang dengan cepat sambil membentak keras: "Anjing tua! Kau cari mampus?" Kali ini orang tua itu tidak menyingkir atau berkelit, sebaliknya malah menyambut serangan lawannya dengan goloknya: Setelah terdengar suara beradunya senjata. masingmasing lantas mundur tiga tindak. Orang tua itu memeriksa senjatanya, ternyat pada senjatanya itu telah kedapatan sedikit kerusakan, maka wajahnya lantas berubah seketika. Ia lantas melemparkan goloknya sambil mendumel: "Aku kira golok pusaka, tak tahunya golok rongsokan." Taoto itu yang melihat goloknya rusak, hatinya merasa duka, sambil kertak gigi, ia memaki-maki. "akau aku tidak mampu membikin hancur kepalamu, benar-benar aku tidak puas." Kembali ia memutar tongkatnya menyerang orang tua itu. Si orang tua melompat tinggi mundur satu tombak lebih, kemudian lari kabur keatas bukit, sambil sebentar-sebentar menolej dan mengejek taoto. "Hai taoto, kalau berani, kau boleh naik kemari." Si taoto memungut goloknya sambil berseru keras ia mengejar keatas bukit. Ho kie yang menyaksiakn kejadian itu sudah ingin bertindakk, tetapi telah dicegah oleh Lim Kheng. Orang tua itu dengan cepat telah berada dibelakang Ho kie, dengan perlahan ia mendorong tubuh anak muda itu sambil berkata: "Saudara kecil, tolong bantu aku. Taoto itu bukan orang baik-baik." Ho kie belum menjawab, orang tua itu sudah melesat kebelakang Lim Kheng dan berkata dengan suara cemas. "Kongcuya, Hweesio itu hendak membunuh orang. Apa kalian tidak mau menolong aku?" Lim Kheng agaknya merasa kurang senang. selagi ia hendak menjawab orang tua itu tiba-tiba ketawa dan lantas mundur tiga tindak. Gerakannya geist sekali, sebentar saja ia sudah melesat sejauh sepuluh tombak lebih. Lapat-lapat masih terdengar suara ketawanya dan nyanyiannya. "Ngo-kui-Khio, Ngo-kui-Khio segalamacam orang berkumpul disitu, masing-masing saling berebut, tetapi apa yang didapat? semua hampa belaka..." Suaranya itu kedengarannya makin lama semakin jauh, dan perkataannya yang terakhir itu kedengarannya sudah tidak nyata lagi. Ho kie karena melihat si taoto itu terus mengejar, maka setelah berpikir sejenak, ia lalu berkata: "Lim heng, ditempat yang disebut Ngo-Kui-Khio itu tentu akan terjadi apa-apa, mari kita juga pergi kesana, kau pikir bagaimana?" "Tidak! kita cari dulu itu manusia yang tidak tahu malu..!" Tetapi pikirannya mendadak tergerak, buru-buru ia merogoh sakunya. Sebentar wajahnya berubah dan lantas berseru: "Aaa... benar-benar dia!" "Lim-heng, kau katakan siapa?" "Jalan..! mari kita ke Ngo kui Khio. Bangsat tua itu sungguh jahat...." "Siapa? siapa yang kau maksudkan dengan Bangsat tua?" "Coba kau raba sakumu, Apa barangmu masih ada?" Ho kie meraba-raba sakunya, seketika ia lantas melongo, "Celaka !! uangku sudah tidak ada lagi." "Demikian juga dengan kau. Sudah dicuri oleh sibangsat tua tadi." "Apakah itu perbuatannya orang tua tadi?" "Mengapa tidak? Dia adalah sicopet sakti yang terkenal dikalangan golongan hitam. si taoto tadi sudah memakimaki dengan nyata, dan toh sekarang kita masih kena diingusi." "kalau begitu, kita jangan buang-buang tempo lagi, mark lekas kejar." "Tidak apa! Dia pasti ke Ngo-kui-khio! kita juga kesana saja." Keduanya lalu meninggalkan bukit itu dengan mengikuti jejak orang tua tadi mereka dengan cepat mengejar. Setelah berjalan kira-kira enam atau tujuh lie jauhnya, jalanan sudah sepi, tidak kelihatan bayangan seorang pun juga. -oo0dw0oo- Jilid 3 HO KIE lalu merasa kurang enak, maka lalu bertanya "Lim-heng, kemana kita harus mencari Ngo-kui-Khio?" "Tempat yang disebut Ngo-kui Khio itu rasanya tentu ada suatu tempat yang ditanami lima batang pohon Kui. mari lekas kita kejar. Kita coba lihat-lihat keadaan disekitarnya." Masing-masing lalu mengeluarkan kepandaian lari melesatnya, maka sebentar saja mereka sudah melalui lima atau enam lie. Makin lama keadaan makin sunyi. Disepanjang jalan, yang dapat dilihatnya lapangan yang luas tidak kelihatan sebuah rumahpun juga. Mendadak Ho kie mengehentikan gerakan kakinya, sambil menuding ke tempat tinggal sejauh kira-kira sepuluh tombak ia berkata: "Coba kita berada ditempat yang agak tinggi itu, nanti kita mencari daya upaya lagi." Lim Kheng mengangguk, keduanya lantas menuju ketempat yang ditunjukkan oleh Ho kie. Di sebelah barat, sejarak kira-kira lima lie dari tempat mereka berdiri itu, kedapatan suatu lapangan yang luas. Disitu terdapat suatu bangunan, semacam perkampungan. Dipingirnya bangunan itu terlihat berdiri lima batang pohon Kui yang teratur rapi. Ho kie lantas berkata dengan giran "Lim-heng, kau lihat? Apa itu bukan tempat yang dsebut Ngo-Kui-khio?" sehabis berakta lantas ia lari menuju ke tempat tersebut. Ketika mereka tiba didepan perkampungan itu, keduaduanya lantas terperanjat. Mereka lantas menghentikan tindakan kaki mereka dengan perasaan terheran-heran. Karena tempat itu sangat sunyi. Tidak ada suara manusia maupun binatang. Ditanah lapang kosong kelihatan beberapa puluh bangkai manusia yang telah mati menggeletak dalam keadaan yang tidak utuh tubuhnya. Dimana-manadarah berhamburam. Senjata-senjata berserakan ditanah. Terang bahwa ditempat tersebut belum lama berselang sudah terjadi suatu pertempuran yang sangat hebat. sehingga telah meminta korban yang begitu banyak. Orang-orang itu kesemuanya adaah orang-orang dari dunia Kangouw. Tetapi sekrang mereka sudah rebah bergelimpangan dengan tidak bernyawa. Siapakah mereka itu? Mengapa mereka bertempur ditanah lapang ini? Sudah berapa lama mereka binasa? Lim Kheng mengawasi keadaan disekitarnya sejenak, lalu berkata dengan menghela napas. "ah! kita terlambat sedetik saja!" "Tempat ini sungguh aneh, Apakah orang-orang didalam rumah binasa semuanya?" Mendadak angin dingin meniup, sehingga badan Ho kie mengigil. "Lim-heng, mari kita masuk untuk melihat-lihat" kata Ho kie dengan perlahan. Lim Kheng mengawasi keadaan kampung sejenak lantas menyahut sambil angguk-anggukkan kepala: "Baiklah! sebaiknya kau ikuti aku saja, kita jangan bertindak sembarangan." Ho kie merasa tersinggung, Pikirnya, Apa kau kira aku ini lebih rendah darimu? Tetapi selagi ia hendak menjawab, ia telah menyaksikan sorot mata yang halus dari mata Lim Kheng yang sedang menatap wajahnya... Hati Ho kie lantas berdebaran, dengan tidak terasa lantas tundukkna kepalanya dan menjawab: "Baiklah! silahkan Lim-heng jalan lebih dulu!" Lim Kheng anggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian dengan gerakan gesit ia lompat melesat melalui lapangan dan telah berdiri didepan pintu perkampungan. Ho kie sangat kagum menyaksikan kepandaian meringankan tubuh Lim Kheng, kemudian dia juga bergerak menyusul padanya. Pintu itu tertutup dari sebelah dalam, tetapi keadaan dalam sangat sunyi, sedikitpun tidak kedengaran suara manusia. Seluruh perkarangan seperti tempat kuburan yang luas, tidak mirip dengan tempat kediaman manusia. Lim Kheng mengulur tangan kirinya, dengan perlahan ditempelkan keatas pintu sambil mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya. Mendadak telapak tangannya digerakkan, setelah mendengar barang patah, tulak pintu yang berada disebelah dalam ternyata sudah dibikin patah. Lim Kheng lalu menoleh dan tersenyum pada Ho kie, pintu lantas dipentang dan orangnya lantas melompat masuk. APA yang terlihat didalamnya? Sungguh merupakan pemandangan yang mengejutkan. Karena didekat pintu masuk ada berdiri tiga laki-laki berbadan tegap dengan masing-masing tangan membawa golok atau pedang, telah berdiri tegak tanpa bergerak. Ho Kie lalu menegur dengan suara perlahan : "Sahabat........" "Sttttt.........." Lim Kheng dengan telunjuk jarinya ditempelkan pada bibirnya memberi isyarat supaya Ho Kie tidak mengeluarkan suara. Hening sejenak. Heran, ketiga orang itu tidak menunjukkan gerakan apa-apa dan kelihatannya mereka sekarang berdiri seperti patung. Lim Kheng lalu ketawa seorang diri, kemudian berkata pada Ho kie. "Saudara Ho, coba kau periksa, apa sebabnya mereka tidak dapat bergerak?" Ho kie lalu memeriksa hidung ketiga orang itu, lantas berseru kaget: "Aaaaa, kiranya mereka sudah binasa semuanya." "Kalau merek bukan karena sudah binasa, bagaimana mereka mau membiarkan kita masuk begitu saja?" kata Lim Kheng sambil tertawa. "Lim-heng sungguh cerdik! Mengaap aku tidak memikirkan soal itu sehinggal hampir saja kena tertipu." Lim Kheng lalu mulai masuk kedalam untuk memeriksa rumah itu. Disitu ternyata ada satu ruangan yang luas dikanan kirinya berdiri banyak kursi, dikedua sisinya ada pintu yang menghubungi ruangan luar dengan ruangan dalam. Kursi dan lantainya kelihatan sangat bersih. Terang bahwa ruangan itu sudah pernah ditinggali orang belum lama berselang. Lim Kheng berpikir sejenak lalu berkata dengan perlahan. "Kalau dugaanku tidak keliru, disini pasti sudah terjadi peristiwa hebat. Musuh kuat sudah masuk kedalam. ketiga orang tadi tentunya hendak keluar untuk mengadakan pemeriksaan, tidak dinyana, sebelum membuka pintu. mereka sudha kena ditotok oleh tangan jahat dari musuhnya sehingga mereka binasa semua." "Dugaan Lim-heng memang ada beralasan. Sudah terang kalau disini pernah didatangi oleh musuh yang kuat. Dilapangan tadi terdapat banyak orang yang sudah binasa, dalam rumah ini sekarang mungkin sudah tidak ada manusianya lagi yang hidup yang dapat kita mintakan keterangan" "Ini masih susah dikatakan. Menurut dugaanku, bangsat tua dan taoto tadi, pasti ada hubungannya dengan peristiwa berdarah ini. Tetapi mereka toh hanya lebih dulu sedetik dari kita, sesudah menyaksiakn pemandangan ini, kemana pula mereka pergi?" kata Lim Kheng sambil menganggukkan kepalanya dan lalu mengadakan pemeriksaan yang teliti pada dirinya ketiga orang yang sudah binasa tadi. Mendadak ia berkata dengan suara kaget: "Eeeiii Apa ini bukannya perbuatan orang-orang dari Hian kui kauw?" Ketika mendengar disebutnya nama Hian kui kauw, semangat Ho kie lantas terbangun. "Bagaimana Lim kheng bisa tahu kalau itu adalah perbuatan orang-orang Hian-kui kauw?" ia bertanya pada lim kheng. "Coba kau lihat dibadannya orang-orang itu. Bukankah ada tanda matang biru bekas telapakan tangan, yang kini sudah mulai menyenyah?" Lim kheng sambil menunjuk pada salah satu mayat. Ho kie lantas membuka baju mayat yang diunjuk, benar saja digegernya orang itu ada tanda telapak tangan yang mengandung darah hitam yang pada saat itu sudah mulai menyenyah. Ia bercekat dan berseru: "Benar saja! orang ini binasa karena serangan ilmu Husie biat kut ciang dari golongan Hian-kui kauw." "Orang yang melakukan serangna ini masih belum cukup hebat kekuatan tenagnya. Jikalau yang melakukan Kauwcunya sendiri, Cian-tok lo mo, serangannya dapat menembusi badan sehingga isi dada hancur semua, dadanya juga menyenyeh dan sebentar saja akan menjadi darah hitam." Mendadak Ho kie mengingat kembali akan kematian ayahnya ditangan Bo Pin, dan Bo Pin ini yang kedudukannya semacam algojo dari Hian-Kui Kauw, sepantasnya mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Kalau begitu, kematian ayahnya juga tentunya menggenaskan seperti orang-orang ini. Perasaan gemas dan gusar lalu timbul diotaknya, sambil kertak gigi ia berkata kepada kawannya: "Lim-heng,kalau benar dalam peristiwa ini adalah perbuatan orang-orang Hian-kui kauw. kita tidak boleh berpeluk tangan saja." "Ini sudah tentu! Kita yang sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, biar bagaimana harus menyelidiki sampai kedasar-dasarnya." Sehabis berkata demikian, ia lalu pentang kipasnya untuk melindungi dadanya, kemudian ia melesat kedepat pintu disebelah kiri lalu menoleh dah berkata kepada kawannya. "Saudara Ho, kita masing-masing memasuki satu pintu, kita lihat didalmnya ada terjadi apa lagi yang aneh" Ho kie yang menyaksikan ketawa kawannya, tiba-tiba hatinya berdebaran. Diotaknya lantas terbayang gerakgeriknya yang mengarahkan dari tingkah laku seorang wanita. Mungkinkah kawannya ini adalah seorang wanita yang menyaru menjadi seorang pria? Selagi Ho Kie bepikir demikian Lim Kheng sudah masuk jauh kedalam maka ia terpaksa masuk kelain pintu. Dari pintu yang dimasuki Ho kie terdapat jalan yang lurus, dipinggir jalan ada tanaman rumput dan bunga-bunga yang lebat. Ho kie memasang telinganya, sedikit suara pun tidak kedengaran, maka ia terus masuk kedalam salah satu kamar yang ada disitu. Dengan sangat hati-hati sekali, Ho kie mengadakan penyelidikan, ia mendapat perasaan bahwa keadaan ditempat itu sangat seram. Kecuali suatu angin yang membuat daun pintu dan jendela bergoyang, seluruh tempat disekitarnya sangat sunyi. Tidak lama kemudian, ia sudah dapat melalui tiga buah bangunan rumah, tetapi tetap ia belum berhasil menemukan bayangan seorangpun juga. Setelah berjalan kesana kemari, ia tiba disebuah ruangan kecil yang indah pemandangan dari kamarnya. Dalam kamar itu terdapat dua buah lemari buku, sebuah meja besar, didinding ada banyak gambar-gambar dan tulisan-tulisan orang terkenal, sehingga Ho kie dapat menduga bahwa kamar itu adalah kamar bagi tuan rumah. Selagi ia hendak keluar berlalu, tiba-tiba melihat sehelai kertas tulis diatas meja yang masih ada bekas tanda belum lama orang menulisnya. Karena merasa tertarik, ia lantas memeriksa tulisan tersebut. ternyata tulisan itu adalah surat yang belum selesai ditulis semuanya. Karena sepasang mata Ho Kie dapat melihat dalam keadaan gelap dengan tidak usah menggunakan penerangan apa-apa, maka ia dapat membaca bunyi surat itu dengan berbunyi demikian. "Rahasia tentang Kalajengking emas sudah terbuka. Musuh-musuh yang kuat sekarang sedang mengepung, sehingga sukar untuk bertindak barang sedikitpun juga. Hal ini harap supaya lekas disampaikan kepada Ciang-bun-jiu supaya segera mengutus...." Surat itu masih belum selesai ditulis semuanya, maka ia tidak mengetahui surat itu ditujukan pada siapa. Barangkali orang yang menulis surat itu sudah berlalu dengan sangat tergesa-gesa dan tidak akan kembali lagi, maka surat itu ditinggalkan begitu saja diatas meja. Tetapi siapakah orangnya yang menulis surat itu, Benda apakah yang dimaksudkan dengan Kalajengking emas itu? Apakah orang itu juga sudah binasa ditangan musuhnya? Rupa-rupanya dugaan timbul dalam otaknya Ho Kie, ia menduga bahwa Kalajengking mas itu adalah sebuah benda pusaka yang sangat berharga yang sudah didapatkan oleh majikan dari rumah gedung ini. Semula tentunya benda itu ingin diberikan kepada Ciang bun jiu partainya, tetapi kemudian telah diketahui oleh orang lain yang timbul maksudnya hendak merampas benda tersebut, maka ia lantas meninggalkan surat untuk minta bantuan .... Kalau dugaannya itu tidak salah. Cungcu dari perkampungan ini tentunya juga adalah orang dari rimba persilatan. Ho Kie masukkan surat itu kedalam sakunya, lalu memandang keadaan diatas meja. Diujung kanan meja ada terdapat sebuah kotak kecil. Ketika ia coba mengangkat, ternyata sangat berat. Ia kelihatan bersangsi. Menurut pantas, barang yang ada didalam peti, sudah tentu kepunyaan orang lain yang tidak seharusnya dibuka sembarangan. Tetapi karena disini sekarang tidak ada seoraug manusiapun yang masih bernyawa, suatu perasaan ingin tahu mendorong padanya untuk membuka kotak itu. Tepat pada saat itu, dibelakangnya seperti terdengar suara orang ketawa dingin. Ho Kie terperanjat. Ia cepat-cepat memutar tubuhnya dan siap menghadapi segala kemungkinan. Diluar pintu kamar tampak seperti ada berkelebat bayangan hitam yang telah menghilang dengan cepat. cepat2 ia meletakkan kotak itu diatas meja, segera ia lompat melesat untuk memburu kaarah bayangan tersebut. Tetapi diluar kamar ternyata sudah kosong melompong, tidak kelihatan bayangan seorang pun juga. Diam-diam Ho Kie merasa kaget. Karena suara tadi memang benar adalah suara orang, tidak disangkanya bahwa gerak geriknya sendiri sudah dalam pengintaian orang. Kalau orang itu adalah orang-orangnya Hian-kui kauw, pasti ia akan hajar mampus, maka ia sengaja ketawa dingin juga lalu berkata : "Hai, kawanan tikus. Perlu apa main sembunyisembunyi? Kalau betul berani, lekas kau unjukkan diri !" Tetapi biar bagaimanapun ia sudah mengejek, tetap tidak ada orang yang menjawab. Ia lalu balik lagi kedalam kamar dan hendak membuka kotak itu untuk melihat apa isinya. Rupa-rupa pikiran telah mengaduk dalam otak Ho Kie. Hampir semua benda yang sangat berharga itu diingininya. Tetapi akhirnya pikiran sehat dapat menindas semua perasaan serakahnya, ia lantas membungkus barang2 berharga itu dengan sehelai kain dan diletakkan kembali ditempat asalnya. Ia mengerahkan kekuatannya dengan sekali tepok saja ia sudah dapat menghancurkan kotak itu. Apa yang dilihatnya? Ho Kie kesima, kiranya isi kotak itu adalah mutiara, berlian, emas dan batu giok yang sangat berharga. Ia menghela napas dalam-dalam, sesaat lamanya ia hampir-hampir tidak mau melepaskan barang2 berharga itu. Dalam hatinya berpikir, bahwa keadaan dirinya sendiri dan Lim Kheng berdua, pada saat itu sudah tidak mempunyai uang barang sepeser dan emas beserta barang permata itu justru sangat dibutuhkan oleh mereka untuk ongkos dalam perjalanan. Apa lagi jika benar Lim Kheng adalah seorang wanita yang sedang menyaru, batu batu giok ini pasti disukainya" Benda-benda ini mungkin sudah tidak ada pemiliknya lagi. Bukankah sangat sayang kalau diletakkan didalam rumah kosong........? Diantara barang-barang berharga itu ia telah menemukan dua buah kunci kecil yang terbuat dari emas murni. Kuncikunci itu sangat halus buatannya, mungkin bukan barang perhiasan biasa, ia lalu mengantongi kedua buah kunci itu kemudian keluar dari dalam kamar itu. Karena disitu ia sudah membuang banyak waktu, ia kuatirkan kalau kawannya, Lim Kheng mendapat bahaya, maka dengan tidak banyak pikir lagi ia lantas cepat melesat ke-atas genteng. Ia melihat dirumah paling belakang ada berkelebat sinar terang, tetapi ketika ia memasang telinganya, kembali ia sudah tidak ragu-ragu ia lantas lompat melesat kebagian rumah yang ada berkelebat sinar terang tadi. Dengan sangat hati hati ia memeriksa keadaan rumah tersebut, ternyata rumah itu di bangun diatas sebuah bukit kecil yang terpisah agak jauh dari pada rumah rumah yang terdapat dibagian depan. Ia berdiri ditengah tengah, terpisah oleh sebuah lapangan yang seluas sepuluh tumbak lebih, sehingga bangunan tersebut kelihatannya mencil sendirian. Karena Ho Kie ada seorang yang berkepandaian tinggi dan bernyali besar, maka ketika ia melihat bahwa pintu rumah itu tidak terpalang, ia lantas mendorong dengantangan kanannya. Setelah berada didalam rumah, baru diketahuinya bahwa keadaan di dalam situ ternyata banyak berlainan dengan yang sudah-sudah ia masuki, ternyata rumah itu sangat sederhana. Di dalamnya tidak terdapat perlengkapan perabot apa-apa, hanya dibagian yang berdekatan dengan bukit, ada sebuah bangunan berupa kuburan besar yang terbuat dari batu pualam. ooo0dw0ooo HO KIE TERPERANJAT. Ia heran, mengapa kuburan bisa terdapat didalam rumah? Kalau mau dikatakan bahwa tempat itu digunakan untuk tempat abu leluhur, tidak perlu dibuat berbentuk semacam kuburan. Apa lagi seluruh rumah itu, kecuali sebuah bangunan berupa kuburan, sudah tidak ada lagi tempat abu yang lain-lainnya. Ia menduga bahwa batu kuburan itu pasti mengandung rahasia, maka dengan sikap yang hati-hati sekali ia maju mendekati. Didepan batu kuburan itu berdiri sebuah batu kecil yang bertulisan sudah tidak kelihatan lagi apa dan bagaimana bunyinya. Ho Kie memeriksa mengitari kuburan tersebut, Tetapi tetap ia tidak mendapatkan apa-apanya yang aneh. Selagi berada dalam keragu-raguan, tiba2 kedengaran lapat-lapat suara tindakan kaki orang. Ia terkejut, buru2 bersembunyi dibelakang kuburan. Sebentar kemudian, dari luar pintu telah muncul seorang jangkung dan seorang cebol. Ho Kie yang mengintai dari belakang kuburan telah mengenali orang yang jangkung itu adalah padri buas yang menyebut dirinya Sam-ciok Taoto, sedangkan yang cebol berpakaian hijau berusia kira-kira 40 tahun. Taoto itu tidak kelihatan membawa tongkatnya. Ditangannya hanya memegang sebilah golok, matanya memandang buas dan sikapnya sangat keren. Sedangkan kawannya sangat aneh bentuknya, badannya dibagian atas tidak berbeda dengan badan orang biasa umumnya tetapi kedua kakinya amat pendek, sehingga kelihatan seperti anak-anak yang masih belum dewasa. Begitu masuk, Taoto itu lantas bertanya dengan suara rendah : "Shao-heng, kau kira apa kita tidak datang terlambat? Dalam kuburan ini apa tidak ada orang lain yang sudah masuk lebih dahulu?" Si Cebol memandang sepasang matanya yang tajam lalu menyahut sambil anggukkan kepalanya : "Tidak salah! Kelihatannya seperti sudah ada orang lain yang masuk lebih dahulu. Barang itu masih ada atau tidak, susah dikatakan." "Ini semua gara3 simaling tua yang mau mampus itu. Kalau dia tidak mencuri uang dan senjata rahasia kita, bagaimana aku bisa terlambat sampai sekarang baru menemui kau?" "Aku sudah tahu bahwa kau kalau melihat arak lantas lupa daratan. maka begitu mendengar beritanya tentang siorang tua she Lo itu, aku lantas memanggil kau kemari dan memesan wanti-wanti jangan sampai kau minum arak.., Kau tahu, selama beberapa hari ini berapa cemas hatiku, disuatu pihak aku harus melayani Lo su ie. jangan sampai dia mengabarkan kepada Hoa-san. dilain pihak aku harus berhati-hati terhadap orang-orangnya Hian kui-kauw, jangan sampai mereka menganggap aku ini berkomplot dengan orang she Lo itu dan mereka turun tangan lebih dulu kepadaku....Akh! Sekarang ini kukatakan semuanya juga sudah tidak ada gunanya. Mudah-mudahan usaha kita tidak didahului oleh lain orang, sehingga benda pusaka itu dibawa kabur." "Shao heng, kau sudah mengetahui benar jalan masuk kedalam kuburan ini? Apa kau pikir tidak bisa salah?" "Kalau kau takut akan terjebak, kau tunggu saja, aku diatas jangan turut masuk." "Mana bisa begitu! Kita merupakan sahabat-sahabat dari banyak tahun. Senang dan susah kita rasakan bersama-sama bagaimana aku tidak mau ikut masuk?" Si cebol ketawa dingin, dengan tindakan lebar ia berjalan kedepan kuburan. Dengan kedua tangannya ia mengangkat batu kuburan, Ia coba goyang sampai dua kali, mendadak wajahnya berubah. Si cebol tegang sendiri sikapnya, ia memutar-mutar batu itu kekanan dan kekiri, mendadak memaki sendiri : "Kurang ajar! Sungguh aneh. Rasanya benar2 seperti sudah ada orang yang masuk kedalam batu kuburan ini, mari kita lekas sedikit" Pada saat itu, dari dalam kuburan mendadak telah terdengar suara keresekan. Mata si cebol membelalak "Cilaka" ia berseru dengan suara perlahan. Setelah berseru, dengan cepat ia lalu lompat mundur kesampingnya si Taoto. Keduanya lalu sama-sama lompat melesat keatas penglari rumah. Ho Kie yang menyaksikan kegesitan si Taoto dan sicebol diam-diam merasa gusar. Sebentar kemudian suara tadi kedengarannya semakin nyaring. Batu kuburan itu perlahan-lahan menjeblak kebelakang, disitu lantas kelihatan sebuah pintu goa. Tidak lama kemudian, dari dalam goa itu lantas kelihatan munculnya seorang ,tinggi kurus berpakaian hitam yang berjalan sempoyongan. Orang itu sekujur badannya penuh darah, rambutnya kusut, wajahnya mesum, pada pakaiannya dibadannya terdapat beberapa bagian yang pecah. Ia membawa sebilah golok Kui taoto terang ia sedang menderita luka-luka. Baru berjalan kira-kira 5 tindak, mendadak ia muntahkan darah segar. Tapi ia masih kuatkan dirinya dengan golok untuk menunjang tubuh jangan sampai rubuh. Setelah mengaso sejenak, lalu memesut darah dimulutnya, kembali ia berjalan hendak keluar pintu, Mendadak si cebol dan si Taoto melayang turun dan menghadang didepannya. Orang itu terkejut, buru-buru angkat goloknya untuk melindungi dadanya, lalu mundur dua tindak, "Ko hiocu, aku yang rendah adalah Shao Cu Bung, apa kau sudah tidak kenal aku lagi ?" si cebol berkata. Orang itu memandang dengan mata yang layu, setelah mengeluarkan seruan kaget, lantas turunkan goloknya dan berkata sambil tertawa getir : "Kiranya Shao Losu, kau.... kau kenapa juga datang kemari ?" Si cebol dengan tajam mengawasi orang itu, tidak menjawab pertanyaannya, sebaliknya balas bertanya: "Ko hiocu baru keluar dari dalam kuburan ini, kiranya Ko tancu juga sudah datang sendiri, apa sekarang masih berada didalam?" Orang she Ko itu berdiam sejenak, lantas menjawab sambil menganggukkan kepala; "Dengan terus terang, tancu sekarang ini sedang terkurung dibawah tanah, dia suruh aku melarikan diri untuk meminta bala bantuan Hoa-san-pay ada mempunyai beberapa orang kuat yang melindungi, fihak kita sudah ada 4 atau 5 orang yang binasa." "Apa benar? Kalau begitu kita harus lekas masuk kedalam lobang untuk membantu Li tancu!" "Kalau Shao losu mau berbuat demikian, kita Hiau-kuikauw pasti akan mengucapkan banyak terima kasih kepada Shao losu di kemudian hari pasti akan membalas budimu ini." "Tak usah kuatir. Ko hiocu boleh lekas minta bala bantuan, disini ada aku si orang she Shao yang akan membantu Li Tancu, tidak nanti meleset!" Orang she Ko itu tampaknya merasa sangat berterima kasih atas bantuan kedua orang itu, dengan tanpa curiga apa-apa, ia lantas memberi hormat sambil angkat tangannya, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan sempoyongan. Si cebol terus mengawasi, setelah orang itu berjalan kirakira 5 tindak, sicebol tiba-tiba menyerang dan tepat mengenakan gegernya orang she Ko itu, hingga tengkurap ditanah dan binasa seketika, Ho Kie yang menyaksikan kejadian itu, hatinya merasa bergidik. Dalam hati berpikir orang she Ko itu meski seorang dari Hian-kui-kauw yang sudah sepantasnya mendapat bagian karena dosa-dosanja, tapi sicebol juga agaknja terlalu telengas, terang dia bukan bangsa baik-baik. Si cebol setelah membinasakan orang she Ko itu lalu berkata kepada sitaoto: "Hun tancu dari Hian-kui-kauw Lie Hui Hauw, sekarang sedang berada didalam lobang kuburan. Orang itu mempunyai kekuatan tenaga pemberian alam yang luar biasa. Sekarang ternyata dia telah terkurung, dari partay Hoa-san-pay pasti ada datang orang-arang yang berkepandaian sangat tinggi. Kita sebaiknya menggunakan kesempatan kedua pihak itu bertarung mati-matian lekaslekas turun tangan, kalau terlambat nanti tidak keburu lagi!" Taoto itu menganggukkan kepala sebagai tanda menyetujui usul kawannya, ia buru-buru membuka kantong senjata rahasianya dari badan Ko hiocu yang sudah jadi bangkai, lalu diikatkan pada pinggangnya sendiri. Berjalan belum beberapa tindak, si taoto mendadak berhenti dan bertanya: "Ya, kau tadi mengatakan orang tua kurus kecil yang mencuri uang dan senjata rahasiamu, apakah bukan seorang tua yang mempunyai jenggot seperti kambing dan matanya sebelah kiri agak kurang leluasa kalau berkedip?" "Benar, dia memang mempunyai jenggot seperti kambing, Tapi bagaimana keadaan matanya kurang jelas... " "Kalau begitu pasti itu pencuri ulung si Auw-yang Khia, yang namanya sangat kesohor dalam kalangan hitam, Bangsat tua itu banyak akalnya, kekuatannya juga hebat, pula merupakan kakek moyangnya pencuri, terhadap kita, ancamannya tidak lebih kurang dari pada Lie Hui Hauw. Kita harus lebih berhati-hati terhadapnya." Bersama si taoto ia lantas mulai masuk ke dalam lobang kuburan itu. Ho Kie yang melihat pintu rahasia lubang itu tidak ditutup, ia tidak mau menghilangkan kesempatan sebaik ini, maka diam2 ia mengikuti dibelakang kedua orang tadi. Jalanan masuk kedalam lobang itu merupakan suatu lorong sempit yang berliku-liku. Oleh karena Ho Kie mengintai segala tindak tanduknya kedua orang tadi, maka ia sengaja berjalan sangat perlahan dan harus menahan napas supaya jangan sampai dipergoki. Lorong itu kira-kira ada dua tombak panjangnya. Sehabis melalui lorong itu, ada terdapat sebuah kamar batu yang luas. Ho Kie dengan jalan sembunyi mengawasi keadaan kamar itu. Begitu melihat, ia menjadi bingung sendirinya, sebab dalam kamar itu, selain jalanan masuk dari lorong tadi, ketiga dinding lainnya juga ternyata masih mempunyai pintu yang berderet deret yang tidak kurang dari tujuh lubang banyaknya. Karena kedatangannya itu sedikit terlambat, maka ia sudah tidak dapat melihat si cebol dan si taoto itu tadi memasuki pintu yang sebelah mana. Ini membuat ia bingung sendiri, Ia berdiri ditengah tengah ruangan dan mengawasi keadaan disekitarnya, tetapi juga tidak kedengaran suara gerakan apa-apa. Dalam keadaan yang demikian itu terpaksa ia harus mencari sendiri. Dengan tidak banyak pikir lagi ia lantas mendorong pintu ketiga didinding sebelah kanannya. Dalam pintu itu, kelihatan juga seperjalanan lorong yang sangat dalam. Setelah merasa ragu-ragu sejenak, ia lalu bertindak maju lagi. Dengan cepat ia sudah berjalan kira-kira tujuh atau delapan tombak jauhnya, kembali ia tiba disebuah kamar batu, Kamar ini kelihatannya lebih kecil dari pada kamar yang pertama sekali ditemuinya, dan apa yang mengherankan ialah, disitu juga terdapat kira-kira enam atau tujuh buah pintu. Ho Kie berpikir keheranan. Berapa luasnaja kuburan ini, diingat dari perjalananku tadi, saat ini barangkali sudah berada jauh dari luar gedung tadi. Pada saat itu, ia agaknya lantas mengerti apa sebabnya gedung dalam perkampungan ini dibangun menurut keadaan dibawah kaki bukit dan apa pula sebabnya dibagian depannya terdapat sebidang tanah lapang yang sepuluh tumbak lebih luas. Menurut perhitungannya sendiri, pada saat itu ia seharusnya sudah berada ditengah-tengah bukit. Ia merasa menyesal tadi telah mengikuti tindakannya sicebol, Ia lebih menyesal lagi, mengapa tadi ia tidak mau mengintai dari jarak dekat, sehingga sekarang ini dirinya berada dalam suatu tempat yang tidak mengetahui menuju kemana. Apakah Lim Kheng juga memasuki jalanan dibawah tanah ini? Kalau ya, sekarang ini dia entah berada dibagian mana? Hatinya menjadi jeri. Ho Kie tidak berani gegabah lagi, sebab didalam tanah itu, jalanan simpang terlalu banyak jumlahnya, sekali saja salah bertindak ia tentunya akan kesasar. Selagi berada dalam keadaan bingung, suara jeritan mengerikan mendadak masuk kedalam telinganya. Ia mencoba mengamat-amati suara itu, rasanya keluar dari pintu keempat, Ia lalu maju mendekati dan menyerang pintu batu dengan menggunakan kedua tangannya. Ketika pintu itu terpukul hancur dan terbuka, dari dalam telah menerobos keluar sesosok bayangan orang, Ho Kie dengan cepat mundur empat tindak, lalu menegur dengan keras ; "Siapa?" Orang yang ditanya tidak menjawab. Hanya dengan kedua tangannya mendekap kepalanya, Ia berputaran didalam kamar sambil menjerit jerit, agaknya sedang menderita rasa sakit yang agak hebat. Setelah lari berputaran dua kali putaran-orang itu mendadak menubruk Ho Kie.... Sambil membentak keras Ho Kie lalu mengayun tangannya menyerang. Orang itu setelah terserang jatuh bergelimpangan dan jungkir balik, tubuhnya dengan tepat telah membentur dinding, sehingga kepalanya pecah dan ia binasa seketika itu juga. Ho Kie mengambil batu api. Setelah menyalakan api, ia telah menyaksikan keadaan yang sangat mengerikan. Kiranya, sekujur badan orang itu penuh digerumuti semut besar-besar, sehingga keadaan badannya sudah tidak karuan macam. Pada saat itu, dari dalam lubang pintu itu merayap keluar puluhan ribu binatang semut. Ho Kie yang menyaksikan itu, hatinya berdebaran badannya sampai dirasakan bergetar, buru-buru ia padamkan apinya dan masuk kedalam pintu yang lain. Dalam keadaan tergesa-gesa ia sudah tidak keburu melihat pintu mana yang telah dimasukinya, ia segera menutup pintunya. Setelah kakinya tenang kembali, barulah ia memeriksa keadaan tempat yang dimasukinya. Apa lacur, pintu itu ternyata merupakan jalan buntu yang disekitarnya terkurung oleh dinding batu yang tebal. Ia menghela napas dalam-dalam. Sekarang, kecuali menempuh bahaya dengan jalan menerjang kepungan binatang semut dan menerobos keluar diri situ, sudah tidak ada jalan lain lagi baginya, Tetapi kalau diingatnya bagaimana keadaan orang yang dikerubuti oleh semut-semut tadi, bulu romannya telah berdiri dengan tidak terasa lagi. Ia lebih suka mati terkurung dalam kamar itu dari pada dirinya dibuat santapan oleh binatang semut itu. Dalam keadaan demikian. Ia lantas duduk bersemedi sambil memikirkan jalan keluar. Kira-kira tiga jam sudah berlalu, keadaan di luar kamar mungkin sudah, hampir malam. Entah dimana adanya Lim Kheng sekarang? Apakah ia dapat menemukan jalanan dibawah tanah itu? Andaikata ia dapat menemukan jalanan, ia juga tidak akan mengetahui kalau dirinya sekarang sedang terkurung disitu. Memikir sampai disitu, ia lantas mulai putus asa. Tetapi apakah ia pun mandah binasa didalam kamar kecil itu? Tidak! Ia masih harus mencari dimana adanya itu orang tua yang memberikan pelajaran padanya ilmu silat yang demikian tingginya dan ia masih memerlukan belajar ilmu silat lebih tinggi lagi untuk dapat menuntut balas pada Hian kui-kauw atas kematian ayahnya. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia telah mengingat kembali pesannya siorang tua Toan theng Lojin yang menyuruh ia belajar silat dari Cit-cie Sin-hong. Bukanlah Lim Kheng itu mengaku sebagai muridnya Cit-cie Sinhong? Tetapi apakah, ia mau mengajak dia untuk belajar ilmu silat pada Cit-cie Sin hong suhunya itu? Tetapi kemudian ia merasa geli sendirinya, sebab untuk meloloskan dirinya sendiri sekarang ini saja ia sudah tidak mampu, bagaimana ia mau memikirkan belajar ilmu silat pada Cit-cie Sin hong? Entah berapa lama telah berlalu dalam keadaan demikian. Tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu yang amat perlahan, Ia coba memasang telinganya, benar saja, suara itu terdengar dari dinding sebelah kanannya. Meskipun suara itu halus, tetapi terdengarnya nyata didalam telinganya. Ho Kie girang, ia buru buru mendekati dinding dan mengetuk ngetuk dua kali. Benar saja, suara ketukan dilain kamar itu lantas berhenti. Sebentar lagi, Ho Kie coba mengetuk sambil menanya dengan suara perlahan : "Siapa disana?" Berulang-ulang ia memanggil, tetapi ia tidak mendapat jawaban. Ho Kie melompat bangun, dengan seluruh kekuatan tenaga ia coba menggempur dinding tersebut. tetapi kecuali ada sebagian yang runtuh batunya, dinding itu tidak mendapat keretakan lainnya. Selagi ia merasa putus asa, mendadak mendengar suara orang bicara padanya: "Kau berbuat demikian, sekalipun kau gempur sampai satu tahun juga tidak bisa bikin hancur tembok dinding ini!" Ho Kie kaget, ia bertanya ; "Kau siapa?" "Siapa aku? Sama dengan kau yang harus menantikan kematian didalam kamar ini!" Suara itu agaknya pernah ia dengar, tapi sesaat itu Ho Kie sudah tidak ingat lagi di-mana ia pernah dengar suara itu. "Pembicaraan antara kita bisa dapat di dengar dengan jelas, disekitar kamar ini tentunya ada terdapat lobang angin, coba kau periksa dengan teliti!" berkata Ho Kie. "Kau sendiri bagaimana tidak bisa cari, kita belum kenal sudah berani memerintahi orang!" jawabnya orang itu dingin. Ho Kie merasa mendongkol dan geli sendiri. Tanpa banyak bicara, ia lantas keluarkan ilmunya merayap didinding, dengan hati hati ia mencari lobang hawa. Benar saja, di ujung bagian atas kamar itu, terdapat tiga buah lobbang kecil. Ia coba mengintai dari lobang itu, tapi keadaan gelap gulita, tidak dapat ia melibat apa-apa. Ho Kie lompat turun dan berkata dengan suara agak keras ; "Hai! Sahabat! Aku sudah menemukan lobang hawa!" "Kau bisa berbuat apa dengan lubang hawa itu, Siangsiang aku juga sudah menemukan, Semua ada tiga lobang tapi dirimu tokh tidak bisa berubah menjadi binatang kecil lalu kau bisa keluar dari lubang sekecil itu." "Kau ini bagaimana sih? Kita berdua terkurung dalam kamar tutupan, namun tampaknya sedikit pun tidak memiliki perasan?" "Kau suruh aku berbuat bagaimana? memangnya aku harus bertekuk lutut dihadapanmu yang dibatasi oleh tembok dinding itu?" Kalau aku bisa lihat kau, aku pasti sedikit memberi sedikit hajaran padamu seorang yang sombong, congkak?" "Kau jangan banyak lagak siapa yang sombong congkak ?" Sekarang Ho Kie mendadak ingat, bahwa suara itu ternyata sama dengan suaranya si anak muda yang berdandan seperti anak sekolah yang mirip dengan Lim Kheng. Dengan penuh perhatian ia berseru ; "Apakah Lim Kheng?" Orang itu ketawa geli. "MaAf, aku bukan seorang she Lim" Ho Kie tercengang, ia mencoba sekali lagi : "Lim Kheng, apa kau sudah tidak kenali suaraku? Aku Ho Kie di sini." "Maaf, aku juga tidak kenal siapa Ho Cit atau Hopat." Ho Kie menjadi gusar. Dengan gemas ia menggempur dinding dengan kepalannya. tanpa memperdulikan runtuhnya reruntuh batu dinding, ia terus menggempur secara berulang-ulang, akan tetapi dindingnya sedikitpun tidak bergeming. Tapi Ho Kie yang keras kepala benar-benar tidak memperdulikan bisa membikin runtuh dinding itu atau tidak, terus menggempur tidak hentinya. sehingga benar saja. dalam kamar itu sudah penuh pecahan batu dan abu. Mungkin karena lelah. Ho Kie berhenti sendiri, napasnya memburu. Orang itu tidak mendengar suara Ho Kie lagi, ia lantas menegur sambil tertawa dingin; "Mengapa tidak menggempur lagi? Kalau kau terus berbuat demikian, barangkali tidak usah menunggu tiga tahun, kau benar-benar sudah bisa bikin ambruk gedung ini. coba saja terus! Siapa tahu ?" Sehabis berkata demikian ia lantas tertawa bergelak. Ho Kie yang sudah letih, membiarkan diri-nya diejek seolah-olah tidak mendengarnya. Lama, setelah tenaganya pulih kembali, dengan tidak disengaja ia menemukan sebuah lubang anak kunci kecil, disebuah tempat yang sudah runtuh, ia telah mendapatkan suatu lubang kunci yang sangat terrahasia. Kalau tidak karena temboknya pada berarakan lubang itu sungguh tidak mudah dapat dilihat, Ia lalu ingat pada kedua anak kunci emas yang didapatnya dari kotak kecil, ia lalu keluarkan dari sakunya dan dicoba satu demi satu kelubang itu. Tiba-tiba terdengar suara Greeek, benar saja dinding itu telah memperlihatkan sebuah pintu. Dengan tidak berayal iagi Ho Kie lantas melompat masuk kedalam kamar disebelahnya sembari membentak : "Bocah kau.........." Siapa nyana, ketika ia berhadapan dengan orang yang berada disebelah kamar, seketika lantas melongo dan tidak dapat melanjutkan ucapannya bahwa kagetnya. Ho Kie anggap orang itu Lim Kheng, tapi sebenarnya ia itu adalah anak sekolah yang mirip Lim Kheng, maka ia berkata : "Di Cit-cie-kang, Kau sudah kabur dari tanganku tapi sekarang kita sama terkurung dalam kamar ini, kemana kau mau lari?" "Apa kau kira aku takut padamu ?" demikian jawab anak sekolah itu dengan tenang. Ho Kie yang mengingat bagaimana dirinya telah dipermainkan oleh anak muda itu, ia sudah tidak dapat mengendalikan lagi amarannya. Dengan cepat ia mengulur tangan kirinya untuk menyambar tangan anak sekolah itu. Anak muda berbaju putih itu mementang kipasnya menangkis tangan Ho Kie, kakinya bergerak secara cepat, dengan aneh pula telah berbelit kesamping. "Kau cari mampus!" ia membentak keras. "Siapa mampus, siapa hidup? Sekarang masih terlalu pagi untuk diramalkan. Bocah tolol, sambuti seranganku!" jawab Ho Kie sumbil ketawa dingin. Ia lantas maju menyerang dengan ilmu silatnya Hiankui- cap-sa-sek-kin-na-khiu, ia ingin dalam segebrakan saja dapat menundukkan lawannya. Tetapi- sang lawan secara indah sekali sudah dapat menghindarkan serangan Ho Kie. Ho Kie terus mendesak dan melancarkan serangan bertubi-tubi, apa mau lawannya itu sangat licin. Ia terus terusan berkelit kesana kemari, kegesitannya ternyata tidak berada dibawahnya Lim Kheng. Hampir sepuluh jurus Ho Kie telah melancarkan serangannya, tetapi semuanya dapat dielakkan oleh anak sekolah itu dengan caranya yang enak sekali. Sambil ketawa dingin anak muda itu mengejek Ho Kie : "Hanya mempunyai kepandaian sebegini saja kau sudah berani unjukkan diri didunia Kang-ouw. Hmm! Benar-benar tidak tahu diri." Ho Kie yang sudah mendongkol benar-benar, lantas mengeluarkan tipu serangannya warisan Toan-theng Lojin yang dinamakan Tay-lek kim kong-ciang. Benar saja, dengan menggunakan tipu serangan ini, telah membuat anak sekolah baju putih itu sukar menyingkirkan diri. maka terpaksa ia harus menyambuti dengan kekerasan. Setelah kekuatan kedua tangan beradu, masing masing mundur satu tindak. Diantara sambaran angin dari beradunya serangan tersebut, lantas tercium hawa busuk yang memenuhi dalam kamar. Ho Kie terkejut, dalam hatinya diam-diam telah berpikir. Apakah bocah ini bukan orang Hian kui kauw? Selagi ia memikirkan diri lawannya, anak sekolah itu sudah menggetarkan badannya dan mencelat dari lubang pintu masuk kekamar bekas kurungan Ho Kie. Sambil membentak keras Ho kie mengejar, tetapi gerakan anak sekolah itu gesit sekali, sebentar saja sudah berada dipintu. Ho kie coba mencegah sembari membentak: "Jangan bergerak! Pintu itu tidak boleh dibuka....... " Tapi anak sekolah baju putih itu tanpa menghiraukan peringatan Ho Kie, dengan cepat tangannya sudah menarik pintu yang tertutup rapat. Begitu pintu terbuka, dikamar sebelah, terlihatlah binatang semut yang bergerak-gerak diseluruh ruang dalam kamar itu. Anak sekolah baju putih itu sambil ketawa lantas melesat dan di tengah udara ia memutar tubuhnya dengan menggunakanilmunya merembet ditembok, sekali bagus seklai ia sudah geser tubuhnya ke dekat pintu. Ho Kie kesima menyaksikan perbuatan anak muda itu, ketika ia melongok kebawah, bangkai yang dikerubuti semut tadi ternyata cuma tinggal tulangnya saja dan binatang semut yang demikian banyaknya itu kini sudah mulai merayap masuk kedalam kamarnya. Ia tidak berani meniru cara anak muda tadi, terpaksa mundur ke dalam kamar bekas terkurungnya anak muda tadi dan buru-buru menutup pintunya. Dengan demikian, anak sekolah baju putih tadi sebaliknya sudah berhasil keluar dari dalam kurungan, sedang ia sendiri lantas terkurung sendirian dalam kamar kecil yang gelap itu. Dengan perasaan sangat masgul ia duduk ditanah, mendadak ia ingat anak kuncinya. ia coba mencari cari lubang kunci, untung di situ juga terdapat sebuah lubang kunci. Dengan tidak ayal lagi, ia keluarkan anak kuncinya...dimasukkan kedalam lubang kunci dan lantas telah terbuka sebuah pintu. Sinar yang dari luar situ lantas menyorot masuk, ternyata disitu terdapat sebuah lorong yang dikanan kirinya terdapat obor api. Disana pula menggeletak bergelimpangan enam-tujuh mayat manusia. Dengan demikian ia telah memperlihatkan segenap tempat tersebut. Tanpa banyak berpikir pula Ho Kie lantas melewati dan lari mengikuti jalan lorong itu. Disuatu tikungan, ia mendengar dari depannya seperti ada orang ketawa. Dengan cepat ia sembunyikan dirinya, badannya digeser maju dengan perlahan. Ia mendengar ada seorang berkata dengan suaranya yang keras: "Kalajengking emas pemunah racun itu adalah benda pusaka yang jarang terdapat dalam dunia. Aku siorang she Li dengan mengambil resiko menanam bibit permusuhan dengan orang-orang Hoa-san pay setelah aku membunuh mati Lo Su le, benda itu sekarang ada dibadanku. Kalau kalian tidak takut, kekuatan Tay-lek sin-koan ku kalian boleh mencoba." Kemudian suata itu disusul oleh suara orang lain. "Li tan cu, kita bukannya takuti kau! Sebetulnya karena melihat kau sedang terluka parah, tidak pantas kita turun tangan, sehingga kau nanti akan binasa dengan mata tidak meram " Terdengar pula suaara orang yang pertama bicara; "Baik! kalau begitu, kalian boleh coba saja," Setelah suara ini berhenti, lalu disusul oleh suara menderunya angin dan beradunya tenaga...... Ho Kie karena mengira Lim Kheng ada di situ, maka tubuhtnya terus mendesak masuk kedalam, Disitu ternyata adalah sebuah kamar yang luas, keadaannya terang benderang. Baru saja ia tiba didepan pintu, tiba2 terdengar beradunya dua kekuatan tenaga yang keras, disusul oleh suara rubuhnya tubuh orang.......... Ho Kie terperanjat, ia tidak dapat menduga siapa adanya orang yang telah jatuh terluka itu. Mendadak ia mendengar suara orang berkata; "Kalian orang-orang dari Hian kui-kauw semuanya ganas dan telengas. Aku siorang she Shao, meskipun tidak berguna, juga ingin mencoba-coba kekuatan kalian" Ho Kie mendengar suara orang itu adalah suara si cebol Shao Cu Beng, seketika itu lantas masuk kedalam kamar. Disitu ternyata sudah terdapat banyak mayat yang berserakan di tanah, sedangkan Sam ciok Taoto tengah duduk bersamadi untuk mengatur pernapasannya. Shao Cu Beng dengan mata beringas mengawasi seorang berewokan yang berbadan besar yang sedang berdiri dihadapannya, Wajah orang itu keren sekali, usianya kira-kira 40 tahun. Dididpan dadanya sudah terdapat banyak darah, tetapi wajahnya masih bisa perlihatkan ketawa dingin. Munculnya Ho Kie secara tiba-tiba telah mengagetkan Shao Cu Beng dan orang tinggi besar itu. Shao cu Beng menggeser tubuhnya dan mundur tiga tindak. Ho Kie memandang mereka sambil tertawa dingin. Tidak usah menanya, ia sudah mengetahui bahwa orang laki berewokan itu adalah Li Hai Houw dan Shao Cu Beng semuanya tidak mengenal Ho Kie, sehingga mereka pada saling pandang, masing-masing pada menduga, siapakah yang akan dibantu oleh anak muda itu? Ho Kie tiba2 bertanya kepada Lie Hui Houw ; "Apakah kau orang Hian kui kauw?" Lie Hui Houw terkejut, ia buru buru siapkan diri, kemudian menjawab dengan suara dingin : "Benar! Aku si orang she Lie, salah satu tancu dari Hiankui- kauw," Ho Kie lalu berpaling dan berkata kepada sicebol. "Aku tahu, kau adalah Shao Cu Beng. betul tidak?" Shao Cu Beng juga terkejut, buru buru ia melindungi dada dengan kedua tangannya dan menjawab : "Benar! Bagaimana saudara kecil bisa mengetahui namaku?" Ho Kie ketawa dingin, kemudian berkata, dengan perlahan lahan ; "Hian-kui-kauw telah merusak ketentraman dunia, Sudah sepantasnya kalau ditumpas. Shao Cu Beng? kau bunuhlah dia!" Lie Hui Houw terperanjat, dalam hatinya-berpikir : "Aku sudah terluka berat, anak buahku sudah terbinasa semuanya, Meskipun aku sudah berhasil melukai Sam-ciok Taoto, tetapi dengan Shao Cu Beng seorang saja sudah sukar melayani, dan bocah ini kelihatannya ada permusuhan dengan Hian-kui-kauw, pasti ada orang Hoasan- pay, Kalau benar demikian, sangat berbahaya bagi diriku." Sebaliknya bagi Shao Cu Beng, ia lantas bisa bernapas lega. Sambil ketawa ia menyahut : "ucapan saudara kecil ini sedikitpun tidak salah. Dosanya Hian kui kauw sudah terlalu banyak. Sudah sepantasnya kalau ditumpas. Aku si orang she Shao, meskipun tidak berguna, ingin menghajar kaki tangannya Hian kui-kauw ini sampai mampus untuk mengamankan dunia rimba persilatan ........." Ho Kie menjawab sambil ketawa dingin : "Sungguh enak didengarnya perkataanmu, hanya saja aku mengetahui juga, kau ini ada seorang yang ganas dan telengas, lagi pula sangat licik, juga bukan merupakan manusia baik2......" Shao Cu Beng wajahnya berubah seketika, dalam hati diam-diam berpikir : "Meskipun bocah ini tidak akan membantu ia, tetapi kelihatannya juga menghendaki kalajengking emas itu juga, maka aku harus menjaga jaga dirinya. Ho Kie melihat berubahnya wajah sicebol. "Kau jangan takut!" katanya ketawa. "Meskipun aku mengatakan kau bukan orang baik-baik, tetapi dengan kau, aku tidak mempunyai permusuhan apa-apa. Tidak nanti aku membantu dia untuk membinasakan kau!" Hati Shao Cu Beng agak lega, maka lantas bisa berkata sambil tertawa bergelak-gelak: "Kalau begitu, saudara kecil bermaksud hendak menonton atau sebagai saksi kita?" Shao Cu Beng diam-diam sudah mendapat pikiran, Sambil mengerahkan kekuatannya, perlahan-lahan ia mendekati Lie Hui Houw. Lie Hui Houw merasa kuatir, ia coba menggertak padanya: "Shao Cu Beng, kau jangan terlalu mendesak. Aku siorang tua she Lie juga tidak akan mandah dipermainkan begitu saja." "Lie Tancu, dalam keadaan demikian ini aku tidak bisa berbuat lain........." Shao Cu Beng seorang yang kejam. Baru saja ia menutup mulutnya, orangnya sudah menerjang Lie Hui Houw laksana macan kelaparan, sebentar saja ia sudah mengirim empat kali serangannya saling susul. Serangannya itu semuanya ditujukan pada bagian-bagian terpenting didadanya Lie Hui Houw. sedikitpun ia tidak memberikan kesempatan pada lawannya untuk bergerak. Lie Hui Houw terpaksa menggunakan sisa tenaganya yang penghabisan, sambil membelakangi tembok dia menyambuti serangan si cebol. Ketika kekuatan kedua pihak itu beradu. Shao Cu Beng telah terpental mundur lima tindak, hampir saja jatuh ditanah, sedangkan Lie Hui Hauw, karena ia membelakangi dinding tidak mempunyai tempat mundur lagi, maka serangan si cebol itu telah membuat lukanya didalam bertambah hebat, sehingga mulutnya mengeluarkan darah. Ho Kie yang menyaksikan hal itu, dalam hati merasa girang. Sambil bertepuk tangan ia berkata : "Benar! Shao Cu Beng! Hajarlah lagi Orang-orang Hiankui- kauw harus dibunuh mampus semuanya." Shao Cu Beng sangat girang, sambil menggeram hebat ia menyerang lagi. Lie Hui Houw mengetahui bahwa dirinya sudah tidak mempunyai harapan untuk hidup lagi, maka sambil mengertek gigi ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya untuk menyambuti sekali lagi serangan sicebol. Kali ini Shao Cu Beng telah dibikin terpental sejauh satu tombak lebih dan lantas terjatuh ditanah, sedangkan Lie Hui Hauw sendiri, lukanya bertambah parah, tenaganya sudah habis, maka setelah menyemburkan banyak darah, ia juga rubuh ditanah...... Dengan susah payah dan mengorbankan banyak jiwa, ia baru berhasil mendapatkan benda pusaka yang sangat langka itu. Kasihan baginya belum sampai ia keluar dari jalanan dibawah tanah, ia sudah terbinasa ditangan Shao Cu Beng. Sebelum menarik napas yang penghabisan, ia masih bisa menanyakan pada Ho Kie dengan suara keras: "Kau!...... Kau mempunyai permusuhan apa dengan Hian-kui kauw?" "Dalam laksana lautan!" jawab Ho Kie dengan dingin. Mendengar jawaban itu, Lie Hui Hauw lantas menggeram dan putus nyawanya. Shao Cu Beng yang telah jatuh terluka parah, ketika menyaksikan Lie Hui Hauw sudah binasa dengan tidak memperdulikan lukanya sendiri, ia lantas merangkak menghampiri mayatnya Lie Hui Hauw. Dari saku mayat itu ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang terbuat dan emas murni, tetapi sebelum ia pindahkan kedalam sakunya sendiri, Ho Kie sudah membentak: "Bawa kemari," "Saudara kecil mau apa?" Shao Cu Beng masih berpurapura bertanya: "Kalajengking emas," "Apa saudara kecil ini adalah orang Hoa San pay ?" "Bukan!! Tetapi kalajengking emas ini juga bukan kepunyaanmu, bagaimana kau dapat memilikinya?" "Kalau begitu, kau juga mempunyai hati temaha hendak merampas benda pusaka ini." "Ah, tidak!! Aku hanya tidak menginginkan benda ini terjatuh ditangan orang jahat dan ganas seperti kau ini." Shao Cu Beng sudah mempunyai rencana sendiri, ia berpikir sejenak, sedikitpun tidak melawan. Tetapi baru saja ia hendak menyerahkan benda itu, tiba-tiba ditariknya kembali dan berkata: "Kua telah menganggap aku seorang jahat, aku juga tidak membantah! Tetapi benda ini adalah benda pusaka yang jarang ada didalam dunia. Sebelum kau bawa pergi, bolehkah kau menyembuhkan lukanya sahabatku ini?" Ho Kie mengerti bahwa sicebol ini tentu mempunyai maksud tertentu, tetapi karena sudah memajukan permintaan, hatinya lalu merasa tidak enak, maka ia lantas menjawab: "Sebetulnya, Taoto ini juga bukannya orang baik, Tetapi karena mengingat benda ini kau dapatkan boleh merebut dari tangan Lie Hui Houw, baiklah!! Aku terima permintaanmu, menggunakan benda ini sekali saja." Shao Cu Beng lantas berdiri menghampiri Sam-ciok Taoto. Ia berlega mengobati Sam-ciok Taoto sambil berdiri membelakangi Ho Kie, tetapi kotak itu diam-diam telah dimasukkan kedalam sakunya. Diam2 ia menotok jalan darahnya Sam-ciok Taoto itu supaya tidak banyak bicara-sehingga menggagalkan rencananya. Ho Kie ingin melihat bagaimana ia mengobati kawannya memakai benda pusaka itu. Baru saja melongok sicebol yang kejam itu lantas membalikkan badan, dengan secepat kilat ia menyerang pusarnya Ho Kie. Dalam keadaan tidak menduga duga itu, hampir saja Ho Kie terluka ditangannya. Untung ia keburu lompat mundur. Shao Cu Beng yang melihat seranganna tidak berhasil, buru buru lantas angkat kaki hendak kabur. Ho Kie gemas sekali melihat perbuatannya sicebol ini, maka lantas membentak. "Mau kemana?" kemudian sudah mengirimku satu serangan dahsyat. Shao Cu Beng mengeluarkan satu jeritan ngeri, lalu mundur sempoyongan. Kedua tangannya menekap dadanya, keringat dingin mengucur dari jidatnya. ooo0dw0ooo MELIHAT KEADAAN Shao Cu Beng itu, ia seperti terkena serangan didepan pintu, Ho Kie merasa girang, maka lantas menjambret dirinya dan menampar pipinya sambil memaki : "Manusia busuk!! Kau berani membokong-tuan rumah mudamu." Shao Cu Beng mulutnya mengeluarkan darah, giginya rontok, tetapi ia masih bisa berkata, "Cilaka!! Ada setan. Ada setan!......" Mendengar disebutnya setan, Ho Kie juga heran. Setelah menotok jalan darahnya si cebol, ia lalu melongok keluar. Didepan pintu ternyata ada berdiri seorang tua yang rambutnya sudah putih semua dengan badan berlumuran darah. Ho Kie terkejut, ia buru-buru kerahkan kekuatan dikedua lengannya dan lantas membentak dengan suara keras : "Kau siapa?" Orang tua itu kelihatan menggerakkan pundaknya lalu maju sempoyongan dan menjawab dengan suara dingin: "Aku Lo Su le." "Lo So le?.........." Ho Kie terkejut tidak mengetahui siapa adanya Lo Su le, maka ia lantas mundur satu tindak. Orang tua itu lantas anggukkan kepalanya lalu berkata pula dengan suaranya yang parau : "Aku adalah Khungcu dari gedung ini. Aku telah binasa ditangannya Lie Hui Houw, Rohku belum buyar, maka aku hendak menagih jiwanya.........." Ho Kie mendadak ingat bahwa orang tua itu adalah yang telah meninggalkan surat di kamar bukunya untuk orangorang Hoa-san-pay, Meskipun bernyali besar, tetapi menyaksikan orang yang sudah mati bisa hidup kembali, bulu roma Ho Kie juga berdiri, dengan tidak dirasa ia lantas mundur lagi dua tindak sembari membentak: "Kau mau apa?" "Aku hendak menuntut balas!" "Orang she Lie itu sudah binasa." "Orang she Lie sudah binasa ? Aku hendak berhitungan dengan kau!" sehabis berkata orang tua itu lantas pentang kedua tangannya dengan gerakan yang kaku ia menerjang Ho Kie. Dalam ketakutannya, Ho Kie menyambuti serangan orang tua dengan kedua tangan sambil memejamkan matanya. Orang tua yang hidup kembali itu telah dibikin terpental dan jatuh disatu sudut karena serangan Ho Kie yang hebat. Tiba-tiba ia mendengar suara orang ketawa yang kemudian disusul oleh perkataannya; "Benar-benar tidak mempunyai nyali. Baru melihat orang mati saja sudah ketakutan." Ho Kie terperanjat, ketika membuka matanya, didepan telah berdiri seorang pemuda anak sekolah baju putih yang bukan lain adalah Lim Kheng. Ia baru tersadar bahwa tadi semua adalah perbuatan nakal dari Lim Kheng ini yang bermaksud untuk menggoda dirinya. Ho Kie merasa kurang senang, lalu berkata kepada kawannya itu : "Barusan seandainya aku kesalahan tangan, bukankah akan mencelakakan diri Lim heng?" "Baru saja ketakutan setengah mati, sekarang sudah omong besar! Kalau bukan aku, apa sisetan cebol ini kau kira mau balik mundur padamu? Kau tidak mengucapkan terima kasih padaku, sebaliknya menyesalkan aku." jawab Lim Kheng sambil tertawa cekikikan. "Orang she Lo itu toh sudah mati, buat apa kau permainkan mayatnya?" "Orang she Lo dari Hoa san pay ini juga bukan manusia baik-baik. Didalam salah satu kamar gedung ini aku telah menemukan beberapa wanita muda cantik2. mereka itu semuanya adalah wanita baik-baik yang dirampas kemudian dibuat gundik oleh Lo Su Ie ... Oleh karena wanita-wanita itu aku telah membuang banyak waktu. Didalam pekarangan aku tidak dapat menemukan kau, dengan susah payah baru menemukan kuburan ini, dan kemudian tiba disini. Tidak nyana baru saja tiba diluar pintu, aku lantas dapat lihat sicebol ini telah menotok jalan darah si Taoto, setelah tidak berhasil membokong kau, lantas hendak kabur maka aku lantas menggunakan mayat Lo Su Ie untuk menakuti dia !" Dari dalam sakunya Shao Cu Beng. H0 Kie mengambil kotak yang berisi kalajengking emas. "Dua manusia ini juga bukan dari golongan baik2, kau pikir bagaimana membereskan mereka?" "Mereka cuma karena temaha hendak memiliki benda pusaka itu saja, tidak ada kejahatan lainnya yang kita lihat, kita tutup saja pintu batu itu, biar mereka menentukan nasibnya sendiri." Lim Kheng dan Ho Kie lalu turun tangan menutup pintu dari batu itu, kemudian berlalu dari tempat tersebut. -oo0dw0oo- Jilid 4 BARU saja keluar dari jalanan dibawah tanah, Ho Kie mendadak ingat sesuatu ia lantas hentikan tindakannya dan berkata kepada kawannya ; "Nanti dulu, masih ada seorang penting, entah dia sudah keluar atau belum, mari kita cari dulu sebenar !" "Siapa yang kau maksudkan?" "Dia adalah itu anak muda berbaju putih yang dulu aku pernah cerita padamu." "Dia? Mari kita lekas cari! jawab Lim Kheng terkejut, dan gusar, kemudian dengan cepat lompat masuk kelubang kuburan. Siapa tahu baru bergerak, dari atas penglari mendadak dengan suara tertawa dingin : "Tak usah dicari lagi, orangnya toh sudah lama berlalu.........." Ho Kie dan Lim Kheng urungkan maksudnya, mereka mendongak keatas payon, dari atas penglari melayang turun satu orang. Ketika melihat orang itu, mereka lantas naik darah. Ho Kie yang lebih dulu lari menghampiri dan berkata kepada kawannya : "Lim-heng, jangan kasih dia pergi dari sini !" Lim Kheng menghadang dimulut kuburan sembari berkata : "Tak usah kuatir, aku tanggung bangsat tua ini tidak bisa lolos dari tanganku." Orang itu ketawa, satu tangannya mengurut jenggot kambingnya, lain tangannya mengangkat tinggi sebuah bungkusan, kemudian berkata : "Aku si tua bangka sengaja datang untuk mengantar harta kepada kalian berdua, mengapa kalian perlakukan aku begini macam?" Orang tua itu adalah si pencuri kenamaan dari golongan hitam, Auw-yang Khia. Ho Kie menampak bungkusan ditangannya itu adalah barang-barang permata yang ia letakan diatas meja dikamar tulis, seketika itu lantas gusar: "Auw yang Khia, berkali kali kau mencuri, hari ini dengan harap kau bisa lolos dari tanganku!" bentaknya. Dengan cepat ia menghajar dirinya orang tua itu. Auw yang Khia wajahnya berubah seketika, dengan cepat ia memutar tubuhnya, dengan cara demikian ia lolos dari ketiak Ho Kie. "Hai, jangan keburu napsu, mari kita bicara dulu secara baik-baik, bagaimana baru bertemu lantas turun tangan, apa kau memang sengaja hendak memereteli tulangku yang sudah tua ini?" "Kami dengan kau tidak ada permusuhan apa-apa, mengapa kau mencuri uang kami?" "Ini benar-benar penasaran, kapan aku mencuri uang kalian ?" "Kau masih hendak pungkir?" bentaknya Lim Kheng, lantas bergerak tangannya menyekal urat nadi si orang tua. Auw-yang khia melenggakan dirinya kebelakang, dengan satu tangan menunjang tubuhnya ia memutar laksana gasing, kemudiaa melesat dan menyelusup di sampingnya Lim Kheng. Kemudian ulapkan tangannya sembari berkata ; "jangan menuduh orang secara sembarangan, coba kalian periksa dulu badan sendiri, kalau uang kalian kurang sepeser saja, aku Auw-yang Khia bersedia mengganti sepenuhnya!" "Lim heng jangan dengar mulutnya, bangsat tua ini mengaco belo......." berkata Ho Kie dengan sengit. Tapi diam-diam ia meraba sakunya, benar saja lantas dapat meraba benda keras, yang ternyata adalah bungkusan uangnya sendiri!. Maka seketika itu lantas melongo. Lim Kheng yang menyaksikan itu, juga lantas meraba sakunya, ternyata uangnya sendiri juga sudah balik sendiri. Meski ia tahu bahwa pencuri ulung itu sedang permainkan mereka, tapi mau tidak mau merasa kagum juga atas kepandaiannya copet ulung itu. "Meski kau sudah kembalikan uang kami yang kau curi, tapi didalam tanganmu masih terdapat barang curian, nyata tabiatmu masih belum diubah." berkata Ho Kie. "Aku si tua bangka malang melintang dari Selatan sampai utara, badanku tidak pernah membawa uang barang sepeser, perlu apa dengan barang emas berlian ini? Aku cuma hendak menggunakan barang ini untuk membeli sebuah barang pusaka saja." "Barang pusaka apa yang mempunyai harga begitu besar?" "Barang itu ada dibadan kalian, berdua!" Ho Kie lantas mengerti, maka lantas meraba kotak dibadannya. "Owh! yang kau maksudkan adalah kalajengking pemunah racun ini?" demikian Ho Kie bertanya. "cepat!! Kalajengking emas ini merupakan benda pusaka didalam dunia, dalam 50 tahun cuma kedapatan seekor saja. Binatang ini sangat berbisa, tapi dapat memunahkan segala racun apa saja dari dunia. Buat kalian berdua, untuk sementara mungkin tidak ada gunanya, mengapa tidak kalian jual saja kepada aku situa bangka, untuk menolong jiwanya seorang yang sedang menderita luka berat?" "Kau tokh seorang pencuri yang terkenal, mengapa tidak bisa turuti tangan sendiri untuk mengambil? Sebaliknya hendak membeli dari tangan orang lain? Dan cara bagaimana kau bisa tahu kalau barang itu ada pada kami?" tanya Lim Kheng. "Sebelum kalian berdua masuk kedalam perkampungan ini aku si tua bangka sudah dapat tahu dari tempat sembunyiku, cuma oleh karena Lie Hui Houw si cebol Shao Cu Beng dan Sam-ciok Toato. semuanya ada merupakan manusia yang kejam dan ganas, maka aku si orang tua merasa segan berhadapan dengan mereka. Apa lagi sudah ada kalian berdua, perlu apa aku harus turun tangan sendiri untuk merampas dari tangan mereka?" jawab Auw yang Khia sambil ketawa. "Hm ! Kau sungguh pintar, kau membiarkan lain orang yang susah payah dan kau sendiri mau menerima eunaknya saja! Kuberi tahukan padamu, kami tidak kenal barang pusaka itu?" kata Lim Kheng tegas. "Mengapa saudara kecil mengambil keputusan begitu getas? Barang pertama dalam buntalanku ini hampir semuanya merupakan barang yang tidak ternilai harganya, sudah cukup untuk membeli benda pusaka itu." "Barang dalam buntalan itu bukan kepunyaanmu, siapa sudi berurusan dengan seorang yang berlagak kaya dengan kekayaan orang lain?" berkata Ho Kie sambil ketawa dingin. "Kalian berdua meski tidak kepingin barang berharga, tapi menolong jiwa manusia, berarti sudah menunaikan perikemanusiaan. Apakah kalian tega menyaksikan orang yang terluka kena racun itu binasa begitu saja?" berkata Auw-yang Khia sambil angkat pundak. "Siapakah sahabatmu yang terluka itu? cara bagaimana dia terluka kena racun?" tanya Lim Kheng heran. Auw-yang Khia menghela napas panjang, dalam matanya mengembang air! Lama ia berdiam, baru bisa menjawab dengan perlahan lahan : "Dia adalah seorang yang benar-benar paling dikasihani dalam dunia ini, tidak mempunyai kawan, tidak mempunyai keluarga. Meskipun dalam dirinya mempunyai kepandaian yang sudah tidak ada taranya, tapi tidak nyana telah kena dibokong oleh orang, sudah setahun lebih lamanya berada dalam keadaan mati tidak hiduppun tidak, sejengkal saja tidak bisa bergerak dari tempatnya........" Ho Kie merasa tertarik, selagi hendak bertanya, tidak nyana sudah didahului oleh Lim Kheng : "Dalam perkataanmu ini terdapat banyak pertentangan, kau katakan dia tidak mempuyai kawan dan keluarga, kalau begitu kau ini pernah apa dengan dia? Buat apa begitu repot terhadap dia?" "Empat penjuru lautan, semua merupakan saudara. Aku si orang tua meski tidak kenal dia, tapi ketika dengan tidak sengaja aku ketemukan dia menderita kesengsaraan dalam tempat persembunyiannya, setelah kita beromong-omong, baru tahu kalau dia adalah seorang aneh didalam dunia, buat dewasa ini...." "Dia siapa?" tanya Ho Kie agak gelisah, Auw yang Khia menghela napas, lalu menjawab dengan perlahan : "Dia kata tidak mempunyai she dan nama, cuma mempunyai gelar katanya adalah Toan-theng Lojin, atau orang tua patah hati...." Ho Kie terperanjat, wajahnya berubah seketika, badannya gemetar..... Lim Kheng melirik ia sejenak, lalu berkata dengan suara perlahan ; "Apa benar dia......?" Mendadak dengan secepat kilat Ho Kie melesat dan menyekal pergelangan tangan Auw yang Khia, kemudian bertanya dengan suara gemetar : "Dia ada dimana? Lekas antar kita ketemui padanya...... " Menampak sikapnya yang aneh itu, Auw-yang Khia lalu bertanya dengan suara heran. "Apa kalian berdua kenal padanya......?" Ho Kie pejamkan matanya, dari kelopak matanya merembes keluar air mata. "Kau tidak usah tanya lagi!!......lekas ajak kita.... ketemui dia....!" "Baiklah, menolong jiwa seperti juga menolong kebakaran, kita harus lekas berangkat!!" Mereka bertiga dengan Auw-yang Khia yang selaku petunjuk jalan berlari-larian dengan cepat menunjuk ketempat sembunyinya Toan theng Lojin Ho Kie yang paling gelisah, ia mengharap bisa lekas berada disamping orang tua yang bernasib malang itu. Sebab dalam hatinya Ho Kie, eorang tua itu sudah dianggap sebagai satu-satunya orang yang pernah membesarkan dan mendidiknya, kalau tidak ada orang tua yang aneh itu, mungkin jiwanya sudah melayang di tangan Bo Pin, sitangan geledek. Kalau tidak ada orang tua itu, ia tidak hidup sampai sekarang, yang sudah merupakan seorang gagah yang mempunyai kepandaian sangat tinggi. Maka jiwa dan semua harapannya, seolah olah dihidupkan oleh orang tua itu. Dan kini, orang tua itu telah menderita luka parah, bagaimana ia tidak gelisah dan berduka?... Ia merasa heran, mengapa Toan theng Lojin yang mempunyai kepandaian luar biasa juga bisa terluka? Dengan hati kusut Ho Kie sepanjang jalan menanyakan keterangan kepada Auw-yang Khia, tapi orang tua itu cuma bisa gelengkan kepalanya sembari menjawab. "Aku sendiri juga kurang jelas, sebab ketika aku bertemu padanya, sudah dalam keadaan terluka parah, hanya dari keterangannya saja aku dapat tahu Ia dibokong oleh Siang koan Tuat, dan Hian-kui-kauw. sehingga dalam badannya terkena racun yang sangat berbisa. Dengan seorang diri dia kabur kedalam gunung, akhirnya tidak tahan dan jatuh. Selama itu, cuma mengandalkan kekuatan tenaga Lweekangnya yang sangat sempurna, dapat menutup setengah dari jalan darah dibadannya, sehingga jiwanya tidak binasa. Sekarang kedua kakinya sudah tidak bisa digerakkan, setiap hari duduk dimulut goa dengan binatang burung dan air mancur untuk menangsal perut......." "Kau tahu dia luka begitu berat mengapa tidak dibawa berobat kadalam kota yang terdekat?" berkata Ho Kie sembari mengucurkan air matanya. "Aku juga bermaksud demikian, tapi dia tidak mau. Dia kata bahwa Kaucu Hian-kui-kauw sudah mengetahui tempat sembunyinya, barangkali tidak lama lagi akan datang padanya untuk paksa dia mengeluarkan sebuah benda. Dia suruh aku lekas mencarikan obat yang bisa memunahkan racun. Aku lalu meninggalkan dia, secara kebetulan aku dapat dengar bahwa disini ada terhadap kalajengking emas yang bisa memunahkan segala racun, maka aku lantas datang kemari." "Sudah berapa lama kau meninggalkan dia?" tanya Ho Kie, "Kira-kira sudah 4 atau 5 hari lamanya!" Ho Kie nampak semakin gelisah, sebab ia tahu bahwa Toan-theng Lojin kali ini turun, maksudnya ialah hendak mencari benda yang ada menyangkut nasibnya 9 partai besar dalam rimba persilatan. Menurut keterangan Auwyang Khia, mungkin Toan-theng Lojin sudah menemukan benda itu, tapi di ketahui oleh kaucu Hian-kui-kauw, hingga dengan rupa-rupa akal muslihat hendak paksa ia menyerahkan benda tersebut. Selagi berlari larian dengan cepatnya, Lim Kheng mendadak berkata dengan suara perlahan : "Tunggu dulu, didepan ada orang." Ho Kie dan Auw-yang Khia hentikan tindakannya, ketika mereka pasang telinganya, benar saja ada dengar suara gerakannya kaki orang. Ia jadinya tidak mau ambil pusing, tapi Auw-yang Khia beranggapan lain. berkata dengan sungguh-sungguh. "Orang yang menandingi itu rupa-rupanya bukan cuma seorang saja, sebaiknya kita sembunyi dulu, setelah mereka berlalu, baru melanjutkan perjalanan kita." Ho Kie terpaksa menurut. Baru saja berada dibelakangnya sebuah pohon besar, dijalanan sudah kelihatan 3 imam lari mendatangi. Imam itu pada membawa pedang, dari sinar mata mereka dapat diduga bahwa imam-imam itu ada mempunyai kepandaian tinggi. Mereka sudah merupakan orang-orang yang usianya lebih dari setengah abad, satu diantaranya bahkan rambutnya sudah putih semua, diduga usianya sudah lebih dari 50 tahun, tapi gerakan badannya ringan sekali, boleh jadi merupakan orang terkuat dari mereka bertiga. Tiga imam itu ketika tiba didepan tempat Ho Kie smbunyi, mendadak berhenti. Satu diantaranya lantas berkata dengan suara perlahan-lahan. "Terang tadi ada suara orang bicara. mengapa dalam sekejap saja sudah tidak kelihatan?" Seorang imam lainnya lantas berkata dengan nyaring; "Sahabat dari mana? Mengapa tidak mau unjukan diri?" Ho Kie sudah ingin unjukan diri, tapi di cegah oleh Lim Kheng. Karena tidak mendapat jawaban, masing-masing imam itu lantas menghunus pedangnya. Imam yang bicara lebih dulu tadi lantas berkata pula: "Main sembunyi, pasti ada orang-orangnya Hian kuikauw, Toa suheng, mari kita cari!" dengan cepat imam itu lantas hendak bertindak. Imam rambut putih itu lantas ulapkan tangannya dan berkata sambil ketawa dingin. "Perlu apa kita cari?" "Jika ia tidak lantas unjukkan diri, tidak perlu banyak basa-basi lagi!" sehabis berkata lalu ia itu. Dengan cepat salah seorang imam menggerakan tangannya mengeluarkan serangan dahsyat kearah rimbunan pohon tersebut. Ho Kie tahu bahwa jejak mereka sudah kepergok, maka lantas sambuti serangan si imam. Kedua kekuatan lantas saling bentur, imam tua tadi tampak mundur sempoyongan dua tindak, wajahnya berubah seketika. Ho Kie juga terdesak mundur dua tindak. diam-diam juga merasa terkejut. Imam tua itu memandang wajahnya Ho Kie dari atas sampai kebawah, ia agaknya tidak menduga bahwa orang yang mampu membikin mundur dirinya tadi ternyata ada satu pemuda belia. Dalam kagetnya, ia mundur lagi dua tindak dan berkata dengan suara dingin: "Siao sicu, kau tergesa-gesa melakukan perjalanan, sebetulnya hendak kemana?" "Kau tidak perlu tahu urusan orang lain" jawab Ho Kie ketus. "Toa suheng, mereka datang dari Ngo-kui khio, pasti ada hubungannya dengan soal permintaan bantuan dari Lo sutee, buat apa banyak bicara, Hajar saja habis perkara" berkata lagi imam lainnya. Ho kie mengerti bahwa imam ini tentunya adalah bantuan yang dikirim oleh Hoa san pay untuk menolong Lo Su Ie. "Apakah kalian berasal dari Hoa-San pay?" demikian ia bertanya. Tiga imam ini saling pandang, lalu berkata "Kami adalah Hoa san pay Sam kiam, dan kau siapa anak muda ?" "Bukankah kalian, hendak ke Ngo kui khio untuk menolong Lo Su Ie?, Sayang sungguh sayang sudah terlambat. Lo sutee kalian itu siang-siang sudah binasa ditangannya Li Hui Houw.." Mendengar keterangan Ho Kie, ketiga Imam seketika itu wajahnya pada berubah. "Apa bicaramu ini benar?" tanya imam yang berambut putih, "Kalau kalian tidak percaya, boleh pergi lihat sendiri." "Toa suheng, kita benar telah datang terlambat." kata salah satu imam itu dengan cemas. "Orang ini pasti komplotan Hian kui kauw, sebaiknya kita tangkap padanya dulu!" kata seorang imam lainnya, yang lalu menghunus pedangnya dan menyerang Ho Kie. Dengan ilmu Hoan-eng-sie-sek, Ho Kie telah berhasil singkirkan diri dari serangan pedang imam itu. Kedua imam yang lainnya, ketika menyaksikan caranya Ho Kie mengegoskan diri, mereka pada terperanjat. Buru-buru pada menghunus pedangnya untuk membantu kawannya. Ketiga imam itu sekarang sudah mengurung dan mengerubuti Ho Kie, Gerakan pedang mereka kelihatan sangat rapi, rupanya Sam kiam (tiga pedang) dari Hoa sanpay ini benar benar sudah mempunyai latihan yang istimewa. Tetapi Ho Kie adalah seorang yang mempunyai kepandaian luar biasa, meskipun ketiga orang imam itu lihay semuanya, tetapi masih tidak dipandang mata olehnya. Dengan kegesitannya yang luar biasa, ia menyelusup ke sana dan kemari diantara sambaran pedang lawannya, seolah-olah sengaja ia mempermainkan lawannya itu. Pertempuran secara demikian itu sebentar saja sudah berlalu sepuluh jurus lebih. Pedang panjang para imam itu sedikitpun tidak berhasil menyentuh bajunya Ho Kie. Lim Kheng dan Auw-yang khia juga sejak tadi belum mau unjukkan diri, telah keluar dan tempat sembunyinya. Auw-yang Khia lalu membentak dengan suaranya yang keras : "Hai, para Imam!! Apa kalian tidak malu mengerubuti seorang Bocah?" Imam berambut putih itu ketika melihat Auw yang Khia, wajahnya berubah seketika, "Ahaaaa, kau si bangsat tua juga berada disini!!" katanya. "It Tim, kau boleh datang, mengapa aku Auw-yang Khia tidak?" jawab Auw-yang Khia sambil ketawa. "Bangsat Auw yang Khia turut campur tangan dalam urusan Ngo-kui-khio. Kalajengking emas pasti sudah hilang. Jiewie sutee, kita sekali kali jangan membiarkan mereka lolos!" berseru si imam berambut putih. "Hal ini, kalian tak usah banyak kuatir. Kalau tidak kami berikan sedikit pelajaran kepada kalian, tentunya kalian tidak tahu kami ini siapa!" Lim Kheng ikut bicara sambil ketawa, lalu membuka kipasnya dan menyerbu kedalam kalangan pertempuran. Ho Khie dengan seorang diri saja melawan tiga orang itu masih tidak kalah, apa lagi sekarang mendapat bantuan Lim Kheng, terang Imam-imam itu merasa kewalahan. It Tim Tojin yang lompat keluar dan menghadapi Auwyang- Khia, kelihatannya Auw yang-Khia yang dengan tangan kosong melawan pedangnya si imam, sudah mulai keteter. Ho Kie yang pikrrannya selalu mengingat kepada Toan theng Lojin, tidak mau membuang tempo melayani para imam itu, maka ia lantas lompat mundur dan berkata kepada lawannya: "Kita masih mempunyai urusan penting, tidak ada waktu untuk melayani kalian. Kalau kalian masih tidak tahu diri, jangan sesalkan aku nanti berlaku telengas." "Hari ini kalau kalian tidak menyerahkan itu kalajengking emas, jangan harap kalian bisa pergi dari sini!" jawab seorang imam. Ho Kie jadi mendongkol, lalu berkata sambil kertek gigi: "Baik! Tuan mudamu nanti kasih kau sedikit rasa!" Lalu ia mengeluarkan ilmu serangannya yang paling hebat: Tay shio Kim kong khiang, menyerang iman tadi. Imam itu merasa kaget, dengan cepat taruh pedangnya di belakang sikut, telapakan tangan kanannya dipakai untuk mendorong- Ia menggunakan 100% kekuatannya bertekad hendak menyambuti serangan Ho Kie!! Kedua lawan terpisah cuma kira-kira 3 kaki, begitu angin dari kekuatan kedua pihak beradu lalu terdengar suara benturan keras : Si imam merasakan dadanya seperti tertindih barang berat, seketika itu badannya lantas mundur sempoyongan sampai 4 tindak dan mulutnya menyemburkan darah segar. It Tim Tojin yang menyaksikan keadaan demikian, segera meninggalkan Auw-yang thia lompat memburu sambii melintangkan pedangnya untuk melindungi dirinya sang sutee. "It Siu sutee, kau rasakan bagaimana?" ia bertanya dengan gugup. It Siu Tojin gelengkan kepalanya, menjawab: "Bocah itu ada mempunyai tenaga gaib. Tadi, ketika aku menyambuti dengan kekerasan, serangannya seperti menembus kedalam dadaku. Sekarang dadaku rasanya seperti tergoncang hebat." It Tim Tojin yang berambut putih itu, hampir berdiri semua rambutnya, badannya bergemetaran. Dengan mata mendelik ia mengawasi Ho Kie. "Bocah, perbuatanmu agak sedikit telengas!" katanya dengan suara dingin. Imam ini merupakan salah seorang imam terkuat dari golongan Hoa-san-pay. Baik ilmu pedangnya, maupun kekuatan Iweekangnya, semua sudah mencapai kepuncaknya kesempurnaan. Kekuatan tenaga dalamnya, diantara murid-murid Hoa san-pay, ia hanya berada dibawah ketua dan Hoa-san-pay Tian Hian Totiang. Kali ini, menghadapi Ho Kie, merasa tidak mudah merebut kemenangan, maka ia tidak berani memandang ringan lagi. Ho Kie juga tidak berani berlaku sembrono lagi. ia lalu mengeluarkan ilmunya Ho-kut-hian-kang, sambil memutar kakinya, sebentar saja sudah berada dibelakangnya It Tim Tojin. It Tim Tojin yang mengirim serangannya, telah kehilangan sasarannya dari dibelakangnya dengan mendadak ada satu tangan yang menotok jalan darahnya Yu-hong bu-hiat. Bukan main kagetnya It Tim Tojin, cepat-cepat ia membungkukkan badannya, kaki kanannya melangkah maju, pedangnya lalu membalik membacok lawannya. Diserang secara demikian, mau tidak mau Ho Kie lantas urungkan serangannya. Dengan cepat It Tim Tojin sudah membalikkan badannya untuk menghadapi Ho Kie. Tetapi, ketika ia memutar tubuhnya, Ho Kie ternyata sudah menghilang lagi dari depan matanya. It Tim Tojin dibikin terkejut lagi, tengah ia merasa terheran-heran, kembali jalan darah Hong ga hiat-nya sudah diserang lawan. Ilmu Ho kut hian kang ini hanya terdapat didalam kitab pelajaran ilmu silat Hian kui pit kip, jilid ketiga, maka Lim Kheng sendiripun yang menyaksikannya tidak mengenalnya. Beberapa jurus telah berlalu, It Tim Tojin sudah mulai kewalahan benar-benar. Pedangnya teruskan menyapu kebelakang, tetapi selalu saja mengenakan tempat kosong. Selagi dalam keadaan bingung itu, mendadak terdengar suara tertahan, kemudian disusul oleh meluncurnya sesosok bayangan yang menyambar padanya........ Dengan tidak banyak pikir lagi, It Tim Tojin lantas mengayun tangannya, sehingga bayangan orang lantas terlempar jatuh ditanah, kemudian disusul oleh suara ketawanya Lim Kheng cekikikan. "Iman tua!! Ini adalah kau sendiri yang turunkan tangan kejam. Kau tidak boleh sesalkan aku...." kata Lim Kheng. Ketika pertama kali Ho Kie menggunakan kepandaian menghadapi Lim Kheng, dua kali ia telah menggunakan ilmunya Hian-kui-cap sha-sek-na-cjhiu, tetapi tidak berhasil, maka dalam hatinya lantas menganggap bahwa apa yang dipelajarinya itu tidak begitu hebat seperti apa yang dikiranya semula. Siapa kira, kali ini menggunakan ilmu Hu-kui-thian-kangnya kelihatannya ada begitu hebat, sampai lawannya kerepotan. Karena ilmu ini se-olah-olah kutu yang melekat ditulang, sekalipun memutar kemana saja, tidak bisa terlepas. It Tim Tojin terperanjat, ketika ia mengawasi orang yang terpental jatuh tadi ternyata adalah suteenya sendiri, It Beng Tojin. Pada saat itu, It Beng Tojin menutup matanya, napasnya lemah, ia telah dihajar pingsan oleh tangan suhengnya sendiri. It Tim Tojin dalam pikiran kalut, pundak kirinya telah kena terhajar oleh Ho Kie, Ia mundur sempoyongan sampai lima tindak. separuh badannya dirasakan mati kaku, sehingga pedangnya terlepas dari tangannya. It Tim Tojin yang mempunyai nama juga didalam kalangan Kang-ouw, hari itu dalam tempo sekejap saja sudah terjungkal ditangannya dua anak muda, membuat nama baiknya Hoa-san-Sam-kiam seketika itu, menjadi guram, Ia sangat berduka, beberapa kali ia menghela napas menantikan kematiannya. Ho Kie yang sudah merasa gemas terhadap imam tua itu, sudah mengangkat tangan kanannya hendak menepok batok kepala It Tim Tojin. Mendadak terdengar suara orang berseru ; "Ho Siaohiap jangan!" Ho Kie tercengang, ia menarik kembali tangannya. Pada saat itu, Auw-yang Khia tampak sudah menghadang didepannya. "Hoa-san-pay merupakan partay dari golongan orang baik-baik dalam rimba persilatan. Dengan mereka kita tidak mempunyai permusuhan apa-apa. Oleh karena kejadian ini disebabkan kesalahan paham, sebaiknya Ho Siaohiap ampuni jiwa mereka." demikian kata Auw-yang Thia. "Baiklah! Dengan memandang muka auw yang Losu, hari ini aku ampuni jiwa kalian. Hayo lekas pergi!!" It Tim Tojin merasa sangat malu, Karena kedua suteenya sudah terluka parah, maka dengan menahan malu ia memondong kedua Suteenya. Sebelum berlalu ia masih berkata dengan penasaran : "Pinto hari ini mengaku kalah. Tetapi untuk selanjutnya Hoa-san-pay akan bermusuhan dengan kalian. Apakah kalian berani meninggalkan nama?" Ho Kie tertawa dingin. "Aku she Ho nama Kie, kalau kau merasa tidak puas dikemudian hari kau boleh cari aku saja." "Lambat, atau cepat, Hoa-san pay pasti akan membuat perhitungan dengan kalian!" berkata It Tim Tojin pula, yang lantas berlalu meninggalkan musuh-musuhnya. Setelah imam itu berlalu, Ho Kie mengajak Auw-yang Khia melanjutkan perjalanannya. Hari itu, mereka tiba disebuah kota kecil. Karena cuaca sudah mulai gelap, hati Ho Kie amat cemas, maka dia lalu bertanya kepada Auw yang Khia : "Apa kau ingat benar dan tidak salah jalan?" "Nama tempat itu, meskipun aku tak mengetahuinya, tetapi jalanan ke tempat itu harus melalui jalanan puncak gunung Tay pek san sebelah selatan, Ini tidak bisa salah lagi" jawab Auw-yang Khia, "Tay pek san masih berapa jauh dari sini?" "Kalau kita dapat jalan cepat, tiga hari saja. rasanya sudah sampai." "Kalau begitu, kita terburu buru juga tidak ada gunanya. Lebih baik malam ini kita bermalam disini, besok baru melanjutkan perjalanan kita." Mereka lalu mencari rumah penginapan. Apa mau dalam kota itu hanya ada satu rumah penginapan dan tempatnyapun hanya ada dua buah kamar kosong. Auw yang Khia lantas berkata secara bergurau : "Untuk satu malam saja, biarlah kita tidur berdekatan. Dua kamar juga rasanya sudah cukup," "Aku mau sendirian, kalian boleh berdua dalam satu kamar." Lim Kheng nyeletuk. Ho Kie lantas berkata sambil tertawa "Lim-heng, mengapa kau tidak mau tinggal sama-sama satu kamar dengan aku saja, supaya kita bisa mengobrol untuk melewatkan sang malam." Mendadak Lim Kheng merasa jengah dan kelihatan dimukanya, agaknya merasa tidak senang. Tetapi kemudian ia dapat menindas perasaannya sendiri dan menjawab sambil ketawa : "jangan salah mengerti, aku mempunyai semacam penyakit. Aku harus tidur sendiri, baru bisa pulas" "Tadi aku katakan juga untuk melewatkan waktu. Justru kalau tidak bisa tidur, Kita bisa mengobrol satu malaman." "Siapa mau mengobrol dengan kau. Tadi malam aku sudah tidak tidur dan besok masih melanjutkan perjalanan." "Orang seperti kita sudah cukup dengan duduk semedi sebentar saja, Dua tiga hari tidak tidur juga tidak menjadi soal." Lim Kheng kewalahan sampai tidak bisa menjawab lagi, sehingga akhirnya ia terima tinggal satu kamar dengan Ho Kie. "Kau tidurlah sendiri, aku menyender dikursi saja sudsh cukup." kata Lim Kheng telah berada dalam kamar. Ho Kie melihat sikap Lim Kheng yang kemalu maluan, dugaannya semakin kuat bahwa kawannya ini adalah seorang wanita yang menyaru sebagai pria, tetapi masih berlagak pilon. "Ini mana boleh," katanya. "Kau dengan aku sudah seperti saudara saja. Kalau kau suruh aku tidur sendiri ditempat tidur, aku juga tidak akan dapat tidur pulas. Sebaiknya kita sama-sama saja!" "Aku tiba-tiba telah mengingat satu pelajaran ilmu Iweekang. Diwaktu sunyi nanti aku akan mencoba melatih dan kau jangan mengganggu aku." "Kalau begitu terpaksa aku menurut. Sebaiknya setelah Lim heng menyelesaikan pelajaranmu, boleh naik saja dipembaringan." Lim Kheng menyahut dengan sembarangan, lantas duduk dikursi. Apakah betul Lim Kheng melatih ilmunnya? Tidak. Ia hanya pejamkan mata, tetapi hatinya dak dik duk tidak keruan. Setelah Ho Kie meaggeros, diam-diam ia membuka matanya melongok kepembaringan. Ketika menyaksikan kecakapan Ho Kie dalam hati diam-diam berpikir: Pemudia ini, baik wajahnya maupun kelakuannya sungguh tidak tercela. Apalagi dia juga murid Toan-theng lodin. Dipandang dari kelakuannya atau kepandaiannya, cukup pantas untuk menjadi jodohku, tapi.... Tapi apa? Ia sendiri tidak mampu meneruskan katakatanya. Ia cuma merasa kalut pikirannya hampir tidak mamu mengendalikan. ooo0dw0ooo TIBA - TIBA DARI MULUT Ho Kie mencetuskan perkataan : "Lim Kheng, kau lagi ngapain?" Lim Kheng terperanjat, kembali pejamkan matanya. Ia kira Ho Kie telah mengetahui perbuatannya. Tapi kemudian terdengar suaranya pula ; ".....Suhu.....suhu....kau sungguh tidak beruntung....ai...." Lim Kheng baru merasa lega, kiranya anak muda itu sedang mengigo. Ia membuka matanya pula, ketika melihat wajah Ho Kie yang nampaknya berduka, dalam hati lalu berpikir: anak ini sungguh mengenal budi, dengan Toan-theng Lojin ia tidak mempunyai hubungan guru dengan murid, tapi mendengar orang tua itu dalam bahaya, hatinya lantas gelisah begitu rupa. Selagi melamun, Lim Kheng dengar suara Ho Kie pula : "Lim-heng......Lim-heng!" Lim Kheng terkejut, tapi Ho Kie tidak melanjutkan perkataannya. Hatinya Lim Kheng berdebaran, pikirnya, dia dengan aku belum erat perhubungannya mengapa dalam mimpinya dia menyebut nyebut namaku? tiba-tiba ia dengar suara Ho Kie pula : "Lim heng, ah, aku lihat kau agak mengherankan......" Lim Kheng betul-betul terkejut, hampir lompat dari kursinya, wajahnya berubah seketika. Pikirnya : apakah dia sudah tahu rahasiaku? Sebentar kemudian kembali ia dengar suara Ho Kie : "Adik...." dan sebentar pula memanggil "Enci......" Lim Kheng mulai bingung. Entah siapa yang dimaksud dengan adik dan enci itu. Apakah ia sudah mempunyai kenalan seorang wanita? "Mengingat sampai disitu, agaknya ia merasa terharu, maka dengan tidak dirasa, dengan gemas ia lantas berseru : "Hmmmm......" "Lim Heng kau, kenapa?" Lim Kheng membuka matanya, melihat Ho Kie sedang mengawasi padanya dengan mata terbuka lebar. Lim Kheng gugup, buru-buru ia memejamkan matanya lagi. "Lim Kheng, aku tadi dengar kau seperti sedang gusar kepada seseorang, Siapa dia?? " Tanya Ho Kie sambil ketawa. Wajah Lim Kheng mendadak berubah merah, sambil tundukkan kepalanya ia bicara dengan suara perlahan, "Perlu apa kau mau ketahui rahasia orang?" "Aku bukannya mau tahu rahasia orang, aku tanya karena kau aku dikejutkan dari mimpiku. Tadinya aku mengira tengah melatih ilmumu, sehingga keluarkan rintihan" Perkataan HO kie itu membuat Lim Kheng berdebaran. "Bohong!" katanya sambil ia kerlingkan matanya yang bagus. Ho kie jadi ketawa bergelak. Suara ketawa itu telah mengejutkan Auw yang khia yang berada dilain kamar. Orang itu kucek-kucek matanya, sambil geleng-gelengkan kepalanya ia berkata seorang dari : "Dasar anak muda, lagi senang, tidak perduli tengah malam buta juga bisa ketawa begitu keras........" Gunung Tay pek san yang mempunyai banyak puncak yang tinggi-tinggi, kelihatan berdiri megah diantara gumpalan awan. Dibawah kaki gunung itu ada berjalan tiga orang yang sedang mendaki melalui jalanan yang berliku liku. Mereka itu adalah si pencuri sakti Auw yang Khia, si baju putih Lim Kheng dan Ho Kie yang hatinya sangat berduka. Ketika tiba ditengah tengah gunung, Auw-yang Khia menghentikan tindakan kakinya, kelihatan berdiri sejenak memeriksa keadaan, lalu berkata kepada kedua kawannya : "Jalanan yang kita lalui sedikitpun tidak salah. Aku masih ingat dengan jelas, ketika aku turun gunung, aku pernah melalui itu tebing tinggi. Cari sini keatas kira kira berjalan lagi setengah hari, kita bisa sampai kegoa tempat Toan theng Lojin menyembunyikan dirinya." Ho Kie hanya menganggukkan kepalanya, matanya memandang keadaan disekitarnya lalu berkata dengan suara sedih: "Tempat ini keadaaanya begitu menyedihkan, rupanya jarang didatangi manusia. Entah bagaimana dia seorang tua bisa datang kemari?" "Sebetulnya gunung Tay-pek-San ini, ke selatan bisa menembus ke Hut-peng, ke Utara dengan melalui Kok-koan bisa sampai dikota Cao toan. Kadang- ada juga tukang kayu yang sampai keatas gunung, tidak sesunyi seperti apa yang kau duga. Hanya saja, goa yang didiami Toan-theng Lojin, keadaannya agak terpencil sendiri" berkata Auw-yang Khia sambil tertawa. "Mudah-mudahan orang tua itu tidak mendapat halangan apa-apa." berkata Ho Kie sambil ketawa getir. "Kau jangan memikiri yang bukan-bukan. Dia si orang tua, meskipun terkena racun, tetapi kekuatannya belum tentu musnah. Kalau tidak, bagaimana dia bisa lolos didalam gunung ini sampai setahun lebih?" berkata Lim Kheng. Ho Kie diam-diam anggukkan kepala, Ia mengikuti Auw-yang Khia terus mendaki gunung. Kelihatannya orang tua itu jarang mengunjungi gunung ini, maka berjalan belum lama sudah berhenti untuk mengenali atau, mengingat-ingat jalanannya. Dengan demikian maka perjalanan mereka itu sangat lambat, Sepanjang jalan itu Ho Kie yang kelihatannya paling gelisah. Ia tidak berani membayangkan bagaimana keadaan orang tua Toan-theng Lojin itu yang pada dua tahun berselang pernah memberikan pelajaran ilmu silat padanya. Apa ia masih mengenakan pakaian Hitam putih yang aneh itu? Apakah ia masih tetap suka menghela napas? Apakah sorot matanya yang hijau masih tetap berpengaruh seperti dulu?...-. Bermacam-macam pertanyaan itu telah mengaduk didalam otaknya. Pada saat itu, ia benar-benar sudah ingin lekas-lekas menemui orang tua yang pernah melempar budi padanya itu. Meskipun ia membawa benda Kalajengking emas untuk memunahkan racun, tetapi apakah benda itu dapat menyembuhkan lukanya juga masih merupakan pertanyaan, Makin dekat pada tujuannya, pikirannya dirasakan makin gelisah. Setelah melalui baberapa puncak gunung, matahari keiihatan sudah mendoyong ke barat. Mendadak Auw-yang Khia menghentikan tindakan kakinya, matanya mengawasi suatu tempat yang letaknya kira-kira sepuluh tumbak lebih jauhnya, Sikapnya tiba2 berubah, mulutnya mendumel sendiri. "Eh, Kenapa salah?" Ho Kie terperanjat lalu bertanya dengan cemas : "Salah bagaimana?" "Aku masih ingat betul, ketika aku berlalu, tatkala aku berjalan sampai ditempat ini, aku pernah menoleh mengawasi padanya. Dari sini menengok keatas, masih bisa melihat setengah badannya......Tetapi, kenapa......goa itu sekarang kelihatannya seperti kosong?" Ho Kie berdebaran hatinya, dengan tidak dirasa ia telah menyambar lengannya Auw-yang Khia seraya bertanya : "Bagaimana, dimana?? Dimana adanya goa?" "Disana, Dibawah batu batu gunung." jawab Auw yang Khia sambil menunjuk kesebuah batu gunung menonjol yang letaknya beberapa puluh tumbak jauhnya. Ho Kie memasang matanya. benar saja, dibawah itu batu gunung terdapat sebuah mulut goa, tetapi kelihatan kosong, tidak kelihatan bayangan manusia. Dalam cemasnya, ia lalu mendorong diri Auw yang Khia sampai orang tua itu hampir jatuh tergelincir. Lim Kheng lalu berseru kaget : "Saudara Ho...." Ho Kie sudah melesat terbang laksana burung, sebentar saja kelihatan orangnya sudah berada dimulut goa yang ditunjuk Auw yang Khia. Dimulut goa itu benar kosong, tidak kelihatan bayangan Toan theng Lojin. Auw yang Khia pernah mengatakan bahwa orang tua itu badannya sudah kena racun. Sudah setahun lebih tidak bisa bergerak, tetapi kenapa sekarang bisa mendadak menghilang? Pertanyaan itu selalu mengaduk didalam otak Ho Kie. Ketika ia memeriksa lebih jauh keadaan dalam goa itu, Ho Kie terperanjat, karena di situ terdapat banyak tanda darah. Bagaimana nasibnya orang tua itu? Ini masih merupakan suatu pertanyaan besar. Tetapi hatinya Ho Kie sudah hancur luluh. Ia buru-buru masuk kedalam goa sembari berseru: "Lociaapwe!! Locianpwe !" Tetapi hanya suaranya saja yang berkumandang sebagai jawabannya. Hatinya penuh dengan rasa kuatir, ia berdiri bengong dengan tubuh menggigil. Pada saat itu Lim Kheng dan Auw yang Khia juga sudah tiba dimulut goa. Lim Kheng melihat Ho Hie sudah masuk kedalam goa, lantas berseru : "Saudara Ho hati-hati kalau didalam ada orang bersembunyi." "Tidak apa. Goa ini tidak terlalu dalam," kata Auw-yang Khia, Selagi mereka berbicara, Ho Kie tampak keluar dari dalam dengan tindakan lesu sambil kertak gigi. "Bagaimana? Apa dia seorang tua ada di dalam?" Lim Kheng bertanya. Ho-Kie tidak menjawab, seperti yang hilang ingatannya setindak demi setindak keluar dari dalam goa. Lim Kheng terperanjat, buru-buru menyambar tangannya dan bertanya dengan suara keras : "Bagaimana, apa dia tidak ada didalam goa?" Ho Kie geleng-geleng kepala, kemudian menjawab dengan suara perlahan : "Didalam goa tidak ada orang. Dia....... dia, siorang tua pasti sudah diketahui oleh orang-orang Hian kui kauw, dan dibikin- celaka oleh mereka... " "Kau jangan berkata sembarangan. Kau tidak melihat sendiri, bagaimana kau sudah tahu kalau dia mendapat kecelakaan?" kata Lim Kheng. "Kau lihat!! Darah ini adalah darahnya yang mengalir dari badannya.... " berkata Ho Kie sambil menunjuk darah yang bercecer ditanah. "Ho Siaohiap jangan menduga sembarangan, tanda darah ini adalah bekas dia si orang tua, ketika membunuh burung-burung untuk santapannya ..." berkata Auw yang Khia,. Siapa nyana, belum lagi habis ucapannya, Ho Kie mendadak mendelikkan matanya dan lantas tangannya menyambar pergelangan tangan Auw-yang Khia dan berkata dengan suara bengis : "Mengapa kau tinggalkan, padanya seorang diri didalam goa ini? Mengapa kau tidak membawa dia berlalu dari sini,......... Ini adalah kau yang telah mencelakakan dirinya. Kau yang membunuh dia...?" Setelah berkata demikian, Ho Kie lantas mengayun tangan kanannya hendak menghajar kepala Auw yang Khia. Sekalipun Auw yang Khia mempunyai seratus mulut, pada saat itu tentu tidak bisa membantah. Karena pergelangan tangannya sudah tercekal, ia sudah tidak berdaya lagi, maka terpaksa ia hanya dapat menghela napas untuk menantikan kematiannya ..... Justru saat itu Lim Kheng maju menghalangi : "Saudara Ho, kau hendak berbuat apa?" ia bertanya. "Aku hendak membunuh dia untuk mengganti jiwa Toan theng Lojin." jawab Ho Kie beringas. Lim Kheng yang mendengar itu, merasa jengkel dan geli sendiri. "Sungguh kecewa" katanya, Kau membunuh dia, menganggap dirimu sebagai seorang gagah. Saudara Hokau harus ingat, ketika Toan-theng Lojin mendapat kecelakaan, Auw-yang Losu dengan menempuh segala bahaya telah mencari obat pemunah racunnya, Secara kebetulan telah memberikan kabar padamu yang kemudian membawa kau kemari untuk memberikan pertolongan. Kesemuanya ini, apakah ada yang dibuat salah oleh Auw yang Losu?" "Meskipun dia tidak membunuh Toan-theng Lojin, tetapi mengapa dia membiarkan orang yang sudah terkena racun itu berdiam sendiri dan didalam goa sesunyi ini sampai dia telah diketemukan oleh musuh-musuhnya ?" "Sebelum diketemukan oleh Auw-yang Losu, bukanlah Toan-theng Lojin berdiam sendiri disini sudah setahun lebih lamanya? Jikalau pada saat itu ada kejadian apa-apa, kau harus menyalahkan kepada siapa?" Ho Kie yang mendapat pertanyaan demikian, seketika itu lantas bungkam. Lama ia berdiam, dalam keadaan itu kemudian ia melepaskan tangannya Auw-yang Khia. Sambil memesut air matanya ia berkata : "Kalau begitu, adalah aku yang telah mencelakakan dirinya si oraag tua. Mengapa aku tidak bisa datang lebih cepat....?" "Diantara kata siapapun tidak ada yang salah. Kalau dia binasa, cuma kaucu Hian-kui kauw yang dapat membinasakan dirinya." berkata Lim Kheng. Ho Kie lompat dan berkata dengan suara beringas. "Benar! Kita harus segera ke Kui-kok mencari padanya!" sehabis berkata lalu kabur turun gunung, sekejap saja ia sudah berada 10 tumbak lebih jauhnya. Lim Kheng segera keluarkan ilmunya lari pesat dengan cepat sudah dapat menyusul. "Kau hendak kemana ?" tegurnya. "Aku mau pergi ke Kui-kok untuk menolong Toan-theng Lojin." Lim Kheng merasa geli, sambil menghela napas ia berkata : "Siaoyaku, Kui-kok terpisah dari sini tokh bukan cuma beberapa puluh kaki saja. perlu apa kau demikian tergesagesa? Marilah kita pikirkan dulu daya upaya dengan tenang dan yang paling sempurna." Ho Kie yang sudah kalut pikirannya, tat-kala mendengar Lim Kheng lantas melongo. "Apa yang harus kita pikirkan lagi? Paling betul kita segera pergi ke Kui-kok supaya bisa lekas-lekas menolong jiwanya siorang tua ,....." Lim Kheng agak jengkel, ia berkata sambil ketrukkan kakinya : "Aih! Kau ini bagaimana sih... ?" ia hentikan ucapannya, matanya celingukan. "Eh, kemana dia?" "Siapa? Kau maksudkan siapa yang pergi?" tanya Ho Kie heran. "Celaka, bagaimana dalam waktu sekejapan saja, Auwyang Khia losu sudah menghilang?" Mendengar jawaban itu Ho Kie terperanjat, ia menengok kearah belakang, benar saja Auw-yang Khia sudah tidak kelihatan bayangannya! Kepandaian Ho Khie dan Lim Kheng semuanya didapatkan dari kitab ilmu silat Hian-kui-pit-kip boleh dikatakan sudah termasuk jago kelas satu didunia Kangouw, tetapi bagaimana sampai menyingkirkannya Auwyang Khia saja tidak diketahuinya? Ini benar-benar aneh. Mendadak wajah Ho Khie berubah. Dengan, cepat ia mencari ditempat-tempat sekitarnya, tetapi hasilnya nihil semua, maka ia lantas berkata dengan suara gusar: "Jangan-jangan si bangsat tua memancing kita kemari dan mempunyai lain maksud," setelah berpikir sejenak. Lim Kheng lantas menjawab sambil gelengkan kepala : "Rasanya tak mungkin. Kalau dilihat dari sikapnya, tidak bisa jadi dia hendak menipu kita." "Kalau begitu, mengapa dia berlalu secara diam-diam?" Mendadak Lim Kheng seperti ingat sesuatu "Celaka" serunya. "Coba kau lihat, itu kalajengking emas apa masih ada?" Ho Kie merogoh sakunya, seketika itu lantas pucat wajahnya. "Bagaimana? masih ada atau tidak?" tanya Lim Kheng pula, Dari dalam sakunya Ho Kie mengeluarkan sebuah benda, tetapi benda itu bukannya kotak emas yang berisikan kalajengking emas, melainkan sepotong papan hitam yang kira-kira tiga Khun besarnya. Lim Kheng lalu memeriksa papan itu, ternyata hanya sepotong papan biasa warna hitam diatasnya ada terlukis tiga tangan orang yang disusun menjadi bentuk tiga segi. Selain dari itu kelihatan juga empat huruf kecil yang berbunyi "Biauw Khiu Kong Kong." "Tidak nyana, benar dia telah mengambilnya." kata Lim Kheng sambil menghela napas. "Bangsat tua itu memang bukan orang baik-baik tentunya dia inginkan benda pusaka itu, maka lantas mengarang cerita bohong demi menipu kita datang kemari, lalu mencari kesempatan untuk turun tangan. Mari lekas kita kejar." kata Ho Kie dengan gusar, Lim Kheng berpikir sejenak, baru menjawab: "Meskipun benda pusaka itu betul dia yang mencurinya, tetapi kelihatan apa yang dikatakan olehnya belum tentu dusta." "Apa kau masih tetap percaya akan obrolannya?" "Menurut pikiranku, dia bisa menyebutkan namanya Toan-theng Lojin serta dapat melukiskan wajahnya si orang tua, sudah tentu bukan bohong. Dia rupanya merasa tidak enak dirinya dipersalahkan dan kau suruh dia mengganti jiwa Toan-theng Lojin, maka dalam keadaan gusarnya dia lantas kabur sambil membawa lari benda pusaka itu." "Kalau dugaanku tidak keliru dia tentu pergi ke Kuikok." "Apa iya?" Ho Kie kaget, "Kalau begitu mari kita kejar !" "Betapapun cepatnya dia lari, aku yakin dia tidak nanti bisa lebih cepat dari kita. Tapi lebih lebih dulu aku perlu nasehat padamu, setelah kita berhasil menyandak dia sekali kali kau jangan timbulkan urusan lagi. Sebaiknya kita berunding secara tenang untuk pergi ke Kui kok." "Sekarang kita jangan bicarakan soal itu dulu. Paling penting kita kejar dia dulu." kata Ho Kie sambil anggukanggukkan kepala, Kemudian lalu mengajak kawannya itu lari kebawah gunung. Dalam hal ilmu lari pesat, kedua pemuda itu sama-sama mahir, maka dalam waktu sekejap saja, mereka sudah mencapai perjalanan dua puluh lie lebih. Lim Kheng bermata tajam. Didalam sebuah rimba pohon cemara yang jauhnya kira-kira sepuluh tumbak lebih, agaknya dapat melihat berkelebatnya sesosok bayangan manusia maka ia lalu memberitahukan kepada Ho Kie apa yang telah dilihatnya. Ho Kie lalu lari menuju ketempat yang ditunjukkan Lim Kheng, Benar saja. bayangan orang itu sudah lari menyeberangi sebuah sungai kecil. Ho Kie dan Lim Kheng dengan cepat mengejarnya, sebentar kemudian mereka sudah berada didepan rimba. Lim Kheng yang pertama bergerak, ia lompat melesat menyeberangi sungai kecil itu. Selagi masih berada ditengah udara, matanya sudah. dapat melihat bahwa orang itu sedang lari memutari sebuah bukit secara tergesa-gesa, maka ketika ia turun diseberang sana, lalu berkata kepada Ho kie, "Kau jangan ribut. Kau boleh mengintai dibelakang dan aku akan mencegat dari depan." Ho Kie anggukkan kepala, maka ia lantas mengejar dengan cepat. Maksudnya Lim kheng menyuruh Ho Kie yang mengejar dan ia sendiri yang akan mencegat didepannya, itu hanyalah untuk mencegah supaya Ho kie jangan turun tangan melukai Auw Yang khia yang kelihatannya masih sangat mendongkol terhadap orang tua itu. Siapa sangka, karena dalam diri Ho kie sudah mendapat warisan ilmu Toan-theng lojin, maka dalam hal ilmu lari pesat dan kekuatan tenaga Iweekang sebetulnya ia masih berada diatas Lim kheng. Maka tatkala kedua orAng itu berpencaran, dengan cepat sekali Ho Kie sudah tiba dibelakangnya batu gunung. Ia sudah benci sekali terhadap Auw-yang Khia yang sudah mencuri kalajengking emasnya, maka kali ini ia sudah bertekad tidak akan melepaskan padanya begitu saja. Begitu melesat, setelah melalui sebuah batu gunung, dengan tidak melihat lagi siapa orangnya, ia lantas angkat tangannya menyerang belakang orang itu. Sesudah turun tangan, ia baru membentak dengna suara keras: "Bangsat tua, kau mau lari kemana?" Meskipun ia hanya menggunakan tiga bagian dari kekuatannya, tetapi sambaran angin serangannya cukup hebat. Orang itu karena sedang lari dan tidak berjaga-jaga, maka serangan Ho kie telah mengenai sasarannya dengan telak. Setelah mengeluarkan seruan kaget, orang itu telah dibikin terpental dan setelah jungkir-balik ditengah udara lantas jatuh ngusrak setumbah lebih jauh......... Ho Kie segera nunyusul, tetapi apa yang dilihatnya telah membuat kesima. Kiranya tidak jauh dari tempat itu yang tadinya kealingan oleh batu gunung, ternyata tebing jurang yang sangat dalam, dan orang yang jatuh tadi hampir menggelinding kebawah jurang. Ho Kie merasa menyesal atas perbuatannya, tetapi pada saat itu, karena terpisah agak jauh ia tidak berdaya menolong diri orang tersebut. Mendadak kelihatan berkelebatnya bayangan putih bayangan itu ternyata adalah bayangan Lim kheng yang tibanya pada saat yang tepat. Karena ia mengambil jalan memutar, maka Ho Kie sudah muncul duluan. Ketika menyaksikan orang itu dibikin terpental, ia lantas menyambar dengan tangannya. tetapi badan orang itu ternyata sangat berat, sehingga hampir saja ia sendiri ikut menggelinding kedalam jurang. APA MAU,selagi ia hendak menegur Ho kie, orang itu mendadak membentuk keras dan menyerang perut Lim Kheng sembari berseru: "Anak kurang ajar. Kau berani membokong orang tuamu?" Karena kejadian itu secara mendadak, Lim kheng juga tidak menyangka orang itu berani menyerang padanya, maka dengan cepat ia melepaskan tangannya dan melompat mundur. Tetapi baru saja ia melewatkan serangan pertama, serangan kedua sudah menyusul. Lim Kheng berkelit ke samping ketika ia menegasi, baru tahu kalau itu bukan nya Auw yang Khia, melainkan seorang laki-laki bermuka hitam dan berbadan tegap. Dalam kagetnya, ia lantas menyabut kipasnya seraya berkata: "Tahan! kau siapa?" Laki-laki hitam itu mendelikkan matanya, lantas keluarkan senjatanya berupa pecut baja yang sangat berat. Ia memaki-maki Lim Kheng sambil menuding-nuding: "Bocah busuk! kau sudah memukul orang, sekarang masih berani menggunakan senjata? Sekarang orang tuamu ingin mencoba-coba kepandaianmu beberapa puluh jurus saja." Pada saat itu, Ho kie juga sudah dapat melihat tegas orang itu dan sudah mengetahui kalau ia sudah kesalahan tangan, maka buru-buru ia menghadang didepannya orang itu sambil berseru: "Saudara. Perkenalkan dulu kau siapa?" Bukan main gusarnya laki-laki hitam itu, ia membentak dengan sengit: "Kurang ajar! Siapa adanya orang tua mu juga tidak kau kenali, dan toh kau berani lancang turun tangan." "Justru, kesalahan lihat, maka dengan tidak sengaja aku telah melukai kau" kata Ho kie sambil ketawa. "Kentut! kesalahan lihat orang, apa kau sudah cukup dengan begitu saja?" Lim Kheng yang menyaksikan orang itu sangat kasar, dalam hatinya juga merasa sangat mendeluh, maka lantas turut nyeletuk: "Dia kesalahan tangan memukul kau, memang tidak seharusntya, tetapi aku turun tangan menolong kau menarik dirimu dari pinggir jurang, mengapa kau lantas memukul aku?" Laki-laki itu delikkan matanya. "Aku perduli apa itu semuanya? Kalian adalah merupakan satu kelompotan, satu pun tidak kuberi keampunan!" katanya dengan tembereng. "Manusia yang tidak tahu adat! Beritahu kan namamu supaya aku bisa memberikan hajaran kepadamu!" kata Lim Kheng gusar. "Bocah busuk! Kau mau tahu nama orang tuamu? Rasakan dulu lima puluh pecutan ini!" orang itu berkata sambil mainkan pecutnya, tangan kirinya menotok dada dan pecut ditangan kanannya membabat pinggang Lim Kheng. Serangan itu hebat dibarengi dengan menderunya angin keras, nyata seklai kalau tenaga orang itu sangat besar., Menyaksikan serangan yang sangat hebat itu Lim Kheng tidak berani menggunakan kegesitannya, ia hanya menggunakan kegesitannya, berkelit dan lompat kebelakang orang itu. Ketika serangannya mengenakan tempat kosong, sihitam melongo. "Bocah busuk, kau licik!" ia memaki Lim Kheng dengan sengit, lalu menyerang kembali dengan sangat gencarnya. Lim Kheng sangat gesit gerakannya, dengan secara lincah pula ia dapat menghindarkan tiap-tiap serangan sihitam. Ketika ia mendapat kesempatan, kipasnya lantas mengetok pundak kirinya orang itu. Kipas itu adalah barang yang ringan, tetapi dalam tangannya Lim Kheng, ketokan itu berarti sedikit beratnya ratusan kati. Siapa sangka, keMka serangannya itu mengenakan sasarannya dengan telak, orang itu hanya kelihatan mundur dua tindak, lalu berkata sambil meraba2 pundaknya: "Kurang ajar!!Apa kau betul2 berani?" Lim Kheng mengetahui kalau lawannya itu adalah seorang kasar dan dogol, maka ia lantas maju lagi sambil ketawa, kipasnya menotok berkali-kali sehingga sebentar saja, badan orang itu sudah terkena totokan tujuh atau delapan tempat, tapi ia masih rasakan semua totokan itu. Ho kie yang menyekalkan itu lantas berseru kepada kawannya: "Lim heng, lekas rubuhkanlah padanya. Kita toh masih mempunyai urusan." Perkataan Ho kie itu justru telah membuat orang itu bertambah gusar, ia lantas lemparkan pecutnya, dengan tangan kosong ia menubruk Lim kheng. Serangan itu kelihatannya tidak teratur nampaknya hanya main seruduk main tubruk, main sambar dan kalau bisa dia mau bergulat saja. Kipas Lim kheng berulang-ulang telah mengenai dirinya tetapi ia kelihatan tidak takut, agaknya seperti tidak merasakan apa-apa. Ia terus merangsek lawannya dengan tangan kosong. Lim kheng sudah mulai mendongkol, dengan kegesitan ia menyelinap kebelakang lawan dan menendang pantat orang itu. Sang lawan jungkir balik, tetapi dengan tidak ragu-ragu ia bangkit dan menerjang Lim kheng lagi. Dalam tempo sekejapan saja kipas ditangan Lim Kheng telah dipakai berkali-kali menghajar dirinya laki-laki itu, sehingga harus jatuh bangun berulang kali sampai hidung dan mukanya pada matang biru. Tetapi adan orang itu betul-betul kebal. sedikitpun ia tidak mengeluh. Kalau ia belum mati, rupanya ia maish mau melawan terus. Dengan jatuh bangun iat erus melawan dengan sangat bandel. Lim kheng sudah timbul amarahnya, lalu pentang senjata kipasnya. Ho Kie mengetahui kalau kawannya ini hendak menurunkan tangan kejam, hatinya merasa tidak tega. Selagi hendak mencegah, kipasnya Lim Kheng yang tajam seperti pisau itu sudah menyambar leher laki-laki tersebut. Tetapi sungguh mengherankan. Kipas yang demikian tajam itu yang menggores lehernya hanya meninggalkan goresan putih tetapi sedikitpun tidak luka. Baok Ho kie maupun Lim Kheng, kedunia merasa terkejut. Mereka segera mengerti bahwa orang dogol ini mempunyai ilmu kebal Kim Ciong co yang tidak mempan senjata tajam. Lim Kheng yang masih dalam kesima, tiba-tiba badannya kena sambar oleh orang itu dan bajunya sudah kena dirobek pecah sehingga kelihatan pakaian dalamnya. Ho kie sekarang bisa mengetahui betul, bahwa pukulan dalam yang dipakai oleh Lim Kheng itu ternyata adalahkain sutera yang sebagaimana umumnya dipakai oleh kaum wanita. Dibelakang kainnya yang putih itu kelihatan tegas dua buah dadanya yang montok menonjol. -ooo0dw0oooJilid 5 LIM KHENG selebar wajahnya menjadi merah seketika, ia berseru kaget lalu menutupi kedua dadanya dengan kedua tangannya dan mundur dengan cepat. Ketika laki-laki itu mengetahui bahwa pemuda itu sebenarnya adalah kaum hawa yang sedang menyari, buruburu ia melepaskan tangannya dan berkata sambil nyengir: "Huh! kiranya kau seorang perempuan!" Lim Kheng merasa malu dan gusar, lalu memutar tubuhnya dan lari kedalam rimba. Ho kie coba mencegah sambil katanya: "Kau... kau kenapa?" Tetapi Lim kheng lantas menyambuti dengan serangan tangannya sehingga Ho kie harus mundur dua langkah, Lim kheng menggunakan kesempatan itu lantas kabur lagi. Ho kie jadi bingung, lalu berseru: "Kau hendak kemana?" Dengan tidak menoleh lagi,Lim kheng menyahut: "Kau ini bagaimana sih! orang toh harus tukar pakaian." Ho kie baru sadar: "kalau begitu, kau lekas-lekas kembali." "Biar bagaimana, kau harus tahan manusia dogol ini, jangan sampai dia kabur." Ho kie terima baik permintaan Lim kheng. Laki-laki itu rupanya merasa tidak enak sendiri, maka lantas maju menghampiri HO kie dan berkata sambil tertawa: "Aku sungguh tidak mengetahui kalau dia adalah istrimu. Kalau aku tahu, sungguh mati aku tidak berani menyobek bajunya." Ho kie hanya mengawasi padanya sambil menutup mulutnya membisu. "Aku Gouw Toaya, benar-benar tidak takut segala apa juga, aku hanya takut kaum wanita yang bercampuran dengan kaum pria. Kali ini aku benar-benar sial. Lain kali, kalau kau bawa nyonyamu berpergian jauh, sebaiknya suruh dia berpakaian wanita dan suruh dia duduk didalam tandu..." Sebab berkata demikian, ia lantas hendak berlalu. "Jangan pergi dulu!" Tiba-tiba Ho kie membentak. Laki-laki itu tercengan, "kenapa? aku toh cuma membikin robek sepotong bajunya, apa kau mau suruh kau mengganti?" "Enak benar kau bicara. Kau sudah berbuat salah, mana boleh hendak berlalu begitu saja." Laki-laki itu mendelikkan matanya. "Apa kau kata? Kau tadi sudah memukul aku dan dia bahkan sudah menyerang aku dengan gagang kipasnya berulang-ulang. Sekarang aku sudah ampuni kau. Apa kau masih belum mau terima?" Ho kie yang melihat lagak dan bicaranya orang laki-laki itu. memang benar adalah seorang dogol, merasa tidak enak terlalu menyalahkan padanya, maka lantas berakat: "Kau jangan pergi dulu. Aku hendak minta sedikit keterangan dari kau." "Kau jangan coba-coba gunakan perkataan manis untuk menipu aku. Jangan-jangan dia nanti kembali lagi hendak membikin perhitungan dengan kau. Aku memberitahukan padamu, aku si orang she Gouw, benar tidak takut mati! kalau mau ajak aku berkelahi, mari kita berkelahi." "Dia adalah seorang nona. Bukan apa-apaku. kalau kau terus ribut begini kau harus hati-hati dia nanti benar-benar tidak mau mengerti." "Mana aku tahu dia ada apamu. BAgaimanapun juga, kalian wanita dan pria yang berjalan bersama-sama, sedikit banyak tentu ada apa-apa yang tidak beres." Ho kie hanya ganda ketawa, ia coba alihkan pembicaraan ke lain soal. "Sahabat, aku lihat ilmu kebalmu sungguh hebat sekali. Siapakah namamu?" "Namaku Gouw ya Pa. Didunia kangouw tidak boleh diganggu. Siapa saja yang berani mengganggu aku biarpun sampai sepuluh atau seratus tahun, aku tidak mau sudah." Ho kie tercengang."Apa? Namamu Ya Pa?" "Kau tidak tahu, Ibuku pernah melahirkan sebelas anak, tetapi lahir satu mati satu. Tidak ada yang hidup. Kemudian ketika ibu mengandung aku, ayah ingin sekali mendapatkan anak perempuan dulu supaya anak selanjutnya ada yang bantu mengurus. Siapa tahu ibu telah melahirkan aku. Ketika bidan memberi tahukan dan memberi selamat kepada ayah, ayah yang mendengar kembali lahir satu anak laki-laki lantas menghela napas sambil mengeluh, :"Ah Ya Pa! (artinya: Yah Sudahlah). Maka selanjutnya ayah memberi nama padaku Ya Pa. Ho kie yang mendengarkan keterangan itu lantas ketawa: "Dan mengapa kau bisa hidup sampai dewasa?" tanya Ho kie. Gouw Ya Pa lalu menyahut sambil gelengkan kepala. "Aii, au mana tahu. Ayahku karena menganggap aku tidak bisa dipelihara sampai besar, maka aku diberikan kepada seorang hweesio yang kemudian menjadi suhuku. Selama masih kanak-kanak, aku sudah banyak mengalami penderitaan." "Hweeshio dari kelenteng mana?" "Tidak perlu kusebut, rasanya kau juga tahu. Itu adalah kelenteng Siao lim sie di bukit Siong-san yang sudah banyak orang-orang yang mengetahuinya. Ho kie yang mendengar disebutnya Siao-lim sie hatinya lantas bergetar. Sebab didalam rimba persilatan, meskipun banyak terdapat partai persilatan dan tidak sedikit jumlahnya orang-orang yang mempunyai kepandaian tinggi, tetapi diantara sembilan partai terbesar dalam dunia persilatan, Siao lim pay adalah merupakan pemimpin dari berbagai partai itu. Siao lim sie banyak mempunyai muridmurid dari golongan orang biasa. sedangkan padri-padrinya yang berada didalam gereja hampir semuanya mempunyai kepandaian yang luar biasa. Didalam duni kang ouw, banyak orang merasa kagum dan jeri terhadap murid-murid siao-lim sie. Diam-diam ia lalau berpikir : Pantas ilmu kebalnya sudah mahir betul. Tidak nyana kalau dia adalah anak murid Siao lim sie. Berpikir demikian, ia lantas berkata sambil tertawa: "Nama Siao lim pay sangat terkenal diseluruh jagad. Didalam rimba persilatan juga sangat dijunjung tinggi. Tetapi entah saudara Gouw ini ada muridnya siapa?" "Apa kau kenal hweesio-hweesio didalam gereja itu?" tanya Gouw Ya Pa heran. "Meskipun aku belum pernah kebukit Siong-san. tetapi aku tahu Ciangbunjin dari Siao lim pay itu adalah Tay Goan Taysu. Beberapa padri angkatan tua yagn menjabat sebagai pelindung hukum dibagian Tat mo ie siapa bukan jago-jago yang terkenal didalam rimba persilatan, sedikit banyak aku pernah mendengar." "Tetapi suhuku itu pasti kau tidak mengenalnya." "Siapa dia?" "Dia bukan ketua, juga bukan golongan tetua dari Tatmo- ie tetapi ketua dari golonga tertua dari Tat mo ie serta hweesio lainnya. semuanya harus mengandalkan dia untuk makanan mereka." Ho kie terkejut. "Aaaa, entah dia siapa? Apakah hweesio tertua yang sudah mengundurkan diri?" "Juga bukan. Dia adalah hweesio yang pangkatnya sebagai Tukang masa. Namanya Laytao Hweesio" Ho kie masih mengira bahwa orang dogol ini sedang bergurau, maka ia merasa tidak senang. Tidak nyana, Gouw Ya Pa berkata pula dengan suara sungguh-sungguh. "Dia sebetulnya memang bukan hweesio dari Siao lim sie menurut keterangannya. Dia datang dari See hek (Daerah barat) yang berpesiar ke bukit Siong san. Karena disini sangat ramai baginya, maka dia lantas berdiam di Siao lim sie. Didalam mata suhuku, kepandaian silat Siao lim sie benar-benar tidak merupakan apa-apa." Selagi mereka lagi asyik mengobrol itu, terbawa tiupan angin tiba-tiba terdengar suara berkereseknya orang berjalan. Ho kie terperanjat, lalu bertanya: "saudara Gouw, apa kau masih ada kawan lain?" "Cuma aku sendiri" jawab Gouw ya pa heran. Ho kie buru-buru menoleh kearah rimba. ternyata sudah tidak kelihatan bayangannya Lim kheng lagi. "Dia pasti sudah pergi sendiri" kata Ho kie cemas. "Siapa? siapa yang sudha pergi? mari kita tengok!" Gouw ya pa bertanya dengan heran. Ho kie sudha tidak mempunyai napsu untuk meladeni Gouw ya pa, maka ia lantas lompat melesat menuju kebelakang rimba. Benar saja disitu hanya kedapatan baju Lim kheng yang sudah robek, tetapi Lim kheng sendiri sudah tidak kelihatan lagi mata hidungnya. Dengan pikiran bimbang, Ho kie berdiri menjublek. Gouw Ya Pa yang menyusul dan tiba disitu, lantas bertanya dengan suara heran.: "Ei! Mengapa nyonyamu tidak kelihatan?" Ho kie tidak menjawab, sebaliknya lantas lompat melesat untuk mencari Lim kheng. "Hei, Tunggu sebentar! Aku hendak ikut mencari bersama-sama.!" kata Gouw ya pa. Tetapi Ho kie sudah berada pada jarak sepuluh tombak lebih jauhnya, Kala itu pikiran Ho kie sangat kalut: Toan theng lojin entah masih hidup atau sudah mati dan dimana adanya dia sekarang, sedangkan Auw yang khia sudah kabur meninggalkannya sambil membawa benda pusakanya, Kalajengking Emas, dan sekarang Lim kheng juga meninggalkan padanya tanpa pamitan.... Semua kejadian yang tidak menyenangkannya itu sangat menindih perasaannya dan ketenangannya. Seperti orang yang sudah kalap, ia kabur tidak melihat arah. Dia cuma mempunyai satu maksud: Biar apa yang akan terjadi, ia harus mencarai dimana adanya Lim kheng. Ia sudah merasa seperti kehilangan apa2, meskipun antara ia dan Lim kheng belum mengadakan suatu perjanjian yang tegas. Dengan larinya yang tidak melihat arah itu. entah sudah berapa jauh yang sudah dilaluinya, ia cuma lari terus seolah2 sudah melupakan lapar, haus dan letih. Dalam otaknya, hanya ada satu suara ialah suara orang yang berjalan kaki perlahan sekali. SEbetulnya suara itu sudah tidak ada, sudah lenyapp entah kemana. Dalam keadaan demikian, Ho kie mendadak berpapasan dan dicegat oleh tiga orang tua yang mengenakan pakaian imam dengna wajah yang seram. Dalam uring2annya, Ho kie segera menegur dengan suara ketus: "Kalian hendak berbuat apa?" Kiranya diantara ketiga orang imam itu, satu adalah It Tim tojin, salah satu dari Hoa-san-Sam kiam. Sambil ketawa dingin, It Tim tojin berkata kepada kedua imam yang disisinya "Jiwi susiok, Ini adalah bocah she Ho yang didalam Ngo kui khio sudah membunuh Lo sute, merampas kalajengking emas dan kemudian melukai It Siu dan It Beng sute. Semua adalah perbuatan dia seorang." Kedua imam yang dipanggil susiok itu mengangguk2an kepalanya, dengan sorot mata tajam mereka menatapi wajah Ho kie. Sedikitpun Ho kie tidak merasa takut, sebaliknya malah ketawa dingin kemudian berkata: "Dari mana kau dapat begitu banyak cerita? Kalau kau kenal gelagat, lekas minggir. Kalau tidak, jangan kau sesalkan aku siorang she Ho akan berindak dengan tidak mengenal kasihan lagi." Seorang imam yang berambut putih berkata sambil mengangguk2an kepalanya: "Benar saja, ada satu bocah yang sangat jumawa. It Tim sutit, menurut perintah Ciang bun jin kita harus menggunakan ilmu perguruan kita, keliningan emas yang membikin kabur semangat untuk menangkap padanya." It Tim Tojdin menyahut sambil membungkukkan badannya. "Baik. It Tim menerima titah susiok." Sehabis berkata, ia lalu mencabut pedangnya, tangannya yang lain lalu mengeluarkan sebuah benda yang mengeluarkan sinar gemerlapan dari dalam sakunya. Dengan menggengam benda tersebut, ia maju setindak dan membentak dengan suara keras: "Bocah she Ho, kau bukannya lekas menyerah!" HO kie yang melihat sikapnya si tojin yang nampaknya tidak kuatir sama sekali, tidak dapat menduga benda apa yang digengam dalam tangannya itu dan apa gunanya. Tetapi, pada saat itu pikirannya sedang dicurahkan ke suatu tujuan saja, ialah: Lekas2 mencari Lim kheng kembali. Ia tidak memperdulikan musuh kuat yang berdiri didepannya. Dengan tidak banyak bicara lagi, ia lantas bergerak dan maju menyerang. Kedua imam rambut putih itu masing2 kebutkan jubahnya, mundur beberapa tindak. It Tim tojin segera putar pedangnya, mengarah tenggorokan Ho kie. Ho kie dengan ilmu silatnya Hoan-sing-sie sak yang aneh luar biasa, sekejap saja sudah berada disamping It Tim. Ia sudah bertekad hendak mempercepat jalannya pertempuran, tidak mau mengulur waktu, maka setelah mengerahan seluruh kekuatannya dilengan kanan, ia lantas menyerang punggung It Tim tojin. It Tim tojin buru2 tarik kembali pedangnnya dan badannya memutar dengan cepat, siapa nyana bahwa serangan Ho ie itu dilakukan dengan kekuatan sepenuhnya, sekalipun It Tim tojin sudah berkelit dengan cepat, tidak urung pundaknya tersapu. It Tim tojin lantas keluarkan seruan tertahan, badannya mundur sempoyongan beberapa tindak. Ho kie terus membayangi, sebentar saja tangan kanannya sudah bergerak hendak menghajar batok kepalanya. Mendadak terdengar seruan bentakan keras: "Bocah!! kau mencari mampus!!" Kemudian disusul datangnya sambaran angin yang amat dahsyat, menyerang sisi perut Ho kie, siapa terpaksa tarik kembali serangannya, dengan memutar tubuh ia menyambuti serangan tersebut. Mendadak telapakan tangan Ho kie dirasakan kesemutan, seolah2 ketusuk barang tajam. Dalam kagetnya, Ho kie lantas lompat mundur. Setelah memeriksa tangannya, ia lihat ditengah2 telapakan tangannya ada terdapat titik hitam yang ekcil sekali. "Kau sudah kena senjata pinto yang dinamakan Toanbeng- coa-hoan, Hari ini jangan harap kau bisa lolos." berkata siimam tua sambil ketawa dingin. Ho kie tau bahwa tangannya sudah terkena senjata beracun. Ia buru2 menutup jalan darahnya. Sambil membentak keras ia maju menyerang lagi. Selagi bergerak, dadanya mendadak dirasakan sesak, kekuatan tenaga dalamnya yang baru dipusatkan telah lenyap secara tiba2. Bukan kepalang kagetnya Ho kie, selagi belum mendapat kesempatan mundur, mendadak dengan ketawa It Tim tojin kemudian menyerang dengan beberapa buah benda yang mengeluarkan sinar berkerdepan.... -oo0dw0oo- KEPALA Ho Kie sudah kleyengan, badannya sempoyongan, dilihatnya kliningan emas pada berterbangan diudara, ia tahu rupanya sukar untuk meloloskan diri, maka ucma bisa menghela napas dan pejamkan matanya. Beberapa puluh kliningan Ie-han Kim-lang saling beradu, menimbulkan suara ting-ting, tang-tang, yang sangat riuh, sebentar saja sudah berada diatas kepala Ho kie. Tapi dengan tiba2 suara kliningan itu mendadak berhenti. Selagi Ho kie berada dalam keheran2an mendadak bau harum telah menusu hidungnya, kemudian lantas rubuh tidak ingat orang. It Tim tojin lantas maju menghampiri dengan pedang terhunus, tapi seorang imam tua yang berambut putih telah mencegah sambil membentak: "Sutit, jangan kau ganggu jiwanya, kita tangkap saja dan bawa pulang kegunung Hoa-san, biarlah ciangbunjin yang mengambil keputusan." It Tim tojin yang benci sekali terhadap Ho kie terpaksa tidak bisa berbuat apa2, ia lantas kempit dirinya Ho kie dibawah ketiaknya. Tiga imam itu selagi hendak berlalu, mendadak mendengar orang membentak dengan suara yang seperti geledek. "Hai kawanan kurcaci, tengah hari bolong kalian berani melakukan perampokan, sungguh besar nyali kalian." Tiga imam itu terkejut, lalu hentikan tindakannya. Ketika berpaling, mereka lihat seorang muda berbadan kekar dah berwajah hitam, matanya melotot memandang mereka sambil menggengam dengan senjata pecutnya Kiu Ciat Pian. Pemuda hitam itu adalah Gouw Ya Pa. Dengan sangat murka Gouw Ya Pa membentak lagi sambil menuding kawanan imam itu.: "Manusia keparat, lekas tinggalkan orang itu." It Tim tojin mundur 2 tindak, sambil menghunus pedangnya ia bertanya dengan suara dingin: "Kau siapa?" "Kau tidak usah perdulikan siapa tuanmi ini! Aku suruh kau tinggalkan orang, kau harus segera menurut. Kalau kau bermain2 banyak bicara, tunamu nanti akan menghajar kau dulu sampai mampus!" It Tim tojin sangat mendongkol, ia mengawasi susioknya, agaknya hendak bertanya apakah ia boleh turun tangan atau tidak? Imam yang menggunakan senjata Toat-beng Coa hoat mempunyai nama gelasr Tee Tian, Dengan Jin Hian Totiang dan Cangbinjin dari Hoa san pay ada dewasa ini Thian Hian totiang merupakan tiga serangkai dari golongan tetua yang masih hidup. Ketiga orang imam itu didunia Kang ouw disebuat sebagai Sam Hian tojin. Diantara ketiga Hian itu, adalah Tee Hian totiang yang meyakinkan ilmu silat dari golongan keras(Gwa kang). Adatnya paling berangaasan. Melihat sikap Gouw Ya Pa yang sangat kasar, maka lantas ia berkata dengan suara dingin: "Sutit, letakkan dulu bocah She Ho itu. Hajarlah manusia goblok ini." It Tim tojin sangat girang mendengar perkataan susioknya, segera Ho kie diletakkan diatas tanah dan lantas lompat menghampiri Gouw Ya pa. Gouw Ya Pa mendengar dirinya dimaki sebagai manusia goblok, bukan main gusarnya. "Manusia kepara! Siapa yang kau katakan goblok?" It Tim tojin menyahuti: "Manusia sekasar kau ini, kalau bukannya manusia goblok habis apa?" "Fui!! Apa tenggorokanmu itu cakap. kamu cuma merupakan imam busik yang dimulutnya saja membaca doa, tetapi dalam hatinya yang dipikiri selalu kaum wanita." "Manusia goblok mulut kotor, lihat pedang ini. Aku nanti cincang dirimu!" Setelah memaki demikian, It Tim tojin dengan pedangnya lalu menusuk kedada Gouw Ya Pa. Pedang It Tim tojin itu tidak dipandang sama sekali oleh Gouw Ya Pa, bahkan ia menyerang leher dan kaki It Tim dengan sepasang pecutnya. It Tim tojin agak kesima atas keberanian pemuda itu, dengan cepat ia mengelakkan dirinya dan sudah berada dikiri Gouw Ya Pa. Gerakan badan Gouw Ya Pa memang agak kurang gesit, bahkan kelihatannya sangat kaku. Sebelum ia keburu memutar tubuhnya, pedang It Tim tojin sudah membacok pinggangnya. It Tim tojin tidak menghendaki jiwanya Gouw Ya Pa, maka untuk serangan itu hanya menggunakan tiga bagian kekuatan saja. Siapa tahu, serangan pedang itu cuma membikin robek baju Gouw Ya Pa saja, sedangkan kulitnya tidak apa2. "Hai, Imam keparat! Rupanya kau tukang jahit kampungan, dengan sengaja kau membikin robek bajuku!" kata Gouw Ya Pa sambil ketawa bergelak2. Bukan kepalang kagetnya It Tim tojin, dengan cepat ia memburu, sambil memutar kedua pecutnya ia mengarah batok kepala It Tim tojin. Tee Hian dan Jin-hian, kedua imam tua yang menyaksikan kejadian itu, wajah mereka keduanya lantas berubah, mereka lalu berseru: "Sutit, hati2!" It Tim tojin menyambuti serangan pecut Gouw Ya Pa dengan pedangnya, ketika kedua senjata beradu, ia merasakan kesemutan dan pedangnya terlepas dari tangannya. Gouw Ya Pa tidak mau memberi hati lagi, kaki kanannya digeser maju kedepan, pecut ditangan kirinya kembali telha menyabet pinggang It Tim tojin. Selagi It Tim tojin berada dalam bahaya, tiba2 kelihatan sinar putih berkeredepan yang datang mengancam wajah Gouw Ya Pa. Meskipun mempunyai ilmu kebal, yaitu badannya tidak mempan akan segala macam senjata tajam, tetapi untuk panca inderanya, ancaman itu tidak boleh dibuat main2. Oleh karena pada kedua tangannya membawa dua pecut, maka pecutnya yang berada ditangan kanannya masih tetap mengarah It Tim tojin, sedang pecut yang ada ditangan kirinya dipergunakan untuk menyampok senjata yang mengancam mukanya. It Tim tojin berseru tertahan, gegernya dengan telak telah terkena pecutan Gouw Ya Pa, matanya berkunang-kunang, badannya jatuh ngusruk kedua langkah mulutnya telah mengeluarkan darah segar. Bersamaan dengan itu, pecut ditangan kiri Gouw Ya Pa telah kebentrok dengan bendan yang lunak. Benda itu adalah seutas benang yang terbuat dari pada emas muri, diujungnya ada serupa senjata baja yang berbentuk kepala ular, besarnya kira2 tiga dim. Lidah ular kelihatan berwarna hitam. Benang dilain ujung berada ditangan Tee hian Tojin. Gouw Ya Pa kibaskan tangannya, senjata berupa kepala ular lantas melibat pecutnya Gouw Ya Pa dan telah mengenakan lengan kirinya. Gouw Ya Pa lompat mundur sambil berseru: "Eiii, bisa mengigit orang." Karena ia mempunyai ilmu kebal yang sudah mencapai puncak kesempurnaan, maka jarum berbisa yang berada di ujung lidah senjata itu ketika mengenakan lengannya, ia hanya merasakan seperti ditusuk paku saja dan hanya meninggalkan bekas bintik putih kecil pada lengannya itu. Gouw Ya PA memutar lagi pecutnya, sekarang ia hendak melibat benang emasnya Tee Hian totiang. Imam tua itu ketawa dingin, ia menarik kembali senjata Toat Beng Coa hoannya kemudian menggeser maju kakinya, tangannya menghajar batok kepala Gouw Ya Pa. Meskipun badan Gouw Ya Pa tidak mempan dengan senjata tajam, tetapi serangan Tee-hian tojin yang disertai kekuatan tenaga dalam dan diarahkan kepada jalan darah Thian leng hiat, dibagian batok kepala Gouw ya Pa, jika serangan itu mengenakan dengan tepat, ilmu kebal Gouw Ya pa akan buyar seketika dan orangnya juga tentu binasa. Gouw Ya Pa yang merupakan seorang kasar dan bodoh, sudah tentu ia tidak mengenal akna serangan imam tua itu. Sedikitpun ia tidak mau mengambil perhatian atas ancaman lawannya, sebaliknya malah maju merangsek dan kedua senjatanya mengarah kaki Tee hian lojin, sedangkan mulutnya lantas mengeluarkan bentakan: "Imam keparat! rasakan pecut Toayamu!" Tee hian Tojin ganda ketawa dingin dan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menyerang batok kepala Gouw Ya Pa.... Dalam saat yang sangat berbahaya bagi dirinya Gouw Ya Pa, mendadak kedengaran suara bentakan halus yang kemudian disusul oleh munculnya sesosok bayangan putih dan disertai oleh sambaran angin yang sangat dahsyat. Kekuatan Lweekang Tee hian Tojin ketika saling bentur dengan sambaran angin tadi, seketika telah terpental balik, bersamaan dengan itu, ditengah udara lantas penuh dengan hawa busuk. Tee hian Tojin berubah wajahnya, buru2 ia mundur sejauh mungkin. Ketika ia membuka lebar- matanya, lantas melihat seorang pemuda berdandan seperti anak sekolah sedang berdiri didepan Gouw Ya Pa, sambil tersenyum menggoyang2kan kipasnya. Tee hian Tojin diam2 menyedot napasnya. ia merasakan bahwa jalan pernapasannya telah terhalang, maka wajahnya lantas pucat seketika, buru2 ia berkata kepada suteenya: "Cilaka!! Bocah ini mempunyai ilmuu Hu-sie hiat kut cang lek. Pasti dia adalah orang Hian kui kauw." Belum selesai perkataannya, badannya dirasakan sempoyongan, maka buru-buru ia mengambil obat dari dalam sakunya dan segera di telannya. Jin hian Tojin terperanjat, dengan cepat ia menghunus pedangnya. Pemuda sekolahan itu lantas berkata sambil ketawa ; "Tidak perlu begitu tergesa gesa. Kaiau aku mau mengambil jiwanya, dapat kulakukan dalam tempo sekejapan saja, Seranganku tadi hanya memakai empat bagian dari kekuatan tenagaku dan sudah cukup untuk dia mengaso beberapa bulan lamanya." Gouw Ya Pa yang melihat pemuda seperti anak sekolah itu ternyata Lim kheng adanya, wajahnya lantas berubah marah karena malunya, kemudian ia berkata sambil nyengir: "Nona, kau pergi tukar baju kenapa begitu lama?" Pemuda itu mendadak berubah wajahnya dan membentak dengan suara keras ; "Apa kau kata?" "Baiklah!! Aku tidak akan berkata apa2 lagi. Aku nanti panggil kau Kongcuya. Kau bukanlah satu nona, akulah baru yang harus disebut nona........" Pemuda itu selembar wajahnya menjadi merah padam, lalu membentak : "Jangan kau ngaco belo! Lekas gendong dia dan ikut aku." Gouw Ya Pa lalu menghampiri Ho Kie dan menggendongnya. Jin hian Tojin lintangkan pedangnya dan berkata sambil tertawa dingin : "Sicu! Orang kau boleh bawa, tetapi kau harus tinggalkan nama supaya pinto setelah kembali kegunung bisa memberi laporan kepada Ciang bun-jin." "Kalian sudah tahu nama ilmu serangan tanganku tadi, apa kalian tidak dapat menduga siapa adanya aku ini?" jawab anak muda seperti anak sekolah itu sambil ketawa hambar. "Kalau begitu, Sicu benar2 adalah murid dari Hian-kui kauw yang disebut oleh orang2 sebagai Giok-sie-seng Jie le Peng." berkata Jin-hoan Tojin dengan suara berat. "begitulah kiranya" Anak muda itu mengangguk. Jin-hian lojin ketika mendengar jawaban itu, matanya lantas beringas, badannya lantas gemetaran, berulang ulang ia tertawa dingin kemudian berkata : "Baik! Hoa-san-pay dengan Kian kui kauw tidak mempunyai permusuhan apa2, tapi kalian telah menyerbu Ngo-kui khio dan merampas kalajengking emas dari perguruan kami serta sudah membunuh banyak sekali orang2 kami, dan sekarang kembali dengan mengandalkan, ....." "Urusan itu tidak ada hubungannya dengan aku." Pemuda itu memotong ucapan Jin hian Tojin sambil tertawa. "Kalau kalian mempunyai kepandaian, datang saja ke Kui-kok untuk membikin perhitungan." "Apa kau sudah pastikan bahwa kami Hoa san pay tidak berani menyerbu Kui-kok?" "Aku tokh tidak bilang demikian. Setiap waktu kalian boleh datang." "Kalau begitu persoalan hari ini nanti kami akan bereskan di Kui kok sekalian." Sehabis berkata, Jin hian Tojin lalu membimbing Tee hian Tojin dari It Tim Tojin yang terluka segera berlalu dengan perasaan mendongkol. Pemuda itu hanya melihat mereka sambil ketawa dingin, kemudian mengawasi Gouw Ya Pa. Pemuda tolol itu ternyata sedang mengawasinya dengan melongo dan mulut ternganga. Pemuda itu wajahnya merah seketika lalu membentak dengan suara perlahan: "Kau lihat apa? Lekas jalan.." Gouw Ya Pa sebetulnya sedang mengagumi wajah dan kulitnya pemuda itu yang cakap putih dan bersih laksana salju. Hatinya merasakan tidak keruan, entah apa yang dipikirkan. Ketika mendengar bentakan si anak muda, ia tersadar dari lamunannya dan buru buru angkat kaki, Ketika menyaksikan keadaan Gouw Ya Pa seperti seorang linglung, diam2 pemuda itu ketawa geli, kemudian bertanya kepadanya: "Kau hendak kemana?" "Tadi, bukankah kau yang suruh aku jalan." Sambil berkata demikian. Gouw Ya Pa melongo dan buru2 menghentikan tindakannya. "Aku suruh kau berjalan kemari, siapa suruh kau mengikuti kawanan imam tadi." Gouw Ya Pa seperti baru tersadar dari mimpinya, sambil memondong Ho Kie ia mengikuti pemuda seperti anak sekolah itu, menuju kearah rimba lebat. Pemuda itu menyuruh Gouw Ya Pa meletakkan Ho Kie, kemudian ia mengangkat mukanya Ko Kie dan diperiksanya dengan teliti, kemudian ia berkata pada diri sendiri : "Tidak nyana imam tua keparat itu juga satu akhli racun. Masih untung ia ketemu dengan aku, Kalau tidak sungguh sukar di obati." Gouw Ya Pa tidak mengerti apa yang dikatakan sipemuda, lalu bertanya : "Kecuali kau siapa lagi yang harus mengobati?" Pemuda itu tidak msmpedulikan padanya lagi. dari dalam sakunya lalu mengeluarkan dua buah botol berisi obat. Ia melongok mengawasi keadaan disekitarnya sejenak, tiba2 berkata kepada Gouw Ya Pa dengan suara dingin; "Pergilah cari sedikit air!!" Siapa njana dua kali ia menyuruh, Gouw Ya Pa masih tetap tidak bergerak. Pemuda itu merasa jengkel, maka lantas membentak; "Hai tolol! Aku suruh kau pergi cari air. Dengar tidak!" "Cari air sih gampang, mengapa kau bilang aku tolol ?" "Kau tidak tolol!! Lekas pergi cari air. Kalau kau tidak mau, jangan sesalkan aku nanti berlaku tidak sungkan2 lagi padamu." Gouw Ya Pa dalam hati sangat mendongkol, Ia menggerutu sendiri. "Aku siorang she Gouw apapun tidak takut, sayang aku hanya takuti seorang perempuan yang bercampur dengan orang laki"........ Anak muda itu mempunyai pendengaran yang sangat tajam. ia telah mendengar semua apa yang diucapkan oleh Gouw Ya Pa tadi, maka ia segera membentak : "Diam! Siapa yang kau katakan orang perempuan." Gouw Ya Pa juga sudah mulai gusar, maka lantas menjawab dengan kasar. "Kecuali kau siapa lagi? Ehh, aku beritahukan padamu, aku bukannya takut kepadamu, cuma aku merasa menyesal telah merobek bajumu dan kedua karena aku memandang muka Ho Toako. Kau jangan berlagak main perintah kepada Gouw Toayamu seperti terhadap seorang budak, barangkali pecut ini akan mampir dibadanmu untuk membikin patah.........." Sebetulnya ia ingin mengucapkan membikin patah tulangmu yang rendah, Tapi untungnya mendadak ia bisa berpikir dan bisa kendalikan amarahnya, Baru saja sampai ditenggorokkannya, perkataan itu sudah dapat ditelan kembali. Matanya sipemuda kelihatan berputaran, ia tidak gusar, sebaliknya malah ketawa. "Aaaaa Kau pasti salah lihat orang," Dalam hati Gouw Ya Pa berpikir. Salah? sekalipun kau dibakar sampai hangus juga masih tetap dapat kukenali. Meskipun dalam hatinya ia berpikir demikian, tetapi dimulutnya berkata : "Taruh kata aku salah lihat orang, apa kau sendiri juga bisa salah lihat orang? Kalau kau tidak kenal, apa perlunya mencari Ho Toako.,......" Pemuda seperti anak sekolah itu tidak mau memberikan penjelasan, ia hanya berkata sambil ulapkan tangannya ; "Jangan banyak mulut, lekas pergi cari air. Kita perlu menolong orang " Gouw Ya Pa pergi mencari air, setelah mendapatkan yang dicari, lekas2 ia balik kembali. Tetapi baru saja ia sampai dipinggjr rimba, ia lantas berdiri kesima. Kiranya ia telah dapat melihat pemuda seperti anak sekolah itu sedang mengangkat wajah Ho Kie sambil dekatkan mulutnya kepada mulut pemuda itu...... Meskipun betul Gouw Ya Pa itu seorang yang tolol, tetapi juga mengerti tentang urusan percintaan, maka dalam hati lantas berkata sendiri. Bagus, Apa kau masih hendak mungkir ? Sekarang aku lihat dengan mata kepala sendiri. Ia lantas membuang airnya, dengan tindakan indap2 ia berjalan menghampiri mereka. Pemuda anak sekolah iiu rupanya sedang terbenam dalam pikirannya sendiri. Sambil memeluk Ho Kie, ia menciumi ber-ulang2. Meskipun ia adalah seorang berkepandaian tinggi, tetapi saat itu ia tidak merasa ketika Gouw Ya Pa sudah berada didekatnya. Gouw Ya Pa menyaksikan kelakuan pemuda itu dengan hati berdebaran tidak keruan. Sebentar kemudian, ia mendengar pemuda seperti anak sekolah itu berkata seorang diri. "Ah! Akhirnya aku dapat kesempatan yang baik juga. Kemesraan dalam waktu sesingkat ini, sekalipun aku mati juga sudah merasa puas." Gouw Ya Pa terperanjat!! dalam hati dia berpikir "Eh!! Orang tidak apa apa mengapa pikirkan mati?" Pemuda itu dengan mata guram mengawasi Ho Kie, kembali berkata seorang diri ; "Dalam dunia, banyak orang laki laki mengapa aku cuma cintai dirimu seorang. Aiii, cinta semacam ini sesungguhnya amat menyulitkan diriku, tetapi aku rela menerima, aku tidak menyesal." Mendadak wajahnya kelihatan seperti orang gusar, lalu mendorong Ho Kie yang tidak tahu apa apa, mulutnya berkata sendiri lagi : "Hmm, kau masih anggap aku sebagai musuh saja, Sudah tentu kau ada dia yang mengawani. Bagaimana bisa ingat diriku, siperempuan yang bernasib malang ini?" Gouw Ya Pa diam diam merasa geli sendiri karena pemuda seperti anak sekolah itu sudah mengaku sendiri sebagai seorang wanita. Pemuda itu berkata pula dengan suara gemas. "Aku benar2 ingin membunuh kau, supaya kau benar2 tidak bisa bersama sama dengan dia ......" Gouw Ya Pa terperanjat, ia mengertak gigi. Dalam hatinya menyumpahi. "Sungguh kejam hati kaum wanita. Kalau kau benar2 membunuh dia. aku Gouw Toaya akan adu jiwa denganmu. Sebentar kemudian, pemuda seperti anak sekolah itu kembali memeluk diri Ho Kie dan berkata pula dengan suara terharu. "Aaaa bagaimana aku bisa berlaku kejam terhadapmu?? Sejak malam itu kita bertemu didalam rimba Cit jie kang, aku sudah merasa bahwa aku jatuh cinta padamu, tetapi kau sedikit pun tidak ambil tahu." Pada saat itu, ketika orang itu berlainan keadaannya. Ho Kie berada dalam keadann pingsan, sudah tentu tidak mengetahui apa yang telah terjadi, sedangkan pemuda saperti anak sekolah tu sudah seperti orang mabuk, mulutnya mengoceh sendiri ia telah tenggelam dalam arusnya gelombang asmara. Hanya Gouw Ya Pa yang keadaannya sangat tidak enak. Ia yang menyaksikan adegan demikian, sebentar merasa girang sendiri, sebentar merasa kuatir dan sebentar lagi merasa gusar. Ia sudah lupa kalau ia disuruh ambil air, dan pemuda seperti anak sekolah itu agaknya juga sudah lupa pada air yang dimintanya itu...... Mendadak pemuda itu tersadar, ia ingat akan airnya, maka lalu mendorong tubuh Ho Kie dari berkata seorang diri pula. "He!!!Mana airnya ?" Gouw Ya Pa juga terperanjat, ia mengeluh "Celaka, airnya tadi sudah kubuang." Dengan cepat ia lari kepinggir kali untuk mengambil air, ia balik lagi kepada pemuda seperti anak sekolah tadi. Setelah menyambuti air, mendadak wajah pemuda itu berubah merah dan bertanya dengan suara perlahan: "Mengapa kau pergi bwgitu lama?" "Perjalanan sangat jauh. Aku harus lari dua kali, baru kembali." jawab Gouw Ya Pa membohong. Pemuda itu lalu mengeluarkan tiga butir obat berbentuk pil yang segera dimasukan ke dalam mulut Ho Kie. Ia lalu berbangkit dan memberi pesanan kepada Gouw Ya Pa : "Kira2 setengah jam nanti, ia pasti akan berak2. Kau harus siap ssdia, setelah racunnya keluar semua, suruh ia beristirahat dulu, jangan melanjutkan perjalananya." "Kalau begitu, kau sendiri?" tanya Gouw Ya Pa dengan heran. "Aku hendak pergi!" "Dengan susah payah baru bisa ketemu lagi! biar bagaimana kau tidak bisa tinggalkan dia." "Kau hendak menahan aku? Kalau nanti dia sudah siuman, pasti akan sesalkan kau." "Aku tidak perduli, Biar bagaimana kau jangan pergi lagi." "Tidak! Lebih baik aku pergi" Gouw Ya Pa lantas gusar. sambil lintangkan pecutnya ia berkata : "Kalau kau memaksa mau pergi juga, terpaksa aku mau menahan dengan kekerasan." "Apa kau mampu?" tanya pemuda itu sambil ketawa geli. "Tidak mampu juga harus kutahan sebisanya-." "Kalau begitu, kau boleh coba saja " Setelah menyelesaikan perkataannya pemuda itu lantas melesat beberapa kaki jauhnya. Kembali Gouw Ya Pa melintangkan pecutnya seraya berkata : "Aku tidak ingin turun tangan terhadap kau, Kau......" Siapa nyana, belum selesai ucapannya Gouw Ya Pa, pemuda seperti anak sekolah itu sudah menggerakan badannya dan mlayang melalui samping dirinya. Gouw Ya Pa sangat gelisah, ia lantas mengejar sambil menggenggam pecutnya. Tetapi baru saja ia berjalan beberapa tindak mendadak didengarnya suara Ho Kie muntah2 mengeluarkan air kuning dari dalam mulutnya. Gouw Ya Pa lantas berpaling, tetapi pemuda seperti anak sekolah tadi sudah lantas menghilang. Gouw Ya Pa lalu memaki-maki dalam hati. "Benar2 satu perempuan yang tidak tahu diri. Dibelakang orang berlaku begitu mesra, tetapi didepan orang berlagak alim." Ia menghela napas, terpaksa ia kembali, karena hendak menolong Ho Kie yang muntah2 dan berak2. Setelah keluar semua racun dan tubuhnya per-lahan2 Ho Kie membuka matanya. Menyaksikan keadaan sendiri, ia merasa agak heran, lantas bertanya kepada Gouw Ya Pa : "Hei! Di mana itu semua kawanan imam ?" Gouw Ya Pa yang rupanya sedang mendongkol, lalu menjawab dengan suara dingin : "Imam? Imam tokh adanya didalam kuil!! Buat apa kemari, apa mau minta makan ?" Ho Kie melongo. Ia seperti ingat tatkala dirinya kena racun, maka lantas berduduk dan berkata pula : "Kiranya saudara Gouw yang menolong aku......." "Sudah!! Sudah! Aku sendiri hampir cilaka. Siapa sih yang mempunyai kepandaian menolong dirimu?" "Aku masih ingat betul, bahwa aku ini telah dilukai oleh senjata rahasianya imam itu. Siapa sebetulnya yang telah menolong aku?" "Siapa lagi kalau bukannya nyonyamu itu." Ho Kie terperanjat, "Kau maksudkan Lim Kheng ?" "Sudah tentu dia, kecuali dia, siapa lagi yang masih mempunyai kepandaian begitu yang tinggi? Dia telah melukai dua orang imam dari Hoa san pay dan satunya lagi lari terbirit birit," Bukan main kagetnya Ho Kie, ia lantas lompat bangun tetapi segera dicegah oleh Gouw Ya Pa. "Jangan bergerak! Nyonyamu tadi sudah memesan supaya kau banyak mengaso dulu, jangan sembarangan bergerak." demikian kata sitolol, "Dia, dia... dia sekarang ada di mana ?" "Kau tanya aku, dan aku harus bertanya kepada siapa?" "Gouw Toako, tadi bukankah kau yang mengatakan.... Adakah dia yang datang menolong aku??..." "Siapa kata bukan." "Kalau begitu, sekarang kemana orangnya?" "Orangnya sudah pergi," "Mengapa kau biarkan dia pergi?" Ho kie mulai cemas lagi, "Apa kau sesalkan aku? Siapa tahu hubungan apa yang ada diantara kau berdua. Satu hendak pergi, satunya lagi mengejar. Bukankah baik kalau tinggal bersama2. didepan orang pura2 malu, tetapi dibelakang orang berlagak begitu mesra. Mengapa sekarang kau sesalkan aku? Tadi kalau bukan karena melihat kau banyak muntah dan berak , siang2 aku sudah menghajar nyonyamu itu dengan pecutku itu!!" jawab Gouw Ya Pa yang sudah mendongkol, maka ucapannya juga kasar. Karena sudah tahu kalau Gouw Ya Pa ini seorang yang tolol, maka Ho Kie tidak mau banyak ribut dengan dia, ia hanya merasa sedikit cemas, mengapa Lim Kheng yang sudah kembali lagi, entah apa sebabnya pergi lagi. Karena hatinya sangat gelisah maka ia hendak lompat bangun lagi, Gouw Ya Pa lalu berkata dengan suara keras : "Aku suruh kau rebah, kau dengar atau tidak?" "Lekas kita kejar padanya! Biar bagaimana aku harus dapat mengejar dia." "Orang perempuan begituan, apa perlunya di-kejar?, Sudahlah!! Kau jangan pikirkan saja dia. Kalau kau malan tidak bisa tidur karena tidak ada kawan perempuan, aku nanti carikan yang lebih cantik" Ho Kie tidak mau ambil pusing akan perkataannya. ia balikkan badan hendak lompat bangun. Tetapi baru saja ia berdiri, kepalanya dirasakan puyeng, matanya ber-kunang2 hampir saja jatuh lagi. Gouw Ya Pa mulai jengkel, ia lantas menghantam perut Ho Kie. Karena badan Ho Kie masih lemas maka seketika lantas jatuh lagi. "Kau sungguh bandel!! Orang suruh kau rebah, mau keluyuran saja. Sekarang rebahlah dulu baik2. Aku nanti carikan air untukmu-" demikian kata Gouw Ya Pa yang lalu meninggalkan Ho Kie seorang diri. Kasihan keadaannya Ho Kie yang badannya sudah lemas, kembali harus kena hajaran si tolol, maka ia hanya dapat rebah telentang, dengan hati yang sangat gelisah. Ia tidak habis mengerti memikirkan dirinya Lim Kheng, sebab dalam hubungan mereka, ia belum pernah berlaku salah terhadap Lim Kheng, tetapi mengapa karena bajunya terobek oleh Gouw Ya Pa sehingga terbuka rahasianya, lantas kabur tidak mau balik lagi padanya. Ia juga merasa heran, kalau seandainya benar Lim Kheng meninggalkan padanya, mengapa ia menolong dirinya dari kekuasaan orang2 Hoa san pay . Tetapi setelah berhasil menolong dirinya mengapa harus berlalu lagi? Pikir punya pikir, ia tidak dapat menduga duga hati Lim Kheng, Gouw Ya Pa yang sedang mencari air, setelah ia sendiri sudah minum sepuas puasnya. dengan hati2 sekali ia menyenduk air sedikit untuk diberikan kepada Ho kie. Selagi dalam perjalanan kembali melalui rimba itu, mendadak didengarnya suara seram, didepan matanya seperti ada berkelebat bayangan orang. Gouw Ya Pa hentikan tindakan kakinya, coba pasang mata dan telinganya, tetapi disitu ternyata sunyi sepi tidak kelihatan bayangan seorang manusiapun juga. "Kurang ajar!! Apa dalam rimba ada setannya?" demikian sitolol itu menggerutu seorang diri, lalu melanjutkan perjalanannya. Mendadak suara tadi itu terdengar pula dan kali ini dapat dilihatnya dengan tegas satu bayangan orang yang sedang melesat lari disampingnya, kira2 setumbak lebih dan melayang turun kedalam gerombolan rumput alang alang. Gouw Ya Pa lantas menegur, ia lalu mengejar kedalam gerombolan rumput itu. Rumput alang2 luas. Ketika Gouw Ya Pa tiba disini, ia melihat bayangan orang tadi sedang mendekam didalam gerombolan rumput dengan tidak bergerak. Dengan tidak banyak pikir ia lantas menyerang punggung orang itu sambil memaki maki ; "Kurang ajar kau masih mau berlagak?" Katika serangan itu mengenakan sasarannya, orang itu kelihatan terpental, tetapi tidak menunjukkan reaksi apaapa. Gouw Ya Pa heran, ketika ia pergi memeriksa, hampir saja ia lompat mundur kiranya orang itu adalah It Tim Tojin dari hoa san pay, yang entah sudah dibinasakan oleh siapa dan meringkuk disitu sebagai mayat. Ia merasa sangat heran, karena ia sudah tahu sendiri bahwa imam itu mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, entah siapa orangnya yang kepandaiannya melebihi dari si imam dan membinasakan padanya demikian rupa? Ia melihat keadaan disekitarnya, dari rimba yang jauhnya kira2 beberapa tumbak, Ia dengar suara orang ketawa perlahan. Gouw Ya Pa buru2 memutar tubuhnya dan membentak dengan suara keras; "Manusia keparat dari mana yang main gila didepan Toayamu?" Ketika mendengar bentakan Gouw Ya Pa, suara ketawa itu lantas berhenti, sebagai gantinya sebuah benda melayang menyambar batok kepala Gouw Ya Pa, Dengan cepat Gouw Ya Pa tundukkan kepalanya tangannya lantas menyambar benda tersebut. dan ternyata itu cuma selembar daun saja. Bukan kepalang kagetnya Gouw Ya Pa, ia menduga orang itu pasti adalah pembunuh si imam, karena dengan kepandaiannya yang sudah mampu menyambit dengan daun enteng seperti batu yang berat, sudah tentu kepandaiannya pun lebih tinggi dari pada imam itu. "Manusia dari mana yang main sembunyi2an!! Keluar Gouw Ya Pa-mu ingin menguji kepandaianmu" Tapi tantangannya itu cuma dijawab dengan suara ketawa dingin, tidak kelihatan ada orang muncul. Mendadak ia ingat diri Ho Kie, karena lukanya masih belum sembuh, jika dapat dilihat oleh orang itu, bukankah runyam? Maka dengan cepat ia lantas larit keluar rimba! Baru saja bergerak, dibelakangnya tiba2 mendengar suara orang ketawa geli, kemudian disusul oleh perkataannya: "Eh, tolol, apa kau hendak mencari kawanmu itu?" Suara itu ternyata adalah suara seorang perempuan, yang sangat merdu kedengarannya, maka Gouw Ya Pa lantas berhenti dengan mendadak, Benar saja tidak lama lantas muncul seorang wanita yang berjalan dengan perlahan dari dalam rimba. Wanita itu memakai pakaian warna merah, rambutnya terurai kepunggungnya diikat dengan seutas tali sutera. Mukanya tertutup oleh kain sutera tebal, Hingga orang tidak bisa lihat tegas paras mukanya, Hanya dari gerakan dan tindak tanduknya, bisa diduga bahwa wanita itu masih muda usianya. Ketika ia muncul dari dalam rimba, gerakan badannya yang sangat menggairahkan membuat Gouw Ya Pa kesima. "Tolol, apa namamu?" tanya wanita itu sambil ketawa. Kalau pertanyaan itu keluar dari mulut orang lain, Gouw Ya Pa pasti berjingkrak tidak mau mengerti, tapi karena keluar dari mulutnya seorang wanita muda dan kedengarannya begitu merdu, Gouw Ya Pa hatinya lemas berdebaran. setelah keluarkan ketawanya ia menjawab agak gelagapan ; "Aku..,.,.....aku she Gouw!" "Dan namamu?" "Namaku Ya Pa!" "Benar? Koko lucu!!! Ada juga baik, tidak adapun sudah, bukan begitu artinya?" Gouw Ya Pa mengangguk. Mendadak ia ingat sesuatu, maka lantas berkata ; "Apakah imam itu kau yang membunuhnya?" "Tidak salah!!" jawab si wanita sambil anggukkan kepala dan kemudian keluar dan rimba dengan tindakan perlahan, Gouw Ya Pa terperanjat, karena seorang wanita yang begitu lemah gemulai dan cantik pula kira2nya, mengapa hatinya begitu ganas dan kejam? "Tahukah kau, bahwa imam ini adalah orang dari Hoa san-pay...?" tanya Gouw Ya Pa sambil memburu, "Aku tahu dia adalah It Tim Tojin dari Hoa san pay, kenapa kalau dia Hoa-san-pay? Apa kau kira aku takut pada mereka? Kepandaian orang2 dari partay persilatan terbesar tokh cuma sepele saja. Tolol, tahukah kau siapa aku ini?" "Ini ...... aku tidak tahu." jawabnya gugup. "Kalau aku sebutkan, kau pasti lompat kaget." "Ah, yang benar?? coba sebutkan siapa kau?" "Aku she Siu....." Wanita baju merah itu cuma mengatakan she Siu saja lantas tutup mulutnya, sepasang matanya memandang dingin kepada Gouw Ya Pa. "Aku lihat kepandaian ilmu silatnya mirip dengan kaucu dari Hian kui kauw, kalau sahabatmu she Ho itu berkepandaian serupa dengan dia, apakah kalian orang2 dari Hian kui kauw?" Ya Pa, kemudian bertanya dengan suara ketus: "Gouw Ya Pa, pemuda disana itu apamu?" "Dia she Ho bernama Kie, sahabat karib ku!" "Dan siapakah itu pemuda baju putih yang berdandan seperti anak sekolah?" Gouw Ya Pa kira yang ditanyakan itu adalah Lim Kheng, maka lantas menjawab dengan hati mendongkol: "Nona Siu, kau tak usah sebut2 dia, pemuda itu bukan seorang laki2, tetapi seorang wanita muda yang menyaru, namun ada seorang wanita yang tidak tahu malu....." Mendadak ingat bahwa nona baju merah ini juga adalah seorang wanita, kerena kuatir menyinggung perasaannya, tiba2 ia tutup mulutnya. Tapi nona baju merah itu tidak gusar, sebaiknya malah ketawa sambil anggukkan kepalanya. "Aku bukan orang2nya Hian kui kauw, engko Ho Kie juga bukan. Wanita itu dari golongan mana, aku juga tidak tahu. Dia mungkin adalah orang dari Hiau kui kauw!" Wanita baju merah itu berdiam sekian lamanya, baru berkata pula sambil ketawa: "Kalau begitu, aku beritahukan padamu juga tidak halangan. Aku she Siu, yaya-ku Thian sat Sin kua, Siu It Cu yang namanya menggetarkan dunia pada 50 tahun berselang. Cian tok Jin mo (manusia iblis berbisa ) Jie Hui, kaucu dari Hian kui kauw yang sekarang, adalah murid yaya yang telah murtad pada waktu itu. Apa kau pernah dengar?" Gouw Ya Pa terperanjat. Meski ia belum pernah dengar nama Thian sat Sin kun, tapi tentang Thian tok Jin mo yang mendirikan perkumpulan Hian kui kauw hendak menjagoi dunia persilatan, hampir semua orang sudah tahu, Kalau keterangan wanita ini benar kepandaiannya wanita ini tentunya ada hebat. Tapi ia aganya tidak mau percaya keterangan wanita itu. Wanita she Siu rupanya dapat menebak jalan pikiran si tolol, ia diam sejenak, lalu bertanya , "Apa kau tidak percaya?" "Aku pernah dengar orang cerita, kaucu Hian kui kauw Cian tok Jin mo, kepandaiannya didapatkan dari kitab pelajaran ilmu silat, tidak ada seorang yang mengatakan dia punya guru." "Itu semua bohong, Jin Hui sebelum mendapatkan Hiankui pit-kip, sebagai murid yayaku, memang sudah mempunyai kepandaian luar biasa. Kemudian yaya dapatkan kitab Hian-kui-pit-kip jilid II. Jie Hiu timbul pikiran jahatnya, ia diam2 telah mencelakakan diri yaya, kemudian mencuri kitab Hian kui-pit-kip dan mendirikan perkumpulan Hian kui kauw..,........,." ketika bicara sampai disini, wanita itu nampaknya gemas, setelah mengertek gigi, lalu berkata pula: "Kepandaian yaya yang luar biasa hebatnya sudah akan selesai, ada satu hari nanti akan bikin Cian tek Jin mo Jie Hui tidak dapat lolos dari pembalasannya.........." Dengan gusar ia lantas meninggalkan rimba itu untuk menghampiri Ho Kie rebah, sambil diikuti oleh Gouw Ya Pa. Ho Kie saat itu masih tidur nyenyak, terang racunnya sudah habis dikuras keluar. Wanita baju merah itu berhenti disisinya, ia mengawasi Ho Kie sejenak, tiba2 menghela napas, lalu berkata kepada Gouw Ya Pa : "Gouw Ya Pa kau gendong dia!!" "Apa perlunya menggendong dia?" tanya Gouw Ya Pa heran, "Kau tak usah tanya, aku suruh kau gendong, gendong saja!" "Dia sudah bisa berjalan sendiri, suruh dia bangun!" ia lalu goyangkan tubuh Ho Kie "Hai..Hai... bangun!! mengapa tidur seperti orang mati?" Tidak nyana Ho Kie cuma balikkan badannya sebentar lantas tidur lagi. Menyaksikan keadaan demikian, Gouw Ya Pa merasa sangat heran. -oo0dw0oo- GOUW YA PA sudah tahu benar bahwa racun dalam diri Ho Kie sudah keluar semua, tapi mengapa sekarang kembali berada dalam keadaan seperti pingsan ? Ia tidak mau mengerti berulang ulang ia goyang2kan badannya sembari memanggil-manggil. "Hai, engko Ho, bangun !" Wanita baju merah itu lalu berkata dengan suara dingin : "Tidak perlu dibangunkan, dia sudah kutotok jalan darahnya, kalau aku tidak buka mana bisa mendusin?" Gouw Ya Pa yang mendengar keterangan itu, lantas lompat bangun. Meski ia agak jeri terhadap wanita baju merah itu, tapi karena dengan Ho Kie, ia sudah mengikat tali persahabatan yang akrab, bagaimana ia mau mengerti sahabatnya diperlakukan begitu rupa? Dengan nekad ia menyerang kepada wanita baju merah itu. "Kau mencari mampus!" bentuk wanita baju merah itu. Lalu gerakkan pundaknya, dengan secara gesit sekali sudah bisa mengelakan serangan si tolol. Kemudian kebutkan lengan bajunya. menggulung pergelangan tangan Gouw Ya Pa. Lengan baju itu meski tidak cukup satu kaki panjangnya, tapi ketika diputar, ternyata dapat mengeluarkan angin yang amat dahsyat. Gouw Ya Pa ketika agak lalai, pergelangan tangan kirinya sudah kena digulung. Gouw Ya Pa terperanjat, ia menarik sekuat tenaga, tapi ia merasakan bahwa lengan baju wanita itu seolah olah ular berbisa yang melibat tangannya, jalan darahnya segera dapat dikuasai, sebingga tidak bisa mengeluarkan tenaga. Mendadak ia menggeram, tangan kanannya kembali menyerang dengan hebat. Wanita baju merah itu ketawa, dengan lengan baju tangan kirinya kembali ia melibat tangan kanan Gouw Ya Pa. Gouw Ya Pa seorang yang kasar dan sangat handal, karena mempunyai ilmu kebal, ia bisa bertempur secara membabi buta tanpa takuti senjata musuhnya. Kala itu meski kedua tangannya sudah terlibat, tapi ia masih melawan terus dengan kedua kakinya menendang perut lawannya. Wanita baju merah itu nampaknya sudah sangat mendongkol, mendadak ia tarik kembali lengan kirinya, sedang tangan kanannya ia kebutkan. Dengan demikian, maka tubuhnya Gouw Ya Pa yang besar lantas terlempar sejauh tiga tumbak dan jatuh menggeletak ditanah. "Gouw Ya Pa, kau menyerah apa tidak?" tanya wanita itu dingin. Tapi Gouw Ya Pa pantang menyerah kepada musuh, kembali ia merangkak bangun, kemudian nyeruduk seperti banteng. Wanita baju merah itu sangat gusar, dengan cepat egoskan dirinya, sehingga Gouw Ya Pa kenjukejuk sampai kira2 1 tindak baru bisa tancap kakinya. Wanita itu lalu kebutkan lengan bajunya dengan telak mengenakan pantatnya. Serangannya itu ada hebat, bagi lain orang barangkali sudah tidak ampun lagi, pasti disaat itu juga melayang jiwanya. tapi bagi Gouw Ya Pa yang mempunyai ilmu kebal, cuma sempoyongan dan akhirnya jatuh ngusruk ditanah. Tapi ia tidak mau sudah, kembali merangkak bangun nyeruduk lagi! Untuk sementara wanita baju merah itu tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya, sekalipun jungkir balik ber-ulang , si tolol itu tetap membandel tidak mau menyerah. Wanita itu tiba2 mendapatkan suatu akal, setelah memancing lagi supaya Gouw Ya Pa menyeruduk, ia lalu menyambar tubuhnya dan melibat lehernya, setelah itu dengan kencang ia mencekik leher Gouw Ya Pa seraya berkata: "Kau menyerah mau tidak? Kalau kau tidak mau menyerah, aku nanti jerat mampus padamu!!" -oo0dw0oo- Jilid 6 GOUW YA PA tetap berkepala batu, meskipun lehernya sudah kena jerat, tetapi kaki dan tangannya masih bisa digunakan untuk melawan, tetapi lama kelamaan ia merasakan seperti sudah sukar bernapas tenaganya sudah mulai berkurang, lehernya dirasakan terjerat semakin erat, sehingga keringat dingin mengalir membasahi tubuhnya. Wanita baju merah itu kembali membentak: "Menyerah atau tidak !" Dalam keadaan demikian itu, sudah tidak ada jalan lain bagi Gouw Ya Pa kecuali menyerah. Karena ia sudah tidak bisa mengeluarkan suara ,maka ia hanya menganggukan kepalanya. Wanita baju merah itu lalu melepaskan tangannya dan mundur beberapa langkah. berkata kepada Gauw Ya Pa : "Gendong dia !" Kasihan keadaannya Gouw Ya Pa, seorang yang pantang menyerah kepada musuhnya kini terpaksa harus menyerah terhadap seorang wanita, bahwa hampir saja jiwanya melayang. Kalau memikir itu, hatinya merasa malu dan mendongkol. dengan terpaksa ia menurut semua perintah wanita itu, ia menggendong diri Ho Kie. Wanita itu kemudian mengajak Gouw Ya Pa masuk lagi kedalam rimba. Rimba yang letaknya dikaki bukit ternyata sangat luas, sehingga keadaannya dalam rimba itu sangat gelap. Wanita itu yang berjalan lebih dulu, setelah melalui jalanan berliku2, kira2 setengah jam lamanya, tibalah mereka didepan mulut sebuah goa. Mulut goa itu terpisah lima tumbak tingginya dari permukaan tanah. Lamping gunung kelihatan licin seperti cermin, sukar untuk didaki oleh manusia, tetapi sekali dengan enak saja dapat melalui rintangan itu. "Aku tidak bisa naik." kata Gouw Ya Pa sambil kerutkan alisnya. "Kau letakan dia ditanah, kemudian naik dulu sendiri." kata wanita itu sambil tonjolkan separuh badannya. "Begini tinggi aku tidak bisa naik." Wanita itu mengomel sendiri, lantas melayang turun kebawah lagi, dengan tangannya ia menjambret lengan baju Gouw Ya Pa dan lantas melesat lagi keatas. Sebentar kemudian Gouw Ya Pa sudah di bawa kedepan mulut goa. Gouw Ya Pa terheran, Wanita yang mempunyai bentuk badan yang begitu langsing bagaimana bisa dengan secara enak saja menenteng badannya dua orang sambil melesat begitu tinggi, betul-betul merupakan suatu Kepandaian yang sangat luar biasa. Dengan seksama Gouw Ya Pa melihat keadaan dalam goa itu, dinding goanya ternyata sangat licin seperti kaca saja. Dalam goa itu tidak terdapat penerangan api, tetapi penerangan dari luar goa dapat masuk kedalamnya melalui dindingnya yang seperti kaca muka itu. Wanita itu berjalan didepan sebagai penuntun. Tidak lama kemudian tibalah mereka kedalam sebuah kamar batu yang sangat luas. "Letakkan dia disana!" Dengan sikap dan suara dingin wanita itu memerintah Gouw Ya Pa sambil menuding dengan jarinya ke suatu tempat. Gouw Ya Pa hanya bisa, menurut saja, wanita baju merah itu lantas masuk kesebuah pintu kecil. Ia tidak mengucapkan perkataan apa apa. seolah olah tidak kuatirkan dirinya Gouw Ya Pa. juga tidak takut kalau Gouw Ya Pa bisa kabur. Gouw Ya Pa yang sudah mempunyai tekad membela diri Ho Kie, duduk disampingnya, Setelah menanti begitu lama, ternyata Gouw Ya Pa tidak melihat bayangan wanita baju merah itu lagi. Ho Kie berbaring merasakan matanya sepat, maka lantas tidur lagi, Dalam keadaan demikian ia hanya mengharapkan kedatangan seorang penolong. Kembali waktu telah berlalu dengan cepat. Hampir kira-kira satu jam lamanya, goa itu keadaannya masih tetap sunyi, seolah olah kuburan yang tidak ada orangnya. Gouw Ya Pa bangkit, mulutnya memaki-maki tidak berhentinya. "Kurang ajar! Apa artinya ini semua? Tawanan bukan tawanan, tamu tidak diperlakukan seperti tamu !" Ia berjalan mundar mandir dimulut goa, mulutnya terusterusan mengomel saja,. tetapi perutnya dirasakan suduh lapar sekali. Dengan perasaan mendongkol ia menghampiri Ho Kie, lalu berkata sambil menendang dengan kakinya. "Hai? Kau juga harus bangun untuk mencari daya upaya, kau tidak boleh tidur terus terusan begitu rupa!" Siapa nyana, tendangan itu justru membikin sadarnya Ho kie dengan tiba-tiba sambil kucek-kucek matanya Ho Kie lantas bertanya dengan heran : "Hai Gouw Toako, ini tampat apa?" "Sssst........" Dengan tiba2 Gouw Ya Pa menjadi punya pikiran sehat, ia memberi isyarat kepada Ho Kie supaya tidak bersuara, kemudian ia memeriksa keadaan dalam goa lalu berbisik ditelinga Ho Kie : "..Ssssttt! jangan ribut ya!! Kita berdua sudah kena tertawan." Ho Kie terperanjat lantas lompat bangun, "Apa benar? Siapa yang menawan kita?" tanyanya. "Aku juga tidak tahu siapa dia. Dia adalah seorang wanita cantik. Menurut keterangannya, engkongnya adalah suhunya Kauwcu dari Hiau-kui-kauw.........." Bukan main kagetnya Ho Kie, lantas ia mengeluh; "Mengapa bisa terjatuh kedalam-tangan orang Hian kui kauw. Ia coba bersemedi, ternyata tidak mendapat rintangan apa2, sedangkan racun yang berada ditubuhnya juga sudah tidak ada lagi. Ia merasa lega dan mencoba melihat lihat keadaan sekitarnya. ternyata keadaannya dalam goa itu amat terang. "Gouw Toako, apa kita tidak bisa kabur?" ia bertanya, "Benar, mengapa kita tidak kabur saja?" "Benar- aku sangat goblok......." tapi kemudian ia menghela napas ; "Ah! Kita tidak bisa kabur. Mulut goa ini berada dilamping gunung kira2 lima tumbak tingginya, barangkali aku tidak bisa melompat turun..........." Ho Kie lalu menarik tangannya Gouw Ya Pa : "Gouw toako, mari kita pergi lihat!" Sapa nyana belum sempat mereka bertindak, dibelakang ada orang berkata dengan suara dingin. "Apa yang mau dilihat? Mulut goa ini meski tidak ada apa-apanya tapi kalau kalian hendak pergi, benar2 tidak begitu mudah." Ho Kie putar tubuhnya dan menengok ke dalam, hatinya bergoncang..... Dipinggir pintu kecil dalam goa, ada berdiri seorang wanita muda yang parasnya jelek sekali, hidungnya pesek, bibirnya tebal, pipinya bopeng. Tapi, dengan dandanannya baju merah, tubuhnya yang ceking langsing itu sungguh sangat menggairahkan. Wanita jelek itu dengan tindakan kakinya yang lemah gemulai menghampiri mereka sambil ketawa hambar. Ho Kie hatinya berdebaran, sedangkan Gouw Ya Pa memandang dengan mulut menganga, Lama sekali, Ko Kie baru berani bertanya dengan heran. "Kau.... kau siapa?" Wanita itu ketawa cekikikan, "Aku she Shiu, namaku Gwat Eng. Sahabatmu ini sudah mengetahui asal usulku, apa dia tidak memberi tahukan padamu?" demikian ia berkata. Gouw Ya Pa melompat, membuka lebar matanya seolah2 tidak percaya akan penglihatannya. "Oh Tuhan.........Kau adalah.........,." ia mengeluh tak lampias. "Aku adalah Siu Gwat Eng, cucu perempuan Thian sat Sin kun, Siu It ciu. Kenapa memangnya? Gouw Ya Pa, apa kau sudah tidak kenali aku lagi?" Gouw Ya Pa masih merasa heran dalam hatinya, ia menjawab sambil gelengkan kepala; "Tidak, tidak... Dia bukannya kau dan kau bukannya dia.,.. " "Mengapa bukan? Barusan aku memakai kerudung kain maka kau tidak bisa melihat wajah asliku. Nah, lihatlah ini!" Siu Gwat Eng lalu mengenakan kain kerudungnya dan dipakai untuk menutupi wajahnya yang jelek, dengan demikian ia lantas berubah menjadi seorang wanita yang berbadan langsing dan kelihatannya menarik. Gouw Ya Pa sungguh tidak menyangka bahwa wanita yang mempunyai bentuk badan begitu bagus, tetapi wajahnya begitu jelek. Ho Kie menenangkan pikirannya. "Apa kalian adalah orang2nya Hian kui kauw?" ia bertanya. "Cuma boleh dibilang kalau Hian kui kauw adalah orang kami." jawab si wanita jelek sambil ketawa dingin. "Aku dengan Hian kui kauw ada mempunyai hubungan dengan Hian kui kauw, paling baik kau segera kenal gelagat. Kalau tidak jangan sesalkan kami akan berlaku kurang sopan terhadapmu," "Kau juga bermusuhan dengan Hian-kui kauw?" "Benar ! Cian tok Jin-mo telah membinasakan ayahku, aku sedang mencari dia untuk menuntut balas," "Kalau begitu sungguh kebetulan, Mari, mari, aku akan ajak kau temui Yaya" "Kita satu sama lain tidak mempunyai sangkut paut, perlu apa harus menemui Yaya mu?" "Bagaimana kau kata tidak ada sangkut pautnya? Kami juga menpunyai permusuhan dalam dengan Cian-tok Jinmo. Mari ikut aku, Yaya pasti akan memberitahukan suatu kebaikan, yang tidak akan kau sangka2." Setelah berkata begitu ia lalu menggapaikan tangannya dan masuk kedalam. Ho Kie merasa tertarik, ia berkata kepada kawannya dengan suara perlahan ; "Gouw Toako bagaimana kalau kita pergi lihat?" "Melihat saja tidak menjadi soal, cuma wajahnya itu perempuan jelek yang membikin aku mual." Ho Kie tertawa, ia lalu menarik tangan kawannya dan lantas mangikuti jejaknya nona Siu. Begitu mereka melalui sabuah pintu batu, didalamnya ternyata masih terdapat lorong yang panjang. jalanan itu sangat bersih, terang adalah buatan manusia. Dikedua sisi lorong ada terdapat tujuh atau delapan pintu batu yang semuanya tertutup. Ketiga orang itu setelah melalui jalanan lorong tadi, Siu Gwat Eng tiba2 berhenti dan berkata sambil tertawa : "Yayaku sudah empat puluh tahun menutup diri. Belum pernah menemui orang luar. Kalau nanti kalian masuk. harap suka sedikit bersabar." Setelah berkata ia lalu membuka sebuah pintu batu yang ternyata diperlengkapi dengan pesawat rahasia. Ho Kie dan Gouw Ya Pa saling pandang, mereka sungguh tidak menyangka bahwa didalam goa tersembunyi itu juga diperlengkapi dengan pesawat rahasia. Barangkali orang tua yang dinamakan Thian-sat Sin kun itu bukannya orang sembarangan. Belum habis mereka berpikir, mata mereka telah disilaukan oleh pemandangan didepan nya. Ternyata saat itu mereka sudah berada didepan pintu sebuah ruangan yang luas dan mentereng, Dengan perasaan ter-heran2 Ho Kie melangkah masuk dengan tindakan perlahan. Mendadak Siu Gwat Eng berbisik : "Lekas kalian berlutut!!" Ia sendiri lalu berlutut lebih dulu dan berkata dengan suara perlahan; "Yaya, Gwat Eng sudah ajak mereka datang kemari untuk menemui Yaya." Mengingat pantas menghormati orang tua, bersama Gouw Ya Pa lantas Ho Kie turut berlutut. Mendadak dari depan mereka terdengar suara orang ketawa berat. Meskipun suara itu rendah, tetapi ditelinga kedengaran sangat nyata. sehingga diam2 Ho Kie terperanjat atas ketinggian Ilmu Iweekang orang tua itu. Maka ia lantas berkata sambil tundukan kepalanya: "Boanpwee, Ho Kie dan Gouw Ya Pa di sini memberi hormat kepada Locianpwe." Suara ketawa lantas berhenti, disusul dengan suara yang dingin ; "Baik! Bangunlah !" Ketika Ko Kie angkat mukanya, seketika lantas berdiri kesima! Didepannya, sejauh kira2 delapan kaki, diatas sebuah tempat tidur duduk bersila seorang tua kurus kering yang rambutnya sudah putih seluruhnya. Orang tua itu karena badannya kurus dan pakaiannya gerombongan, maka kelihatannya agak lucu. Apa yang lebih menarik perhatian Ho Kie ialah sepasang matanya yang tajam yang pada saat itu tengah mengawasi dirinya dengan tidak berkesip. Orang tua itu dengan perlahan mengulapkan tangannya yang kurus, Siu Gwat eng segera mengambil dua kursi untuk kedua tamunya. Sekarang Ho Kie tidak berani angkat kepala lagi, sambil tunduk ia berkata pula ; "Boanpwe, atas ajakan nona Siu datang kemari untuk menjumpai Locianpwee," Orang tua itu lantas menjawab dengan perlahan ; "Lohu mengasingkan diri disini sudah hampir lima puluh tahun lamanya. Hari ini baru dapat bertemu dengan orang luar. Kalian berdua murid dari golongan mana?" Belum lagi Ho Kie menjawab Siu Gwat Eng sudah menghampiri Yayanya dan berbisik bisik ditelinganya entah apa yang diucapkannya. Orang tua itu angguk-anggukkan kepalanya, wajahnya yang kisut telah menunjukkan sikap yang seperti ketawa tapi bukan ketawa. "Baik!! Kalau begitu memang ada jodoh." katanya. Ho Kie merasakan seperti sedang duduk diatas duri, entah apa sebabnya ia merasa sangat jemu terhadap orang tua dan cucuaya itu, maka ia lantas berbangkit dan berkata ; "Boanpwe merasa telah mengganggu ketentraman Locianpwe, dalam hati merasa tidak enak sendiri, maka sekarang pula Boanpwe ingin minta diri." Orang tua itu mendengar perkataan Ho Kie, wajahnya mendadak berubah. "tunggu dulu, Lohu ingin bertanya kepadamu!" ia menahan. Terpaksa Ho Kie harus duduk lagi. Ketika ia melirik kepada Gouw Ya Pa, sang kawan itu sedang mengawasi padanya, maka keduanya lantas ketawa getir dan angkat pundak. Orang tua itu dengan tiba2 bertanya: "Lohu sudah lama tidak pernah dengar urusan dunia, apa Cian tok Jin mo Jie Hai ada baik?" Ho Kie tidak senang mendengar pertanyaan itu maka lalu menjawab dengan suara dingin: "Apakah Locianpwee menanyakan si iblis itu? Dia sekarang sudah menjadi kauwcu dari Hian kui kauw. Kambratnya tersebar dimana mana sehingga bisa malang melintang didunia dan merupakan satu iblis nomor satu pada dewasa mi ....... ." Orang tua itu perdengarkan suara ketawanya yang aneh. "Bagus! Bagus! Dia adalah seorang yang berhati kejam dan telengas, merupakan seorang luar biasa yang jarang ada dalam dunia." kata pula orang tua itu. Ho Kie membisu. Hanya dalam hati saja ia berpikir. "Apa orang tua ini sedang memikirkan hubungan antara murid dan guru sehingga mau bekerja sama dengan Cin tok Jin mo?" Selagi masih berpikir, orang tua itu mendadak berkata pula sambil mengawasi padanya dengan sorot mata yang tajam, "Apa kau ingin ke Kui kok untuk menuntut balas?" "Aku yang rendah dengan Hian kui kauw mempunyai permusuhan yang sangat dalam, maka pasti aku hendak menuntut balas." jawab Ho Kie dengan mendongkol, Pada saat itu, terhadap orang tua itu dalam hati mempunyai perasaan agak bimbang, maka kalau tadi membahasakan dirinya dengan boanpwe, sekarang telah merubahnya dengan perkataan "Aku yang rendah" yang mengandung maksud kurang menghormat. Tetapi orang tua itu yang sedang mengawasi padanya dengan penuh perhatian, sedikitpun tidak menunjukkan rasa kurang senangnya terhadap sikap Ho Kie itu. Setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, ia lalu bertanya pula : "Apa kau sudah yakin benar, dengan kepandaian yang sekarang kau miliki ini kau bisa menangkan Jie Hui?" "Aku yang rendah, meskipun mengetahui kepandaian masih rendah, belum cukup untuk menjatuhkan diri si iblis tua, tetapi permusuhan itu dalam laksana lautan, tidak mau aku mundur." "Bagus!!- Kau mempunyai nyali dan ambekan yang besar. Lohu sudah mempunyai daya upaya untuk membantu kau melaksanakan cita2mu. Tetapi entah kau suka atau tidak?" Ho Kie merasa kaget dan girang, maka segera ia berseru "Locianpwe!! Kau kata bisa membantu aku menuntut balas?" Orang tua itu menganggukkan kepalanya. "Lohu sejak dibikin celaka oleh murid durhaka, Jie Hui itu, maka lantas mengasingkan diri ditempat ini yang sampai saat ini sudah hampir lima puluh tahun lamanya. Kau mau pergi ke Kui-kok, ini juga berarti mewakili Lohu menghukum murid murtad itu. Hanya saja kau dan aku masih belum begitu kenal betul. Kalau usaha untuk menundukkan Jie Hui itu kuajarkan padamu, siapa yang bisa tanggung kalau hatimu berubah serupa dengan perbuatan Jie Hui yang telah mencelakakan Lohu?" "Kalau Locianpwe mau memberi bantuan, aku berani angkat tangan bersumpah, pasti tidak akan mengingkari janji atas budimu ini!......" Tetapi orang tua itu ber-ulang2 menggelengkan kepalanya. "Lohu sudah tertipu sekali, maka sekarang sudah tidak percaya lagi terhadap segala sumpah!" Ho Kie merasa putus asa, ia berkata sambil menghela napas : "Kalau Locianpwe mengatakan demikian, aku juga tidak berani memaksa." Mendadak orang tua itu berkata sambil ketawa dingin ; "Lohu cuma mempunyai satu cucu perempuan. Kalau kau mau membantu Lohu untuk meneruskan bebanku ini, terhadap dirinya cucu perempuan. Lohu akan menurunkan padamu semacam ilmu kepandaian luar biasa yang telah kuyakinkan selama beberapa puluh tahun lamanya. Saat itu, jangan kata kau hanya hendak menuntut balas terhadap Jie Hui, sekali pun kau ingin menjagoi dunia apa susahnya? Ho Kie tergerak juga hatinya, ia bertanya; "Locianpwee, suruh aku bagaimana mengatur diri nona Siu? Apa suruh aku ajak dia bersama2 pergi ke Kui kok ?" Mendadak orang tua itu tertawa tergelak-gelak: "Sudah tentu suruh kau bawa dia sama2 pergi ke Kui kok, bahkan kau harus bawa dia pergi merantau didunia supaya dia bisa membantu kau menjagoi dunia," Ho Kie tidak mengerti apa maksud orang tua itu: "Ha! ini......." Tetapi orang tua itu mendadak memotong; "Penemuan yang luar biasa ini, bagi orang lain yang meratap setiap hari juga mungkin sukar didapatinya, kau masih hendak berkata apa lagi?" Eng-jie kau antarkan dia kekamar dulu. untuk siap sedia. Yayamu akan segera keluar dunia lagi untuk menyelesaikan urusan besar ini." Siu Gwat Eng mendadak seperti orang malu2, ia menjawab sambil tundukkan kepala, kemudian menghampiri Ho Kie dengan tindakan perlahan: Ho Kie melihat gelagat kurang baik, maka buru2 berkata pula: "Apa maksud Locianpwee itu, aku masih belum mengerti." "Anak bodoh. Mulai hari ini dan untuk selanjutnya kau adalah seorang jago dan orang kuat nomor satu didunia. juga menjadi cucu menantunya Thian sat Sia kun. Apa kau tidak merasa girang?" Bukan main kagetnya Ho Kie. dengan cepat lantas lompat bangun dari kursinya, Gouw Ya Pa juga lantas lompat berdiri, sambil menepuk pundaknya Ho Kie ia berkata : "Saudara Ho, kau jangan sekali2 terima permintaannya. Nona itu parasnya menakutkan orang," Ho Kie berkata dengan suara gusar: "Kalau locianpwe benar2 hendak membantu diriku yang rendah sudah tentu aku merasa sangat berterima kasih, tetapi suatu perkawinan adalah soal besar. Harus mendapat persetujuan kedua pihak yang bersangkutan dulu, bagaimana bisa dipaksa?" "Kalau begitu, apa kau tidak suka?" tanya Thian sat Sin Kun dengan suara dingin. "Maaf Locianpwe, aku ada seorang rendah tidak pantas untuk menjadi kawan hidup nona Siu." jawab Ho Kie sambil angkat tangan memberi hormat. "Tidak apa. ucapan lohu sudah dikeluarkan, tidak pantas juga harus dibikin pantas." Ho Kie jadi gusar : "Dengan terus terang kukatakan, dengan wanita seperti cucu perempuan ini...," "Lohu tahu!!" orang tua itu memotong. "Soal jelek bagus kalau jodoh itulah takdir. Kau tidak perlu memikirkan soal ini." Ho Kie yang mendengar itu, benar2 merasa kewalahan. Setelah malongo sekian lamanya. ia baru bisa berkata dengan suara bengis ; "Locianpwee, dalam segala hal aku boleh menurut, hanya dalam hal perjodohan, maafkan aku tidak sanggup menerima." Orang tua itu matanya mendelik. "Apa? Apa kau sudah mempunyai pacar lain ?" ia membentak. Ho Kie hatinya bergerak, maka lalu menjawab : "Memang benar, aku sudah mempunyai tunangan, maka soal perjodohan ini aku tidak dapat menerima." "Ini juga tidak apa. Lohu bukan seorang yang berpikiran cupat.. Seorang laki2 boleh mempunyai tiga atau empat isteri, maka lohu berikan ijin untuk kau kawin lagi saja sudah." Keterangan itu agaknya sudah merupakan suatu keputusan yang susah untuk dirobah. Terpaksa Ho Kie harus berlaku keras juga. ia tetap dengan penolakannya, tidak mau mengalah sedikitpun juga, "Cianpwe, paling baik jangan memaksa-Aku yang rendah tidak bermaksud apa2 dengan nona Siu. maka tidak dapat menerima soal perkawinan ini. Sampai disini saja. kami ingin minta diri.!!" Sehabis berkata Ho Kie lalu menarik tangan Gouw Ya Pa dan berjalan keluar dengan tindakan lebar. Thian-sat Sin-kun tiba2 perdengarkan suara tertawanya yang aneh, lalu berkata dengan suara keras : "Binatang! Sungguh besar sekali nyalimu!! Apa kau anggap Lohu ada satu patung? Disini kau tidak boleh berbuat sesuka hatimu. Eng-jie tangkap mereka !" Siu Gwat Eng dengan cepat lantas bertindak, ia menghadang didepan mereka. Gouw Ya Pa tahu kalau perempuan jelek ini sangat lihay, maka buru2 sembunyi dibelakang Ho Kie sambil berkata dengan suara perlahan : "Saudara Ho, kedua lengan baju perempuan ini sangat lihay. Kau harus sangat hati hati" Ho Kie ketawa dingin, sambil melangkah maju ia berkata dengan suara sungguh2. "Nona, karena kami memandang kau sebagai kaum wanita, kami tidak suka turun tangan terhadapmu. Harap kau jangan mendesak keterlaluan." "Yayaku sangat memandang tinggi dirimu" Siu Gwat Eng menjawab dengan gusar. "Tidak nyana kau adalah seorang yang tidak kenal budi orang, Hari ini nonamu akan suruh kau membuka mata." Gouw Ya Pa yang berada dibelakang Ho Kie lantas memaki dengan suaranya yang kasar: "Perempuan jelek tidak tahu malu!! Kau sudah menjadi gila ingin mendapatkan laki2. Orang sudah tidak suka kau, kenapa masih mau memaksa terus." Siu Gwat Eng merasa sangat malu, maka setelah membentak keras, lengan kirinya lantas bergerak menyerang muka Gouw Ya Pa. Ho Kie menggeram, ia lalu tarun tangan untuk menyambuti serangan Siu Gwat Eng, Siu Gwat Eng terperanjat, dengan gerakannya yang gesit ia menghindarkan serangan Ho Kie dan lompat mundur tiga langkah- Sambil menarik diri Gouw Ya Pa, Ho Kie berkata dengan suara perlahan: "Gouw Toako lekas jalan!?" Kedua orang itu dengan cepat lari menuju kepintu. Mendadak terdengar suara nyaring, pintu yang mempunyai perlengkapan pesawat rahasia itu dengan cepat telah menutup sendirinya. Ho Kie terperanjat, sambil menarik tangan Gouw Ya Pa ia memutar tubuhnya sehingga berdiri membelakangi pintu. Thian sat Sin kun lalu berkata sambil tertawa aneh: "Bocah ! Hari ini kalau kau tidak mau menurut, jangan harap bisa keluar dari kamar ini." "Kalian dengan cara yang tidak tahu malu mendesak orang. Sekalipun mati, aku Ho Kie juga tidak akun menurut." "Satu bocah yang sangat bandel!! Eng jie lekas turun tangan. Suruh mereka merasai rasanya Thian mo Sin ciang." Sui Gwat Eng kakinya lalu berputaran, dengan bajunya yang panjang saling mengibas dan dengan secepat kilat sudah maju menotok tujuh jalan darah dibadan Ho Kie dan Gouw Ya Pa. Ho Kie mengetahui kalau ia tidak mengeluarkan kepandaiannya sukar untuk menundukkan kedua orang itu. maka setelah mengeluar bentakan keras, lalu sikutnya diputar, dengan menggunakan gerak tipu Liu sie thian tiaw, terus menyambar lengan bajunya Siu Gwat Eng. Siapa sangka, ketika jari dan tangannya sudah hendak mengenai ujung lengan baju lawannya, mendadak terdengar ketawa dinginnya Siu Gwat Eng, lengan bajunya ditarik kembali, tangannya yang tadinya disembunyikan didalam lengan bajunya dengan cepat bagaikan kilat lantas keluar menyerang. Ho Kie terperanjat, dengan cepat kibaskan tangan kirinya untuk menyambuti serangan lawan. Setelah terdengar suara nyaring, kedua orang itu lantas masing2 mundur tiga langkah. Siu It Cin yang menyaksikan pertempuran itu juga lantas berkata dengan heran : "Kiranya kau hendak mengandalkan kepandaian yang tidak berarti ini," Setika Ho Kie mendapatkan kepandaian dari warisan Toan theng Lojin. Ia percaya akan kekuatan sendiri, tidak nyana, setelah mengadu kekuatan dengan perempuan jelek itu, ia telah terdorong sampai mundur tindak, sehingga diam2 juga merasa terkejut. Siu Gwat Eng juga kelihatannya terperanjat, tetapi ia lantas menghentikan serangannya dan tidak mendesak terus. "Eng jie, kenapa tidak menggunakan Thian mo ciang hoat untuk membekuk dia?" Perintah Thian sat Sin kun. Siu Gwat Eng agaknya segan menggunakan ilmunya itu, ia berada dalam keragu-raguan tidak mau turun tangan. "Kalau kau tidak mau turun tangan lagi, nanti kalau yayamu sampai gusar, bocah itu tidak bisa hidup lagi......" kata Thian Sat Sin kun pula sambil ketawa dingin. Siu Gwat Eng yang mendengar perkataan itu, mendadak keluarkan bentakan, kedua lengan bajunya menggetar, orangnya mundur selangkah. Ho Kie tidak mengetahui sampai dimana kelihayan ilmu silat yang dinamakan Thian mo ciang hout, itu ia lantas siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan, Ia melihat Siu Gwat Eng mengangkat kedua tangannya dengan perlahan, sehingga lengan bajunya bergerak gerak dan mengeluarkan suara berisik. Entah dengan cara bagaimana, baju luarnya mendadak terlepas, hanya ketinggalan baju dalamnya saja. Gouw Ya Pa lantas berseru : "Kurang ajar!!! Perempuan tidak tahu malu." Belum habis ucapannya Gouw Ya Pa, telinganya mendadak seperti mendengar suara barang beradu, didepan matanya berseliweran sinar emas sehingga membuat silau mata yang melihatnya. Ho Kie dan Gouw Ya Pa terkejut, ketika mereka melihat lebih jauh, ternyata pakaian dalam Siu Gwat Eng yang ringkas itu penuh dengan potongan2 kaca kecil beraneka warna. Kalau badannya bergerak, bukan saja menerbitkan suara berisik, bahkan potongan2 kaca di seluruh badannya itu memancarkan sinar beraneka warna yang menyilaukan mata. Selagi berada dalam keadaan keheran heranan, mendadak ada berkelebat sinar, dan Siu Gwat Eng sudah maju menyerang dengan cepat. Dalam keadaan gugup dan tidak mengetahui dimana sang lawan, Ho Kie hanya menyambuti serangan itu dengan sembarangan. Maka kedua serangannya meluncur, telinganya kembali mendengar suara kerincingan, sambaran angin yang sangat hebat sudah berada dibelakang dirinya. Ko Kie buru2 memutar tubuh, tetapi selagi ia bermaksud hendak turun tangan, suara itu ternyata sudah pindah ke samping kirinya dan matanya dirasakan berkunang kunang. Ho Kie tidak mengetahui ilmu silat apa itu yang kelihayannya tidak berada di bawahnya ilmw Hu-kut-hiankangnya. Selagi dalam bingung, suatu kekuatan tenaga yang hebat sudah menyerang dadanya. Ho Kie membabat dengan tangannya, tetapi tiba didengarnya suara Gouw Ya Pa yang ternyata sudah rubuh ditanah, Gouw Ya Pa yang mempunyai latihan ilmu kebal dan sudah mencapai tingkat kesempurnaan, bagaimana dalam waktu segebrakan saja bisa dirubuhknn oleh Siu Gwat Eng? Ho Kie merasa bingung sendiri, mendadak didengarnya suara ketawa Siu Gwat Eng yang sekarang berada disebelah kanannnya. selagi menoleh, sikutnya dirasakan kesemutan, jalan darah Tay-hian-hiat ditubuhnya sudah kena serangan. Kekuatan dalam badan lantas lenyap dan lantas ia jatuh numprah di tanah......... Thian sat Sin-kun setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, sebentar kemudian Ho Kie sudah kehilangan ingatannya. Tatkala ia siuman kembali, telah mendapatkan dirinya sudah berada diatas pembaringan yang empuk. Lampu dari sepasang lilin kemanten telah menyilaukan matanya, Diam2 ia terkejut, "apakah aku sudah........" Sebenarnya ia ingin bangun, tetapi badannya tidak bisa digerakkan, ternyata totokan pada jalan darahnya belum dibuka. Ia menghela napas panjang, rupa2, pikiran mengaduk dalam hatinya. Sungguh tidak disangka kalau dirinya akan dijodohkan dengan perempuan jelek itu. Untuk sesaat lamanya hayangan Lim Kheng berkelebat di depan matanya, Lim Kheng adalah seorang perempuan yang cantik, kalau dibandingkan dengan Siu Gwat Eng. perbedaannya seperti langit dengan bumi, tetapi sekarang ini dimana adanya Lim Kheng? Mungkin hanya bisa didapatkan dalam kenangan dan impian saja?! Tetapi andaikata dikemudian hari bisa menemukan Lim Kheng, karena disamping ada perempuan jelek itu, apakah ia masih punya muka untuk menemui padanya? Ia sungguh tidak berani membayangkan masa yang akan datang yang menyeramkan itu. Rasa gamas dan sedih serta pikiran untuk menuntut balas sakit hati ayahnya, dalam menghadapi keadaan demikian itu, dadanya dirasakan seolah2 mau meledak. Mendadak pintu kamar terbuka. lalu masuk satu bayangan orang. Tidak perlu diduga lagi siapa orangnya, orang itu sudah tentu Siu Gwat Eng adanya, pikir Ho Kie. cepat2 Ho Kie memejamkan matanya, ia tidak mau melihatnya. Orang itu perlahan2 mendekati pembaringannya, lalu mengusap2 jidatnya, kemudian bertanya dengan suara perlahan. "Saudara Ho, apakah kau masih belum mendusin?" Ho Kie terkejut, cepat2 matanya dibuka orang itu ternyata adalah Gouw Ya Pa. Pada saat itu Gouw Ya Pa mengenakan pakaian warna merah. Ketika ia memeriksa badannya Ho Kie pada wajahnya kelihatan perasaan yang tidak keruan. "Gouw Toako, apa perlunya kau mengenakan pakaian begini?" tanya Ho Kie dengan heran. "Bukankah karena kau? Engkongnya perempuan jelek itu mengatakan, tidak ada orang yang membantunya. Ia suruh aku membantu membereskan soal perkawinan ini dan ia memaksa aku memakai pakaian ini." jawab Gouw Ya Pa sambil tertawa getir. "Ah!! Kau sendiri juga sengaja hendak menggoda aku?" kata Ho Kie dengan sangat mendongkol "Apa mau dikata. kita tokh boleh tidak menurut? Orang tua iiu lebih lihay daripada cucunya. Baru sepatah aku maki padanya, hampir saja tulang punggungku dibikin patah......" "Aku sudah di.... dikawinkan dengan dia. apa belum?" tanya Ho Kie. "Masih belum. Hari baiknya katanya masih belum tiba. Perempuan jelek itu benar- sudah seperti kemanten baru, Sikapnya malu2 ia tidak mau menengoki kau, sehingga orang tua itu menyuruh aku kemari." "Lekas kau buka totokanku. Kita segera kabur!!" "Adikku yang baik, kalau aku mampu membuka totokan jalan darahmu, bagaimana mereka mau percayakan aku datang kemari?" Hatinya Ho Kie sangat gelisah. "Gouw Toako, benarkah kau hendak menyaksikan aku benar2 menikah dengan perempuan itu?" "Sekarang keadaan sudah jadi begini, tidak bisa tidak harus menurut" "Pergilah kau. Kenapa kau tidak kawin dengan dia?" kata Ho Kie dengan gusar, tetapi mendadak ia bisa berpikir lain, maka lantas berkata pula ; "Gouw Toako, kau mau tolong aku atau tidak?" "Aku ingin sekali dapat menolongi kau untuk binasa saja, tetapi sekarang...." "Gouw Toako. kalau kau mau menolong aku, aku disini ada mempunyai suatu akal." "Akal apa? Coba kau sebutkan." Ho Kie lantas bisik- ditelinga Gouw Ya Pa wajahnya mendadak menjadi merah, ia lantas berkata ; "Aku tidak mau. Kau sendiri anggap dia jelek, tetapi kau lantas mau geser kepadaku. Kalau begitu kau mau enaknya sendiri saja." "Ini tokh cuma satu akal saja, bukan benar2 aku suruh kau kawin dengan dia. kalau kita berhasil, sudah tentu kita bisa kabur bersama-sama." Gouw Ya Pa berpikir sejenak, lalu berkata : "Taruh kata aku bisa berlaku menurut rencanamu, tetapi jalan darahmu masih belum bisa terbuka, juga percuma saja." "Kita main sandiwara harus sungguh2, Pergilah kau beritahukan kepada mereka, katakan aku sudah menurut, tetapi harus buka totokanku dulu, baru bisa melakukan upacara." "Akan kucoba," jawab Gouw Ya Pa sambil anggukkan kepala dan ia lantas berlalu. Belum berapa lama, benar saja Gouw Ya Pa sudah balik kembali bersama2 dengan Thian-sat Sin kun. Thian Sat Sin Kun yang ternyata kakinya hanya tinggal sebelah, menunjang dengan tongkatnya perlahan lahan berjalan masuk kamar. Lebih dulu ia memandang Ho Kie dengan sorot mata yang tajam, Kemudian berkata sambil ketawa dingin. "Apa kau sudah mau benar?" Dengan menahan perasaan gusarnya, Ho Kie menjawab sambil ketawa ; "Boanpwe yang bertekad hendak menuntut balas sakit hati ayah, karena mengingat Locianpwe sanggup memberi bantuan, bagaimana boanpwe bisa menyia nyiakan maksud baikmu itu. Meskipun paras nona Siu itu jelek. tetapi jodoh yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa2. Maka boanpwe terima baik maksud locianpwe untuk melangsungkan perkawinan ini." Thian sat Sin kun diam saja mendengarkan, setelah mendengar habis ucapan Ho Kie baru ketawa dan kemudian berkata : "Semua ucapanmu ini agaknya sudah kau pikirkan masak2, kau tentu hendak menipu Lohu" "Ucapan boanpwe ini adalah sejujurnya. harap locianpwe jangan banyak curiga." "Kalau kau benar2 bermaksud mengawini cucu perempuanku, mengapa kau selalu menyebut perkataan locianpwe? Ini nyata benar kalau maksudmu itu tidak sejujurnya." Ho Kie bungkam. Sebaliknya Gouw Ya Pa yang berdiri disampingnya yang ber-ulang2 memberi isyarat kepadanya, Ho Kie terpaksa tebalkan muka untuk memanggil Yaya. Thian sat Sin kun lantas ketawa ber-gelak2. "Itulah baru benar!" katanya puas. Tiba-tiba ia lantas mengangkat tongkatnya, dengan cepat menotok kelima jalan darah ditubuh Ho Kie, kemudian mundur kepintu, lalu berkata pula sambil tertawa; "Lohu hendak peringatkan kau. Tidak perduli perkataanmu ini benar atau bohong, jikalau kalian hendak kabur dengan sebelum melakukan upacara pernikahan, jangan kau sesalkan kalau Yayamu ini akan berlaku tidak pandang keluarga." Sehabis berkata ia lalu ketawa bergelak. Ho Kie cepat2 lompat bangun, diam-diam coba kekuatannya, ternyata tidak ada halangan. Maka lantas berkata kepada Gouw Ya Pa; "Tindakan pertama sudah berhasil, Gouw toako, sekarang aku mengandal bantuanmu sepenuhnya." "Harap saja kau jangan tinggalkan aku setengah jalan!!" mengeluh sihitam Tidak antara lama, upacara perkawinan telah dilansungkan. Siu Goat Eng dengan pakaian kemantennya karena wajahnya tertutup, dipandang dari potongan tubuhnya memang nampaknya sangat menarik. Dengan tindakan malu2 ia masuk kekamar dan berduduk dipinggir pembaringan. "Anak2 dunia kang ouw, tidak usah memakai segala upacara yang memusingkan kepala, kamu berdua saling menyoja, kemudian berlutut dan anggukkan kepala tiga kali di depanku sudah cukup." Demikian kata Thiun sat Sin kun. Dengan keadaan terpaksa, Ho Kie cuma bisa menurut saja. Setelah selesai upacara, Thian Sat Sin kun dan Gouw Ya Pa meninggalkan kamar kemantin. cuma tinggal Ho Kie dan Siu Goat Eng berdua. Siu Goat Eng masih merasa malu, ia terus tundukkan kepalanya. Ho Kie diam2 merasa kasihan kepada nona kemantin yang nasibnya jelek itu. ia segan membuka tutup wajah Siu gwat Eng dengan tindakan perlahan ia menghampiri pintu kamar pura2 menutup kamarnya, kemudian padamkan api lilin, Siu Goat Eng tiba2 berkata : "Engko Kie, kenapa kau bikin padam lampu lilin. Padahal itu harus dinyalakan sampai terang tanah!!" "Aku tidak bisa tidur kalau ada penerangan!" jawab Ho Kie. Siu Goat Eng berkata pula sambil menghela napas. "Aku tahu bahwa parasku sangat jelek, kau tentunya tidak suka melihat wajahku yang jelek itu. Ah meski wajahku jelek, tapi aku nanti bisa menyinta kau dengan setulus hati, supaya kau tidak membuang buang aku........" Ho Kie yang mendengarkan ucapan nona kemantin itu hatinya merasa pilu. hampir saja ia memeluk nona itu. tapi kemudian di urungkan. "Sudahlah, mari kita tidur!" demikian ia berkata sambil kertak gigi, Siu Gwat Eng kembali menghela napas panjang. lalu membuka pakaian kamantinnya dan merebahkan diri dipembaringan. tepat pada saat itu pintu kamar telah terbuka dengan perlahan, sesosok bayangan manusia telah berkelebat masuk, Ho Kie menggeser tubuhnya kepinggir pembaringan, kemudian menarik tangan orang itu dan menunjuk kepembaringan. Orang itu tidak berkata apa2 lantas naik dipembaringan............ Ho Kie dengan secara gesit sekali sudah lompat turun menghampiri pintu dan menantikan sambil menahan napas........,. Sang waktu perlahan-lahan telah berlalu, tidak diantara lama diatas tempat tidur terdengar suara keresekan! Hati Ho Kie berdebaran, ia harus memperhatikan gerakan diatas pembaringan, dilain pihak harus pasang telinganya untuk memperhatikan keadaan diluar kamer. Diluar pintu mendadak terdengar suara ketukan tongkat yang sangat perlahan, kalau tidak pasang telinga benar2, suara itu hampir sukar didengarnya. Mendadak suara tongkat berhenti didepan pintu, Ho Kie tidak berani bernapas, ia takut di ketahui oleh orang tua yang sangat lihay itu. Mendadak diatas pembaringan terdengar suara orang merintih : "Aaaaaah. engko...." Ho Kie terperanjat, diam2 herdoa ; "Tolol!! kali ini kau jangan sampai timbulkan urusan....., ." Suara rintihan terdengar pula, diluar pintu tongkat terdengar lagi, tapi perlahan-lahan kedengarannya makin jauh. Ho Kie lantas menghela napas lega. Tapi ia masih belum berani berlaku sembrono. dengan hati2 ia terus menunggu satu jam lamanya. Mendadak dari atas pembaringan lompat turun satu bayangan orang, Ho Kie lantas bertanya dengan suara perlahan : "Bagaimana apa sudah berhasil?" "Sudah!! mari kita pergi!!" terdengar suara Gouw Ya Pa. Ho Kie sangat girang, dengan perlahan ia membuka pintu lantas keluar dari kamar kemanten. Dengan sangat hati2 mereka berdua melalui jalan lorong, diujung lorong ada mulut goa yang menghadap jurang yang sangat dalam. Tapi baru saja hendak keluar dari mulut goa, mendadak terdengar suara bentakan "Mau kemana? Berhenti!" Dua orang itu terperanjat, buru2 hentikan kakinya, ketika mereka menoleh, seketika itu lantas berdiri terpaku. -oo0dw0oo- TERNYATA Thian-sat Sin-kun saat itu sudah berdiri sambil lintangkan tongkatnya dimulut goa. "Oh, Tuhan! ......" berteriak Gouw Ya Pa, dan lantas hendak kabur balik ke-dalam. Ho Kie menyambar tubuh Gouw Ya Pa dengan tangan kirinya, sambil lintangkan tangan kanannya diatas dadanya, ia berkata kepada si orang tua : "Locianpwee. kau dengan aku tokh tidak ada permusuhan apa2, harap kau jangan terlalu mendesak!" "Sungguh besar nyalimu, kau... kau perlakukan bagaimana dengan cucuku?" "Nona Siu masih berada dalam kamar, boanpwee tidak..." "Tutup mulut" membentak si orang tua itu, kalau ia masih berada didalam kamar dalam keadaan tidak apa2, dengan kepandaian yang dipunyai olehnya, masakan kamu bisa kabur dengan leluasa? Tidak usah banyak mulut, sudah tentu kalian sudah turun tangan kejam terhadap dirinya !" "Boanpwe meskipun tidak suka menikah padanya tapi juga tidak perlu harus mencelakakan dirinya. Kalau locianpwe tidak percaya, boleh periksa sendiri...." jawab Ho Kie gusar. "Baik! Mari ikut aku masuk !" Ho Kie dalam hati lantas berpikir, hanya satu orang tua ini saja sudah sulit dihadapi, kalau Siu Gwat Eng mendusin, kita terpaksa akan tertawan lagi. Karena berpikir demikian, maka ia lantas menjawab sambil ketawa ber-gelak2. "Silahkan Locianpwe periksa sendiri, maaf karena boanpwe masih ada urusan penting, terpaksa tidak bisa turut...." Thian-sat sin-kun mendadak ketawa bergelak2. Setelah berhenti ketawa, sepasang matanya nampak sangat beringas, dengau sikap keren ia berkata: "bocah she Ho. lohu sangat hargakan kau, hingga cucu perempuanku satu-satunya kujodohkan dengan kau. Bukan saja sudah membantu kau mendirikan rumah tangga bahkan hendak membantu kau menuntut balas untuk sakit hati ayahmu. Budi yang sebesar gunung ini kau anggap sepi, malahan dengan tangan keji menyelakakan diri cucuku, dan kemudian hendak melarikan diri? Malam ini kau menyerah secara baik, masih tidak apa tapi kalau kau tidak mau dengar kata. jangan sesalkan kalau aku nanti membuka pantangan membunuh. aku nanti bikin tubuhmu hancur lebur di bawah tongkatku!" Perkataan itu setiap patah seperti martil yang mengetok hati nurani Ho Kie dan Gouw Ya Pa. diucapkannya meski sangat perlahan, tapi kedengarannya sangat nyata dan seram. Ho Kie bergidik, Tanpa terasa, kakinya mundur satu tindak, ia coba membantah. "Perkawinan adalah urusan besar, bagaimana dapat dipaksa?" "Perintah orang tua itu tidak boleh di bantah. Perkataan yang keluar dari mulutku aku tidak mengijinkan kau membantah!" Ho Kie diam2 mengerahkan seluruh kekuatannya "Kalau locianpwe mau memaksa dengan kekerasan, jangan sesalkan kalau boanpwee berlaku kurang ajar!!" "Kau mempunyai kepandaian apa. coba berani main gila didepan lohu........?" Ho Kie mengerti bahwa sal ini tidak bisa dibikin beres secara damai. Selagi orang tua itu masih meleng, ia lantas keluarkan bentakan keras dan menyerang dengan menggunakan ilmu Tay lek-kim kong ciang. Dalam pikirannya Ho Kie, si orang tua yang berdiri membelakangi mulut goa apa lagi didalam lorong yang sempit ini, serangannya itu meski tidak bisa membinasakan jiwanya, tapi setidak tidaknya tentu ia akan menyingkir untuk mengelakkan serangannya. sehingga ia dapat kesempatan untuk menerjang keluar dari mulut goa yang dirintangi oleh orang tua itu. Siapa nyana siorang tua itu ternyata tidak menyingkir atau berkelit, bahkan menyambutipun tidak. Ia masih tetap berdiri sambil ketawa dingin..... Sebentar kemudian, kekuatan angin yang ditimbulkan oleh serangan Ho Kie telah menyambar pada orang tua itu. Thian sit Sin kun cuma tergoyang sedikit pundaknya. tapi sedikitpun tidaK berkisar dari tempat berdirinya ! Ho Kie kesima, Karena serangannya itu dilancarkan dengan menggunakan tenaga lebih dari 10 bagian, Jangan kata manusia, batu cadaspun mungkin hancur karenanya. Tapi bagaimana orang tua itu tidak bergeming barang sedikit. Selagi masih berada dalam keheran heranan, tiba2 mendengar suara Thian sat Sin-kun: "Dengan kepandaianmu yang cuma seupil ini, kalau lohu berniat membunuh mati kau, sangat mudah seperti membalikkan telapakkan tangan. Tapi malam ini lohu mau suruh kau merasa takluk benar2, sekarang lohu berdiri disini, akan menyambuti seranganmu sampai tiga kali, kau boleh coba saja." "Baik, kalau 3 seranganku tidak mampu merubuhkan kau, aku terima meyerah?" jawab Ho Kie gusar. "Saat itu, sekalipun kau tidak mau menyerah juga sudah tidak ada lain jalan. Gouw Ya Pa, kau sekarang menjadi saksinya!" Ho Kie sangat mendongkol, kembali ia hendak menggunakan tipu serangannya semula untuk menyerang si orang tua, tapi kali ini ia menggunakan tenaga sepenuhnya. Serangan dahsyat telah dilancarkan oleh Ho Kie, kali ini badannya orang tua itu nampak tergoncang hebat, darah bergolak didadanya dan hampir keluar dari tenggorokkannya, kakinya tidak bisa berdiri tetap, hingga akhirnya mundur satu tindak..... Orang tua itu lantas berubah wajahnya, ia berkata dengan suara dingin : "bocah, kau benar hebat! Lohu sekarang hendak pertaruhkan tulang2 lohu yang sudah bangkotan, untuk menyambuti seranganmu lagi !" Ho Kie semakin heran, karena kekuatan serangannya warisan dari Toan-theng Lojin, sudah cukup untuk menghadapi jago kelas satu yang mana saja didunia Kang ouw, tapi mengapa tidak mampu merubuhkan orang tua ini? Ini sungguh Ajaib! Selagi hendak melancarkan serangannya lagi, tiba2 ia ingat pelajarannya menghantam binatang nyamuk ketika masih berada di Lembah Patah Hati. Karena serangannya kedua kali tadi tidak berhasil, maka sekarang ia hendak mencoba serangan yang biasa digunakan untuk menghantam binatang nyamuk. Setelah mengambil keputusan tetap, ia lantas tarik kembali semua kekuatannya, lalu dipusatkan ketangan kanannya. Kemudian melancarkan serangan dengan perlahan. Serangan Itu tidak menimbulkan suara apa-apa, tidak keras seperti yang duluan.. Tapi orang tua itu mendadak merasakan ada semacam tenaga yang sukar ditahan, menyerbu dengan hebat! Ia buru-buru kerahkan kekuatannya dikedua kakinya, siapa nyana serangan Ho Kie- kali ini jauh berlainan dengan yang duluan, agaknya mengalir terus tidak hentinya. Thian sat Sin kun terperanjat, kekuatan coo Khie dalam dirinya ia perhebat sampai 80% untuk menahan serangan tersebut. Tapi ketika kedua kekuatan itu saling beradu, ia rasakan seperti membentur tembok baja yang sangat kokoh, hingga dirinya sendiri yang terdorong mundur. Ia semakin heran, selagi hendak melawan lagi, tapi sudah terlambat! Kakinya terangkat dari tanah, badannya mundur sempoyongan..... sebentar saja, sudah mundur kemulut goa- Thian sat Sin kun membentak keras, ia ayun tangan kirinya menyambuti serangan Ho-Kie yang luar biasa itu. Ketika kedua kekuatan tenaga dalam itu beradu, lalu terdengar suara bergemuruh. Lengan kanan Ho Kie dirasakan kesemutan, ia buruburu tarik kembali serangannya dan mundur beberapa langkah. Tapi Thian sat Sin kun sebaliknya mundur beberapa langkah. mulutnya menyemburkan darah segar, badannya sudah ada ditepi jurang. Gouw Ya Pa kegirangan-, "Saudara Ho mari lekas kita serbu!" 'ia berseru. Berbareng dengan itu, kakinya juga lantas melesat menubruk dirinya Thian -sat Sin kun. Si orang tua saat itu sudah tidak punya tempat mundur, apa lagi ia terluka didalam ketika menyambuti serangan Ho kie, hingga serbuannya Gouw Ya Pa yang dilakukan seperti kerbau gila membuat ia berada dalam keadaan yang berbahaya sekali. Tapi, biar bagaimana ia seorang jago tua yang sudah kenamaan, dalam keadaan sangat berbahaya seperti itu, ia masih bisa menahan supaya luka dalamnya tidak menghebat. Kemudian dengan menggunakan kekuatan yang dinamakan "Eng-jiaw-lek" (Kekuatan kuku Garuda) jari2- kanannya ditancapkan dibahu gunung, badannya melengak dengan gaya Thio pan-kio hingga dirinya bergelantungan disamping jurang. Ketika serbuannya menemui tempat kosong, Gouw Ya Pa tidak mau mengerti. Lalu maju lagi satu tindak tangannya menghantam kaki tunggal si orang tua. Thian-sat Sin-kun dalam keadaan menggelantung sambil mendongak, ia menyapu dengan tongkatnya, Justru serangannya itu berbareng dengan datangnya serangan tangan Gouw Ya Pa. Kalau Gouw Ya Pa bukannya Gouw Ya Pa, pasti akan menarik kembali serangan tangannya, hingga Thian-Sit Sinkun bisa balik lagi ke jalan goa. Menghadapi kekuatan si orang tua itu, buat Ho Kie dan Gouw Ya Pa bisa keluar dari mulut goa itu, sesungguhnya bukan soal gampang?! Tapi Gouw Ya Pa ada mempunyai ilmu kebal ia selalu tidak menghiraukan segala senjata tajam musuhnya yang ditujukan kepada dirinya. maka terhadap serangan tongkat si orang tua itu, ia juga tidak menggubris sama sekali. Bukan saja tidak menarik kembali serangannya, bahkan memperhebat serangannya. Serangan itu dengan cepat mengenakan kaki Thian-sat sin Kun, Sehingga tubuh orang tua itu meluncur kedalam jurang...... Tapi serangan tongkat si orang tua juga mengenakan, pinggang kanan Gouw Ya Pa, apa mau ilmu kebalnya Gouw Ya Pa kali ini tidak sanggup menerima serangan tongkat si orang tua, hingga pinggangnya dirasakan sakit dan mundur sempoyongan, kemudian duduk tumprah ditanah, jidatnya mengucurkan keringat dingin! Ho Kie lalu menghampiri sambil membimbing bangun, ia suruh kawannya itu mencoba menjalankan pernapasannya. "Tidak apa, cuma pinggangku sedikit sakit!" demikian jawabnya pemuda bandel itu sambil ketawa meringis-. "KEKUATAN tenaga lweekang Thian-sat Sin-kun bukan main hebatnya, jangan2 kau terluka bagian dalamamu." "Dia sudah kuhajar sampai jasuh kedalam jurang, mungkin lukanya juga tidak ringan, mari kita lekas pergi!" Ho Kie melongok kebawah jurang, ternyata dalamnya cuma kira2 5-6 tumbak saja, dalam hati merasa cemas. "jurang ini tidak dalam, Bagaimana bisa melukai dia ? Mari kita lekas berlalu dari sini!" Ia mengajak kawanya. Lalu melayang turun dari mulut goa. Ketika ia berada dibawahm ia menemukna tanda darah, tapi Thian-sat sin kun sudah tidak kelihatan lagi bayangannya! Ia mendongak keatas, tapi Gouw Ya Pa tidak keliatan turun. "Gouw toako, lekas turun." Ia berkata kepada kawannya. Dua kali ia memanggil, baru kelihatan Gouw Ya Pa tongolkan kepalanya. "Aku... aku tidak... bisa turun... "Jawabnya. Ia tampak Gouw Ya pa tengan kesakitan, kedua tangannya memegangi pinggangnya, napasnya memburu. Tanpa banyak bicara, Ho kie lantas memondong sang kawan lantas meloncat turun ke bawah. Ia terus lari kira2 tiga atau empat lie jauhnya, mendadak dirasakan Gouw Ya pa sudah tidak ada suaranya, Ia lalu hentikan kakinya, Gouw ya pa diletakkan ditanah. Ia coba periksa pernapasannya, ternyata sangat lemah, sudah terang bahwa luka kawannya ini sangat berat. Ia lalu duduk bersila, telapakan tangan kirinya diletakkan diatas jalan darah Leng thay-hiat, dengan kekuatan tenaga Iweekangnya sendiri ia salurkan kedalam dirinya Gouw Ya pa, untuk menyembuhkan lukanya. Kira2 satujam lamanya diatas kepala Ho kie nampak mengepul ada hawa panas, napasnya tersengal2, maka ia terpaksa hentikan usahanya untuk sementara. Ia coba memeriksa keadaan sekitarnya, ternyata disitu ada tempat yang penuh tumbuh2an rumput tebal dan bunga2 yang beraneka warna. Tidak nyana setelah berlalunya malam, ia dapat menemukan tempat yang seindah itu. Kala itu, disebelah timur sudah kelihatan sedikit sinar kuning, nampaknya sudah dekat terang tanah. Ho kie menghela napas, selagi hendak melanjutkan usahanya untuk mengobati kawannya, mendadak terdengar suara orang berjalan, ia segera tarik kembali tangannya dan lompat bangun. Ketiak ia membuka matanya tidak jauh dari tempat itu ada sebuah pohon, maka ia lantas gendong Gouw Ya Pa, dibawa sembunyi dibelakang pohon tersebut. Tidak antara lama, kelihatan satu bayangan orang menghampiri padanya dengan gerakan yang amat gesit. Orang itu memakai pakaian serba putih, tangannya membawa kipas. bukankah itu Lim kheng? tanya Ho kie pada dirinya sendiri. Ho kie sungguh tidak nyana dalam keadaan demikian bisa bertemu dengan Lim kheng lagi, maka lantas lompat keluar dan memanggil padanya. "Lim heng..." Tapi mendadak ia ingat bahwa Lim kheng sebetulnya seorang wanita, tidak seharusnya ia panggil hengte. maka buru2 merubah: "Enci Lim, aku mencari kau setengah mati." -ooo0dw0ooJilid 7 ORANG BERBAJU PUTIH itu hentikan tindakannya, tapi ketika mengawasi Ho kie, parasnya menunjukkan perasaan heran, lantas hendak berlalu lagi. Ho Kie sangat cemas, ia memanggil pula dengan suara keras : "Enci Lim, harap suka tunggu sebentar, aka ada sedikit perkataan hendak disimpaikan padamu!" Tapi orang itu tidak menoleh sama sekali, bahkan lari pergi dengan cepat. Ho Kie terus mengejar, sebentar saja sudah melalui perjalanan beberapa lie jauhnya. Ho Kie kuatir ia tidak dapat menyandak, ia juga kuatirkan lukanya Gouw Ya Pa, maka sambil mengejar ia terus bicara hampir meratap : "Enci, aku mohon sukalah kau beri kesempatan padaku untuk menjelaskan duduknya perkara... " Tapi orang yang diajak bicara terus kabur seolah2 tidak dengar perkataannya. Ho kie tambah penasaran, ia terus meratap: "Enci, apa salahnya aku? apa kau tidak sudi memberi kesempatan untuk aku untuk menjelaskan? Berilah aku kesempatan, selanjutnya kau tidak mau perdulikan aku lagi, aku juga rela..." Ucapannya itu agaknya menggerakan hatinya pemuda baju puti itu, maka lantas menhentikan tindakan kakinya. Ho kie girang sekali hendak mendekati, pemuda baju putih itu lantas membentak: "Berdiri disitu!" Ho kie terpaksa berhenti. "enci, mau kah kau detar bicaraku?" "Kau hendak bicara apa, kau bole ucapkan disitu saja, kalau kau berani maju lagi selangkah saja, aku akan segera menyingkir lagi!" jawabnya dengan tenang. "Baiklah aku menurut, asal kau jangan lari lagi." Pemuda itu ketawa. Mereka berdiri terpisah kira2 tiga tumbak, tapi Ho kie merasakan seperti terpisah jauh sekali. Ia ingin maju mendekati, tapi tidak berani. Maka ia cuma bisa mengawasi dengan hati mendelu. Pemuda baju putih itu lama menantikan, agaknya sudah tidak sabaran, maka lantas berkata dengan suara dingin: "Bukankah kau hendak bicara? Mengapa kini membisau saja?" "Yah." Ho kie menjawab sambil anggukkan kepalanya. Banyak perkataan yang hendak diucapkan, tapi saat itu mulutnya seperti terkancing, ia tidak tahu harus bagaimana memulainya. Pemuda itu melirik, lalu berkata pula: "Aku masih banyak urusan, kalau kau tidak lekas bicara, aku sekarang hendak pergi lagi." "Mau...! Harap tunggu sebentar. aku nanti jelaskan..." kata Ho kie cemas. Tapi apa yang hendak diucapkan? Ia tidak tahu. "Katakanlah!" tegur lagi sipemuda berbaju putih. "Enci, aku hanya ingin bertanya, dalam hal apa aku telah membuat kesalahan terhadap kalian?" akhirnya Ho kie beranikan hati bertanya juga. "Hanya itu saja?" "Yah! aku hanya mohon kau suka memberitahukan padaku, kalau aku benar2 bersalah terhadap kau, sekalipun kau hendak memaki atau memukul, aku akan terima. Tapi aku mohon kau jangan perlakukan aku secara demikian. Saudara Gouw Ya Pa itu ada sebangsa orang kasar, dia tidak tahu kalau kau.... oh... dia telah bikin robek bajumu! Terang ini.... kau juga tidak boleh sesalkan kau..." Pemuda baju putih itu setelah mendengar ucapannya. hatinya tergoncang Pikirnya: "Ah!! dia begitu erat perhubungannya dengan perempuan she Lim itu. kalau dia tau aku bukanlah Lim kheng..." Saat itu, ia sudah kepingin menjelaskan bahwa ia bukanlah Lim Kheng, melainkan Giok Sie seng Jie Peng dari Hian kui kauw. Tapi, mendadak ia berpikir pula. Ho kie bermusuhan dengan Hian kui kauw, juga mungkin masih gemas pada kejadian di Cit lie peng, maka lebih baik tidka dijelaskan. Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas menjawab dengan suara dingin: "Sepotong baju berapa harganya? Sama sekali aku tidak taruh di hati." Mendengar keterangan itu, Ho kie merasa girang. "Mengapa kau mendadak tinggalkan aku?" Demikian katanya. Jie peng diam2 merasa geli, tapi mulutnya berkata dengan suara dingin "kalau aku berbuat demikian, siapa yang bisa melarang?" Ho kie melongo, "tpai perbuatanmu ini pasti ada sebabnya, apakah itu?" "Tidak ada sebab apa2!" Sehabis ucapkan perkataannya yang terakhir itu, ia hendak berlalu lagi. Perasaan jelus telah menguasai dirinya, ketia Ho kie mengejar, karena dianggapnya dirinya Lim kheng, perasaan jelusnya ini semakin tebal, hingga akhirnya berubah menjadi benci.... Kalau ia tidak lekas2 tinggalkan pemuda itu, barang kali akan terbuka rahasianya yang ia telah mengaku sebagai dirinya Lim Kheng. Dilain pihak, Ho kie yang anggap Jie Peng adalah Lim kheng, benar2 hatinya semakin gelisah, maka ketika melihat pemuda baju putih itu hendak berlalu lagi, ia lantas berkata pula: "Enci, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" "Apa yang harus dijawab? Aku benci padamu!!" Ho kie merasa seperti disambar geledek, ia menjerit: "Enci, apa salahku sehingga kau mempunyai benci aku sedemikian rupa...?" "Tidak ada, pendeknya aku merasa benci sekali padamu, sebabnya apa kau juga tidak tahu. Aku tidak kepingin bertemu lagi dengan kau, semoga selama hidupku ini aku bisa menyingkir dari kau, kau boleh anggap saja tidka pernah bertemu aku, aku tidak akan menjumpai kau lagi!" Jawaban yang tidak terduga2 itu telah merupakan suatu pukulan yang hebat bagi Ho kie, sehingga seketika itu juga lantas berdiri terpaku disitu. Apa sebabnya Lim kheng mendadak membenci padanya sedemikian rupa? Apa lantaran bajunya dibkin robek oleh Gouw Ya Pa? Tidak mungkin! Tidak mungkin karena urusan sepele itu ia mendendam begitu rupa! Tapi ucapannya itu begitu tegas, bukannya bikinan. Lama ia berdiri bingung sendiri smabil pejamkan mata. Apa sebabnya Lim kheng berbuat demikian? Pertanyaan ini selalu berputaran diotakknya, tapi siapa yang mampu menjawab? Ho kie memikirkan itu kepalanya seperti mau pecah dan tatkala ia membuka mata, Lim kheng sudah tidak kelihatan bayanganya. Lim kheng sudah pergi jauh, mungkin seperti apa katanya sendiri, ia tidak akan menjumpainya lagi... Yang ada cuma tinggal kenang2annya, yah.. suatu kenangan yang mengharukan. Dalam kenaan dan pergaulan yang terjadi dalam watu singkat antara Lim kehngm tidak disangka akan meninggalkan bekas yang tidka enak buat dirinya. Ia merasa benci, bencinya terhadap dunia yang kejam ini... Sudah tentu ia tidak menduga sama sekali bahwa pemuda dengan sikap yang dingin yang mengaku Lim kheng, sebetulnya adalah Jie Pang dari Hian kui kauw. Entah berapa lama Ho kie berdiri bingung demikian rupa mendadak terdengar suara rintihan dari seorang wanita, yang kedengarannya makin lama makin dekat. "Engko Kie!! Engko Kie..." suara itu tegas terdengar dalam telinganya. Ho kie terperanjat, badannya gemetaran dengan tiba2. "Aaa.!! itu ada suaranya Siu Goat Eng!" demikian ia berkata kepada dirinya sendiri. Benar! itu memang Siu Goat Eng, yang oleh Thian-sat sin kun dinikahkan padanya secara paksa. Bukankah ia sudah ditotok jalan darahnya oleh Gouw Ya pa? Mengapa bisa datang kemari? Ho kie lantas ingat dirinya Gouw Ya pa yang masih terluka, maka buru2 balik menghampiri padanya. Tapi ketika ia tiba ditempat belakang pohon, disitu telah berdiri seorang tua dengan satu kaki sambil menunjang dengan tongkatnya. Orang tua itu adalah Thian sat sin kun yang jatuh kedalam jurang. Ho kie diam2 mengeluh. Gouw Ya pa telah menghajarnya sehingga orang tua itu terjatuh ke dalam jurang dan sekarang Gouw Ya pa yang sedang terluka parah telah terjauh dalam tangannyam sudah tentu banyak bahayanya. Ah, kalau Gouw Ya Pa terbinasa didalam tangan orang tua itu, bukankah ia sendiri yang telah mencelakakan dirinya? Mengingat samapi disitu, ia lantas maju menghampiri si orang tua dan memohon padanya dengan suara mengharukan. "Locianpwe, semua yang telah terjadi telah timbul karena diriku siorang she Ho seorang,Harap kau mau melepaskan dia!" Thian sat sinkun melirik padanya sejenak,lalu berkata dengan suara dingin: "Kau juga sudah tahu berbuat salah?" "Aku merasa tidak pernah berbuat yang sangat keterlaluan terhadap locianpwe..." Orang tua itu mendadak membentak dengan suara bengis dan memotong perkataan Ho kie: "Bocah she Ho, kalau kau tidak suka menikah dengan cucuku, mengapa kau cemarkan kehormatannya?" Pertanyaan itu seperti geledek menyambar kepala, sehingga Ho kie gelagapan seketika lamanya. "Perkataan locianpwe ini, sungguh aku kurang paham..." "Kau masih hendak berlagak pilon dihadapanku? Malam ini yang kau membiarkan kau berdua anjing berlalu dari sini. aku akan bunuh diri dengan tongkatku ini...!" Seiring dengan ucapannya, orang tua itu lantas membabat Ho kie dengan tongkatnya. Ho kie menggunakan ilmu Hoan-in sie sek, mengelakan serangan tersebut. "Aku... aku tidak..." ia coba membantah. Tapi serangan si orang tua terus mengancam jiwanya. Sekejap saja, ia sudah terdesak mundur sampai 10 tombak leibh jauhnya. Ho kie kini merasa sangat gelisah, Ia masih belum tahu bagaimana nasibnya Gouw Ya Pa. Kembali harus berdaya menghindarkan diri dari serangan siorang tua yang nampaknya sudah kalap. Ia lebih2 heran atas pertanyaan orang tua itu yang tentang dirinya Siu Goat Eng. Terang ia belum pernah menjamah diri nona itu, mengapa orang tua itu mengatakan padanya sudah mencemarkan diri sinona? MEndadak ia ingat sesuatu. Ah!! Cilaka!! Apakah itu bukan perbuatan si tolol Gouw Ya Pa? Ia masih ingat ketika sidogol itu menggantikan dirinya naik keatas pembaringan pernah dengar suara rintihan sinona, bukankah itu perbuatannya>? Mengingat itu, perasaannya jadi kalut sendiri. Pada saat itu Tongkatnya si orang tua sudah mengancam didepan matanya. Ho kie buru2 miringkan kepalanya, tapi lantas mendengar bentakan siorang tua. "Rebah!!!" ujung tongkatnya sudah mengenakan pundak kirinya. Ho kie yang merasakan sakit dipundak kirinya, terpaksa mundur tiga empat tindak. "Bocah she Ho, lohu suruh kau merasakan bagaimana harus menebus dosa atas perbuatanmu yang menodakan diri gadis orang!" kata si orang tua, lalu menyerang pula dengan tongkatnya. Ho kie yang pundaknya sudah sakit, hanya mengandalkan caranya berkeliat yang sangat luar biasa, tapi belum 10 jurus, ia sudah mandi keringat karenanya. Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar suara yang mengharukan "Engko Kie, Engko kie, kau ada dimana?" Thian sat sin kum yang mendengar suara itu hatinya merasa pilu, serangannya lantas menjadi kendor. Menggunakan kesempatan itu, Ho kie lantas berakta: "Locianpwe, kau dengar dulu keterangan ku, aku benar2 tidak..." Belum haibs ucapannya itu, sudah dipotong oleh suara yang memilukan: "Engko kie, Ah! kau ada disini..." Berbarengan dengan itu, sesosok bayangan merah lari menghampiri. Thian-sat sin kun yang menyaksikan keadaan demikian, cuma bisa menghela napas. Siu Goat Eng masih mengenakan pakiannya kemantin,hanya rambutnya saja yang awut2an menutupi wajahnya, ia lari sambil pentang tangannya hendak menubru Ho kie. "Nona siu, harap mengenal sedikit aturan!" berkata Ho kie sambil mundur. Siu Goat Eng tercengang dan hentikan tindakannya, ia mengawasi dengan sepasang matanya yang bening "Eh!! kita diantara suami istri masakan masih malu2..?" Ketiak ia menampak yayanya berdiri disitudengan sinar mata gusar, ia agaknya mengerti, maka lantas berkata pula sambil ketawa: "Ouw!! kiranya yaya ada disini,kau takut dicela oleh dia? Tidak apa, yaya paling sayang padaku. selanjutnya kau akan menjadi cucu menantunya, malu apa..." Thian Sat Sin kun yang mendengar perkataan cucunya , air matanya mengalir turun dari kelopak matanya, sambil menuding dengan tongkat,ia berkata kepada Ho kie: "Manusia berhati kejam, apa kau masih ada muka untuk bertemudengan dia?" Siu Goat Eng bingung mendengar perkataan engkongnya, dengan perlahan ia mendekati engkongnya, lalu berkata dengan suara lemah lembut: "Yaya, mengapa kau begitu marah? sekalipun dia salah, yaya juga harus pandang cucumu, ampunilah padanya!" Thian Sat Sin kun hatinya seperti diiris2, sambil merangkul cucunya ia berkata dengan suara sedih: "Anak tolol, apa kau masih membantui dia? Bocah berhati binatang ini..... Dia..... dia sudha tidak sudi kau lagi.... dia sekarang hendak kabur...!" Siu Goat Eng agak tercengang, ia berpalng mengawasi Ho kie. Ho kie menampak pandangan nona itu agaknya tidak mengandung rasa kebencian, bahkan lemah lembut, hingga hatinya merasa tidak enak sendiri. Sambil ketawa getir, Siu Goat Eng berkata kepadanya: "Engko kie, aku tahu parasku jelek, tidak pantas turut menjadi istrimu, tapi...." tiba2 ia menghela napas "Tapi....paras jelek itu pembawaan dari lahir, karunia Tuhan, bagaimana aku bisa merubah? Kalau kau tidak menampik,seumur hidupku ini aku bisa melayani kau setulus hatiku, aku akan bantu mengurus rumah tanggamu, mencuci pakaianmu, memasak untuk kau. Kalau kau hendak kawin lagi dengan wanita yang cantik, aku juga tidak melarang, aku cima menginginkan bisa merawat keturunan kitayang bagus dan cantik.. itu saja aku sudah puas....!" Thian Sat Sin kun hatinya semakin pilu, dengan suara sedih ia berkata: "Anak tolol, buat apa kau meminta2 padanya demikian rupa, dia ada seorang yang tidak berbudi dan tidak mempunyai perhatian, biarlah yayamu binasakan padanya. yayamu nanti carikan laki2 lain yang lebih cakap darinya..." "yaya, kau jangan berkata demikian, Pepatah ada kata" Nikah dengan ayam harus mengikuti ayam, nikah dengan Anjing,harus mengikuti anjing. Eng ji meskipun jelek, tapi juga mengerti apa artinya kesucian dan kewajiban sebagai seorang perempuan. Hidupku menjadi orang keluarga Ho, mati juga aku akan menjadi setannya keluarga Ho!" Thian Sat Sin kun menghela napas panjang, ia kerutkan alisnya, yang sudah putih cuma bisa menjawab sambil anggukkan kepalanya:: "Anak baik!! anak baik!!" Ho kie merasa malu dan pilu serta menyesal, ia lalu berkata sambil menyoja: "Budi dan kecintaan nona, aku siorang she Ho merasa banyak2 terima kasih. tapi..........." Tpai Siu Goat Eng lantas memotong: "Tidak usah pakai tapi2 lagi, kalau kau merasa aku terlalu jelek, bawalah aku disampingmu, aku bisa membawa diri sebagai bujangmu yang akan melayani kau, tidka akan nanti aku akan membuat kau malu...." Ho kie merasa sangat terharu, ia hampir tidak dapat menahan air matanya: "Aku siorang she Ho, bukannya orang yang pamer paras cantik dan jemu terhadap paras jelek, cuma saja aku merasa tidak ada mempunyai peruntungan untuk menerima kebaikan nona!" "Mengapa? kita toah sudak menikah.. bahkan sudah..." "Ho kie mendadak memotong dengan suara agak keras: "Noan Siu, harap kau suka dengar keteranganku, dimalam perkawinan kita itu, orang yang tidur bersam2 dengan nona bukanlah aku si orang she Ho.." Ucapan itu telah membuat Thian Sat Sin kun dan Siu Goat Eng pada pucat, mereka lompat mundur beberapa tindak dan bertanya hampir berbareng: "Apa benar? dan siapa dia?" -oo0dw0oo- DENGAN perasaan sangat malu Ho kie menjawab dengan suara perlahan: "Dia adalah sahabat ku, ialah saudara Gouw Ya Pa yang terluka dibawah tongkat locianpwe!" Siu Goat Eng mendengar keterangan itu lantas menjerit seketika dan jatuh pingsan.... Thian Sat Sin kun repot, buru2 menolongi dan menotok jalan darah sang cucu, kemudian berbangkit sambil pegang erat2 tongkatnya. "Manusia rendah yang tidak tahu malu!" Bentaknya dengan sangat gusar, "Bagus sekali kalau mengandalkan akal bangsatmu, kau anggap apa si orang she Siu ini?" "locianpwee aku....." perkataannya Ho kie belum lampias, Thian sat sin kun sudah menggeram sambil menyapu dengan tongkatnya. Lengan kirinya Ho kie sudah tidak leluasa digerakkan, tapi dengan menggunakan kegesitan kakinya ia berhasil menghindarkan serangan tersebut. "Locianpwee, kasihlah kesempatan aku untuk berikan penjelasan.." "Binatang.. apa lagi yang kau hendak bicarakan?" Orang tua itu rupanya sudah gelap pikirannya, ia menyerang lagi dengan senjata kalap. Ia kepingin bisa membinasakan Ho kie pada seketika itu juga. Ho kie merasa sakit dan gelisah, dengan terpaksa ia mengandalkan kegesitannya berkelitan, tapi nampaknya sudah hampir kewalahan. Mendadak ia dapat satu pikirian, "soal ini adalah sulit untuk dijelaskan, sebaiknya aku menyingkir dulu, kemudian mencari kesempatan suruh Gouw Ya Pa yang menebus dosa ini". Setelah mengambil keputusan demikian, ia lantas mengeluarkan serangannya sambil mundur dan berseru: "Locianpwee, harap kau jangan terlalu mendesak." "Kalau kau mempunyai kepandaian boleh keluarkan, kalau aku si orang tua tidak bisa membinasakan kau, bagaimana ada muka untuk menemui cucuku?" Ho kie pura2 gusar, ia melancarkan serangannya yang hebat, Thian sat sin kun terpaksa berlaku hati2. tapi tidak urung Ho kie dengan menggunakan ilmunya yang aneh sekali dapat meloloskan diri dari bawah tongkatnya kemudian dengan cepat melesat ke tempatnya Gouw Ya Pa dibelakang pohon besar. Keadaan Gouw Ya Pa sungguh menggenaskan, wajahnya kering pucat,ia rebah terlentang dengan napas sudah hampir hilang. Ho kie tidak mempunyai waktu untuk memeriksa lukanya Gouw Ya Pa, dengan cepat ia pondong pergi....... "Binatang, kau masih mengharap kabur?" Suaranya si orang tua sudah sampai disusul oleh serangannya. Dalamkeadaan kepepet, Ho kie terpaksa menggunakan ilmu Kim-na-khiu hoat, dengan tangan kirinya ia merebut ujung tongkat siorang tua. Siapa nyana,siorang tua itu sudah seperti kerbau gila,dengan sekuat tenaga ia mendorong tongkat yang dicekal ujungnya oleh Ho kie. sehingga anak muda itu mundur sempoyongan beberapa tindak, akhirnya jatuh duduk ditanah. Thian sat sin kun perdengarkan suara ketawanya yang aneh, tongkatnya diayun, membabat kepalanya kedua pemuda itu. Selagi dalam keadaan sangat berbahaya mendadak terdengar suara bentakan, kemudian disusul oleh munculnya dua bayangan orang. Satu berpakaian putih, satu lagi berpakaian kelabu. Orang berpakaian kelabu itu kakinya belum menginjak tanah, nampak sudah mengebutkan lengan bajunya, dari situ meluncur sebuah benda berkeredepan menyerang tongkat siorang tua. "Trang!" Suara beradunya barang keras terdengar nyaring. Thian sat sin kun dan orang yang menyerang sama2 pada mundur dua tindak. Thian sat sin kun terkejut. Ketiak ia menegasi siapa lawannya ternyata seorang wanita tua yang wajahnya sudah keriputan, rambutnya putih seperti perak. Bersama seorang pemuda yang berdandan seperti anak sekolah, sedang berdiri melintang didepan Ho kie dan memandang padanya dengan mata mendelik. Siorang tua mendadak ingat dirinya seseorang: Dalam kagetnya, kakinya mundur lagi setindak, lalu berkata dengan suara keren: "Owh!! Kiranya kau masih belum mampus!" Nenek2 itu ketawa dingin, matanya mengawasi dengan sorot mata keheran2an. "Aku kira siapa? Kiranya adalah kau si tua bangka!" Jawabnya dengan suara dingin. "Kau Hun lie-go, adatmu yang kukoay itu benar2 masih seperti dulu! Apa kau masih ingat pertemuan kita diatas Cay Sak kie? Tidak nyana kita bertemu lagi disini. Nampaknya kau masih tetap merupakan seorang wanita tua yang masih cantik!" kata Thian sat sin kun dengan ketawa bergelak2. "Pantas muridku mencari kau dimana2 tidak bisa menemukan., kiranya kau umpetkan diri sini? Aku siorang tua karena menghormati kau sebagai orang tingkatan tua, aku tidak jadi kecil hati. Tapi harap kau tahu diri sedikit, jangan nyeloncong tidak keruan!" jawabnya si nenek dingin. "Tidak nyana Kau lun lie mo si wanita geniat yang dulu pernah membikin banyak laki2 tergila2,sekarang juga mengerti apa artinya tahu diri. Sungguh aneh bin ajaib. Hahahahaha...!" mengejek siorang tua. "Tua bangka she Siu, kau hidup sampai begini tua, agaknya sudah masih tetap kotor mulutmu, apakah kau sudah bosan hidup?" "Mendengar perkataan mu, apa barangkali kau sudah bekerja sama dengan muridku yang durhaka, Jie Hui itu, dalam perkumpulan Hian kui kauw?" "Jie Hui ada sagat menghargakan orang2 tua, didalam Hian kui kauw khusus disediakan satu tempat yang disebut Cun-Hian-Koan, mengundang semua jago dari golongan tua untuk diberi kenikmatan dihari tuanya. Diantar begitu banyak jago2 tua, hanya kurang kau satu orang tua yang pernah menjadi gurunya. Disini ternyata kau punya adat dan martabat, bagaimana kau bisa sesalkan orang lain kalau tidak mau anggap kau sebagai sahabat, sedangkan muridmu sendiri juga tidak anggap kau sebagai guru?" "Kalau begitu, murtadnya Jie Hui adalah karena diogok oleh bangsa kalian orang2 jahat. Bagus sekali lohu kepingin mengunjungi Kui kok. untuk menyaksikan orang2 tua yang dipandang jago2 tua itu sebenarnya orang macam apa?" "Siu It Ciu, barang kali kau tidak cukup panjang umurmu untuk mencapai maksudmu itu!" "Sekarang aku hendak mencoba kekuatan siwanita genit!" Siu It Ciu membentak sambil delikkan matanya. Sedang tongkatnya juga tidak kelihatan, lantas membabat kepalnya sinenek. Si nenek yang disebut Kau Lun Lo mo itu tertawa dingin, sambil kakinya menyambuti serangan siorang tua dengan tongkatnya juga. "Trang!!" Suara keras terdengar nyaring. sinenek dibuat mundur tiga tindak. sedang Siu It Ciu sediri juga mundur beberapa tindak. "Kau lun lie mo, sungguh tidka kecewa kau menjadi pujaan dalam Cun Hian koan, kekuatanmu ternyata lebih hebat dari dulu. coba kau sambut seranganku sekali lagi.!" Demikian Thian sat sin kun mengejek,kemudian tongkatnya diangkat untuk menyerang lagi. Kau lun lie mo berdiri tegak dengan sepenuh tenagaia menyambuti lagi serangan siorang tua. "Trang!" kembali suara beradunya kedua senjata tongkat terdengar nyaring. KEdua fihak mundur beberapa tindak. Tapi Siu It Ciu masih berdiri tegak diatas kaki tunggalnya, sedangkan Kau lun lie mo karena kekuatannya masih kalah setingkat, berdiri agak sempoyongan. mulutnya mennyemburkan darah segar! "Kau lun lie mo, sekarang kau sudah merasakan sendiri bagaimana tongkatku ini?" bertanya Thian sat sin lun sambil ketawa puas. Kau lun lie mo wajahnya pucat, tangannya yang digunakan untuk memegang tongkat bergemetaran. "Siu It Cin, kapan kau hendak ke kui kok?" "Setelah membereskan persoalanku,nanti aku akan kesana untuk melihat sahabat lamamku!" "Baik!! Aku nanti yang akan menunggu kedatanganmu!" Siu It Cin dengan gemas memandang Ho kie dan Gouw Ya Pa, lalu memondong cucunya dan lari laksana terbang. Sinenek lalu berkata kepada sipemuda baju putih yang berada disampingnya: "Nona Peng mari kita pergi!" Ho kie tadinya masih menganggap pemuda baju putih itu adalah Lim kheng, ketika mendengar panggilan si nenek , Nona Peng, hatinya hampir lompat keluar. Lantas Gouw Ya Pa diletakkan ditanah dan ia sendiri lompat bangun. Pemuda baju putih yang bukan lain dari pada Giok Sie seng Jie Peng melirik kepada Ho kie lalu menghampiri padanya dengan tindakan perlahan. Ho kie buru2 melintangkan tangannya didepan dada dan bertanya dengan suara tidak lampias. "Kau...kau adalah...." "Aku adalah orang yang pernah kau jumpai didalam Thit lie kang dan dalam kuburan di Ngo kui-Cie. Apa kau sudah lupa?"Jawab Jie Peng sambil tertawa. Bukan main herannya Ho Kie, sampai ia berseru dan kemudian mengedumel sendiri, "Ya Allah, mengapa begitu mirip?" Dengan sikapnya yang lemah lembut, Jie Peng berdiri sejarak lima kaki dihadapan Ho kie lalu berkata sambil menunjuk Gouw Ya Pa dengan kipasnya: "apakah sahabatmu ini lukanya parah?" "Benar! ilmu kebalnya sudah dibikin buyar oleh orang tua itu, lukanya tidak ringan." Jie Peng keluarkan sebotol obat dalam sakunya, lalu disodorkan kepada Ho kie sambil berkata: "Ini adalah obat yang khusus digunakan untuk luka di dalam. kau boleh berikan kepadanya!" Ho kie ulurkan tangannya, tetapi mendadak hatinya tercekat, Tangannya ditarik kembali dengan cepat dan berkata dengan suara keras: "Apakah kau orangnya Hian kui kauw?" "Ini ada hubungan apa dengan Hian kui kauw?" Balas Jie Peng sambil tersenyum. "Kita dengan Hian kui kauw adalah mempunyai permusuhan yang dalam. Barusan meskipun kalian pernah memberi pertolongan kepada kami, tetapi rasanya tidak pantas memakan obat pemberianmu ini." Kau hun lie mo yang mendengar perkataan itu, dalam hati merasa gusar, ia lantas berkata sambil tertawa dingin: "Nona Peng, obat Kiu-Coan wan ini dibuat oleh ayahmu secara tidak mudah. Manusia yang tidak kenal budi ini, perlu apa kau perlakukan baik padanya. Sayang2 obat demikian mujarabnya." Jie peng tidak ambil perduli omongn Kau hun lie mo, ia berkata pada Ho kie sambil tertawa manis. "Meskipun betul kau mempunyai permusuhan dalam dengan Hian kui kauw, tetapi tidak demikian dengan sahabatmu ini. Obat ini aku berikan padanya, tolong kau yang memberikan, apakah itu tidak boleh?" "Aku si orang She HO karena merasa pernah menerima bantuanmu, hari ini aku tidak mempersoalkan permusuhan kita. Tentang luka sahabatku ini, aku percaya masih bisa mengobatinya sendiri. Tidak perlu kau turut capaikan diri." Jie Peng wajahnya berubah merah, terpaksa obatnya disimpan lagi, diam2 pula putar tubuhnya dan berlalu dengan tindakan perlahan. Tetapi belum berapa jauh ia berjalan mendadak ia memutar tubuhnya dan bertanya dengan suara pilu: "Kau sebetulnya ada permusuhan apa dengan Hian kui kauw?" Ho kie menatap wajah Jie Peng. dilihatnya dikedua pipi nona itu sudah basah dengan air mata. sehingga membuat pikirannya agak terguncang... Tetapi kematian ayahnya yang sangat menggenaskan kembali terbayang diotaknya, pengalamannya sendiri yang mengerikan telah menimbulkan rasa dendam yang sangat dalam. Dendam. Dendam!!! ini merupakan suatu dendam Sakit hati yang tidak dapat dihapus untuk selama2nya dan harus dicuci dengan darah. "Permusuhan aku si orang she Ho dengan orang2 Hian kui kauw mungkin tidak bisa dibikin habis untuk selama2nya. Ini saja keterangan yang dapat ku katakan. Bagaimana pikiran nona, itu terserah!" jawab Ho kie sambil angkat kepala. Kelihatan Jie Peng sangat berduka, Ia menghela napas berulang2, lama baru ia bisa berkata pula: "Aku tidka bisa berkata apa2, aku hanya mengharap supaya permusuhan diantara mereka dari golongan tua jangan diperhitungkan dipundaknya golongan muda seperti kita. Ho Siaohiap, meskipun kau pandang musuh padaku, demikian rupa, tetapi aku masih menganggap kau sebagai sahabat baik." Ho kie tertegun, Dengan tidak sadar ia lalu mundur beberapa langkah. Kedua matanya memancarkan sinar aneh. semua perkataan Jie Peng seperti palu besar yang mengetuk hatinya. Memang sebenarnya meskipun ia sendiri bermusuhan dengan Kauwcu hian kui kauw, begitu pula dengan Pun-tui ciu, Do Pao, tetapi dengan cara Jin Peng yang lemah lembut ini ada permusuhan apa? Hian kui kauw masih mempunyai ratusan, bahkan ribuan pengikut, apakah mereka itu semua adalah musuh2nya? Dengan pikiran sangat kalut Ho kie mengawasi Jie Peng yang tengah terlalu meninggalkan padanya. Ia merasa seperti tenggorokannya terkancing. Sebetulnay banyak perkataan hendak diucapkan. Tetapi tidak bisa dikeluarkan. Bayangan Jie Peng makin lama makin jauh dan akhirnya hilang dari pandangan matanya. Hati Ho kie merasa bingung seolah2 sedang berada ditengah kabut tebal yang tidak dapat membedakan jurusan mana yang hendak ditemptuh. Kau lun lie mo mengawasi padanya, Lama baru berkata dengan suara dingin: "Seorang bodoh yang tidak kenal budi!" Ho kie terperanjat, ketika pentang matanya si nenek sudah melesat menyusul majikannya. Ia menghela napas panjang, lalu menghampiri Gouw Ya Pa. Setelah digendong lagi,ia lantas berlalu dengan tindakan lebar. Malam sudah berlalu, sang pagi mendatangi. Ho kie berjalan sambil tundukkan kepala, kakinya dirasakan sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan sudah 2 kali ia mengobati Gouw Ya Pa, tetapi hasilnya nihil. Ia sangat kuatir dan gelisah. Sambil kertak gigi ia menahan penderitaan dalam dirinya. Auw Yang khia sudah mencuri kalajengking emas, pemunah racun. Lim kheng juga sudah berlalu tanpa pamit. Sekarang ditambah lagi lukanya Gouw Ya Pa yang sukar disembuhkan oleh usahanya sendiri. Bagaimana Ho kie tidak jadi jengkel? Sudah dua hari Gouw Ya Pa tidak makan dan minum, napasnya semakin lemah seperti orang mau mendekati ajalnya. Ternyata ia mencari tempat sunyi dibawah kaki gunung untuk mengobati Gouw Ya Pa dengan kekuatan Lweekangnya. Setelah berkutet satu jam lamanya. Ho kie dijidatnya sudah bermandikan keringat, napasnya tersengal2. Tapi Gouw Ya Pa saat itu parasnya sudah kelihatan merah, kemudian bisa mebuka matanya perlahan2 dan menatp wajah Ho Kie. Ho kie menampak sorto mata Gouw Ya Pa ternyata suram, dalam hati merasa kaget, ia buru2 bertanya: "Gouw Toako, apa kau merasakan sudah agak baikan?" Gouw Ya Pa menjawab dengan susah payah sambil gelengkkan kepalanya. "Aku... aku barang kali....... sudah tidak ada harapan lagi..." Hati Ho kie seperti diiris2 dengan tanpa dirasa air matanya mengalir keluar. "Gouw Toako, ini adalah gara2 aku yang mencelakakan dirimu..." demikian Ho kie berkata dengan suara pilu. "Bagaimana bisa salahkan kau? Aku dengan kau sudah bergaul sudah seperti saudara saja. Untuk kau sekalipun aku sudah mati seratus kali aku juga merasa senang. Hanya... Dalam hatiku masih mempunyai sedikit urusan yang belum bisa dapat kulepaskan begitu saja..." "Kau masih ada urusan apa? KAtakan saja kepadaku. ASal aku masih punya tenaga, sekalipun harus terjun kelautan api juga akan kulakukan..." "Aku juga tidak mempunyai sanak keluaraga. Dengan kau sudah kuanggap sebagai saudara sendiri, Jika urusan ini hanya dapat diberitahukan kepadamu saja." "Gouw toako, katakan saja, Pasti kubantu menyelesaikannya." Gouw Ya Pa kelihatan susah untuk mengeluarkan ucapannya, lama baru ia bisa berkata dengan perlahan. "Apa yang dalam hatiku kurasakan sukar dilepaskan adalah itu nona jelek didalam goa.." Ho kie terperanjat: "kau maksudkan, apakah cucu perempuan Thian sat sin kun itu?" tanyanya? Gouw Ya Pa anggukkan kepalanya. "Benar! adalah cucu perempuannya orang tua itu. Deengan terus terang malam itu aku telah berbuat gelo!" ia mengakui dosanya. Ho kie lantas ingat apa yang dikatakan oleh Thian sat sin kun yang mengatakan bahwa ia telah mencemarkan kehormatan cucunya. "Kau kata, apakah malam itu kau sudah berbuat tidak pantas dengan dia?" "Eii, mengapa kau sudah tahu?" "Toako, kau tidak usah bilang apa2 lagi. Soal ini aku sudah mengerti. Selanjutnya kau adalah cucu menantunya Thian sat sin kun. asal ada ksempatan sudah tentu aku akan menjelaskan persoalan itu padanya." Gouw Ya Pa anggukkan kepala dengan perasaan bersyukur. Sambil menghela napas ia berkata pula: "Ah! seumur hidup aku belum pernah mendekati orang perempuan. Tetapi pada saat itu entah apa sebabnya aku sudah berbuat begitu gelo. Saudara Hoa, kau toh tidak akan sesalkan aku?" "Kenapa aku mesti sesalkan kau? soal ini......." Pada saat itu mendadak ada orang memotong sambil ketawa dingin: "Ho siaohiap, Lolap sudah lama menunggu kau." HO kie terperanjat, ketika ia mengangkat wajahnya bukan main kagetnya. Ternyata ia sudah dikurung oleh segerombolan manusia, diantara meraeka terdapat orang2 biasa, imam dan padri. Jumlahnya tidak kurang dari dua puluh orang dan masing2 pada membawa senjata tajam. Orang yang berdiri dibarisan terdepan ada tiga, satu memakai pakaian padri berwaran kuning, satu berdandan seperti orang biasa, dan yang satunya lagi memakai pakaian imam dan di punggungnya membawa pedang tua. Terhadap orang2 ini, satupun tidak ada yang ia kenal, ia tidak mengerti, engapa mereka mengetahui namanya dan apa maksud mereka mengurung dirinya? Ia berbangkit dengan perlahan, matanya menyapu kawanan orang2 itu dan akhirnya mengawasi si padri baju kunin. Padri itu kira-kira sudah berusia tujuh puluhan tahun, alisnya yang panjang kelihatan menurun, matanya memancarkan sinar tajam. Terang ia adalah seorang tua yang mempunyai dasar Iweekang yang sudah sempurna. Ho kie bertanya dengan tenang: "Lo suhu dari mana? mengapa mengetahui namaku yang rendah?" "Ho siaohiap dalam waktu yang sangat singkat dengan mengandalkan kepandaianmu yang luar biasa telah membuat namamu terkenal di dunia kangouw. Sudah lama lolap mendengar kabar tentang dirimu, tetapi hari ini baru ada jodoh untuk kita saling bertemu." jawab sipadri baju kuning itu sambil tersenyum. "Apa itu betul? Dan Lo suhu ada orang dari golongan mana?" HO kie bertanya kaget. "Lolap bergelar Hui-kat ketua dari Ngo bie pay." Ho kie terperanjat, diam2 ia berpikir "Mengapa ciang bun jin Ngo bie pay juga datang kemari?" Secepat2nya ia menindan perasaannya yang tegang lalu berkata pula sambil menyoja: "Aku yang rendah baru saja terjun ke dunia kangouw, sehingga belum mengenal lo suhu. Harap supaya Lo suhu suka memberi maaf. Hui kak siansu cepat2 membalas hormat sambil merangkapkan kedua tangannya dan berkata sambil tertawa.: "Mana bisa begitu, sebaliknya adalah lolap yang terlalu ceroboh. Harap Ho siaohiap tidak kecil hati." Ho kie lalu mengawasi orang tua yang berdandan biasa yang berdiri dikiri padri tadi, lalu berkata sambil menyoja dihadapannya: "Harap cianpwe ini memberitahukna nama cianpwe yang mulia." Orang tua yang berwajah kelimis dan berbadan kurus kering itu lantas menjawab sambil membalas hormat. "Aku siorang tua bernama Tio Thian Ek, sekarang memangku jabatan ketua partay Tian-cong pay." Kembali Ho kie terkejut. Kemudian memandang orang tua berpakaian imam. Belum membuka mulutnya, orang tua itu telah berkata dengan suara dingin: "Nama pinto yang rendah, kiranya Ho siaohiap sudah pernah dengar!" "Aku yang rendah masih belum mempunyai pengalaman apa2, bagaimana pernah dengar? " menjawab Ho kie heran. "Pinto Thian-hian, ketua Hoa san pay, Ho siaohiap sudah melukai orang2 kami, dan menjatuhkan kedua sute pinto, apakah sudah lupa?" Mendengar keterangan itu, Ho kie terkejut. Ia menyapu orang2 disekitarnya. mereka pada mengawasi padanya dengan sorot mata beringas, dengan tanpa banyak bicara mengurung dirinya. Ia memang ada seorang muda beradat tinggi, menyaksikan keadaan demikian, sebaliknya lantas hilang rasa kedernya, lantas menjawab sambil ketawa dinign: "Apa maksudmu totiang mengajak ketua Ngo-bie dan Tiam khong serta banyak orang ini mengurung aku yang rendah?" "Ho siaohiap kita sebagai orang terang tidak perlu berbuat menggelap. Di Ngo kui cio kau telah membinasakan banyak jiwa, merampas benda pusaka kalajengking emas, kejadian ini belum berapa hari saja. apakah kau sudah lupa semuanya?" jawab Thian hian totiang sambil ketawa menyindir. "Peristiwa di Ngo kui khiu, kenapa kau tidak berani menanyakan kepada Hian kui kauw?" "Hian tancu dari Hian kui kauw, Li Hui Hoaw, juga terbinasa dalam kuburan tua. Ho siaohiap yang masih begini muda sungguh tidak nyana ada begitu cerdik, bisa menggunakan akal untuk melimpahkan dosanya kepada orang, supaya Hian kui kauw dengan Hoa san pay kedua partay saling bunuh dan kau sendiri akan memungut untungnya?" Ho kie mendengar perkataan imam tua itu lantas gusar seketika. "Totiang cuma berani menghina yang lemah dan takuti yang kuat. Kau tidak berani mengganggu Hian kui kauw, sebaliknya berlaku begini garang kepada diriku seorang yang lemah. Heh.. heh.. kau siorang she Ho meskipun cuma seorang diri, tapi tidak nanti takut kepada Hoa san pay yang mengandalkan jumlah banyak." "Tutup mulut! Apa kau kira pinto tidak berani menempur kau sendirian?" Hui kak siansu yang melihat kedua pihak sudah mau bergebrak cepat2 berkata dengan suara nyaring: "Omitohud! Bolehkah Ho siaohiap dengar perkataan Lolap dulu?" "Lo suhu adalah salah satu ketua dari partai besar, sudah tentu aku si orang she Ho akan hargakan perkataanmu!" jawab Ho kie. "Hoa san pay telah kehilangan banyak orangnya di Ngo kui cio. Ho siaohiap boleh mengatakan tidak tahu tentang ini, tetapi itu kalajengking emas yang sangar berharga, apakah Ho siaohiap yang mengambil dari kuburan?" Ho kie tercengang, dengan tidak berasa ia telah mundur satu tindak, Ia hanya bisa menjawab: "Tentang ini....." Ketua Tiam khong pay, Tio Thian Ek tiba2 nyeletuk: "Orang she Ho! Seorang laki2 berani berbuat harus berani pula bertanggung jawab. Apakah kau hendak menurut perbuatannya manusia yang tidak tahu mau itu yang hendak cuci tangan begitu saja?" Ho kie sangat gusar, mendadak ia mendongak dan ketawa bergelak-gelak.. Thian Hian totiang dengan sorot matanya yang beringas mendadak membentak dengan suara bengis "Bocah sombong! apa yang kau ketawakan?" "Ho kie adalah seorang laki2 sejati. Bagaimana tidak berani mengaku perbuatannya sendiir? Memang benar benda pusaka kalajengking emas itu adalah aku siorang she Ho yang mendapatkan. Tetapi bukannya didapatkan dari tangan orang2 Hoa san pay Lo Su Ie." "Dari tangan siapa kau dapatkan barang itu?" memotong Thian hian Totiang. "Aku dapat benda itu dari tangan siorang cebol, Shao Cu beng." Thian hian totinga lalu mengawasi Hui kak siansu dan berkata padanya sambil ketawa dingin: "Siansu sekarang kau bolehlah percaya bahwa ucapan pinto tidak bohong! Bocah she Ho ini perkataannya melantur tidak keruan. Benar2 menggemaskan." "Omitohud! Anak muda jangan suka membohong." "Perlu apa siansu banyak capaikan hati?" Tio Thian Ek menyelak. "Aku situa bangka sungguh tidak suka dengan sikap bocah yang kurang ajar ini. Lebih baik tangkap saja dan geledah dirinya." Ho kie yang mendengar perkataan itu naik darah seketika. "Ho siaohiap." Hui kak Siansu berkata pula kepada Ho kie. "Lolap hendak mengatakan sepatah kata yang mungkin tidak enak didengar. Kalajengking emas itu adalah kepunyaan Hoa san pay, sudah seharusnya kalau dikembalikan kepada Thian hian totiang. Dengan demikian, permusuhan kedua pihak boleh segera dihapuskan....." "Tadi sudah kujelaskan dengan tegas, Benda itu sebenarnya bukan kepunyaan Hoa san pau, apalagi aku dapatkan itu dari tangannya si orang she Shao" Jawab Ho kie gusar. "Ho siaohiap tidak perlu membantah, Shao Cu beng sudah menjelaskan semua persoalan kepada Hoa san pau. Tidak seharusnya Ho siaohiap membunuh mati Lo Khungcu dan membawa kabur kalajengking emasnya." "Mereka semua telah memfitnah aku. Apa yang bisa ku perbuat?" "Orang she Ho, jangan banyak rewel. Kau mau keluarkan atau tidak?" membentak Tio Thian Ek. "taruh kata kalajengking emas itu benar ada dibadanku, kau mau apa?" Ho kie tetap tidak mau mengalah. "Aku si tua bangka nanti suruh kau rasakan sendiri!" Bentak Tio thian Ek yang lantas menghunus pedangnya. Ho kie lantas ketawa bergelak2 seraya berkata: "Tuan2 telah mengandalkan pengaruh yang besar dan mendesak aku sedemikian rupa. Terpaksa aku melawan." Tio Thian Ek hanya ketawa dingin. ia lantas memutar pedangnya, dengan tipu serangan, Lo ma Hun ciong, pedangnya menikam dada Ho kie. Ho kie hanya bertangan kosong, tidak membawa senjata apa2. tetapi ia tidak takut...Kakinya digeser dan tangannya diputar, dengan berani ia menyambuti tangan Tio Thian Ek yang memegang pedang. Gerak tipu anak muda itu yang sangat luar biasa cepatnya, membuat Tio Thian Ek terperanjat, sekalipun sudah merupakan seorang tua dengan banyak pengalaman ia juga masih merasa jeri. Maka cepat2 ia menarik kembali serangannya dan sekali ini pedangnya digunakan untuk menyabet. Ho kie yang sudah panas hatinya, telah turun tangan tanpa ragu2 lagi. Dengan menggunakan tipu silatnya Hoan Eng sie sek, secara gesit sekali berseliweran diantara sinar pedang, sehingga membuat kawannya agak ripuh, Belum sampai lima jurus tangannya sudah berhasil nyelusup dan menepok sikut kanan lawannya. Pedang lantas terlepas dari tangannya Tio Thian ek jatuh ketanah. Tio Thian Ek hanya bisa berdiri menganga, keringat dingin membasahi badannya. Orang2 yang mengepung Ho kie lantas pada berterika, sebentar saja sudah ada lima atau enam, orang yang maju menyerang berbareng. Ho kie kembali menggunakan tangan kosong menyambuti serangan setiap orang. Setelah terdengar beberapa kali suara benturan keras disusul oleh beberapa kali suara jeritan. Ada empat atau lima orangnya Tiam cong pay yang sudah dibikin terpental dan jatuh ke tempat yang jauhnya lebih dari satu tombak. "Sudah lama kudengar, sembilan partai besar yang katanya ada mempunyai banyak orang kuat. Tidak tahunya hanya begini saja!" Kata Ho kie sambil ketawa dingin. Orang2nya Ngo bie pay semua telah dibikin kesima oleh kekuatan Ho kie yang luar biasa itu, sehingga tidak ada seorang pun yang berani berlaku gegabah lagi. Hui Kak siansu lalu berkata sambil rangkapkan tangannya: "Omitohud! Ho siaohiap turun tangan terlalu kejam. Sebentar saja sudah melukai banyak orang. KEkejaman demikian barangkali akan menimbulan marahnya banyak orang!" "Aku sebetulnya si orang she Ho tidak ingin melukai orang. Adalah kalian sendiir yang mendesak aku berbuat demikian. " Jawab Ho kie sambil ketawa dingin. Tiba2 terdengar suara bentakan keras dan Thian hian Totiang sudah melompat menghadapi Ho kie. "Bocah she Ho, jangan terlalu jumawa. Pinto hendak menghajar kau.!" "Boleh coba saja!" Ho kie menantang. Thian hian totiang lalu berseru kepada orang2nya dengan suara nyaring. "Semua anak murid Hoa san hanya diperbolehkan menonton, dilarang bergerak jika tidak ada perintah." Kiranya ia sudah mengetahui kekuatan Ho kie yang demikian hebat, ia kuatirkan jika dirinya sendiri kalah, nanti anak muridnya akan menyerbu dan tentu mengakibatkan jatuhnya banyak korban seperti apa yang telah terjadi pada anak muridnya Tiam cong pay. "Sebetulnya Totiang tidak usah terlalu merendah, suruh saja mereka maju berbareng, aku tidak takut!" Thian-hian Totiang yang sudah gusar benar benar lalu melancarkan serangannya dengan hebat. Begitu juga Ho Kie yang sangat benci kepada imam yang hendak memfitnah dirinya ini, ia sengaja tidak menyingkir maupun berkelit, dengan kedua tangannya ia menyambut serangannya Thian-hian Totiang. Kedua pihak telah menggunakan kekuatan lebih dari tujuh bagian, maka sebelum kedua kekuatan saling beradu, angin keras sudah mengaung lebih dulu. Sebentar kemudian lalu kedengaran suara benturan hebat. Ho Kie mundur satu tindak, pundaknya tergoyang, sedangkan Thian hian Totiang harus mundur sampai tiga tindak baru bisa berdiri tegak lagi. Ketua Hoa-san-pay itu hatinya merasa kaget bukan main. Pantas bocah ini berani berlaku begitu jumawa. Dalam usia yang begini muda ternyata sudah mempunyai kekuatan begitu hebat. Demikian siimam itu berpikir, dan seketika itu lantas tidak berani memandang ringan lawannya, diam2 ia memusatkan seluruh kekuatannya dikedua tangannya. Ho Kie memandang gerak gerik Thian-hian Totiang dengan tidak bergerak- Mendadak terdengar bentakan Thian-hian Totiang yang dibarengi dengan serangan tangannya. Kembali Ho Kie menyambuti serangan itu, sehingga suara benturan terdengar pula. Sekarang masing2 mundur tiga tindak. Ho Kie merasa luka lama dilengan kirinya jadi linu kembali, cepat2 ia mengatur pernapasannya untuk menghadapi kembali serangan lawannya, Sebaliknya Thian hian Totiang merasakan isi perutnya seperti diudal. Hampir saja ia mengeluarkan darah segar dari dalam mulutnya. Kini ia telah mengerti, bahwa anak muda dihadapannya ini mempunyai kekuatan yang tidak dibawah kekuatannya sendiri. Kecuali terluka kedua duanya, ia sebetulnya sudah merasa tidak ungkulan untuk menundukkan padanya. Dalam kedudukan sebagai ketua, jika sampai ia dikalahkan oleh musuhnya yang muda ini, bukankah akan menjadi buah tertawaan dunia rimba persilatan? Otaknya diasah mencari akal, diam2 timbul pikiran jahatnya, bahkan lantas berkata sambil ketawa dingin ; "Binatang, apa kau berani bertanding pedang dengan pinto?" "Kau hendak menggunakan pedang? Terserah pedamu sendiri ! Aku siorang she Ho selamanya tidak pernah menggunakan senjata." Thian hian totiang tidak menantikan Ho Kie selesai bicara, lantas ulapkan tangannya dan berseru : "Minta pedang!" Seorang laki laki berpakaian imam lantas menyahut dan melemparkan sebilah pedang Ceng kong kiam. Thian hian Totiang menyambuti, kemudian ditancapkannya ditengah dan lantas berkata dengan suara dingin : "Kalau pinto menggunakan pedang sendiri-meskipun dapat merebut kemenangan, tetapi itu tidak jujur. Sekarang kau boleh menggunakan pedang ini, mari kita main main beberapa jurus." Ho Kie melihat pedang yang menancap itu masih menggetar, maka diam2 lantas berpikir. "Kalau aku tidak mau menggunakan pedang, tentunya akan ditertawakan orang." Setelah berpikir demikian ia lalu mengulurkan lengannya untuk mencabut pedang tersebut. -oo0dw0oo- Jilid 8 THIAN HIAN Totiang ketawa bergelak gelak. "bocah she Ho, kalau kita bertempur nanti, kau tidak usah sungkan2. Pinto akan pertaruhkan jiwa yang sudah tua ini. Kalau masih belum mendapatkan keputusan, siapapun tidak boleh berhenti !" sehabis berkata lantas menghunus pedangnya. Pedang tua itu, seluruhnya memperlihatkan warna ungu kehitam hitaman serta memancarkan sinar yang berwarna serupa pula. Terang pedang itu pedang pusaka, Sebaliknya pedang ditangan Ho Kie hanya merupakan pedang biasa saja, dengan perbandingan itu saja pedang Ho Kie bukannya tandingan pedang lawannya. Thian-hian Totiang sebagai ketua dari salah satu partai besar, ternyata tidak malu menggunakan akal muslihat yang begitu rendah untuk merebut kemenangan. jika hal itu tersiar di dalam Kang-ouw, pasti akan menjadi buah tertawaan orang banyak. Tetapi pada saat itu ia sudah bernapsu benar hendak mengambil jiwanya Ho Kie, maka ia sudah tidak memikirkan lagi dirinya nanti akan dicaci maki dan mendapatkan nama busuk. Setelah mempersilahkan Ho Kie bersiap, ia lantas mulai menyerang dengan pedangnya. SejaK Ho Kie belajar ilmu silat dilembah Toa-thenp gay, belum pernah ia menggunakan senjata tajam, maka ilmu pedangnya tidak dapat dibandingkan dengan ilmu pedang Thiau hian Totiang yang sudah terkenal sebagai akhli pedang. Ketika melihat pedang Thian hian Totiang sudah menikam dirinya, dengan tidak banyak pikir pula ia cepat2 menangkis dengan pedangnya. Thian-hian Totiang ketawa dingin, ia memutar pedangnya sehingga membuat lingkaran besar. Ho Kie terperanjat, dengan sendirinya lantas mengeluarkan serangan tangannya sambil mundur beberapa tindak...... Thian hian Totiang semula sabetannya hendak memapas pedang ditangan lawannya yang kemudian akan mengambil jiwa lawannya itu. Sungguh tidak disangkanya Ho Kie ada demikian cerdik dan tangkas, begitu melihat gelagat kurang menguntungkan lantas mundur sambil mengeluarkan serangan tangannya, sehingga dapat mencegah maksud siimam yang jahat itu. Thian hian Totiang sudah kalap benar. Setelah serangannya yang pertama dibikin gagal, kembali mengeluarkan serangannya beruntun tiga kali, Ilmu pedang Hoa-san-pay memang sudah sangat terkenal didunia persilatan. jangan kata Ho Kie yang tidak pernah menggunakan pedang sebelumnya, sekalipun bagi orang yang sering menggunakan pedang juga masih sukar menandingi Thian hian totiang yang sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun lamanya. Betul saja, serangan pedang itu sudah membuat Ho Kie kelabakan. Ia merasa seperti dirinya sudah terkurung oleh pedang imam itu. Dalam kagetnya, mendadak ia dapatkan satu pikiran yang aneh. Sekarang ia tidak lagi menangkis atau menyambuti, juga tidak balas menyerang, hanya dengan menggeser2kan kakinya ia melepaskan diri dari ancaman pedang lawannya dan perlahan lahan sudah berada dibelakaug imam itu. Thian hian Totiang yang sedang merasa bangga, mendadak telah kehilangan lawan, kemudian dibelakangnya tiba2 suara Ho Kie berkata : "Totiang, lihat pedang!" dan ternyata ujung pedang sudah menempel, dipunggungnya. Thian hian Totiang terkejut, secepat kilat ia membalikan tangannya dan menyambuti. Setelah suara Tranngg!! Terdengar nyaring, tangan Ho Kie mendadak dirasakan ringan, ternyata pedangnya sudah terpapas kutung. Dalam kagetnya, Thian hian Totiang sudah membalikkan badannya dan membabat dengan pedangnya. Ho Kie terperanjat- Kembali ia menggunakan ilmu Hui kat hian kangnya dengan cepat kembali sudah berada dibelakang dirinya Thian hian Totiang, Kali ini ia sudah mempunyai pengalaman, ia tidak menggunakan pedangnya lagi, melainkan dengan tangan kirinya ia menyerang punggung si Imam. Thian hian Totiang yang seumur hidupnya belum pernah menyaksikan ilmu silat yang demikian aneh, dengan cepat memutar kembali tubuhnya, tetapi kembali Ho Kie juga sudah menghilang. Ia tahu, bahwa Ho Kie pasti sudah berada dibelakang dirinya. Selagi hendak menyerang dengan pedangnya tiba2 Ho Kie sudah mengancam jalan darah Leng tay hiat pada panggungnya. Bukan main terkejutnya imam itu, ia tidak keburu memutar tubuhnya lagi. terpaksa harus lompat melesat tinggi dan setelah berjungkir balik ditengah udara lalu melayang turun sejauh satu tumbak lebih. Meskipun gerakannya itu sudah cukup gesit, tetapi ketika orangnya melesat keatas, paha kirinya sudah kena serangannya Ho Kie sehingga ketika melayang turun ditanah ia sempoyongan dan hampir saja jatuh duduk ditanah. Ho Kie ketawa dingin, ia lantas lemparkan pedangnya yang tinggal sepotong, kemudian memburu sambil ayun tangannya. "jangan lari!! Sambut lagi seranganku!!" katanya Tian hian Totiang sudah tidak mempunyai tempat untuk menyingkirkan diri lagi. jika ia menyambuti dengan tangannya, pasti akan terluka dibawah serangan Ho Kie yang hebat. Oleh karenanya, maka ia lantas hendak berlaku nekad, pedangnya disambitkan dan meluncur kearah Ho Kie. Tiba2 terdengar bentakan keras: "Jangaa !!!" Sesosok bayangan kuning dengan cepat telah maju, tangan kirinya diputar untuk menyambuti pedang Thian hian Totiang. sedangkan tangan kanannya digunakan untuk menghalau serangan Ho Kie. Meskipun tindakannya itu telah berhasil, tetapi karena kekuatan tangan dan pedang tadi ada sangat hebat, maka tidak urung dirinya sendiri juga terdorong sampai tiga tindak jauhnya. Ho Kie melihat bahwa orang yang memisahkan tadi ternyata adalah ketua dari Ngo bie pay, Hui Kak Siansu. Dalam hati ia merasa tidak senang, maka ia lantas berkata sambil tertawa dingin : "Apa kalian hendak mengandalkan jumlah orang banyak hendak menghadapi aku siorang she Ho secara bergiliran?" Setelah membalikkan pedangnya Thian hian Totiang, Hui Kak Siansu lalu menjawab pertanyaan Ho Kie sambil rangkapkan kedua tangannya "Omitohud! Lolap karena memandang Buddha yang welas asih, hanya mengharapkan supaya permusuhan kalian kedua pihak dibikin hahis sampai disini saja," "Tidak usah banyak bicara dihadapanku, sekalipun kalian maju semua, aku si orang sbe Ho juga tidak takut". "Ho siauhiap demikian mengagulkan diri sendiri, apa kau sudah menganggap bahwa kepandaianmu ini sudah tidak ada orang lagi yang mampu menandingi?" "Apa kau juga ingin mencoba?" "Meskipun lolap seorang bodoh dan tidak berguna, tetapi ingin mencoba kekuatan Siaohiap." "Baiklah. Sambutlah seranganku ini !!" Dengan cepat Ho Kie lalu mengerahkan serangannya yang segera disambut oleh Hui kak Siansu. Ketika kedua kekuatan saling beradu, lantas terdengar suara nyaring. Hui kak Siansu terdorong mundur dua tindak, maka dalam hati juga merasa heran. "Sungguh hebat!" Demikian pikirnya. Ho Kie juga terpental mundur sampai tiga tindak, darah segar hampir saja keluar dari mulutnya, tetapi ia tidak mau menunjukkan kelemahannya, maka darah itu ditelan kembali dan kemudian berkata sambil tertawa : "Siansu, kau rasa bagaimana?" "Siancay!! Siancay!! Hampir saja lolap tidak sanggup." "Toa suhu, sekarang sambut lagi seranganku!!" Adu kekuatan untuk kedua kalinya telah terjadi, Meskipun Ho Kie mempunyai kekuatan sangat tinggi, tetapi ia yang sudah dengan beruntun menghadapi tiga musuh kuat. kekuatan tenaganya sudab tentu berkurang. Apa lagi harus menghadapi Hui-kak Siansu yang kekuatannya masih diatas kekuatan Thian hian Totinag dan Tio Thiao Ek, maka ketika mengadu kekuatannya yang kedua kali, Hui-kak Siansu terdampar mundur satu sampai lima tindak, dadanya dirasakan sakit, tetapi Ho Kie sendiri sudah terdampar sampai tujuh tindak, dan sekali ini darah segar sudah keluar dari mulutnya, maka ia lantas cepat2 duduk bersemedi untuk mengatur pernapasannya. Tio Thian Ek yang menyaksikan itu, hatinya merasa girang, dengan tidak banyak rewel lagi ia lantas lari menghampiri. Ia sudah napsu besar untuk mendapatkan Kalajengking emas itu, maka dangan tidak memperdulikan Ho Kie yang sedang terluka itu, ia lantas merobek bajunya. Baju Ho Kie robek menjadi dua potong. Selagi tangan Tio Thian Ek hendak mengambil Kalajengking emas, siapa tahu telah menemukan sesuatu benda yang tidak terdugaduga... Ketika ia menyaksikan benda tersebut, wajahnya berubah seketika, kedua tangannya gemetaran, perasaannya menegang, kedua kakinya lemas kemudian berlutut dihadapan Ho Kie dengan lakunya yang sangat hormat seraya berkata: "Ciang bun-jin Tiam-khong pay keturunan ketiga puluh, Tio Thian Ek disini menerima dosa." Thian-hian totiang yang menyaksikan keadaan demikian merasa bingung sendiri ia buru2 menghampiri dan ketika ia dapat lihat benda itu, wajahnya juga berubah seketika, kemudian berlutut sembari berkata dengan sikap hormat : "Ciang bun jin Hoa-san-pay keturunan ke-7 Thian Hian menerima dosa!" Hui Kak Siansu mengerutkan alisnya setelah mengebutkan bajunya, ia lantas maju menghampiri. Ketika menampak benda tersebut, buru2 mundur 3 tindak, sambil rangkapkan kedua tangannya. Dengan sikap yang menghormat sekali ia berlutut sambil berkata: "Ciang bun jin Ngo-bie pay keturunan ke 40, Hui Kak disini menerima dosa!" Kejadian ini telah mengejutkan semua orang yang menjadi murid2nya ketiga partai besar itu. mereka saling memandang, tidak mengerti apa sebabnya ketua mereka itu mendadak berlaku demikian terhadap lawannya! Tapi, karena mereka semua merupakan anak murid ketiga partai besar itu, menampak ketua mereka berlaku demikian, terpaksa pada melemparkan senjata masing2 dan lantas berlutut dibelakang ketuanya. -oo0dw0oo- SETELAH hening sekian lamanya, Ho Kie per-lahan2 membuka mata. Ketika ia menampak semua orang2 dari ketiga partai itu berlutut dihadapannya, hatinya menjadi heran, maka lantas lompat bangun. Mendadak ia rasakan dadanya dingin, ia baru tahu kalau bajunya telah terobek, hingga kelihatan dadanya. Ia jadi semakin heran, apakah mereka semua sudah gila? Tentu tidak!! Hal ini mesti ada sebabnya. Ia coba memeriksa keadaan dirinya sendiri, kecuali rantai dan tanda emas yang dikalungkan dilehernya oleh ayahnya, tidak kedapatan apa2 lagi Apakah benda ini yang menyebabkan orang2 ketiga partay berlutut dihadapannya? ia bingung sendiri lalu meraba-raba kalungnya itu. Itu hanya sembilan buah rantai yang terbuat dari emas biasa, dibawah masing2 rantai ada tergantung sebuah lempengan emas kecil yang ada lukisannya 9 orang dengan ber-macam2 dandanannya. Ada yang berpakaian paderi, imam dan biasa ... Benda itu tidak ada apa2 yang aneh apakah benda ini mempunyai pengaruh gaib? Ia menebak3 dalam hati sendiri. Ia memang ada seorang cerdas, setelah berpikir lagi, lantas dapat menduga bahwa sembilan buah rantai ini pasti ada mempunyai riwayatnya yang penting. Ia coba berlaku tenang, dengan suara dingin ia berkata kepada mereka ; "Apa kalian sudah tahu dosa sendiri?" Hui Kak Siansu buru2 menjawab sanbil tundukan kepala: "Kami sesungguhnya tidak tahu kalau Ho Siaohiap adalah Kiu hoa Sang. jeng Lengcu (pemegang kuasa tanda pusaka 9 partay}, atas kedosaan kami, kami semua rela menerima hukuman!" Ho Kie terperanjat. Benda dilehernya itu kiranya adalah Kiu-hoan Seng-leng yang dibuat oleh 9 partay besar dirimba persilatan. Mengenai benda ini dahulu pernah diberitahukan kepada Toan-theng Lojin, tidak tahunya kalau itu berada dibadannya sendiri. Kalau waktu itu ia tahu benda tersebut dibadannya, niscaya Toan-theng Lojin tidak perlu turun gunung lagi, sehingga dibikin celAka oleh orang- Cian-tok Jin-mo yang sampai sekarang belum ketahuan nasibnya. Dengan pikiran kusut Ho Kie memegang rantai kalungnya itu. setelah termenung sekian lamanya, mendadak ia ingat pesan ayahnya tentang benda yang menyangkut nasibnya 9 partai besar dirimba persilatan. Itu adalah Kiu-hoan Seng leng! Kalau tidak karena benda ini, ayahnya tidak akan binasa dilembah Kui-kok, Toantheng Lojin juga tidak akan menderita kecelakaan...... Kalau mengingat itu, Ia benci kepada 9 partai besar itu mengapa menciptakan benda yang membawa malapetaka demikian? Ia bolak balik memeriksa benda emas itu, 9 orang yang terukir diatas lempengan emas adalah "Ciang- bun Cowsu dari 9 partai yang menciptakan Kiu-goan Seng-leng ini. Mereka telah mengukirnya pada masing2 lempengan emas ini sebagai tanda perhubungan erat antara kesembilan partai supaya anak muridnya dari masing2 partai dikemudian hari menjunjung tinggi dan menghormati orang yang membawa tanda ini. Tetapi benda itu sekarang dimata Ho Kie merupakan tanda yang telah menyebabkan kematian ayahnya, sehingga ia menjadi seorang piatu yang ter luntah2. Perasaan itu telah membuat ia benci kepada Kiu hoan leng. Mendadak ia menarik benda itu dari lehernya. Para ketua dari Ngo bie, Hoa san dan Cian khong semua pada berseru kaget, Hui Kak Siansu lantas menanya dengan gelisah : "Ho Siaohiap, kau menghendaki apa?" Ho Kie tidak menjawab, ia hanya memegang Kiu hoan lengnya erat2. Akhirnya ia berkata : "Baik! Aku hendak........" Semula ia pikir hendak menghancurkan benda yang membawa malapetaka ini, tetapi kemudian dapat berpikir lain, benda ini adalah peninggalan ayahnya yang diberikan kepadanya dengan taruhan jiwa. Kalau sekarang dirusak, bukankah itu berarti akan mengecewakan roh ayahnya? Pada saat itu ia mendadak ingat Gouw Ya Pa yang sedang terluka parah, maka ia berkata dengan perlahan : "Diantara kalian siapa yang membawa obat luka didalam ?" Hui Kak Siansu menjawab dengan segera:, "Lolap ada membawa Sam-yang Pek-po wan. obat dan Ngo-bie-pay, khusus untuk luka dalam, Apa Ho siauhiap ingin menggunakannya?" "Lekas kau keluarkan dan coba obati sahabatku yang luka itu." "Baiklah." Hui Kak Siansu lalu memeriksa luka Gouw Ya Pa, tetapi ia kemudian mengerutkan alisnya yang panjang dan berkata dengan suara sungguh2 ; "Ho Siaohiap ilmu yang dilatih oleh sahabatmu ini telah dibikin buyar, ditambah lagi karena banyak bicara, barangkali,......." "Bagaimana? Apa masih bisa disembuhkan dengan obatmu?" tanya Ho Kie cemas. "Untuk menyembuhkan saja sih bisa tetapi harus dibantu oleh orang yang mempunyai ilmu lwekang yang mahir sekali supaya lekas berhasil". jawab sipaderi. "Kalau begitu, tolong Toa suhu saja yang melaksanakan itu." "Kekuatan Lolap seorang ada batasnya, mungkin tidak sanggup melaksanakannya." Ho Kie lantas berkata kepada Hoa-san dan Tiam khong dengan suara nyaring. : "Ciang bun jin Hoa san dan Tiam khong dengar perintah !" Thian hian totiang dan Tio Thian Ek lalu majukan diri berbareng dan menjawab: "Murid Hoa san dan Tiam khong disini menantikan perintah Lengcu." "Kalian berdua membantu Hui Kak Siansu dengan secara bergiliran mengobati luka sahabatku itu!" Kedua orang itu saling pandang, tidak ada yang berani membantah, lalu menghampiri Hui Kak Siansu. Ho Kie mengawasi sambil berdiri. Kini telah didapatkan kenyataan bahwa Ciang bun-jin dan ketiga partai besar itu sudah menurut segala perintahnya, maka dalam hatinya diam diam merasa senang juga. Pada taat itu ia telah melihat anak muridnya ketiga partai itu masih terus berlutut, maka lantas diperintahkan supaya bangun semua. Sekarang ia merasa seperti dirinya sudah menjadi seorang yang berkuasa atas semua orangdari ketiga partai itu. Dua tahun berselang, ia masih merupakan satu anak piatu yang dikejar kejar oleh malaikat elmaut, tetapi hari ini, dua tahun kemudian, sungguh tidak disangka ia telah menjadi Bengcu dari sembilan partai besar, yang setiap waktu dapat memberikan perintahnya kepada orang2nya sembilan partai itu. Pada saat itu, Hui Kak Siansu sudah mulai mengobati luka Gouw Ya Pa sehingga keadaan disitu menjadi sunyi sekali. Sang waktu perlahan2 sudah berlalu. Wajahnya Gouw Ya Pa per-lahan2 kelihatan memerah. Ketika ia membuka matanya. Ho Kie angkat bicara sambil tertawa; "Gouw toako apa kau merasa baikan?" Gouw Ya Pa tidak menjawab, sebaliktnya malahan bertanya; "Ini.. ..apakah artinya?" "Tidak apa2, aku hanya minta beberapa siansu ini untuk menolong mengobati lukamu!!" Gouw Ya Pa mengawasi ketiga Ciang bun jin itu, lantas bertanya dengan terheran-: "Eh. Dari mana kau dapatkan kawanan imam dan kepala gundul ini?" Thian hian Totiang, Thio Thian Ek dan Hui Kak Siansu wajahnya merah seketika tetapi tidak berani buka suara. "Gouw Toako." Ho Kie berkata dengan sungguh2 "jangan membikin sakit hati orang. Siansu dan Totiang ini sudah menghamburkan tenaga dalam yang tidak sedikit untuk menyembuhkan lukamu." Gouw Ya Pa lantas lompat bangun. "Apa betul?" katanya dengan keheran heranan. cepat ia memberi hormat kepada Hui Kak, Thian hian dan Tio Thian Ek bertiga untuk mengucapkan terima kasihnya sambil menyoja. Hui Kak Siansu sambil rangkapkan kedua tangannya berkata : "Omitohud! Gouw Sicu adalah seorang yang berwatak polos. Semua perkataannya hanya dimulut saja, tetapi tidak disengaja, maka tidak perlu dikesalkan!" Setelah berpikir sejenak Ho Kie lalu berkata.: "Sekarang kaki tangan- Hian kui kau telah tersebar luas, Mereka sangat bernapsu hendak menguasai dunia, mengapa kalian orang dari sembilan partai besar seolah olah seperti menutup mata dan tutup telinga sehingga tidak ada seorangpun yang berani bertindak terhadap mereka?" Hui Kak Siansu sambil bungkukkan badan, menjawab ; "Lolap sekalian, meskipun sudah mampunyai pikiran begitu, tetapi apa mau Cian tok Jin mo itu mempunyai ilmu silat yang tinggi sekali, pengaruh Hian kui kauw juga sangat besar........." "Menumpas kejahatan harus sungguh2 hati, bagaimana boleh merasa takut? Sekarang aku sebagai Kiu hoan leng Lengcu memerintahkan kalian, orang2 dari ketiga partai, supaya segera memberitahu kepada para ketua dari enam partai besar lainnya, dalam waktu satu bulan semua sudah harus berkumpul dilembah Kui kok untuk mendengar perintahku lebih lanjut. Thian hian Totiang dan lain2 ketika mendengar itu, pada berubah wajahnya. "Perintah Lengcu sudah seharusnya kami taati." Hui Kak Siansu berkata. "Tetapi orang2 dari enam partai lainnya itu ada tersebar diseluruh dunia. satu bulan saja barang kali tidak cukup untuk menyampaikan perintah ini!!" "Biar bagaimana, nanti pada tanggal sembilan bulan sembilan semua harus sudah berkumpul dilembah Kui kok. Siapa yang melanggar akan dapat hukuman berat!" "Lolap akan perhatikan perintah ini, sekarang lolap akan segera memberi tahukan kepada Bu tong dan Kun lun yang terdekat dan sini." jawab Hui Kak sambil anggukkan kepala : "Pinto akan menyampaikan perintah ini kepada Ceng sia dan Siauw Lim." Tio Thian Ek juga berjanji, "Aku situa bangka ingin mengabarkan kepada Khong thong dan Kiong Say " "Baiklah! Harap Cuwie segera berangkat." Ho Kie berkata sambil ketawa. "Pada tanggal sembilan bulan sembilan nanti kita bertemu lagi dibawah bukit Pek kut nia!" Setelah memberi hormat, ketua dari ketiga partai itu dengan mengajak anak murid masing2 lantas berlalu untuk melakukan kewajiban mereka sendiri2, Gouw Ya Pa yang menyaksikan para imam dan padri itu begitu hormat sikapnya terhadap Ho Kie. dalam hati merasa heran dan tidak habis mengerti. Mengapa sababatnya ini mempunyai pengaruh yang begitu besar. Ho Kie lantas menanyakan bagaimana keadaan Gouw Ya Pa saat itu, siapa segera menjawab sambil anggukkan kepala : "Kawanan kepala gundul itu benar2 mempunyai ilmu gaib. Sekarang keadaanku sudah sama seperti sebelum terluka." Setelah mengetahui bahwa luka sahabat itu sudah sembuh benar, Ho Kie lantas ajak ia melanjutkan perjalanannya...... Beberapa bulan telah berlalu. Ho Kie dau Gouw Ya Pa telah tiba dikaki bukit Pek kut nia. Ho Kie menghitung waktunya yang di janjikan dengan sembilan partai besar itu, maka ia lantas mengajak Gouw Ya Pa dengan jalan memutar mereka pergi kelembah Patah hati. Lembah yang merupakan tempat yang digunakan oleh Ho Kie untuk belajar ilmu silat, keadaannya sama seperti dahulu, sedikitpun tidak ada yang berubah. Hanya untuk kedua kalinya Ho Kie datang disitu semua terjadi semua yang lampau. Dengan tindakan perlahan ia ajak Gouw Ya Pa kegoa Pek giok kiong yang pernah di diami dua tahun lamanya. Baru saja mereka tiba dimulut goa, mendadak hati Ho Kie terguncang. ia hentikan tindakan kakinya dengan segera ia telah mendapat kenyataan bahwa keadaan dalam goa itu sudah berbeda sama sekali. Dalam goa yang luas, yang tadinya kosong melompong, sekarang sudah penuh dengan segala perabotan rumah tangga, keadaan lantainyapun amat bersih. Ho Kie memandang dengan melongo sebentar. mendadak timbul rasa gusarnya sambil kertak gigi ia berkata : "Siapa orangnya yang mempunyai nyali begitu berani menempati Pek giok kiong ini? Nanti kuberikan hajaran tanpa ampun1!!" Dengan tindakan lebar ia terus berjalan masuk. Ketika ia sudah berada didalam, dilihatnya pada satu sudut terdapat sebuah meja sembahyang. Ho Kie lalu lompat menghampiri. ketika ia dongakkan kepala ia merasa heran, dengan tidak merasa ia telah mundur tiga tindak. Gouw Ya Pa cepat2 menghampirinya. "Lautee, apa yang telah terjadi?" tanyanya heran. Ho Kie menjawab sambil manunjuk pada meja sembahyang : "Entah ini perbuatan siapa......?" Gouw Ya Pa mengawasi keatas meja sembahyang, kepapan yang bertulisan dengan tinta mas : Thoan theng Lojin, penghuni Pek giok kiong di Lembah Patah Hati. "Aaa..! Apakah dia siorang tua sudah binasa?" Gouw Ya Pa berseru kaget. "Ngaco !" Ho Kie membentak, "Bagaimana dia bisa binasa? Ini pasti adalah perbuatan orang dengan sengaja, aku harus bisa menangkap orang yang menulis ini supaya bisa kuhajar mampus baru aku puas!!." Dalam sengitnya Ho Kie sudah hendak menghajar meja sembahyang abu tersebut. Tapi Gouw Ya Pa cepat2 mencegah sembari berkata : "Sabar dulu......" Ho Kie lantas urungkan maksudnya dan bertanya dengan mata mendelik : "Kenapa?" "Kita masih belum tahu benar tentang mati hidupnya Thoan Theng Lojin, maka meja sembahyang ini baiknya kita biarkan dulu. Kalau kau hajar berantakan kemudiaa ternyata hal itu memang benar, bukankah kita harus membuat meja sembahyang lagi?" Tapi Ho Kie tidak ambil pusing pikiran Gouw Ya Pa. sebab ia sudah menghajar meja sembahyang itu sehingga hancur berantakan. "Sayang! Sayang!" Gouw Ya Pa berkata sambil gelengkan kepala. "Kalau aku yang binasa, barangkali tidak ada orang yang mau membuatkan meja sembahyang yang seperti ini." Ho Kie yang masih belum reda amarahnya, lalu memeriksa keadaan disekitarnya. Ketika mendapat kenyataan bahwa disitu sudah tidak ada orang lagi, ia lalu masuk ke bagian dalam. Goa bagian dalam itu memang tidak begitu luas, dulu digunakan oleh Toan-theng Lojin untuk melatih ilmunya. Waktu Ho Kie seorang diri tinggal disitu dua tahun lamanya, ia tahu bahwa dalam ruangan itu hanya terdapat sebuah kasur tua yang digunakan untuk bersemedi, tetapi sekarang, ketika ia tiba ditempat itu, sesaat lamanya ia telah dibuat kesima, Dalam ruangan itu, lantainya digelari permadani indah, sebuah tempat tidur baru diletakkan disitu sudut. Diatas pembaringan ada kasur lengkap dengan bantal gulingnya, serta bau harum yang semerbak. Didekat pintu ada sebuah meja tulis besar, dua meja teh dan dua kursi besar. Diatas meja terdapat lengkap dengan perabot tulisnya serta beberapa jilid buku. Diatas meja teh, situ diantaranya ada tempat hio yang masih mengepulkan asap. Dari situ ternyata bahwa orang yang memasang hio itu mungkin belum lama berlalu. Dengan diliputi oleh teka teki, Ho Kie, dengan tindakan perlahan berjalan masuk kedalam kamar, Diatas meja tulis terdapat sepotong kertas yang ada tulisannya berbunyi sebagai berikut ; Sudah kuduga, Longkun (sebutan wanita bagi kaum pria) pasti akan kembali, maka telah kusediakan tempat tidur dan hio. Suhumu telah pulang kerakhmatulah karena lukanya. Sebelum menarik napas yang penghabisan dia telah meninggalkan pesan kepada Ciat (sebutan diri sendiri bagi kaum wanita), jangan sekali kali Longkun sembarangan menempuh bahaya memasuki lembah Kui-kok sebelum berhasil dengan kepandaianmu sendiri, harus bisa menahan sabar. Tulisan ini terang ditujukan kepada Ho Kie, tetapi tidak disebutkan namanya, begitu juga penulisnya, maka ia juga tidak mengetahui siapa orangnya yang meninggalkan surat itu. Dengan badan bergemetaran dan air mata bercucuran Ho Kie terus mengawasi surat itu. Akhirnya ia gelengkan kepala berulang2 sambil berkata sendiri : "Tidak!!! ini tidak benar...." Gouw Ya Pa lalu mendekati ketika melihat tulisan diatas kertas, ia lantas menggeram. "Ini pasti adalah perbuatan bangsat, Kita jangan pencaya saja!!!" Ho Kie berkata pula dengan suara sedih, "Gouw Toako, aku minta tolong kau menyelesaikan satu urusan, apa kau terima?" "Adikku yang baik, kau masih ada urusan apa? Apa bila aku mampu mengerjakan, apa juga perintahmu aku lakukan!" si tolol pelembungkan dada. Ho Kie lantas membuka rantai kalungnya dan diserahkan kepada Gouw Ya Pa sembari berkata ; "Aku minta tolong kau, tiga hari kemudian dengan membawa tanda ini kau mewakili aku untuk mengadakan pertemuan dengan orang2 dari sembilan partai besar, kemudian ajak mereka langsung kelembah Kui-kok." "Dan kau sendiri ?" tanya Gouw Ya pa heran. "Aku sudah tidak sabaran dalam hal Toan Kheng Lojin. Aku akan berangkat dengan segera kelembah Kui kok. Kalau orangnya masih ada aku akan menemui orang, tetapi kalau orangnya sudah binasa, aku akan menemukan bangkainya......,." "Ho Lauwtee, kau jangan perbuat demikian. Biar bagaimana kita harus tunggu dulu tiga hari dengan orang banyak mudah untuk ktta turun tangan. kalau kau pergi seorang diri bukankah seperti mengantarkan jiwa dengan percuma? Bila pergi tidak bisa kembali." "jiwaku ini memang dulu ditolong Toan theng Lojin, sekalipun aku harus binasa di lembah Kui-kok, aku rela hitung2 membalas budinya dia siorang tua........" Sehabis berkata ia sudah lantas berlalu meninggalkan ruangan, Gouw Ya Pa cepat2 mengejar. "Lauwtee, tunggu sebentar......Aku akan pergi bersama2 dengan kau...." serunya. "Gouw Taoko, kalau kau anggap aku sebagui saudaramu, sukalah kau turut pesanku. Kau terus berdiam disini. jika dalam waktu tiga hari aku masih belum kembali, aku minta kau lantas pimpin para ketua dan sembilan partai besar pergi kelembah Kui-kok untuk menuntut balas. Kalau kau tidak mau, itu berarti kau tidak pandang saudara denganku!!" "Aku..... Aku sebetulnya tidak tega melepaskan kau seorang diri,. "Mati atau hidup, itulah sudsh di takdirkan Tuhan. Gouw Toako, kau adalah seorag laki2 mengapa berlaku seperti orang perempuan?" Gouw Ya Pa membisu. Dengan sorot mata terkuatir ia mengawasi berlalunya Ho Kie. Hari sudah mulai malam, Kabut tebal menutupi bukit Pek-kut-Nia yang menjulang tinggi diatas awan. Lembah Kui-kok merupakan suatu lembah yang menyeramkan dikaki bukit tersebut. Disuatu tempat yang luasnya kira2 beberapa puluh lie persegi, yang ditutupi oleh pohon2 rindang, disitulah ada markas besar perkumpulan Hian-kui-kauw. banyak kamar2 dan rumah2 dibangun disekitar lamping jurang yang sukar didatangi oleh sembarang orang. Hanya mulut lembah dibagian depan merupakan jalanan masuk dau keluar tempat tersebut. Terpisah sepuluh lie dari tempat itu, hampir setiap jengkalnya didadakan pesawat pesawat baik yang menggelap, maupun yang terang2an untuk memperkokoh penjagaan tempat tersebut. Sejak munculnya Hian-Kui-kauw di rimba persilatan, sudah sepuluh tahun lebih lamanya tidak ada orang lagi yang berani secara sembarangan memasuki lembah Kuikok, tetapi pada malam itu. Sesosok bayangan manusia dengan cepat lari kemulut lembah, bayangan itu adalah bayangan Ho Kie yang dengan bertangan kosong dan seorang diri pula telah menerjang lembah Kui-kok yang sangat menyeramkan ini. Kedukaan dan kegusaran telah membuat dia lupa, bahwa setiap jengkal tanah yang diinjak itu adalah tempat yang sangat berbahaya setiap saat bisa menjebloskan dirinya ke jurang neraka! Ketika tiba didekat mulut goa, tiba2 ada dua laki2 tinggi besar yang membawa golok telah mencegat ia sembari membentak! "Siapa? jangan bergerak !!" Ho Kie lantas melayang turun ke bawah sebatang pohon besar, setelah mengawasi kedua laki2 itu sejenak, lalu berkata dengan suara dingin. "Kalau kalian masih belum kepingin mampus, lekas memberi jalan untukku! Jangan mencari mati sendiri!!" Kedua laki2 itu memandang Ho Kie sejenak, dalam hati merasa heran dengan cara bagaimana anak muda ini bisa melalui segala rintangan dan tiba dimulut lembah dalam keadaan selamat? Satu diantara mereka lantas berkata sambil lintangkan goloknya : "Bocah, tahukah tempat apa ini? Bagaimana bisa sembarangan masuk ?" "Kui- ok yang tidak ada artinya, tokh bukan goa macan, apa yang dibuat heran? Dengan kekerasan kalian coba hendak merintangi kau. Apakah kalian hendak meniru itu contohnya beberapa orang yang sembunyi di tempat ruangan dibagian depan?" Orang itu terkejut mendengar ucapan Ho Kie, ia buru buru berkata kepada kawannya dengan suara rendah : "Lie Hiocu, lekas bunyikan kentongan. bocah ini ada sedikit kepala batu!" Siapa nyana Ho Kie bertindak lebih dulu, dengan kecepatan bagaikan kilat ia sudah berhasil menyekal sikut kedua orang itu. "Kalau kalian masih menginginkan jiwa, jangan ribut2" demikian ia mengancam. Orang tadi wayahnya berubah seketika, ia coba melawan, Golok ditangan kanannya, lantas dipakai untuk membabat. Orang yang diparggil Lie Hiocu buru2 mengambil alat tanda bahaya dari dalam sakunya................ Ho Kie miringkan badannya untuk mengelakkan serangan golok orang itu, dengan sikutnya ia menumbuk, sedang tangan kirinya ia mengirim satu serangan dari jarak jauh kepada orang yang akan meniup alat tanda bahaya tadi. Serangan dilancarkan sekaligus terhadap dua lawannya ini, Ho Kie telah lakukan dengan kecepatan bagaikan kilat, hingga kedua orang itu tidak ampun lagi lantas rubuh ditanah. Setelah membereskan kedua perintang itu Ho Kie lantas melanjutkan perjalanannya. Ia yang memang dibesarkan dilembah Kui-kok, Sudah tentu mengenal baik semua jalan dilembah tersebut, maka sebentar saja ia sudah memasuki kebagian dalamnya. Cian-tok Jin-mo, Kauwcu dari Hian kui kauw, tinggal diatas loteng yang paling belakang. Ho Kie tahu benar bahwa disitu siang malam ada terjaga keras oleh orang2nya Hian kui kauw yang berkepandaian tinggi. oleh karenanya agak sukar untuk masuk. Satu2nya jalan ialah dengan kekerasan. Saat itu ia sudah nekad benar2, dengan tekadnya yang bulat, lantas lompat naik keatas loteng, terus menuju kebelakang lembah, Tapi baru saja melesat keatas, mendadak melihat bayangan putih, sekejap saja sudah menghilang keempat gelap dibelakaag lembah. Ko Kie terkejut, dalam hati men-duga2, "Apa mungkin dia?" Dengan tanpa banyak pikir, ia lantas mengejar. Bayangan putih itu setelah melalui dua payon rumah, mendadak lari menuju kekanan, tidak terus kebagian belakang. Ho Kie lantas berhenti. Diam2 hatinya berpikir : "Dalam Hian kui kauw ada terdapat banyak orang berkepandaian tinggi, mengapa ia bisa masuk secara leluasa apa lagi dengan pakaian serba putih yang sangat menyolok demikian?" Selagi masih berada dalam ke-ragu2an, tiba2 dengan suara tanda bahaya berulang2, datangnya dari mulut lembah! Suara tanda bahaya itu telah menimbulkan panik, sebentar saja, beberapa rombongan orang pada lari menuju kemulut lembah sambil membawa obor. Ho Kie menyesal tadi tidak menyingkirkan dua bangkainya penjaga pintu itu, mungkin dua bangkai itu diketahui oleh lain orang yang meronda, sehingga menimbulkan kegegeran ini. Dengan tiba2- sda sebuah benda menyambar didepan mukanya. Ho Kie dengan cepat miringkan kepalanya. dengan tangan kanan ia menyambar benda tersebut yang ternyata ada segumpal kertas. Ketika ia buka, diatas kertas itu ada terdapat tulisan yang berbunyi ; "Ikut aku!!" Ho Kie menduga bahwa itu ada perbuatannya sibaju putih tadi, hingga diam2 berpikir sambil menghela napas : "ah, enci Lim, aku sudah tidak menghiraukan jiwaku sendiri masuk kegoa macan ini, mengapa kau juga menempuh bahaya ini ?" Ia coba mencari dimana adanya bayangan putih tadi, ternyata dia tengah berdiri diatas sebuah rumah yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Terhadap keadaan yang kalang kabut dari orang- Hian-kui-kauw itu, ia agaknya tidak perdulikan sama sekali. Selagi Ho Kie hendak melesat kesana, tiba2 ada sesosok bayangan hitam yang melayang menghampiri bayangan putih itu. Ho Kie buru-buru sembunyi ke tempat gelap sambil siap2 menghadapi segala kemungkinan, bayangan hitam itu ketika didepan bayangan putih itu lantas berdiri, ternyata ia ada seorang tua berewokan. yang berpakaian imam. Kedengaran suaranya bayangan putih itu menegur lebih dulu: "Cek Losu, ada urusan apa ?" Imam itu agaknya kenal betul dengan bayangan putih itu, ia menjawab sambil tertawa; "Nona Jie,apa kau tidak dengar suara tanda bahaya dimulut lembah? Selama 10 tahun lebih lamanya belum pernah ada seorangpun yang berani menginjak kelembah Kui-kok setindak saja, tidak nyana dimalam ini ada seorang goblok yang berani mati coba menyabut kumisnya macan!" "Ada kau Hui tun Thian cun Cek Losu yang menjaga disini, siapa yang berani kemari untuk menghantarkan jiwa?" jawabnya nona Jie. "Adakah nona Jie pernah melihat hal yang aneh?" "Tidak, kalau Cek Losu masih ada urusan, silahkan." "Baiklah, kalau begitu pinto akan menengok kemulut lembah!" setelah itu lantas ia melesat dan menghilang ketempat gelap. Ho Kie terperanjat, diam2 mengagumi kepandaiannya si imam yang disebut Hui tun Thian Cun itu. bayangan putih itu. setelah imam tua itu pergi jauh, lantas gapaikan tangannya kepada Ho Kie seraya berkata : "Ho Siaohiap, mari ikut aku." Ho Kie saat itu sudah tahu bahwa bayangan putih itu bukan Lim Kheng. melainkan Jie Peng. Maka dalam hati merasa kurang senang. Dengan perlahan ia bangkit dan menjawab : "Aku si orang she Ho yang tidak berguna dulu pernah menerima budi atas pertolongan nona, budi itu. aku ukir selamanya dalam hatiku. Tapi malam ini kedatanganku kemari, satu sama lain berdiri sebagai musuh, harap nona bertindak hati2!" Jie Peng mengelah napas. "Kau tidak perlu bicara terlalu banyak, kawan atau lawan, itu tergantung pada pikirannya orang sendiri. Apakah kedatanganmu ini bukannya hendak mencari beritanya Toan-theng Lojin ? Disini bukan tempat untuk bicara. mari kau ikut aku !" Ho Kie tampak tertegun, "Mengapa kau tahu maksud kedatanganku?" Jie Peng ketawa hambar, mendadak dongakan kepala. "Semua perbuatanmu dimulut lembah sudah kuketahui. Tidak lama lagi ada banyak orang2 yang berkepandaian tinggi akan mengadakan pemeriksaan ramai disini. Kalau kau ingin tahu sejelas jelasnya perihal si orang tua, harap kau suka ikut aku, nanti aku beritahu penjelasannya?" Ho Kie bersangsi sejenak, kemudian lalu mengikuti dibelakang Jie Peng yang lompat turun dari atas genteng. Jie Peng ajak Ho Kie melalui jalanan membelok kekanan dan kekiri, akhirnya sampai dibawah satu rumah. Ho Kie lantas hentikan kakinya dan bertanya : "Nona Jie hendak bicara apa? Harap sekarang suka dijelaskan, aku masih ada urusan yang hendak dibereskan!" Jie Peng menyelinap kepinggir tembok rumah, ia berkata dengan suara perlahan, "Apa kau dapat lihat surat yang kutinggalkan untuk kau ?" Ho Kie yang mendengar pertanyaan itu, sekujur badannya menggigil. "Apa? Surat itu ada tulisanmu.....?" demikian tanyanya. Jie Peng mengangguk, lalu menyahut dengan suara rendah ; "Aku tahu kau pasti akan datang kelembah Kui kok, maka aku sengaja mengatur itu segala perabotan dan meninggalkan surat, minta kau jangan menempuh bahaya, kenapa kau tidak dengar kata....." Dengan mendadak Ho Kie menyambar jalan darah Ciok ti hiat, si nona lalu berkata dengan suara tidak senang : "Kiranya ini perbuatanmu? Sekarang aku hendak tanya, apa dia siorang tua benar sudah binasa?" Jie Peng tidak berkelit atau menyingkir ia membiarkan lengan kirinya diceka oleh Ho Kie, kemudian menjawab dengan suara perlahan : "Sssttt.. jangan bicara terlalu keras, hati2 nanti mengejutkan orang. Kalau sampai hal itu terjadi, kau nanti sukar meloloskan diri!!" "Aku berani datang kemari, sudah tentu tidak takut mengagetkan orang2nya Hian kui-kauw. Harap kau suka jawab lekas, apakah Toan-theng Lojin sudah terjatuh kedalam tangan kalian ?" berkata Ho Kie gusar "Dengan terus terang, Toan theng Lojin memang benar sudah terjatuh kedalam tangannya orang2 Hian kiu-kauw. Aku justru mendapat pesan orang tua itu, baru pergi kelembah Patah Hati dan meninggalkan surat itu!" "Sekarang dia ada dimana? Benarkah sudah teraniaya oleh orang2mu?" "Dia siorang tua telah diketemukan orang2 kuat dari Hian-kui kauw, setelah dikepung oleh beberapa puluh orang, akhirnya karena kakinya tidak bisa bergerak dengan leluasa, maka lantas tertangkap dan dibawa kelembah Kuikok, Setiap hari dia disiksa untuk diminta keterangannya tentang kitab Hian Kui Pit kip jilid ke III yang entah disembunyikan dimana. Sampai hari ini, badannya sudah penuh bekas tanda siksaan, jiwanya mungkin cuma tinggal beberapa hari saja....." "Kalau begitu, dia siorang tua masih belum binasa." "Ai!! Siksaan demikian, meski tidak binasa, juga berarti tidak jauh dari saat kematiannya." "Ngaco, dia tokh belum binasa, mengapa kau tinggalkan surat yang bunyinya tidak keruan itu serta menaruh segala meja sembahyang ? Apa kau sengaja hendak memancing aku?" Sehabis berkata, ia menekan lebih keras. Jie Peng keluarkan seruan tertahan, keringat dingin mengucur deras dijidatnya. Tapi ia menahan rasa sakitnya, sambil ketawa getir ia menjawab : "Kau jangan salahkan aku membohongi kau, itu semua meja sembahyang dan tulisan, adalah Toan-theng Lojin sendiri yang menyuruh aku berbuat demikian, aku cuma menurut perintahnya saja." "Hmm ! Kau masih mau menyangkal, siapa orangnya yang sebelum mati menyuruh orang lain menyediakan meja sembahyang?" "Ini karena kau tidak mengerti maksud siorang tua itu. Dia tahu kalau diberitahukan hal yang sebenarnya kepadamu, kau pasti akan menempuh bahaya datang kelembah Kui-kok untuk menolong dirinya. Biar bagaimana dalam dirinya sudah terkena racun. dia sudah tahu pasti kalau dirinya akan binasa, maka dia pikir supaya kau tidak lantas bertindak, sebaliknya bertekun melatih ilmu ilmumu dulu, untuk menuntut balas kelak ..." Bicara sampai disitu ia mendadak berhenti, dengan mata layu ia memandang Ho Kie, kemudian tundukkan kepalanya. Ho Kie hatinya sangat pilu, Ia melepaskan tangannya Jie Peng, kemudian berkata sambil mengucurkan air mata : "Maksudnya orang tua itu memang baik, tapi aku setelah mengetahui keadaan sebenarnya, sekalipun harus korbankan jiwaku, aku juga tidak bisa tinggal peluk tangan.. !" "Maka ketika aku melihat kau masuk ke lembah, lantas sengaja pancing kau kemari. Sekarang kepandaianmu belum cukup sempurna, sudah berani menempuh bahaya, barang kali bukan saja tidak berhasil menolong diri siorang tua, sebaliknya kau sendiri yang mendapat celaka. Kalau kau mau turut perkataannya orang tua itu, Kau harus segera berlalu dari sini, pulang untuk mempertinggi pelajaran ilmu silatmu dulu baru nanti balik lagi.." Ho Kie tiba2 delikkan matanya dan memotong ; "Aku telah menerima budinya begitu besar, lagi pula ia mempunyai permusuhan demikian dalam dengan Hian-kuikauw. Biar bagaimana, aku tidak mau bikin habis begitu saja. Nona Jie, kau adalah orang Hian-kui-kauw, dengan menempuh bahaya besar kau telah memberitahukan semua hal ini kepadaku, ini akan aku ingat baik-baik untuk selama lamanya, pasti ada satu hari aku nanti akan membalas budimu yang besar ini." Sehabis berkata, ia lantas hendak berlalu Jie Peng agaknya sudah tidak dapat menguasai dirinya sendiri, dengsn cepat menarik tangannya Ho Kie dan berkata dengan suara rendah : "Ho Siaohiap, kau hendak kemana?" "Aku Ho Kie sekalipun harus mengucurkan darah dilembah Kui kok ini, juga harus menolong Toan theng Lojin supaya aku bisa membawa pulang keLembah Patah Hati." "Tapi dengan kau seoraag diri, sekalipun mempunyai kepandaian luar biasa, juga masih sulit...." "Aku sudah mengambil keputusan tetap, nona mencegah juga sudah tidak ada gunanya !" Jie Peng menghela napas, akhirnya ia berkata : "Ai ! Kau tidak mau dengar kata, terpaksa aku mengiringi kehendakmu, mari ikutlah aku!!" Ia lalu ajak Ho Kie naik keatas genteng lagi, kemudian manunjuk kesebuah rumah batu sebelah kiri sembari berkata dengan suara perlahan : "Disana adalah rumah penjara, aka tidak bisa mengawani kau, pergilah sendiri! Harap berlaku hati2!" Ho Kie lantas angkat tangan memberi hormat seraya berkata : "Terima kasih atas petunjuk nona, budi kebaikanmu ini kelak aku pasti membalas." Jie Ping menjawab sambil tertawa getir ; "Aku justru tidak mengharap pembalasanmu. Malam ini kedatanganmu sudah di ketahui orang, penjagaan didalam lembah pasti diperkeras, Kuasa rumah penjara itu, Pun-Tuikhiu Bo Pin, kepandaiannya cuma dibawah Kauwcu seorang saja, Ho Siaohiap, kalau kau bisa maju, kau boleh maju, tapi seandai tidak bisa, lebih baik kau bersabar, tunggu lain kesempatan lagi!" Ho Kie ketika mendengar disebutnya nama Bo Pin, sakit hatinya mendadak berkobar, maka lantas menjawab deegan ketus, "Kekuatannya Bo Pin, sudab lama aku pernah menghadapi, nona boleh tak usah kuatir" Jie Peng tercengang, Selagi hendak menanyakan maksud arti perkataan itu. Ho Kie sudah pergi jauh, Saat itu hati Ho Kie sangat gelisah memikirkan nasib Toan theng Lojin, disamping itu ia juga ingat sakit ayahnya. maka sambil kertak gigi ia menuju kerumah penjara. Rumah penjara itu mempunyai banyak kamar tahanan, dibangun disepanjang lamping jurang dengan batu yang amat kokoh kuat. Ho Kie tidak tahu Toan-theng Lojin di sekap dikamar mana, terpaksa mencari di setiap lubang anginnya. Dalam kamar itu ternyata sangat gelap, cuma diterangi oleh lampu kecil. Ho Kie melongok kebelakang lubang, tetapi tidak menemukan dimana adanya orang tua itu, sebaliknya menyaksikan suata pemandangan yang mengerikan. Orang2 yang disekap dan disika dalam kamar tahanan terdiri dari banyak macam. Tua muda laki2 dan perempuan semuanya ditelanjangi, badannya dirangket dan dibakar dengan besi panas, sehingga badan mereka pada melepuh tidak keruan rupanya. Hampir semua kamar Ho Kie sudah longok, tapi tidak menemukan Toan-theng Lojin hingga ia hampir menduga Jie Peng telah menipu dirinya. Selagi hendak berlalu, tiba2 ia deagar suara orang berkata, "Kauwcu masih memandang kau seorang yang mempunyai kepandaian tinggi dalam rimba persilatan maka sampai sekarang masih menahan jiwaku, aku nasehati kau, sebaiknya kau berikan saja barang itu. Kalau tidak jangan sesalkan aku siorang she Bo berlaku ganas. Kalau terpaksa aku nanti akan menggunakan siksaan yang dinamakan Pektok Kong-Sim, suruh kau merasakan kesengsaraan yang sangat hebat !" Ho Kie terperanjat, ia tahu bahwa suara itu datangnya dari kamar paling belakang, maka dengan cepat gerakkan badannya mengintip dari lubang angin... -oo0dw0oo KAMAR ITU penerangannya lebih terang dari pada kamar2 lainnya, tapi lubangnya sangat kecil. Ho Kie tahu bahwa Bo Pin bukan orang sembarangan, maka ia sangat hati2 sekali sampai tidak berani bernapas. Lebih dulu ia pusatkan semua kekuatannya, kemudian dengan ilmu cecak merayap didinding, perlahan2 ia mendekati lubang angin. Ia bertindak sangat waspada. ia tahu bahwa Toan theng Lojin tertawan dalam kamar itu, jika ia tidak hati2, bukan saja tidak akan dapat menolong keluar orang tua itu bahkan bisa mencelakakan dirinya. Ia cuma bersendirian dalam sarang Hian-kui-kauw. Untuk dapat menolong keluar seorang yang sudah tidak bisa bergerak dari tempat yang terjaga kuat oleh orang2 pandai, sesungguhnya bukan suatu perbuatan mudah. Tapi, ia harus dapat melaksanakan itu, sekalipun harus mengorbankan jiwanya, ia juga akan membawa keluar diri Toan-theng Lojin..... Karena tekadnya yang bulat, ia sedikitpun tidak merasa takut, setapak demi setapak ia mendekati lubang. MENDADAK, ia dengar suaranya orang tertawa dingin, lantas disusul dengan suara jeritan............ Ho Kie hatinya berdebar keras, cepat2 melongok kedalam. Kamar itu ternyata cuma kira2 satu tumbak persegi luasnya, adi 6 - 8 orang laki2 sedang mengerubungi dua orang laki2 tua, Satu diantaranya, rambut jenggot dan alisnya putih, dipunggungnya ada menggemblok sebilah golok emas, orang tua itu adalah Pun lui khin Bo Pin, musuh basar yang membunuh mati ayahnya................ Orang tua lainnya, berusia kira2 50 tahun lebih, matanya seperti mata tikus, kepalanya kecil, mukanya tirus, dipundak kirinya ada tali panjang yang mengeluarkan sinar berkaredepan. Didepan mereka kira2 tiga kaki jaraknya, ada sebuah kuali besar, yang dibawahnya ada api yang morong. Dalam kuali terdapat sedikit air mendidih yang mengeluarkan bau amis, Di-tengah2 air mendidih itu duduk seorang tua berbadan kurus dan berambut putih seperti perak. Orang tua itu duduk bersila, badannya telanjang, rambutnya yang putih terurai menutupi wajahnya, sehingga orang tidak bisa melihat dengan tegas. Ia agaknya sedang menahan siksaan dari panasnya air mendidih itu, sedang sekujur badannya mengucur darah dan nanah. Hati Ho Kie berdebar keras. Apakah orang tua itu Toantheng Lojin? ia sendiri tidak berani memastikan. Karena orang tua itu telah menolong jiwanya, memberi pelajaran ilmu silat padanya serta sudah pernah tinggal bersama2 dalam satu goa sebulan lamanya, tapi kalau itu ia cuma tahu orang tua itu dengan dandanannya yang istimewa serta wajahnya tertutup oleh kedok putih, sehingga tidak mengenali wajah aslinya. Meski api marong dan air mendidih, tapi orang tua itu tetap duduk tanpa bersuara atau melawan. Lewat sejenak, tiba tiba terdengar suara siorang tua yang membawa tali panjang : "Go tongtiu, tua bangka ini deagan mengandalkan kekuatan ilmunya, hingga dapat menahan siksaan ini. Perlu apa kita membuang buang banyak waku? Lebih baik kita segera menggunakan siksaanku yang paling sempurna Pektuk Keng-sim. Bikin rusak dulu isi perutnya , aku kepingin tahu apa dia masih dapat bertahan?" "Sebaiknya memang begitu, cuma Tio losu boleh kira sendiri, karena perintah kaucu supaya jiwanya jangan sampai binasa." jawab Bo Pin sambil anggukkan kepala. Orang the Tio itu menyahut: : "Biarlah!!" lalu mengeluarkan kotak kecil. Ho Kie memandang tanpa berkedip. Ia lihat orang she Tio itu ulapkan tangannya, memerintahkan orang- yang mengerumuni itu mengecilkan api. Dengan tangan meraba2 kotak kecil itu ia maju 2 langkah, dan membuka kotak dengan hati2 sekali.,...... Apa yang terdapat dalam kotak itu ? Ternyata terdapat binatang kelabang yang jumlahnya banyak sekali ! Tapi heran meski tutup kotak sudah terbuka, kelabang itu tidak ada yang keluar, Sambil mengajukan kelabang dalam kotak itu, si orang she Tio berkata kepada orang tua dalam kuali sambil ketawa dingin : "Sahabat, kalau kau masih tidak mau mengaku, jangan sesalkan aku si orang she Tio nanti akan menggunakan siksaan ini!!" Orang tua dalam kuali itu mendadak dongakan kepalanya dan menjawab dengan suara dingin : "Tio Go, kau sudah banyak melakukan kejahatan, nanti ada suatu hari, kau pasti akan mendapat pembalasan!!" Ho Kie pasang mata betul ketika orang itu mendongakkan kepalanya. Dari sorot matanya Ho Kie dapat memastikan bahwa orang tua itu adalah Toan theng Lojin. Dalam kagetnya, ia hampir saja menjerit ! Ia tidak tahan menyaksikan keadaan si orang tua yang menggenaskan itu, ia sudah hendak berlaku nekad. Mendadak ia dengar siorang she Tio itu berkata pula : "Tua bangka, dagingmu sudah hancur diseduh, sekalipun kau masih bertahan, tapi apa gunanya? Sskarang kalau kau akan kusiksa lagi dengan Pek to Kong sim ini, isi perutmu akan berubah menjadi darah semuAnya. Maka saat itu jiwamu juga tidak dapat dipertahankan lagi, maka apa perlunya kau kukuhi Pit kip itu? Lebih baik kau serahkan kepada kaucu barangkali masih bisa mengampuni jiwamu!" Orang tua dalam kuali itu tertawa hambar: "Nasibku memang jelek, selama hidupku, aku belum pernah memikirkan tentang matiku. Kalian mempunyai alat siksaan apa saja, boleh keluarkan semua tapi kalau menghendaki Pit kip, jangan harap !" "Kalau kau memangnya mau mencoba, jangan sesalkan aku berlaku ganas!" jawab Tio Go sambil tertawa dingin, lalu mengambil sumpit, ia menjepit dua ekor kelabang dimasukkan kedalam telinganya Toan-theng Lojin............. Sebentar kemudian badannya Toan theng Lojin kelihatan menggigil, wajahnya mengerut, agaknya sedang menderita hebat. Dilain pihak, Tio Go sudah memerintahkan orang2nya membesarkan apinya, sehingga air didalam kuali mendidih lagi. Sambil ketawa bangga Tio Go berkata ; "Hei,, Kau mengaku saja. Aku cuma menggunakan dua ekor kelabang, ternyata kau sudah tidak tahan. Kalau aku menggunakan semuanya, kau pasti tidak akan sanggup menerima penderitaan ini." Toan theng Lojin bungkam sambil kertak gigi, badannya menggigil semakin hebat, keringatnya mengucur dengan deras. Sebentar sebentar kedengaran suara keluhannya kemudian perkataannya dengan tidak lampias ; "Tio.....Go...Kau....terlalu....buas !" Bo Pin lantas menyelak : "Kita ada menghargai kau sebagai orang dari tingkatan tua, maka kita hanya menggunakan dua ekor kelabang saja. Kalau kau masih tetap tidak mau menyerah, jangan sesalkan......" Tio Go kembali unjukkan ketawanya yang menyeramkan, mendadak ia maju selangkah, kembali ia membuka kotaknya. Ho Kie yang berada diluar sudah tidak dapat menahan sabarnya lagi, sayang ia tidak mengetahui dimana adanya pintu kamar tersebut, lagi pula lubang angin itu amat kecil sehingga tidak dapat memasuki oleh badannya. Dalam gusarnya ia sudah tidak perdulikan jiwanya sendiri lagi, dengan sekuat tenaga ia menggempur lubang kamar tersebut. Gempurannya telah berhasil, dinding lubang telah hancur berantakan sehingga ia bisa segera melesat masuk melalui lubang besar akibat gempuran tadi, Orang2 didalam kamar telah dikejutkan oleh suara gempuran keras. Bo Pin segera memutar tubuh sambil membetatak: "Siapa?" sambil mencabut golok dipunggungnya. -oo0dw0oo- Jilid 9 TIO GO mundur kepinggir pintu sambil menyiapkan senjata talinya. Setelah berada didalam kamar, tanpa banyak rewel lagi Ho Kie dengan kedua lengannya menyerang Bo Pin dan Tio Go. Karena ia sudah berlaku nekad, serangannya itu telah dilancarkannya dengan sepenuh tenaganya, Bo Pin dan Tio Go yang tidak pernah menyangka dalam tempat penting itu juga ada orang yang berani masuk, dalam kagetnya mereka hanya bisa mengelakan seranganya Ho Kie. Apa mau serangannya Ho Kie yang hebat itu telah nyelonong menggempur dua orang laki-laki yang sedang menjalankan tugasnya memasang api, sehingga keduanya lantas pada rubuh binasa seketika itu juga. Orang2 yang lainnya coba mengurung Ho Kie, tapi Ho Kie yang sudah kalap benar, sudah menyerang semua yang dihadapannya dengan hebat sekali, sehingga sebentar saja ada lima atau enam orang yang terbinasa di-bawah tangannya. Segera ia sudah menyerbu kepinggir kuali hendak menolong dirinya Toan-theng Lojin, Mendadak didengarnya suara bentakan: "Bangsat cilik, kau mencari mampus?" Bentakan itu dibarengi dengan berkeredepnya sinar kuning didepan matanya Ho Kie. Itu adalah senjata talinya si orang she Tio. Tio Go adalah seorang yang namanya sudah terkenal dalam kalangan hitam. senjata talinya yang dinamakan Tali Terbang itu entah sudah berapa banyak meminta korban jiwa manusia, sehingga menarik hatinya kaucu dan pada hari terakhir ini ia telah ditarik menjadi anggota Hian kuikauw. Karena ia ingin membuat pahala, lagi pula melihat Ho Kie yang masih muda belia, maka agaknya tidak dipandang sama sekali. "Bangsat kecil!! Kau tidak lekas2 menyerah? Nanti Tio Go-ya mu suruh kau...." Siapa tahu, perkataan kau baru saja keluar dari mulutnya, Ho Kie sudah lenyap dari pandangannya. Tio Go terperanjat. Pada saat itu suatu kekuatan yang maha dahsyat telah menerjang dari belakang dirinya. Tio Go yang masih belum mengenal ilmu silat Hong eng sie sek, seketika itu terjadi kelabakan. Cepat2 ia menyabet balik dengan talinya, Meskipun gerakannya itu dilakukan dengan cepat, tetapi tidak urung pundaknya telah terkena serangan Ho Kie dengan telak. Ho Kie yang sudah merasa gemas sekali terhadap orang tua itu, telah melancarkan serangannya dengan kekuatan penuh, sehingga Tio Go ter-huyung2 dan mulutnya menyemburkan darah segar,..... Bo Pin sangat kaget, ia lantas memburu pada Ho Kie, Sambil lintangkan goloknya, ia menegur dengan bengis ; "Bangsat cilik, kau siapa begitu berani bikin onar dalam goa harimau ?" Dengan mata merah, beringas Ho Kie menjawab sambil ketawa dingin ; "Bo Pin, apa kau sudah tidak kenali Siao-yamu? Ha, ha ! Siaoyamu hendak menagih atas serangan tanganmu tempo hari diatas lembah Patah Hati!" "Kau....apa kau..." Bo Pin berseru tidak lampias, "Rasakan dulu seranganku. Nanti kau mengetahui siapa adanya Siaoyamu ini" kata Ho Kie yang segera menggunakan ilmu "Tey lek kim kong cian"nya menggempur dadanya Bo Pin. Bo Pin sudah lama melupakan peristiwa diatas lembah Patah Hati, maka ketika itu ia tidak dapat menduga siapa adanya pemuda dihadapannya ini Tapi melihat pemuda itu dengan hanya sekali pukul saja sudah dapat merubuhkan Tio Go sampai terluka parah, segera ia mengerti bahwa bocah dihadapannya ini bukannya bocah sembarangan. Maka ia tidak berani memandang ringan lawannya, setelah mengelakkan serangannya Ho Kie. dengan kecepatan bagaikan kilat yang nyambar mukanya sianak muda. Bo Pin yang mempunyai gelar Pun lui khiu (tangan kilat), terang ia mahir dalam pertempuran kilat, Sekali ini ia menyambar pundak Ho Kie yang dibarengi dengan kekuatan Iweekang Liong jiauw kang, bukan main hebatnya. Tetapi malam itu Ho Kie bukan lagi merupakan Ho Kie yang masih anak anak pada dua tahun berselang! Ho Kie yang sudah bertekad bulat hendak menuntut balas, sedikitpun tidak mempunyai rasa jeri atas serangan Bo Pin. Ketika diserang secara demikian, ia kelit secara gesit sekali dan kemudian menggunakan Ilmu Hu kut hian kangnya, sehingga sebentar saja ia sudah berada dibelakang Bo pin, Bukan main kagetnya Bo Pin. Untung ia tidak memandang ringan pada musuh mudanya itu. Melihat Ho Kie menghilang dari pandangan matanya. dengan tidak menoleh lagi, goloknya lantas menyambar kebelakang dirinya sedangkan mulutnya bersamaan dengan itu lantas bar-kaok2 mendamprat orangnya ; "Manusia goblok!! Mengapa tidak lekas bunyikan kentongan ?" Beberapa orang yang masih hidup, saat itu pada berdiri melongo tidak berani berbuat apa2. Ketika mendengar bentakan Bo Pin, mereka baru sadar, maka cepat2 mereka lari keluar kamar. Ho Kie mengetahui, jika mereka berhasil membunyikan kentongan, tidak lama kemudian kamar itu tentu akan berada dalam kepungan dan saat itu lebih sulit lagi baginya untuk meloloskan diri. Oleh karena itu, maka ia segera meninggalkan Bo Pin dan lompat ke-depan pintu sambil menyerang seorang yang sudah berada dipintu. Tidak ampun lagi sikorban lantas binasa disitu juga. Bo Pin yang menyaksikan kejadian itu, amarahnya memuncak segera ia menyerang Ho Kie dengan goloknya. Dengan kekuatan Bo Pin pada kala itu, Sebetulnya Ho Kie belum merupakan tandingannya yang setimpal, tetapi Ho Kie sudah mata merah ( kesetanan ). Dengan tangan kosong ia mencegat didepan pintu, tidak membiarkan seorangpun bisa keluar dari dalam kamar, Dua di antara orang2 yang masih hidup telah menggunakan kesempatan selagi Ho Kie sedang bertempur dengan Bo Pin, telah molos dari lubang angin. Ho Kie yang harus melawan Bo Pin dengan sekuat tenaga, hanya dapat menyaksikan keluarnya kedua orang itu dengan hati gelisah dan mata mendelik. Tepi heran, orang2 yang keluar dari lubang tadi, bukannya lekas membunyikan kentongan untuk meminta pertolongan, sebaliknya malah tidak ada kabar ceritanya. Bo Pin jadi gelisah hatinya. Mendadak pada saat itu kelihatan sesosok bayangan molos dari jendela, kemudian disusul pula oleh bayangan yang lain. Kedua bayangan itu ternyata adalah kedua orang yang baru keluar tadi yang kini sudah balik kembali dalam keadaan sudah menjadi mayat. Bukan saja Bo Pin, Ho Kie sendiri juga merasa heran karenanya. "Bangsat cilik, kau datang dengan berapa kawan?, Mengapa kau tidak suruh mereka menempur aku sendiri?" kata Bo Pin dengan suara gusar. Sudah tentu Ho Kie tidak bisa menjawab karena ia datang hanya seorang diri saja. Siapakah gerangan orang dimuka itu? Apakah mungkin dia ada nona Jie Peng? sebab yang mengetahui Ho Kie menyerbu kekamar hukuman itu, kecuali Jie Peng, tidak ada orang keduanya lagi. Tetapi kalau betul Jie Peng mengapa membantu dirinya dan membinasaksa orang2nya sendiri?. Ho Kie juga sudah tidak ragu2 lagi akan pertolongan orang kedua, semangatnya lantas berkobar, serangannya diperhebat dan dapat mendesak mundur Bo Pin, "Orang she Bo!!" bentaknya dengan suara dingin, "Sekarang dalam kamar ini hanya tinggal aku dan kau berdua! Kalau aku membunuh kau, sudah tentu tidak ada orang lain yang mengetahuinya." "Apa kau kira aku takuti kau? Hmm!! Mari kita adu kekuatan" Bo Pin lemparkan goloknya "Kau tidak usah berteriak! sekalipun tenggorokannya pecah, juga tidak ada yang bisa dengar. Malam ini hanya kematian saja akan menjadi bagianmu. Sebelum kau mati, biarlah kau ketahui dulu siapa adanya aku ini, Apakah kau masih ingat itu bocah kecil yang kau kejar2 pada dua tahun berselang ?" Bo Pin terperanjat, ia sekarang lapat2 mulai ingat kembali, maka lantas lompat mundur sambil berseru: "Aaii ! Kau adalah anaknya Ho In Bo." "Benar! Kalau begitu ingatanmu masih terang. Masih ingatkah kau peristiwa berdarah itu?" "Apa kau kira dengan kepandaianmu sekarang ini kau dapat menggunakannya untuk menuntut balas kepada Hian-kui-kiauw? Setan cilik. Kau sudah salah hitung !!" "Belum tentu! Malam ini seolah2 ada kekuatan gaib yang membimbing aku, telah mempertemukan kita berdua didalam kamar ini. Orang she Bo, Perbuatanmu yang sudah membinasakan ayahku, malam ini harus kau ganti dengan jiwamu." Bo Pin menoleh kepada Tio Go yang terluka dan kemudian mengawasi Toan-theng Lojin yang berada didalam kuali serta orangnya yang sudah pada rubuh binasa. Memang bebar, malam itu seperti ia berada berdua hanya dengan pemuda itu. Dengan tidak dirasa, hatinya mulai keder. Ia yang mempunyai kekuatan masih diatasnya kekuatan Ho Kie, tetapi karena ia mengetahui bahwa dirinya pernah berbuat salah, mau tidak mau hatinya merasa gentar juga. Tiba2 ia lantas membentak dengan suara keras, disusul dengan serangannya yang hebat. Ho Kie ketawa dingin, dengan berani ia, menyambuti serangan lawannya itu. Setelah kekuatan kedua orang itu beradu, kedua pihak terpental mundur masing2 dua tindak-. Bo Pin menggeram hebat, dengan mata beringas ia menyerang lagi, Ho Kie pusatkan kekuatannya dikedua tangannya, untuk kedua kalinya ia hendak menyambuti serangannya Bo Pin. Tetapi kali ini serangaannya Bo Pin ada lebih hebat, Ho Kie merasakan dadanya bergolak ..... Bo Pin sendiri juga pucat wajahnya, matanya mengawasi Ho Kie sambil kerutkan alisnya. Terang ia sendiri, setelah mengadu kekuatan, telah terluka parah didalamnya. Kedua pihak hanya saling pandang sambil mengatur pernapasan masing2, siapapun tidak berani bergerak, sehingga keadaan menjadi lebihsunyi. Mendadak Ho Kie mendengar suara elahan napas panjang, kemudian ada suara yang memanggil padanya. "Anak, apakah kau......?" Ho Kie terperanjat, sampai kekuatannya yang sudah akan pulih kembali hampir buyar semuanya. Ia lihat mata Toan theng lojin sedang mengawasi padanya. Dengan badan bergemetaran Ho Kie berkata perlahan : "Locianpwe, memanglah aku.....Dengan susah payah aku mencari dirimu...." Tian theng Lojin kembali menghela napas panjang. "Kau.....Kau!! Mengapa tidak mau dengar perkataanku? Dan mencari aku kemari?" Ho Kie merasa sangat pilu, air mata mengalir keluar, tetapi ia masih bisa menjawab dengan suara mantap. "Aku hendak menolong kau keluar dari sini. Locianpwe, aku hendak membunuh semua orang2 yang menyiksa dirimu " "Anak bodoh, dengan kepandaianmu yang dimiliki sekarang, apa kau kira bisa menolong aku? Kau tidak mau dengar pesanku, dengan sembrono berani menerjang kemari. Itu berarti antarkan jiwa dengan cuma2." "Sekalipun harus binasa, aku juga akan binasa dengan kau bersama2." Pada saat itu mendadak Bo Pin membuka matanya dengan per-lahan2, kemudian dengan meringis berkata : "Kecuali binasa bersama2m memang kalian tidak mempunyai jalan keduanya... " "Tutap mulut!" Ho Kie membentak, segera melancarkan serangannya. Bo Pin menyambuti dengan kertak gigi, setelah terdengar suara benturan dari beradunya kedua kekuatan, keduanya terpental mundur untuk kedua kalinya dan jatuh duduk bersama2 ditanah. Bo Pin kemudian jatuh pingsan karena benturan kekuatan yang hebat tadi. Ho Kie merasakan dadanya bergolak hebat, tetapi ia masih tidak mau melupakan Toan-theng Lojin, Ia tidak perdulikan lukanya sendiri, sambil memandang dengan matanya yang layu ia berkata kepada Toan theng Lojin. "Locianpwe, aku,.....aku barangkali....... benar2 tidak mampu.... menolong dirimu.... keluar dari sini...." "Aih ! ya sudahlah, kau anggap saja aku tidak pernah menolong kau. Dua tahun berselang kau sudah binasa dilembah Patah Hati...." Toan theng Lojin mengeluh. Ho Kie yang mendadak dengar perkataan itu, hatinya tergetar dan ia melompat berdiri sempoyongan, matanya berkunang-kunang. Tetapi ia paksakan berdiri. Dengan suara nyaring ia berkata : "Tidak! Kita tidak boleh mati disini......Aku pasti dapat menolong kau keluar, dari sini .....Locianpwee, apa kau masih bisa bergerak ?" Toab-theng Lojin gelengkan kepalanya dan menjawab : "Kau lenyapkan saja pikiranmu itu, badanku sudah kena racun Thian tok Cin mo. Kedua pahaku sudah bercacat, jalan darahku sudah ditotok, kepandaianku sudah musnah semua. Sekarang kembali disiksa oleh Tio Go dengan Pektok Kong-sim, Aku rasa, ajalku sudah hampir tiba. Sekalipun kau bisa menolong aku keluar dari sini percuma saja jiwaku tidak bisa tertolong." Ho Kie tidak mau pencaya, dengan berjalan sempoyongan ia mau menubruk Toan-theng Lojin, Tak disangka, tiba2 ia dengar Toan theng Lojin membentak : "Diam !" Ho Kie terkejut, terpaksa urungkan maksudnya. "Locianpwe," ia meratap," Harap supaya kau suka turut aku sekali ini saja," Toan theng Lojin dongakkan kepala lalu berkata dengan suara sungguh2: "Lekas berlutut !" Ho Kie tidak mengerti apa maksudnya, tetapi ia menurut saja. Hatinya berdebaran, entah kenapa orang tua itu demikian gusar. Pada saat itu. Tio Go yang rebah dilain sudut perlahan lahan membuka matanya. Toan theng Lojin berkata pada Ho Kie dengan suara perlahan: "Kau dengar aku meskipun mempunyai hubungan seperti murid dengan guru, tetapi namanya masih belum menjadi muridku benar-benar. Sekarang, kalau aku binasa masih ada dua soal yang masih belum kuselesaikan. Inilah yang membikin aku mati tidak meram. Anak, asal kau bisa keluar dari Kui-kok. dengan selamat, apakah dua soal ini mau kau selesaikan ?" "Locianpwe, kalau kau tidak mau ikut dengan aku pergi bersama sama, aku juga tidak mau pergi dari sini.........." Toan theng Lojin segera memotong : "Ngaco ! Aku memberikan pelajaran ilmu silat padamu, apakah pesan teakhirku ini juga tidak mau kau dengar ?" "Aku suka turut pesan Locianpwe......" jawab Ho Kie, gemetar suaranya , Toan theng Lojin tersenyum, dan anggukkan kepala. "Kau dengar baik2 dua soal penting yang kukatakan tadi," katanya. Ho Kie berlutut ditanah untuk mendengarkan pesannya si orang tua, pada saat itu Tio Go yang sudah sembuh dari luka2nya ia sudah menggeser tubuhnya dengan perlahan dan hendak berdiri. Toan-theng Lojin agak berpikir sejenak, lalu berkata : "Pertama, setelah aku binasa kau harus meloloskan diri. Sebelum kepandaianmu sempurna betul, aku larang kau menyatroni lembah Kui kok ini- Selama kau mempertinggi ilmu mu itu, kau harus pergi ke Lam hay pho tho mencari seorang Nikow tua yang bergelar hian sim. Beritahukan padanya tentang kematianku ini......" Ho Kie terperanjat, ia bertanya sambil mengalirkan air mata ; "Hanya untuk memberi kabar sajA, apakah tidak ada soal lainnya?" Toan theng Lojin geleng2kan kepalanya, air mata mengalir turun, ia berkata pula dengan suara parau : "Kau katakan saja bahwa sebelum aku meninggal dunia, aku telah hidup menyendiri beberapa puluh tahun lamanya dan merasa sangat menyesal terhadap semua kesalahan dimasa lampau yang sudah tinggal sudah, harap saja di lain penitisan kita membalas untuk menebus dosaku !" "Dan soal yang kedua?" Ho Kie bertanya. Toan theng Lojin menghela napas panjang, matanya tiba2 memancarkan sinar aneh, "Kalau kau tiba di Pho tho" jawabnya "Dia pasti akan perlakukan kau dengan sikap yang dingin, tetapi kau harus bersabar. Kalau dia menanyakan kau pernah apa dengan aku, kau......." Baru saja berkata sampai disitu. mendadak sepasang matanya jadi beringas, kedua tangannya menekan pinggiran kuali, badannya melesat tinggi dan menubruk belakang Ho Kie. Ho Kie terperanjat, ia tidak mengetahui apa sebabnya, maka ia merasa serba salah Dalam keadaan demikian tiba2 terdengar suara jeritan ngeri. Tatkala Ho Kie menoleh dilihatnya Toan-theng Lojin sudah jatuh ditanah, tangannya menggenggam erat seutas tali emas, mulutnya tersungging senyuman puas, suara jeritan itu datangnya dari luar kamar dan lama tidak berhenti. Tatkala Ho Kie mengawasi keadaan disekitar kamar itu. ternyata sudah tidak kelihatan bayangan Tio Go, ia lalu mengerti apa yang telah terjadi, maka cepat2 menubruk dan memeluk dirinya Toan-theng Lojin seraya berkata ; "Locianpwee, Locianpwee." Napasnya Toan-theng Lojin memburu, tetapi masih bisa tersenyum bangga. Dengan susah payah ia berkata : "Tidak sangka, selagi mendekati ajalku, aku masih bisa memberi hajaran kepada Tio Go yang ganas itu...,!" "Locianpwe, aku benar-benar seorang yang tidak berguna," kata Ho Kie dengan suara terharu, Toan-theng Lojin mendadak berkata dengan suara keren : "Panggil aku suhu! Dengar tidak ?" Ho Kie tercengang, tetapi lantas saja merasa girang. "Suhu!! Suhu, kau...." serunya. Toan theng Lojin anggukkan kepalanya dengan puas. "Kalau dia tanya kau ada mempunyai hubungan apa dengan aku. katakan saja bahwa kau adalah murid satu2nya dari aku." orang tua itu berkata puas. "Suhu, suhu boleh legakan hati. Muridmu sudah mengerti," Sinar matanya Toan theng Lojin makin lama makin guram, ia menyuruh Ho Kie mendekatkan telinganya, kemudian berkata dengan suara terputus putus ; "Suhumu masih ada hal lain yang hendak dikatakan padamu. Kau harus ingat, kau ...... harus ingat .... baik2!" Ia terhenti sebentar untuk bernapas, sebentar kemudian baru ia berkata pula ; "Mereka siang hari malam mendesak aku mengeluarkan Kian kui-pit kip jilid ketiga, tetapi semua kepandaian yang terdapat dalam kitab itu sudah kuberikan padamu. Kitab itu sudah lama kubakar, coba pikirkan, bukankah mereka itu bodoh sekali?" Ho Kie tidak tahu bagaimana harus menjawab, maka hanya anggukkan kepala saja. "Aku membakar sejilid kitab yang mati, tetapi mendapatkan kitab yang hidup berupa dirimu. Sekalipun aku binasa, akupun akan merasa puas...... " Toan theng Lojin tersenyum. Ho Kie sangat pilu hatinya. "Suhu, aku gendong kau keluar dari sini." demikian ia bersuara sekali lagi memohon. Sebelum sang suhu menjawab, dari jauh mendadak terdengar suara terompet dan kentongan yang kemudian disusul oleh suara ramainya orang2 berjalan kaki semakin mendekati. Toan-theng lojin berubah wajahnya, lantas berkata sambil ulapkan tangannya : "Jejakmu sudah diketahui. Lekaslah pergi ! Nanti tidak keburu lagi." Ho Kie tidak mau meninggalkan suhunya begitu saja, ia coba pondong dirinya orang tua yang bernasib malang itu. Tapi, karena lukanya sendiri sangat parah, ia tidak bisa berdiri dengan tegak, sudah tentu tidak dapat memondong dirinya Toan-theng Lojin. Maka baru saja hendak berjalan, ia sudah rubuh lagi Toan theng Lojin tersenyum puas, lantas bisik2 ditelinganya : "Giok Sie seng Jie Peng dari Hian kui-kauw, meskipun berada dalam lumpur tapi tidak kena kotoran, orang demikian jarang didapatkan. Maka kau harus baik2 perlakukan padanya!" Setelah itu, mendadak angkat tangan kanannya, menepok diatas jalan darah Khun-sim hiat Ho Kie sambil berseru "Pergilah!!" Ho Kie terkejut, tiba2 badannya gemetar, tapi segera perasaannya tenang kembali, luka2 dalam badannya seketika lantas lenyap sebadan! Dengan cepat ia lompat bangun dan hendak pondong dirinya Toan theng Lojin lagi, Tapi orang tua itu ternyata sudah tidak bernyawa, Dengan memondong tubuhnya Toan theng Lojin yang sudah dingin, Ho Kie berdiri kesima........ Diluar kamar suara orang yang datang hendak menangkap padanya. tapi ia masih tetap berdiri seperti orang linglung. Orang2 Hian kui kauw lantas menyerbu masuk. mereka dipimpin oleh Hui tun Thian-cun Tie Kong Han . Dibelakangnya ada 7-8 hiocu yang pada membawa golok dan pedang terhunus. Tapi ketika melihat Ho Kie, tampaknya hanya pemuda biasa saja mereka terheran heran. "Bangsat kecil!! Kau mau kabur?" bentaknya Cek Kong Han. Ho Kie tidak ambil pusing, ia pondong Toan theng Lojin diikat dengan sobekan pakaiannya sendiri. Cek Kong Han yang tidak digubris sama sekali oleh Ho Kie, lantas menjadi gusar, lalu perintahkan para hiocu lantas turun tangan. Dua hiocu lantas maju menyerang dengan goloknya, mereka mengira Ho Kie bersedia menyerahkan diri maka bermaksud hendak di tangkap hidup2. Siapa nyana saja bergerak, Ho Kie sudah melancarkan serangannya yang hebat!! Meskipun dirinya masih terluka. hingga kekuatannya agak berkurang, tapi sudah cukup untuk bikin lawannya sungsang sumbel. Ketika menampak kedua kawannya dibikin rubuh, yang lainnya segera maju mengurung. Ho Kie tidak berani berlaku ayal, ia sekarang mengerti keadaannya sendiri sangat berbahaya, maka ia berkelahi seperti kerbau gila. Sekejap saja sudah melancarkan serangannya yang sangat hebat. Dengan sisa tenaga yang masih ada. Ho Kie melawan musuh2nya yang berjumlah lebih banyak. Karena ia berkelahi secara nekad, sebentar saja sudah berhasil merubuhkan 3 atau 4 musuh. Cek Kong Han lalu turun tangan sendiri. Ho Kie tahu bahwa musuh ini bukan orang sembarangan, ia tidak berani bertindak dengan kekerasan, dan kini memikirkan caranya untuk meloloskan diri. Dengan cepat ia menggunakan ilmunya Hoan in Sie sak, hingga sebentar saja sudah memutari sekitar kamar, 10 lebih obor lampu telah dibikin padam, hingga keadaan dalam kamar hukuman itu menjadi gelap gulita. "Bangsat kau ingin kabur!" demikian bentak Cek Kong Han yang segera menyerang dengan senjatanya. Secara gesit sekali Ho Kie mengelakan serangan tersebut, kemudian lompat melesat melalui lobang angin. Cek Kong Han ketika mengetahui bahwa Ho Kie sudah lolos dari lobang angin, ia segera msngejar. Ho Kie setelah berada diluar, ketika mendongak kelangit, keadaannya ternyata gelap gulita, tidak ada satu bintangpun juga. Karena lukanya belum sembuh sama sekali, lagi pula harus menggendong diri Toan-theng Lojin, sudah tentu tidak bisa menyingkir jauh2. Tapi tempat itu sekitarnya adalah merupakan sarang Hian kui kauw, kemana ia harus menyembunyikan diri? Selagi masih bingung memikirkan untuk sembunyikan diri, Cekc Kong Han sudah menyusul dibelakangnya. Terpaksa ia lari terus sambil kertak gigi ! Karena sudah tidak mengenali jurusan, Ho Kie lari sekena kenanya, sedang Cek Kong Han yang mengejar nampaknya makin lama makin dekat. Ketika menampak didepannya ada sebuah rumah yang menghalangi, dengan tanpa ragu2 Ho Kie lantas lompat melesat keatas genteng ! Apa mau, baru saja menginjak genteng, dari samping tiba tiba muncul satu bayangan hitam, sebentar saja sudah berada di depan matanya........ -oo0dw0ooBAYANGAN hitam itu bergerak cepat sekali, sebentar saja sudah berada didepan matanya. Ho Kie tidak mendapat kesempatan untuk menegaskan wajahnya orang itu, sambil kertak gigi ia hendak menyerang. Tapi tiba-tiba bayangan itu berkata dengan suara perlahan. "Ho Siaohiap, mari ikut aku!" Ko Kie dengar suara orang itu seperti bukan suara Jie Peng, buru2 bertanya sambil urungkan menyerang ! "Kau siapa?" Bayangan hitam itu menjelinap ketempat gelap. "Sekarang jangan tanya dulu, mari ikut aku !" ia berkata sambil gapaikan tangannya. Karena orang itu agaknya tidak mengandung maksud jahat, Ho Kie lantas mengangguk. Dibelakangnya kembali terdengar suara bentakan Hui tun Thian cun yang kemudian loncat naik keatas genteng. Bayangan hitam itu tidak berkata apa2, ia hanya ayun tangan kirinya sambil membentak dengan suara perlahan ; "Mampus kau !" Sinar merah lantas meluncur, menyerang Hui-tun Thiancin yang masih menginjak genteng. Hui tun Thian cun ada membawa perisai yang berat, maka ia tidak takuti senjata rahasia tersebut. Siapa nyana sinar merah itu bukan senjata rahasia biasa, begitu membentur perisai lantas meledak dan apinya berkobar hebat ! Hui tun Thian cun terperanjat, ia buru2 mundur, apa mau terpelanting jatuh kebawah! Bayangan hitam itu kembali menggapai, dengan cepat lari kebelakang lembah ! Ho Kie terus mengikuti, tapi ketika menampak bayangan hitam itu lari menuju ketempat kediamannya Cian tok Jin mo- lantas berhenti sembari bertanya : "Sahabat, kau sebenarnya siapa ?" Bayangan hitam itu nampak sangat gelisah, selagi hendak menjawab, tiba2 terdengar suara orang ketawa aneh dan menyeramkan, Kemudian disusul dengan munculnya sesosok bayangan putih. Ho Kie angkat kepala, ia lihat bayangan putih itu ternyata adalah seorang aneh tinggi kurus dengan pakaiannya serba putih sambil memegang ruyung orang mati. Orang itu wajahnya sangat seram, kepalanya terikat sepotong kain putih seperti seorang sedang kematian orang tuanya, matanya mendelong, mirip dengan malaikat penunggu kelenteng...... Ho Kie mengawasi wajah orang itu seperti setan, hatinya agak ragu2, dengan tanpa terasa ia mundur setengah tindak. "Kamu berdua benar2 bernyali besar. Kenal kah kamu aku siorang she Siang yang tidak berguna ini?" katanya orang aneh itu dengan suara dingin, Dari caranya orang itu mengunjukan diri, Ho Kie segera mengerti bahwa orang yang seperti setan itu mempunyai kepandaian tinggi. Dan oleh karena ia sendiri belum sembuh benar dari lukanya, apa lagi sedang menggendong jenazah suhunya, kalau harus bertempur padanya, rasanya sulit dapat menyingkirkan diri. Dalam keadaan demikian terpaksa ia cuma bisa kerahkan seluruh tenaganya dikedua tangannya, apa bila perlu ia akan gempur manusia seperti setan itu dengan secara nekad. Tapi orang berbaju hitam yang membawa Ho Kie kemari itu lantas menghadang didepannya, dengan tenang ia berkata kepada si-orang she Siang. "Sahabat, kau menyebutkan dirimu orang she Siang, apakah kau adalah Siang Seng-seorang kejam dan ganas yang bergelar Im San Tiauw khek itu ?" "Tepat ! Kau tokh kenal baik tabiatku, kenapa bukan lekas menyerah ?" jawabnya orang aneh itu. Tapi sibaju hitam tidak menjawab, sebaiknya lantas bergerak dengan cepat, tangannya menghajar jalan darah Ciang thay hiat di dada orang itu. Setelah melakukan serangannya, lantas berkata kepada Ho Kie. "Ho Siaohiap, harap segera menerjang ke luar, biarlah aku yang melayani orang ini...." Siang Seng berkelit, dengan cepat lantas balas menyerang, kemudian berkata : "Satupun jangan harap bisa lolos. Aku si orang she Siang selamanya tidak suka kasih lolos korbannya yang sudah berada ditangannya!!" Tapi si baju hitam itu terus mendesak dalam waktu sekejapan saja mereka sudah bertempur sengit. Ho Kie menampak sibaju hitam ternyata bisa menahan Siang Seng, untuk sementara barangkali tidak sampai kalah, maka ia segera kabur. Siapa nyana baru saja bertindak, ia rasakan ada angin menyambar dengan hebat dan ia hampir saja terjungkal. Saat itu dengan suaranya Siang Seng : "Sahabat kecil, kau juga harus rasakan pentungan loyamu !" Ho Kie terkejut, buru2 mengeluarkan ilmunya Hoan ing sie sek , dengan secara gesit sekali dapat menghindarkan serangannya orang she Siang itu. Namun Ho Kie sudah keluarkan keringat dingin, ia sungguh tidak menduga kepandaian orang itu ada demikian tingginya, selagi masih bertempur dengan si baju hitam itu, ia masih bisa menggunakan kesempatan menyerang padanya. Ho Kie meski berhasil menyingkirkan serangannya orang she Siang itu. tapi nampak kepandaian orang she Siang itu masih diatasnya sibaju hitam hingga buat bisa kabur dengan selamat, rasanya tidak mudah. Maka-diam2 ia mengeluh. Siapa nyana dalam keadaan putus asa, mendadak terdengar suara bentakan nyaring. kemudian disusul dengan suara jeritan. Ternyata Siang Seng badannya sudah sempoyongan, sedang sibaju hitam itu nampak lengan kirinya sudah diturunkan, agaknya juga sudah terluka. Namun ia masih bisa ulapkan tangan kanannya sambil berkata kepada Ho Kie : "Ho Siaohiap, lekas pergi........" "Sahabat apa kau terluka........?" tanya Ho Kie kaget, Tapi pada saat itu mendadak terdengar suara dan beberapa bayangan orang datang menyerbu kesitu. Si baju hitam lompat menghampiri Ho Kie dan berkata dengan suara perlahan: "Dari sini jalan kebelakang lembah, dibawah sebuah loteng dilamping gunung itu, ada sebuah goa tersembunyi, kau lekas sembunyikan diri disana............" Karena mereka berdua berdiri dekat, Ho Kie segera mengenali wajah orang itu maka lantas berseru : "Aaaa! Kau bukankah Auw yang......" Tapi orang itu segera ulapkan tangannya. "Jangan berisik! Lekas pergi!" katanya. Ho Kie sudah mengenali bahwa sibaju hitam itu adalah Auw-yang Khiu yang membawa kabur kalajengking emasnya. Dalam keadaan kepepet ia mendapat pertolongan, malah perbuatannya dilakukan nekad untuk membela padanya, dalam hati merasa tidak enak atas anggapannya dulu terhadap diri siorang tua itu. Maka ia marasa tidak tega hati meninggalkan orang tua itu untuk menghadapi bahaya sendiri...... "Locianpwe kau......" demikian ia berkata dengan suara gemetar. Tapi Auw yang Khiu tidak memberi kesempatan untuk ia banyak rewel, maka Ho Kie terpaksa meninggalkan orang tua itu untuk lari ketempat yang ditunjuk. Saat itu ia lantas teringat akan beberapa kawannya yang pada membela dirinya begitu nekad. Pertama ia ingat dirinya Gouw Ya Pa. sitolol yang hampir binasa karena diirinya, kemudian Jie Peng yang tidak segan menghianati peRguruannya sendiri dan Auw-yang Khia yang bersedia pertaruhkan jiwanya untuk menyelamatkan dirinya.... Dibelakangnya lapat2 terdengar suara orang bertempur, ini membuat ia merasa sedih dan malu terhadap dirinya sendiri,.. Ia tidak tahu apakah Auw-yang Khia mampu menghadapi semua musuhnya? Apakah Auw yang Khia mempunyai akal yang sempurna untuk menyingkirkan diri dari kepungan musuh-musuhnya?, Beberapa kali ia ingin balik untuk memberi bantuan kepada Auw-yang Khia, tapi bila mengingat jenazah suhunya, terpaksa ia menghela napas dan melanjutkan perjalanannya. Mendadak dibelakang dirinya kelihatan sinar merah, suara bentakan terdengar saling susul.. Sinar merah itu ternyata adalah api yang dilepas oleh Auw-yang Khia. mungkin itu adalah senjata rahasia si orang tua untuk menolong dirinya lolos dari musuhmusuhnya. Ho kie terkejut, selagi ia menghentikan kakinya, ternyata ia sedang lari menuju kebawah sebuah kamar bertingkat. Taida ia lari tanpa tujuan, sehingga sudah lupa, rumah bertingkat mana yang ditunjuk oleh Auw-yang Khia. Loteng didepan matanya itu ternyata tingginya setumbak lebih, disekitarnya ada taman bunga yang menawan hati. Disisinya tidak ada rumah2 lain. Ho kie mengetahui bahwa dirinya sekarang berada dalam pusatnya perkumpulan Hian Kui Kauw, jika kuran ghati2 sedikit saja, setiap saat jiwanya bisa melayang. Ia berdiri diam dibawah loteng, sama skelai tidak berani bergerak karena ia harus memperhatikan keadaan loteng itu terlebih dahulu. Ternyata loteng itu tidak mempunyai penerangan lampu, keadaan didalamnya gelap gulita. Disebelah kanan kira-kira sepuluh tombak jauhnya terdapat sebarisan rumah-rumah yang pendek2 bangunannya, sedangkan disebelah kirinya terdapat sebuah rimba pohon bambu serta gununggunungan buatan manusia. Taman bunga didekat rumah bertingkat itu ditanami bunga2 beraneka warna. Dalam taman itu ada sebuah jalanan kecil berliku liku yang menuju ke sebuah empang. Melihat taman yang terhias sangat indah itu dapat diduga bahwa orang yang bertempat tinggal diatas loteng itu pasti salah satu orang terpenting dari Hian Kui Kauw. Kemungkinan besar adalah tempat berdiamnya Cian Tok Jin mo sendiri. Pikiran Ho kie mulai bimbang. Ia memandang kearah rimbunan pohon bamgu, pikirnya ia hendak menyembunyikan diri disitu dahulu. Tetapi beru saja kakinya bergerak, tiba-tiba didengarnya orang bicara dengan sangat perlahan, "Ho siao hiap..." Ho kie terperanjat, dengan cepat ia membalikan tubuhnya. Segera diketahuinya bahwa disebuah pohon yang tidak berjauhan dengan tempatnya berdiri itu kelihatan seorang wanita berbaju putih. Meskipun ia tidak dapat melihat parasnya dengan tegas, tetapi dari bentuk badan serta suaranya, dapat diduga bahwa wanita itu pasti cantik. Ho kie merasa heran, mengapa wanita itu bisa mengetahui namanya dan bagaimana pula ia bisa berada didekat dirinya tanpa diketahuinya? Ia lalu menjawab dengan sopan, "Nona siapa? Mengapa mengetaui namaku yang rendah?" Wanita itu ketawa halus, dengan perlahan ia berjalan menghampiri Ho kie "Ho siao hiap, apa kau sudah tidak mengenali aku?" tanyanya merdu. Ho kie terpesona, Ia kini kenali wanita itu siapa, matanya terbelalak "Aaaa., kau adalah Jie...." Ucapan "Peng" belum keluar dari mulutnya, wanita baju putih itu kelihatan bergerak pundaknya, secepat kilat ia sudah berada di dekatnya Ho kie dan dengan jari telunjuknya ia mendekap mulut Ho kie. "Jangan ribut2/. Hati2 nanti kedengaran oleh orang luar." katanya dengan suara perlahan. Ho kie tercengang, tetap disamping itu ia juga merasa girang, takut dan malu. Dengan seorang yang mempunyai kepandaian seperti Ho kie pada saat itu, sebetulnya tidak mudah untuk mendekati dirinya. siapa tahu Jie Peng dalam sekejap mata saja sudah bisa berada di depannya, bahkan dengan sekali bergerak jari si nona sudah berhasil mendekap mulunya. Ini benar2 merupakan suatu kejadian yang sangat luar biasa. "Kiranya adalah nona Jie Peng. Aku yang rendah sangat menyesal dengan perbuatanku yang kurang hormat tadi." Demikianlah ia berkata kepada si nona. Jie Peng yang berdandan sebagai wanita kelihatannya bersikap malu, dengan tangannya ia menepok kepalanya sendiri, sambil ketawa berkata perlahan: "Ouw, aku sungguh keterlaluan. Bagaimana aku telah melupakan kau masih belum sembuh dari lukamu dan lantas berlaku kasar terhadap kau. Ho siao hiap, kau toh tidak begitu kaget bukan?" Ho kie bertambah merasa tidak enak sendiri, maka ia juga ketawa seraya berkata: "Tidak apa, aku telah lari sampai disini, Tidak nyana nona juga berada didekat sini." Jie Peng memandang padanya sejenak, tiba2 ia mengerutkan alisnya. "Ah!! Aku hampir saja lupa. Dari rumah penjara kan kau menolong Toan theng lojin, mereka pasti akan mencari kau kemana2. Lekas!! mari ikut aku sembunyi." Ia mengajak Ho kie jalan melalui taman bunga menuju ke loteng. Ho kie yang terus mengikuti dibelakang dirinya si nona, seolah-olah terpengaruh oleh kekuatan gaib. Ketika berada dibawah loteng mendadak seperti baru tersadar, maka ia bertanya: "Nona, apakah loteng ini...." "Loteng ini adalah tempat kediamanku, tidak akan berani sembarangan masuk kemari. Kau boleh legakan dirimu, tidak nanti mereka bisa menemui kau." Ho kie mengangguk, ia mengikuti si nona naik ke loteng. Dalam loteng itu hana terdapat dua kamar, satu kamar buku dan satu lagi kamar tidur. Ho kie lalu meletakan jenazah Toan theng lojin diatas kursi dalam kamar buku. Matanya mengawasi keadaaan disekitarnya, ternyata bersih dan rapi sekali. Saat itu Jie Peng sudah menghampiri sambil membawa lampu lilin. Dengan sikap sopan sekali ia tanya Ho kie : "Ho siao hiap, apa lukamu berat?" "Barangkali tidak seberapa..." Tetapi sebelum ucapannya itu habis, mendadak dirasakannya puyeng, sehingga hampir saja ia jatuh dan cepat-cepat duduk diatas sebuah kursi. "Aaaa... lukanya tidak ringan, Parasmu sampai berubah." seru Jie Peng "Didalam rumah penjara aku telah bertempur dengan Bo Pin. Barang kali karena menggunakan tenaga terlalu banyak, badanku terluka..." "Pantas. Bo Pin terkenal dengan juluka Tangan Geledek. Kekuatan lweekangnya sangat hebat. Baru2 ini ia kembali telah mendapatkan kepercayaan Kaucu, ia mulai melatih ilmu serangan Hu sie Hiat kut ciang lik. KAu telah oleh serangan tangannya. Kalau tidak lekas diobati, akibatnya akan hebat sekali." Si nona lalu masuk kamar dan mengambil sebuah botol kecil, lalu mengeluarkan tiga butir pil dari dalamnya dan diberikan kepada Ho kie, kemudian menyuruh Ho kie rebahkan diri diatas kursi. Dalam hati Ho kie merasa bersyukur terhadap nona ini, ia lantas berkata sambil menyoja: "Meskipun nona berada dalam Hian Kui Kauw, tetapi tidak ketularan oleh perbuatan kotor dan jahat. Aku yang rendan telah beberapa kali mendapatkan bantuanmu, entah bagaimana aku dapat membalas budimu ini." Wajah Jie Peng segera memerah, lalu menjawab sambil ketawa: "Kau dengna kau meskipun belum lama berkenalan, tetapi aku sudah mengetahui bahwa kau merupakan orang gagah dijaman ini. Bisa berkenalan dengan kau saja aku merasa bangga...." "Bagaimana nona bisa berkata begitu? Sebelum suhu menarik napas yang penghabisan, ia masih memuji diri nona. Nona juga merupakan penolongku, maka selama hidupku tidak nanti aku melupakan kau." Jie Peng kelihatan terperanjat, matanya terbuka lebar2, ia bertanya dengan suara cemas: "Apa? Kau kata Toan-theng lojin...." "Ah, suhu sudah menderita sangat hebat? waktu aku datang, sudah tidak keburu menolong jiwanya," Jie Peng seolah- terpukul hebat, mendadak ia lompat dari kursinya dan berseru . "Haaa, apa dia siorang tua sudah,......" "Suhu sudah menderita seumur hidupnya." Ho Kie menjawab dengan sedih. "Waktu, dekat pada ajalnya, kembali dia harus menerima siksaan yang sangat hebat. Kalau diingat penderitaan siorang tua, sungguh membikin, orang punya kegusaran meluap dAn ingin membikin habis orang2 Hian kui kauw...." bicara sampai disini, mendadak ia ingat bahwa Jie Peng juga termasuk orang dari Hian kui kauw, maka ia segera menutup mulus dan tidak berani melanjutkan perkataannya, tetapi sebaliknya Jie Peng lantas menyahut sambil ketawa getir. "Jangan kau keliru, karena aku juga orannnya Hian kui kauw, lantas kau juga membenci diriku!" "Nona Jie, kau sudah mengetahui bahwa Hian kui kauw merupakan bencana besar bagi dunia dan banyak kejahatan2 yang sudah dilakukan oleh mereka mengapa kau masih...." "Dalam hal ini, aku mempunyai kesulitanku sendiri!" Jie Peng tiba2 memotong. "Sebaiknya kita jangan bicarakan soal itu. Lukamu tidak ringan. Sungguh tidak kusangka kau bisa lolos dari tangan Bo Pin. Aku sekarang hendak pergi sebentar. kau baik2 mengaso disini." "Aku mempunyai seorang sahabat," kata Ho Kie. "Oleh karena dia hendak menolong aku bisa meloloskan diri. sekarang ini dia telah kena dikurung oleh orang2nya Hiankui- kauw. Kepergian nona ini jika mempunyai sedikit kesempatan, tolong berikan bantuan nona kepadanya atau tolong dengar kabar apakah dia sudah lolos dari kepungan." Jie Peng anggukkan kepala..... Setelah Jie Peng berlalu, dengan seorang diri Ho Kie menunggui jenazah Toan theng Lojin. Mengingat akan nasibnya, air mata telah mengalir turun tanpa terasa. Sekujur badan dirasakan sangat lelah, keringat mengucur deras, ia tahu bahwa itu adalah reaksi dari bekerjanya obat, Maka ia lantas merebahkan diri diatas kursi, sebentar kemudian lama2 tidur pulas. Entah berapa lama telah berlalu, mendadak ia dengar suara tindakan kaki, hingga tersadar. Tindakan kaki itu saagat perlahan, tidak berapa lama sudah berada didepan pintu kamar Ho Kie mengira Jie Peng yang kembali, buru2 berduduk ia sudah kepingin tahu kabar tentang Auw-yang Khia. Siapa nyana ketika pintu terbuka, yang melangkah masuk ternyata ada satu nona tanggung..... Nona itu berusia kira kira baru 14 atau 15 tahun, parasnya sangat cantik. Ho Kie terperanjat, entah dari mana datangnya kekuatan, seketika itu lantas lompat turun dari kursinya. Nona kecil itu rupanya juga tidak menduga dalam kamar itu ada orang laki-laki, maka seketika itu juga terkejut, kemudian keluarkan suara bentakan ; "Siapa ? Sungguh berani mati! Ini tempat apa, kau berani masuk semborangan?" Ho Kie takut nona itu nanti akan membuat gaduh, sehingga ia susah terlolos, maka secepat kilat lantas menjual pergelangannya. supaya nona itu jangan sampai membikin ribut. "Siapa nyaua nona kecil itu ternyata mempunyai kepandaian cukup berarti, dengan secara bagus sekali ia bisa menghindarkan cekalannya Ho Kie, kemudian ia membentak pula : "Manusia liar dari mana? Kau bsnar2 hendak mencari mampus ?" Ho Kie tercengang, ia juga tidak menjawab, hanya ulur tangan kanannya, kembali menyambar jalan darah Ciok tiehiat si nona. Nona kecil itu alisnya berdiri, sekali lagi ia berhasil mengelakan sambaran tangan Ho Kie.. kemudian ulur tangannya dan menyerang dada Ho Kie. Ho Kie tidak menduga nona kecil itu mempunyai kepandaian begitu tinggi karena sudah tidak keburu menyingkir, terpaksa menyambuti serangan si nona ! Kalau pada waktu biasanya, nona kecil itu sudah tentu bukan tandingan Ho Kie, tapi saat itu Ho Kie yang masih belum sembuh betul dari lukanya, setelah kedua tangan beradu, lantas mundur dua tindak dan duduk lagi dikursi. Nona kecil itu juga mundur setindak, ia nampaknya terkejut, tapi dengan cepat sudah maju hendak menyerang lagi. Tiba2 terdengar suara bentakan : "Ah Bwee, kau mau apa ?" Nona kecil itu buru2 menarik kembali serangannya dan lompat mundur. "Nona, kau.........." ia berkata dengan suara gugup "Kau tidak boleh banyak mulut, Ho Siao-hiap ini adalah sahabatku, bukan kau lekas minta maaf padanja?" berkata orang yang di panggil nona, yang ternyata adalah Jie Peng Nona kecil itu menatap nonanya dan Ho Kie dengan bergantian, lalu ketawa sambil menekap mulutnya, selagi hendak bertanya, Jie Peng sudah membentak lagi. "Ah Bwee, kau dengar perkataanku tadi atau tidak?" Nona kecil itu benar saja lantas memberi hormat dan minta maaf kepada Ho Kie. "Nona Jie, nona ini adalah....." bertanya Ho Kie. "ia adalah pelayanku yang aku boleh andalkan, tapi dia agak berandalan, tidak tahu adat, harap Ho Siaohiap suka memaafkan padanya !" jawab Jie Peng. Ho Kie melongo, ia tidak nyana pelayannya saja sudah mempunyai kepandaian begitu tinggi. Jie Peng perintahkan Ah Bwee mengambil barang hidangan, ia sendiri lantas duduk di sampingnya Ho Kie, kemudian bertanya dengan suara lembut : "Badanmu terluka, lagi pula tidak mendapat waktu cukup untuk merawat diri sudah itu harus melakukan pertempuran pula, bukankah itu tambah berat lukanya? Kau baik2 beristirahat dalam kamarku ini dua hari. kalau sudah sembuh betul, nanti kita pikirkan lagi bagaimana baiknya!" "Nona tadi keluar, apakah sudah dengar kabar tentang sahabatku itu ?" tanya Ho Kie tidak sabaran. "Sahabatmu itu bukankah Auw yang Khia, si pencuri sakti yang terkenal digolongan hitam?" "Sedikitpun tidak salah, entah bagaimana nasibnya dia dikepung oleh orang Hian-kui kauw? Apakah bisa meloloskan diri....?" "Sahabatmu itu benar licin. entah dari mana dia dapat mencuri senjata rahasia Ong kee-po yang mengandung api, bukan saja sudah berhasil meloloskan diri dari kepungan 4- 3 orang kuat dari Hian kui kauw, bahkan sudah melukai Hui tun Thian cun dan lain2nya, serta sudah membakar habis dua buah rumah. Sekarang seluruh lembah sudah terjaga keras, segala orang dilarang keluar masuk, pemeriksaan dilakukan dengan teliti!!" Hati Ho Kie baru merasa lega ketika mendengar keterangan itu, ia lantas berkata sambil menghela napas : "Kalau begitu syukurlah! Aku terus merasa kuatir memikirkan nasibnya, karena jika ada terjadi apa2 atas dirinya, sekalipun aku sendiri bisa terlolos dari bahaya, hatiku juga merasa tidak enak !" Jie Peng bantu Ho Kie membungkus jenazahnya Toan theng Lojin dengan kain putih setelah itu mengawasi Ho Kie mengobrol, sikapnya sangat open sekali. Hari2 yang penuh kemesraan itu telah dilewati dengan sangat cepat sekali rasanya, Ho Kie yang berada diloteng kecil itu tahu2 sudah dua hari. Sekarang lukanya sudah mulai berangsur2 sembuh seperti sedia kala. Hari itu, selagi Jie Peng dan Ho Kie asyik mengobrol, Ah Bwee tiba- datang tergopoh2. Dengan suara gugup ia berkata kepada Ho Kie. "Ho Siaohiap, lekas sembunyi. Lebih cepat lebih baik........." Jie Peng lantas lompat bangun. "Ah Bwee apa yang telah terjadi ? Tidak perlu ribut2 " katanya. "Celaka, kaucu segera akan datang sendiri kesini." jawab Ah Bwee. Bukan main kagetnya Ho Kie mendengar keterangan itu, ia lantas lompat bangun dan hendak menggendong jenazahnya Toan-theng Lojin dibawa keluar. Jie Peng mencegah seraya berkata : "Tunggu dulu!!" Kemudian ia berpaling dan menanya kepada Ah Bwee : "Dari mana kau dapat kabar ini ? Bicaralah dengan tenang!!" "Kaucu sudah dua hari tidak melihat kau menengoki dia, maka dia kuatir kau tidak enak badan. Barusan dia sudah keluarkan perintah, dia segera hendak datang kemari dengan membawa tabib........." Jie Peng berubah wajahnya seketika. "Apa benar?" tanyanya dengan suara perlahan. "Siapa yang main2 dengan nona. Ho Siao-hiap, lekas kau sembunyi. Sebentar lagi barangkali kaucu akan tiba!!" Ho Kie lantas memberi hormat kepada Jie Peng. "Terima kasih atas kebaikan nona yang sudah memberikan tempat untuk aku merawat diri. Budimu ini tidak akan kulupakan. Sekarang aku hendak pergi. Aku tidak bisa membiarkan nona kerembet rembet oleh karena urusanku!" Sehabis berkata, kembali ia hendak berlalu. Jie Peng dengan erat sekali memegang baju Ho Kie, setelah berpikir sejenak ia lalu berkata : "Tengah hari bolong seperti ini, dirimu mudah dapat diketahui orang. Apalagi selama dua hari ini penjagaan dilembah dilakukan sangat keras, bagaimana kau mampu menerjang keluar? Lebih baik kau sembunyi dalam kamarku, mungkin lebih selamat." "Meskipun itu ada benarnya, tetapi jika sampai diketahui oleh Thian tok Jin mo, bukankah akan menyusahkan diri nona....?" "Tidak apa. Sudah tentu aku bisa menghadapinya sendiri." Dengan cepat Jie Peng bersama Ah Bwee mengajak masuk Ho Kie kekamar tidurnya. Lebih dulu ia meletakkan jenazahnya Toan theng Lojin dibawah pembaringan, kemudian membuka lemari pakaian yang besar dan menyuruh Ho Kie sembunyi didalamnya. Ketika menutup pintunya, Jie Peng memesan supaya Ho Kie menahan napas, jangan sampai kedengaran suaranya. Jie Peng berkata pula dengan sungguh2: "Aku tahu bahwa kau mempunyai permusuhan yang sangat dalam dengan dia. tetapi sekarang kau hanya seorang diri saja. Kepandaianmu diduga masih belum bisa menandingi kepandaiannya. Aku minta supaya bisa bersabar sedikit, jangan mengadakan gerakan apa2, apa kau suka terima permintaanku ini?" Sekalipun aku dengan dia mempunyai permusuhan yang sangat dalam, tetapi sekali kali aku tidak mau berbuat untuk menjerumuskan diri nona kedalam bahaya kecelakaan maka sudah barang tentu aku bisa bersabar." Jie Feng ketawa puas, ia lantas mengulap tangannya, dengan perlahan ia menepok pundaknya Ho Kie dan berkata dengan suara yang lemah lembut sambil unjukan ketawanya yang manis : "Benar, Itulah baru namanya orang yang bisa dengar kata........" Sebentar kemudian pintu lemari ditutup, keadaan didalamnya menjadi gelap. Ho Kie duduk bersih bersemedi, sedikit pun tidak berani bernapas, karena Toan tok Jin-mo mempunyai kepandaian yang sangat tinggi, jika kurang hati2 akibatnya bisa lenyap bagi dirinya,, Mati? Ia tidak takut mati, tetapi kalau ia mati siapa yang akan menuntut balas sakit hati ayahnja? Siapa pula yang akan menuntut balas sakit hati suhunya? Apa lagi jika hal itu nanti akan merembet rembet dirinja Jie Peng, sekalipun ia mati, juga rasanya tidak akan bisa meram. Setelah mempasrahkan dirinya Ho Kie, Jie Peng lalu membuka pakaiannya dan sengaja bikin kusut paras mukanya dan rambutnya, kemudian lompat naik keatas pembaringan, menutupi dirinya dengan selimut, seolah2 seorang yang tengah menderita sakit, Tidak lama kemudian, dibawah loteng sudah kedengaran suara ramai. Seorang kacung sudah naik Iebib dahulu untukc memberitahukan kedatangan Kaucunya. Ah Bwee menyambut dengan sikapnya yang sangat hormat, ia berlutut dipinggir pintu. Kedatangan Kaucu ini seperti raja saja, ia diapit oleh 4 anak laki2 kecil yang membawa pedang, kebutan, tetabuhan dan buli2 merah, Dibelakangnya sianak kecil itu diikuti oleh si tangan geledek Bo Pin, Im-san Tiauw Khek Siang Seng dan seorang imam tua berambut dan berjenggot putih. Orang2 itu pada masuk kekamar buku menunggu cukongnya. Sebentar kemudian seorang tua berpakaian sangat perlente dengan jenggotnya yang panjang serta badannya yang tegap telah masuk dengan tindakan perlahan sambil menggendong tangannya. Ah Bwee lantas mengangguk2kan kepalanya sembari berkata : "Budakmu yang rendah disini Ah Bwee menyambut kedatangan Kaucu!!" Orang tua itu ternyata adalah iblis dunia persilatan. Hian-kui-kuw Kaucu, Thian-tok Jin-mo Ujie-Hui !" "Bangunlah, tidak perlu peradatan !" er kata Jie Hui sambil ulapkan tangannya. Ah Bwee lantas berbangkit dan berdiri di samping dengan sikap sangat hormat. Jie Hui duduk diatas sebuah kursi, dengan matanya yang tajam memandang Ah Bwee sembari bertanya; "Beberapa hari ini tidak kelihatan nonamu, apa badannya kurang enak ?" Ah Bwee buru2 menjawab : "Tidak seberapa penyakitnya, cuma ada sedikit tidak enak badan saja, nona pesan hendak beristirahat dengan tenang kira2 dua hari saja " Jie Hui anggukan kepalanya, diwajahnya yang sangat dingin nampaknya ada sangat perhatikan anaknya. Si tangan geledek Bo Pin tiba2 berkata. "Kaucu tidak usah kuatir, kiranya nona Peng cuma sedikit kurang enak badan, rasanya sudah cukup Leng-ho Cianpwe memberian resep dan obat untuk diminum, sakitnya tentu lekas sembuh." "Baiklah mari kisa tengok keadaannya" jawab Thiam-tok Jin-mo sambil anggukkan kepala. Jin Hui lalu ajak imam tua yang bernama Leng-Ho Ko itu masuk kedalam kamar Jie Peng, diikuti oleh anak kecil pengiringnya. Jie Peng sudah dapat menangkap semua pembicaraan mereka, maka baru saja Thian tok Jin-mo melangkah masuk, lalu sengaja angkat dirinya sambil menunjang dengan tangannya, kemudian berkata sambil ketawa : "Ayah, kau datang ...." Ucapan itu telah membikin terkejut Ho Kie yang sembunyi didalam lemari ! Karena saking kagetnya, dengan tidak disengaja hatinya telah tergetar sehingga badannya agak tergetar juga....... Siapa nyana gelaran itu telah menimbulkan suara halus ! Bagi Cian tok Jin mo, seorang yang sudah mempunyai kepandaian begitu tinggi, sedikit suara saja sudah cukup menimbulkan kecurigaannya, maka ia lantas berhenti sejenak, matanya memancarkan sinar tajam yang menakutkan......... ! -oo0dw0oo- JIE PENG juga terkejut, tapi ia sangat cerdik. Dengar cepat ia tepok2 pinggir tempat tidurnya sembari berkata dengan suara lemah lembut : "Ayah.. Duduklah disini!!" Cian tok Jin mo matanya berputaran sejenak, kemudian anggukkan kepalanya sembari ketawa, lalu duduk dipinggir pembaringan anaknya, ia bertanya : "Sudah berapa hari tidak melihat kau, ada-apa yang kurang enak? Sekarang ayah membawa tabib kenamaan pada dewasa ini Lang ho Locianpwee untuk melihat penyakitmu!" Jie Peng lalu memberi hormat kepada ho Kow dan berkata ; "Sebetulnya tidak ada sakit apa2, bagaimana sampai membikin repot Leng-ho Locianpwee ?" Leng ho Kow tertawa bergelak . "Ah Bwee ambilkan sebuah kursi untuk ia duduk. Setelah memeriksa sejenak, tabib itu lantas berkata : "Keadaan nona ada baik, barangkali tidak mendapat gangguan apa2, nanti pinto berikan sedikit obat, sebentar pasti baik." Cian tok Jin mo, menghela napas perlahan, kemudian berkata ; "Lohu cuma mempunyai satu anak perempuan ini, ibunya meninggalkan ia terlalu pagi, sudah tentu agak aleman. Sianseng tidak perlu merendah terhadap anak2, kalau perlu diberi nasehat apa2, katakanlah saja terus terang, supaya dia bisa beujar baik !" Jie Hui yang gelarnya saja Thian tok Jin mo ( manusia iblis beracun ), didalam rimba persilatan, orang yang baru saja mendengar namanya sudah merasa jeri. Tidak nyana begitu melihat anaknya, ternyata mempunyai perasaan welas asih seperti manusia umumnya-Perkataannya dan sikapnya yang begitu menyayang terhadap anaknya sesungguhnya membuat orang susah percaya kalau ia ada seorang manusia yang seperti iblis kejamnya. Selagi tabib tua itu memeriksa nadinya Jie Peng, Cian tok Jin mo sudah pasang telinga dengan ilmunya Cian thong jie. Tidak antara lama tabib tua itu selesai memeriksa nadinya Jie Peng, setelah menghibur sebentar, lain mundur kekamar buku untuk menulis resep obatnya. Cian-tok Jin-mo membuka matanya, ia mengawasi anaknya, tiba2 berkata sambil ketawa : "Peng-jie, kali ini kau pergi pesiar dengan Kao-him Liemo. apa selama beberapa hari itu tidak mendapatkan pengalaman yang agak aneh ? coba ceritakan kepada ayahmu !" Jie Peng bingung atas pertanyaan ayahnya itu, ia cuma bisa menjawab sambil gelengkan kepalanya : "Tidak ada!! Bukankah aku begitu pulang lantas memberi tahukan kepada ayah?" "Maksud ayah, dalam perjalananmu itu apakah tidak menemukan sahabat yang erat perhubungannya dengan kau ?" "juga tidak!!" jawabnya Jie Peng agak tercengang. "Dua hari berselang ada orang dengan berani mati masuk kelembah Kui-kok, ia memasuki penjara dan membawa kabur Toan-theng Lojin, apakah peristiwa ini kau ada dengar ?" "Dengar sih dengar, tapi saat itu aku sedang tidak enak badan, tidak keluar kemana mana......" Siapa nyana belum habis ucapannya, Cian tok Jin-mo mendadak wajahnya berubah ia berkata dengan suara dingin : "Peng jie, kau tidak seharusnya membohongi ayahmu. Malam itu, Cek siok siokmu telah melihat sendiri kau datang kedepan lembah, berdiri tidak jauh diatas-genteng rumah dengan rumah penjara itu, bagaimana kau mengatakan tidak keluar pintu ?" -oo0dw0oo- Jilid 10 MENDENGAR pertanyaan itu bukan main kagetnya Jie Pang- Tapi ia seorang cerdik. sebentar lantas dapat satu pikiran, maka ia lantas pura2 gusar dan berkata : "Ayah begitu menanya pada anak, apakah ayah mencurigakan anak yang menolong dirinya orang itu, bukan? jahanam tua she Tiek itu sungguh kurang ajar, dia telah berani mengatakan ucapan yang tidak pantas terhadap diriku didepan ayah. Anak tidak mau mengerti ! Sekarang anak hendak membikin perhitungan dengan dia !" Sembari berkata ia mendorong selimutnya dengan uring2an, ia berlagak hendak turun dari pembaringan sambil berkaok kaok : "Ah Bwee, lekas ambilkan pakaianku...." Aksinya Jie Peng itu nampaknya sungguh2, sehingga seorang yang licin seperti Cian tok Jin mo juga sudah kena diselomoti. Ia lalu menahan anaknya dan berkata sambil ketawa : "Adatmu masih seperti anak kecil saja! Ayahmu tokh cuma iseng menanya saja, kau lantas gerubukan seperti orang kebakaran jenggot. Lekas rebahkan lagi, hati2 nanti masuk angin !" Jie Peng makin tidak mau mengerti, sambil menekap parasnya ia menangis terseduh-seduh. mulutnya berkaok kaok : "Semua adalah gara2nya simanusia tua bangka keparat itu. setiap hari gawenya cuma makan tidur. Karena takut tidak terpakai tenaganya, maka lantas cari2 muka, sampai bapak juga hendak diadu domba dengan anaknya. Ayah, lebih baik kau bubarkan saja perkumpulan Hian kui kauw ini ! Sebelum maksud mu hendak menjadi jago tercapai, kau sudah anggap anakmu sendiri menjadi maling. Aih!! Apa artinya aku hidup ? Oh ibu ! Ibu.. Semua lantaran kau meninggalkan aku terlalu pagi!! sehingga anakmu hidup sendirian didalam dunia dan harus menerima penghinaan segala manusia keparat!!" ia menangis sembari banting badannya dan kakinya sehingga tempat tidurnya menjadi murat marit tidak keruan. Cian tok Jin mo kewalahan benar2. Karena ia terlalu sayang kepada anaknya itu, maka lantas ia menghibur : "Peng jie, Peng jie, jangan begitu. Kalau nanti kedengaran oleh Bo Siok siok sekalian bukankah, akan menjadi buah tertawaan?" Jie Peng masih tidak mau mengerti, "Aku masih perlu menjaga muka apa lagi? Orang tokh sudah menganggap aku sebagai maling, namaku sudah dibikin tergoda." "Anak tolol, kau jangan mengucap demikian." Bo Pin, Siang Seng dan Leng-ho Kouw yang berada didalam kamar buku telah dikejutkan oleh kejadian itu, maka mereka buru2 masuk. Jie Peng ketika melihat orang2 itu datang, Ia menangis semakin keras. Cian - tok Jin - mo yang melihat anaknya hanya memakai pakaian tipis, lalu berkata sambil kerutkan alisnya : "Peng-jie, badanmu kurang enak, kenapa pakai pakaian begitu tipis ? Haii... nanti kena hawa dingin, benar2 kau menjadi sakit." kemudian ia berpaling, dan berkata kepada pelayannya : "Ah Bwee, ambilkan pakaian tebal untuk nonamu." Ah Bwee yang mendengar perintah itu menjadi kebingungan, sebab Ho Kie sedang bersembunyi didalam lemari pakaian. jika lemari itu dibuka, sudah pasti Ho Kie akan dapat diketahui. Tetapi perintahnya Kauwcu tidak boleh tidak harus diturut. Sebentar kelihatan ia bersangsi, Cian tok Jin mo yang menyaksikan itu sudah merasa tidak sabaran, maka ia lantas membentak pula : "Aku suruh kau ambilkan pakaian tebal untuk nonamu, kau dengar tidak ? Lekas!!!" Terpaksa Ah Bwee keraskan hati, dengan cepat ia berjalan menuju kearah lemari pakaian. Dengan badannya menghadang didepan lemari, tangan kirinya perlahan2 menarik pmtu tangan kanannya dengan cepat menyambar sepotong pakaian, kembali menutup pintu lagi Ho Kie yang sedang berada dalam lemari sudah ketakutan setengah mati. Apa mau si Ah Bwee karena terburu2, telah kesalahan mengambil baju sutra. Cian tok Jin mo lantas berbangkit sembari berkata ; "Dasar anak tolol. Nanti Ayahmu akan ambilkan sendiri." Jie Peng terperanjat, cepat2 ia berkata ; Ayah, aku tidak kedinginan..,....kau tidak usah capaikan hati," "Lihat, kau masih seperti anak kecil saja-Kau adalah anak satu2nya dari ayahmu apakah menjadi baju untuk kau saja lantas menjadi repot?" Orang tua itu sembari berkata, tangan yang lain menarik pintu lemari...... Ah Bwee ketakutan setengah mati, wajahnya berubah, badannya gemetaran, hampir saja ia jatuh pingsan. Ho Kie sudah mendengar semua pembicaraan mereka, terpaksa ia kerahkan seluruh kekuatan tenaganya siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan. Asal Cian tok Jin mo menarik pintu lemari, terpaksa ia berlaku nekad karena sudah tidak ada jalan lain. Sesaat suasana dalam kamar tersebut menjadi tegang. Apa yang akan terjadi selanjutnya sukar sekali dapat diduga......... Meskipun Jie Peng orangnya cerdik, tetapi dalam keadaan gawat yang seperti itu, ia juga tidak berdaya. Tangan Cian-tok Jin mo sudah menempel dipinggang lemari, begitu ia menarik, Ho Kie sudah tidak dapat sembunyikan dirinya lagi. Jie Peng pejamkan matanya, terpaksa ia hanya menantikan nasib jeleknya yang akan menimpa dirinya. Siapa nyana, dalam keadaan yang sangat berbahaya itu, tiba2 terdengar suara terompet yang ditiup berulang ulang. Dalam kagetnya, Cian tok Jin mo dengar, sendirinya lantas urungkan maksudnya membuka lemari. Tidak lama, seorang anak murid dari Hian kui kauw, kelihatan lari naik keatas loteng. Empat orang anak kecil yang menjaga Kaucunya, melihat kedatangan orang itu, lantas mencegat dipintu dan membentak : "Kaucu ada disiai, lekas berhenti." Orang itu lantas berlutut, dengan suara gugup ia memberikan laporannya: "Hunjuk beritahu kepada Kaucu, bahwa Para ketua dari sembilan partai besar dari rimba persilatan telah berkumpul menyatroni lembah Kui-kok dan sekarang sudah berada dimulut lembah." Semua orang yang mendengar laporan itu, lantas pada berubah wajahnya. Hanya Cian tok Jin mo yang kelihatan masih tenang saja. "Sungguh besar sekali nyali mereka, Bo Tongcu kau pimpin dulu para Tongcu dan Hiocu pergi menyambut. Lohu segera akan menyusul." Kauwcu keluarkan perintah, Bo Pin terima baik perintah itu, bersama-sama dengan Siang Seng lalu lari turun dari atas loteng. Cian tok Jin mo kembali menghibur anaknya, kemudian baru mengajak empat pengiringnya bersama Leng ho Kouw pergi meninggalkan kamar Jie Peng........ ooo0dw0ooo Sekarang kita kembali kepada Gouw Ya Pa. sejak ditinggal pergi oleh Ho Kie, didalam goa Pek giok kiong setiap hari ia merasa gelisah. Sebetulnya ia sudah hendak cepat2 menyusul kelembah Kui kok, tetapi karena harus mentaati pesan Ho Kie, terpaksa ia harus menunggu sampai tiga hari lamanya. Karena sampai tiga hari kemudian ia juga tidak mendapatkan kabar beritanya tentang diri Ho Kie, maka pagi2 sekali ia sudah meninggalkan lembah Patah Hati sambil membawa benda pusaka Kin hoan leng. Siapa tahu, ketika ia tiba dibawah bukit Pek kit nia, disitu keadaaannya tetap sunyi, tidak kelihatan bayangan para ketua dari sembilan partai besar. Gouw Ya Pa mencari berputar-putaran, Tidak berhasil menemukan walaupun orang2nya dari sembilan partai besar itu, ia lantas naik darah, lalu memaki-maki dengan suara keras: "Kurang ajar!! Hweeshio bangsat, Imam jahanam! Perkataan kalian seperti kentut saja. Hari ini kalau kalian tidak muncul, nanti Gouw Toaya akan mendatangi sarang kalian sambil membawa Hou hoan-leng dan memerintahkan kalian pada bunuh diri "... Tiba tiba dibelakangnya ada orang yang berkata dengan suara dingin : "sicu ini kelihatannya marah2 sendirian. Siapakah yang sicu maki2 tadi?" Gouw Ya Pa berpaling, segera dilihAtnya seorang iman yang sudah lanjut usianya sedang berdiri disebuah batu besar yang tidak jauh dibelakang dirinya. Karena ia sedang mendongkol, maka imam itu lantas dibuat bulan-bulanan. Ia membentak dengan suara bengis : "Jahanaaammm ! Kau dari golongan mana ?" Imam itu tercengang, ia menjawab dengan suara dingin ; "Pinto adalah Siong Leng, sekarang menjabat ketua Butong pay...... " Gouw Ya Pa merasa girang, ia lalu membentak dengan suara keras : "Siong Leng, sungguh besar sekali nyalimu. Mengapa tidak lekas berlutut?" Siong Leng Totiang adalah Cian-bun dari Bu-tong-pay pada waktu itu, sebetulnya ia adAlah seorang tua yang sudah kenamaan dalam rimba persilatan, tetapi mendengar perkataan dan juga melihat sikap Gouw Ya Pa yang, begitu kasar, dalam hati juga merasa heran maka ia menanya dengan sikapnya yang sungguh sungguh : "Numpang tanya, sicu ada murid dari golongan mana? Mengapa berani berlaku kasar dihadapan pinto ?" "Kau berani bertanya aku murid dari golongan mana ? Kalau aku sebutkan, nyalimu akan lompat keluar !" sahut Gouw Ya Pa sambai ketawa dingin, kemudian tangannya merogoh sakunya untuk mengambil Kiu hoan Leng yang lalu diangkatnya tinggi- sembari berkata : "Kenal tidak ? Ini permainan apa? Aku adalah muridnya ini.......,..." Ketika melihat benda pusaka itu, seketika itu wajah Siong Leng Totiang berubah, cepat cepat ia memberi hormat sembari berkata ; "Melibat tanda pusaka seperti melihat Cau-wu. Pinto Ciang-bun dari Bu-tong-pay keturunan kelima puluh dua disini menghadap Seng Leng." Gouw Ya Pa merasa sangat bangga, tetapi ia tidak merasa puas, maka kembali ia membentak : "Apa begitu sudah cukup ? Lekas berlutut!!" Siong Leng Totiang ada ketua dari satu partai besar, diperlakukan secara demikian sudah tentu agak mendongkol. Tetapi karena anak tolol itu membawa tanda pusaka, tidak boleh tidak harus ia menurut perintahnya, maka dengan terpaksa ia berlutut. Dalam hati diam2 ia memaki : Thian Hian lojin sungguh membikin susah orang. Kalau aku tahu pembawa tanda pusaka ini ada seorang kasar macam ini, biar bagaimana juga aku tidak mau menemuinya lebih dulu." Kembali Gouw Ya Pa berkata dengan suara keras; "Hai jahanam! Suruh kalian datang semua kenapa kau cuma sendiri yang muncul? Dimana itu kepala gundul dan imam2 yang lainnya?" Siong Leng Totiang benar2 sangat mendongkol, tetapi juga merasa geli, dengan terpaksa ia menahan amarahnya, Ia menjawab dengan, lakunya yang hormat sekali: "Pinto yang kebetulan pesiar telah berpapasan dengan Thian Hiao toyu dari Hua-san pay. Dari padanya pinto mendapat kabar tentang maksud Leng-cu, maka malam itu juga pinto sudah menuju kemari. Tentang partai lainnya pinto tidak tahu." "Bohong ! Kalian berani tidak menepati janji. semua harus dibunuh!!." Siong Leng Totiang terperanjat, diam2 ia berpikir : "Kelihatannya Leng cu ini orang kasar, kalau begitu, kita tidak boleh membuat ia gusar, Kalau dia perintahkan aku bunuh diri, apa boleh aku tidak menurut?" Berpikir sampai disitu, dia terperanjat, menahan rasa marahnya, lalu menyahut dengan sangat hormat : "Hari ini adalah tanggal sembilan bulan sembilan. Ciang bun dari partai lainnya barangkali sebentar lagi akan datang semua." "Dalam waktu yang begitu lama, apa masih belum cukup ? Apakah perlu harus berias segala baru menemui orang?" Perkataan itu benar2 telah membuat Siong Long Totiang tidak bisa menjawab. "Baiklah.. Kau berlutut saja disini, kapan mereka datang, saat itulah kau boleh berdiri," kata Gouw Ya Pa pula. Siong Leng Totiang terperanjat, ia berkata dengan suara cemas : "Pinto............" "Tidak perlu segala pinto pinto. Aku yang suruh kau berlutut sampai tiga hari tiga malam." Selagi berkata begitu, kembali ia mendengar suara orang berjalan, sebentar kemudian lantas kelihatan muncul dua bayangan orang, Gouw Ya Pa menoleh, seketika itu lantas berkata sambil ketawa : "Bagus ! Kembali datang dua orang yang akan menalangi kau." Kedua orang yang baru datang itu ternyata adalah Tio Thian Ek, ketua Tiam khong pay dan satunya lagi adalah seorang yang sudah berusia kira-kira enam puluh tahun, dipunggungnya menggemblok sebuah pedang panjang tetapi belum dikenal oleh Gouw Ya Pa. Tio Thian Ek yang melihat Siong Leng Totiang berlutut dihadapan Gouw Ya Pha dengan laku yang sangat hormat, dalam hati merasa sangat heran, maka ia lantas bertanya kepada Gouw Ya Pa sambil menjura: "Numpang tanya, Kiu hoan leng Lengcu, Ho siaohiap sekarang ini ada dimana ?" Gouw Ya Pa memandang kepadanya dengan sorot mata dingin, ia menjawab: "Hmmmm, apa kau masih ingat Ho Siaohiap. kalau kau datang lebih lambat lagi mungkin dirinya Ho Siaohiap sudah dicincang orang." Tio Thian Ek kenal Gouw Ya Pa ini sahabatnya Ho Kie, pada pikirnya tidak perlu terlalu merendah terhadap orang muda, maka ketika mendengar perkataan itu, hatinya merasa kurang tenang. "Aku telah mendapat perintah untuk menyampaikan berita kepada khong-thong dan Kiong lay kedua partai, lalu terus menuju kemari. Kalau aku tiba disini tidak menemukan Ho Siaohiap, tokh tidak boleh disalahkan kalau aku melanggar perintah." Gouw Ya Pa melototkan matanya, ia lalu mengangkat Kiu hoan lengnya tinggi-tinggi sambil membentak: "Kau masih mau membantah, lihat! ini apa ?" Tio Thian Ek yang melihat Kiu hoan leng itu berada ditangan anak tolol itu, ia diam-diam mengeluh sendiri. Terpaksa ia tundukkan kepala, kemudian berlutut sambil berkata. "Tio Thian Ek menyumpai lengcu." Orang tua yang berdiri disampingnya juga lantas berlutut sambil berkata: "Cian bun Tecu dari Khong thong pay keturunan ketiga puluh empat Lim Co Ek disini menjumpai Lengcu," Gouw Ya Pa berkata dengan suara dingin; "Kedatanganmu berdua sungguh kebetulan sekali. Sekarang yang lainnya tidak perlu dibicarakan. Imam dari Bu tong ini tadi sudah berlutut lama, sekarang kalian menggantikan dia untuk menantikan yang lainnya. Jika yang lainnya itu tidak datang, kalian jangan bangun." Siong Leng lantas berbangkit sambil mengucapkan terima kasih. Tio Thian Ek coba membantah: "Aku siorang tua sudah memerlu menyampaikan kabar dan kedatanganku juga tidak terlambat, Kenapa....." "Aku juga tidak berkata kalian terlambat." Gouw Ya Pa memotong. "Hanya kuatir kalian mengaso sebentar." si tolol nyengir. Tio Thian Ek menjadi gusar, ia mengawasi Lim Co Ek sebentar. kelihatannya orang itu juga tidak puas terhadap Lengcu ini, ma ka timbulah pikiran jahatnya. diam-diam ia memberi isyarat kepada Lim Co Ek. Kedua orang tua itu lantas melesat dari kanan dan kiri. Lim Co Ek menyerang Gouw Ya Pa, sedangkan Tio Thian Ek hendak merampas Kiu boan leng. Siong Leng Totiang yang berdiri disampingnya juga sudah siap sedia. Tio Thian Ek berhasil, ia juga akan turun tangan. Siapa tahu, selagi mereka bergerak Gouw Ya Pa yang tadinya kelihatan memejamkan matanya mendadak menbuka lebar-lebar matanya dan membentak: "Kalian hendak berbuat apa?" Tio Thian Ek terperanjat, cepat2 tangannya ditarik kembali dan lompat mundur. Tetapi Lim Co Ek yang sudah turun tangan, ketika mendengar bentakan itu. ia memaksa menarik kembali serangannya. kembali berlutut ditanah. Gouw Ya Pa lantas berkata sambil tertawa nyengir: "Aku tahu, bahwa kalian berdua tua bangka pasti tidak puas, tetapi kalian berani hendak merampas Kiu hoan leng kalau tidak dikasih ajaran, Kalian nanti tidak tahu diri." Ia lalu mengangkat Kiu hoan lengnya dan berkata pula: "Ketua Tiang khong dan Khong thong tidak menurut perintah Lengcu serta sudah timbul pikiran jahat. Sekarang harus dihukum tampar pipi masing-masing sepuluh kali." Tio Thian Ek, Lim Tio Ek saling pandang akhirnya sama2 berkata. Gouw Ya Pa lalu berkata kepada lim co ek, "Orang tua she Lim, kau pukul dia dulu." Terpaksa Lim Co Ek angkat tangannya, sembari berkata dengan suara perlahan: "Tio heng ini jangan sesalkan aku." dan lantas menampar pipi Tio Thian Ek sampai sepuluh kali. Kasihan Tio Thian Ek sebagai seorang jago kenamaan. karena merasa malu terhina demikian rupa maka dengan mendadak lantas menghunus pedangnya dan kemudian hendak menggorok lehernya sendiri.... Mendadak ada sebuah benda menyambar, Tio Thinn Ek. merasakan lengannya kesemutan. pedangnya lantas terlepas jatuh ditanah, kemudian disusul oleh suaranya orang yang berkata nyaring: "Tio-heng adalah satu Ciangbunjin dari satu partai besar. Apa artinya baru dihukum oleh Lengcu begitu saja sudah berpikiran seperti seorang wanita ?" Gouw Ya Pa menoleh, ia melihat dikanan kirinya sudah berdiri seorang padri dan tiga orang imam. Orang yang bicara tadi ada adalah ketua Ngo-bie pay, Hui Kak Siansu. Padri tua itu lalu menghampiri Gouw Ya Pa dan lantas berkata sambil rangkapkan kedua tangannya: "Gouw Sicu yang telah mewakili Ho Siaohiap menyampaikan kabar dengan membawa tanda pusaka, sudah tentu kita orang harus menurut. Tetapi tidak tahu Ho Siaohiap sekarang berada dimana?" Gouw Ya Pa lantas merasa gusar, ia berkata dengan suara bengis: "Kau juga tanya aku, siapa suruh kalian datang begitu lambat. Dia sudah pergi menerjang sendiri kelembah Kui kok. Sampai hari ini, sudah tiga hari lamanya, tetapi masih belum ada kabar beritanya. Kebanyakan tentu dia sudah binasa." Hui Kak Siansu berubah wajahnya seketika. "Lembah Kui kok bukan tempat sembarangan, dengan seorang diri Ho Siaohiap menempuh bahaya, barangkali betul-betul akan menemukan bahaya." katanya agak gugup. Gouw Ya Pa kembali membentak, "Hei! Kalian tiga imam, apa kalian datang untuk bertemu? Lekas beritahukan nama kalian supaya kita bisa lekas berangkat." Hui Kak Siansu buru-buru ajak ke tiga imam itu memberi hormat kepada Kin hoan leng, mereKa itu ternyata adalah ketua Kun-lun pay keturunan kelima puluh satu Bu wie Totiang ketua Ceng shia pay keturunan ketiga puhluh sembilan. Liauw Tim Totiang dan ketiga Kiong lay pay keturunan ketiga puluh tuiuh. Bun Hie Totiang. Gouw Ya Pa menghitung jumlahnya orang, ternyata masih kurang dua. Bu wie Totiang dari Kun lun pay lantas memberi keterangan: "Thian-hian Toyu dari Hoa san pay mungkin sebentar lagi bisa datang," "Aku siorang tua juga pernah mengabarkan kepada Tiauw Goan Taysu dari Siao-lim pay' Sebelum tengah hari pasti ia akan sudah sampai." Hui Kak Siansu turut bicara. Goauw Ya Pa terkejut, sebab ia sendiri adalah orang dari Siao-lim-sie, terhadap ketua Siao-lim-sie Tiauw Goan Taysu, selamanya ia sangat takut dan menghormat. Tapi ia bisa sesukanya memberi perintah sama sekali tidak memikirkan itu, maka bukan main kagetnya ketika mendengar keterangan Hui Kak tadi. cepat berkata: "Kita tidak usuh tunggu mereka. Mari kita pergi menolong orang yang sangat penting. Sudah ada kalian bertujuh. mungkin sudah cukup." Selagi ia hendak memberi perintah lebih lanjut. Lim Co Ek tiba-tiba menunjuk dengan jarinya serta berkata: "Apakah itu bukan Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian Totiang ?" Benar saja, dari jauh kelihatan seorang hweesio dan seorang imam yang berlari mendatangi dengan cepat. Gouw Ya Pa memang kenal kepada mereka seketika itu lantas kelabakan, Cepat ia menarik tangan Hui Kak Siansu seraya berkata. "Toa Hosiang, lekas kau suruh Touw Goan Taysu dari Siao lim-pay itu pulang sana. Hui Kak Siansu terperanjat, lalu bertanya: "Apa artinya ini? Tiaaw Goan Taysu adalah seorang yang berkedudukan tinggi. Untuk menyerbu kelembah kui kok, justeru membutuhkan dia sebagai ketua. Bagaimana kalau dia disuruh pulang?" Gouw Ya Pa menjawab sambil meringis, "Kau tidak tahu. aku tidak bisa bertemu muka dengan dia." Kembali Hui Kak Siansu terperanjit. "Kenapa tidak berani bertemu dia ?" "Aih ! Kau benar benar cerewet." Pada Saat itu Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian Totiang sudah sampai dan terus berkata kepada semua orang sambil memberi hormat: "Tuan-tuan sudah datang terleblh dulu, kami agak terlambat. Harap dimaafkan." Goaw Ya Pa buru-buru menjawab sambil membalas hormat, "Ooo, tidak apa, tidak apa." Semua orang merasa heran, mengapa Lengcu itu adatnya sangat aneh. Tadi sikapnya begitu galak, tapi kenapa terhadap Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian Totiang sikapnya begitu rendah? Tiauw Goan Tayau agaknya tidak mengenali Gouw Ya Pa, ini memang tidak mengherankan sebab gereja Siao limsie mempunyai murid murid jumlahnya ribuan orang, bagaimana Tiauw Goan Taysu bisa mengenali satu demi satu, apa lagi Gouw Ya Pa yang merupakan muridnya tukang masak dan sebagai orang biasa saja. "Sicu inikah pemegang benda pusaka dari partai kita, Ho Siaohiap adanya?" ia bertanya. Gouw Ya Pa yang tidak tahu ketua Siao lim sie itu tak mengenali padanya. ketika ditanya iapun gugup, cepat ia jawab sambil goyangkan tangan. "Aku bukan orang she Ho. Aku hanya mewakili saudara Ho membawa pusaka untuk mewakili tuan tuan sekalian, bagaimana berani disebut Lengcu?" Gouw Ya Pa lalu angsurkan benda itu, "Ini adalah Kiu hoan leng harap taysu periksa." katanya hormat. Tiauw Goan Taysu yang melihat Kiu hoan leng itu adalah benda pusaka yang dibuat beberapa tahun berselang, cepat ia mundur tiga tindak dan lantas berlutut seraya berkata: "Melihat tanda partai, seperti melihat Couwsu, pinceng Tiauw Goan, Ciangbunjin Soao lim sie keturunan Kelima puluh enam, disini menghadap beng leng." Gouw Ya Pa juga cepat berlulut: "Lo-suhu lekas bangun, jangan menyulitkan aku Gouw Ya Pa." Siapa tahu, perbutannya itu telah mengejutkan ketua dari delapan partay yang lainnya, maka semuanya berlutut. Tauw Goan Taysu juga terperanjat, cepat cepat ia memimpin bangun Gouw Ya Pa sehingga semua lantas pada bangkit. "Ho Siaahiap membawa tanda partay menyampaikan kabar menyuruh kita semua berkumpul disini. Apakah karena urusan Hian kui kauw dari lembah Kui kok?" bertanya Tiauw Goan Taysu. "Benar. Sekarang dia sudah pergi sendiri kelembah Kui kok, sudah tiga hari lamanja sampai kini masih belum kedengaran kabar ceritanya." jawab Gouw Ya pa. "Kalau begitu, kita tidak boleh terlambat kita orang orang dari sembilan partai rasanya harus menemui juga Cian Tok Jin Mo." Thian Hian Totiang mendadak ingat kalajengking emasnya, maka ia lantas berkata dengan suara gusar: "Hian kui kauw telah mengganas didunia. sudah lama ia ingin membasmi sembilan partai besar kita. Taysu dan para toyu sekalian, hari ini sangat beruntung kita bisa berkumpul disini, mengapa tidak segera berangkat kelembah Kui kok? pertama kita segera menolong dirinya Ho Siaohiap, kedua kita suruh Hian Kui kauw juga kenal kelihayan kita sehingga dikemudian hari tidak berani memandang rendah lagi !" Tiam cong, Khong tong, Kiong lay dan Ceng shia yang anak muridnya sudah pernah dibikin susah oleh orangorang Hian kui kauw, segera mrnyetujui usul itu. Sebaliknya dengan Hui kak Siansu yang berpikir panjang. ia ini berkata: "Hian kui kauw meski belum lama muncul dirimba persilatan, tapi belakangan ini mengumpulkan banyak orang-orang pandai. apa lagi lembah kui kok merupakan markas besarnya, kalau kita hendak pergi, harus membuat rencana yang sempurna, baru bisa bergerak," "Aku seorang kasar, tidak mengerti perkara begitu, mengapa tidak mengangkat Tiaw Goan Taysu saja sebagai pemimpin?" kata Gouw Ya Pa. "Lolap cuma mendapat perintah untuk mengumpulkan orang, bagaimara boleh berlaku melewati batas?" berkata Tiauw Goan Taysu sambil ketawa. "Taysu seorang berilmu tinggi. memang seharusnya yang bertindak sebagai pemimpin." kata orang banyak. "Terima kasih atas kecintaan serta kepercayaan saudara2. lolap merasa berat untuk menolak. Tapi menurut pikiran lolap, Hian kui kaw ada mempunyai banyak orang berkepandaian tinggi apa lagi ilmunya Hu sie Biat kut orang dari cian tok Jin mo, barangkali disini tidak ada yang mampu menandingi. Maka kali ini kita pergi kesana, sebaiknya dengan secara hormat lebih dahuku, untuk menanyakan dimana adanya Ho Siaohiap, kita lihat bagaimana jawabannya?" Usul itu telah diterima baik oleh semua orang, maka lantas mereka berangkat bersama-sama menuju kelembah Kui kok. Ketua dari partai itu semua mempunyai kepandaian ilmu lari pesat, maka sebentar saja sudah pada melesat meninggalkan bukit Pek kutnya. Tapi dengan secara demikian kasihan bagi Gouw Ya Pa yang tidak mempunyai kepandaian ilmu pesat, hingga untuk mengikuti mereka sudah empas empis dan toh masih ketinggalan jauh. Terpaksa ia keluarkan Kin hoan leng, paksa mereka berjalan agak lambat. Terpisah kira satu lie dari lembah Kui kok. tiba-tiba dari sebuah rimba melesat seekor burung yang membawa kabar. "Penjagaan lembah kui kok ini benar-benar sangat kuat, masih sejauh 10 lie, perjalanan kita sudah diketahui oleh mereka," kata Hui Kak Siansu sambil tertawa. "Kita lebih dulu menghadap dengan secara hormat, sudah tidak perlu sembunyi-sembunyi, kita harus tunjukan diri secara terang," kata Tiaw Goan Taysu, Kembali berjalan beberapa li, kini sudah mendekati mulut lembah. Tiba-tiba muncul dua orang, masing-masing bawa pedang dipunggungnya. Ketika tiba didepan rombongan Tiauw Goan Taysu. lantas berkata sambil angkat tangan memberi hormat: "Bo Tongcu dari Hian kui kauw telah mendapat perintah dari Kauwcu mewakilinya menyambut kedatangan Ciangbunjin dari sembilan partai. Sekarang dia dimulut lembah menantikan Ciangbunjin sekalian." "Kuarang ajar! Apa dia tidak bisa keluar menyambut sendiri? Mengapa harus menunggu disana?" Gouw Ya Pa membentak. Gouw Sicu tidak boleh begitu. Ini hanya orang yang menyampaikan kabar saja. Kita tidak perlu ribut dengan mereka," kata Tiauw Goan Taysu, kemudian berpaling kepada kedua orang itu sembari ketawa berkata. "Tolong kalian sampaikan kepada Bo Tongcu, katakan saja bahwa Ciangbun dari Kun lun, Ngo-bie. Bu tong, Khong-tong' Ceng shia. Kiong lay, Hoa san Siao lim dan Tiam cong sembilan partai, karena mempunyai sedikit urusan, ingin bertemu dengan Kauwcu sendiri." Kedua orang itu angkat kepala. mengawasi Gouw Ya Pa dengan sikapnya yang dingin lalu bertanya : "Ingin tanya, Eng hiong ini dari partai mana ?" Gouw Ya Pa gusar, ia lantas membentak: "Aku adalah ketua dari partai sundel yang khusus mengurus kalian bangsa sundel." Kedua orang itu menjadi gusar. mereka mundur dua langkah. agaknya segera hendak turun tangan. Gouw Ya Pa lantas menghunus pecutnya dan membentak pula: "Kurang ajar! apa kalian mengajak aku berkelahi? Nanti kubikin patah tulang2 kalian dulu!" Tiauw Goan Taysu lalu maju dan menghadang ditengah, berkata kepada dua orang itu, "Tuan ini adalah Lengcu yang memegang tanda pusaka partai Kiu hoan leng yang hari ini memimpin sembilan partai untuk berkunjung kepada ketua kalian." Mereka mendengar keterangan itu pada terkejut, wajahnya berubah seketika, agaknya merasa sangsi. Gouw Ya Pa lalu berkata sambil acungkan Kiu hoan lengnya: "Kawanan bangsat, apa kau tidak percaya, Gouw Toayamu tidak mempunyai apa-apa hanya ini saja hari ini akan mencari setori dengan Hian kui kauw!" Dua orang itu matanya membelalak, mereka lantas angkat tangan menberi hormat, kemudian undurkan diri. Tiauw Goan Taysu dan lain-lainnya pada merasa tidak puas dengan sepak terjangnya Gouw Ya Pa, tapi karena Kiu hoan leng berada d tangannva, apa yang mereka bisa berbuat terhadap padanya? Ketika rombongan Tiauw Goan Taysu tiba dimulut lembah, dari jauh sudah kelihatan barisan yang menyambut kedatangan mereka. Ditengah-tengah rombongan barisan penyambut itu ada berdiri seorang berewokan dengan alis yang putih ia itu adalah ketua bagian kepengajaran Bo Tongcu, si tangan geledek Bo Pin. Di kedua sisinya berdiri Cek Kong Han, si Toata Tan Liang. Giok bin Kim kong Ong Hoa Cu, Sie Lek, Siang Hong Siang, Cian Siu, Tio GO, Siang Seng dan lainlainnya. Dalam Hian kui kauw kecuali kaucunya sendiri dan beberapa orang golongan tertua, boleh dibilang semua sudah keluar menyambut menemui ketua dari partai persilatan. Inilah buat pertama kalinya Hian kui-kauw mengajukan barisan yang demikian kuat sehingga membuat para ketua partai itu pada terkejut. Bo Pin yang maju lebih dulu dan berkata pula para tamunya sambil menjura. "Hari ini sungguh beruntung kami dapat menyambut kedatangan tuan, siorang she Po atas nama kaucu, disini mengucapkan selamat datang kepada tuan tuan!" "Kau adalah Tongcu dari Hian kui kauw siapakah kaucumu?" Gouw Ya Pa nyeletuk. Bo Pin tercengang, dengan matanya yang tajam ia menyapu Gouw Ya Pa kemudian berkata pula sambil ketawa seram: "Tuan ini tentunya adalah sahabat yang membawa Kiu hoan leng?" "Sedikitpun tidak salah, kau siorang tua benar-benar pintar!" jawab Gouw Ya Pa. "Kiu hoan leng sebetulnya adalah benda kepunyaan partai kami, yang dicuri dan dibawa kabur oleh seorang murid yang berkhianat, sehingga terjatuh ketangan orang dunia Kang-ouw, apa yang dibuat heran? Lagi pula perkumpulan kami bukan orang-orang dari partai. dulu tidak pernah turut membuat tanda kepartaian itu. Benda itu tidak ada dimata aku siornng she Bo." Ucapan Bo Pin itu sangat jumawa sekali, Se0lah-olah dalam matanya tidak pandang sama sekali. semua ketua sembilan partai besar itu, sehingga membuat mereka lantas pada berubah wajahnya. Tiauw Goan Taysu lalu maju dan berkata sambil rangkap kedua tangannya: "Bo Tongcu tidak kecewa menjadi kepala penjara, kegagahanmu membuat kagum kita semua. Cuma saja lolap sekalian hari ini hanya datang untuk menemui Kaucu untuk merundingkan soal lain, bukan urusan Kiu hoan leng !" "Aku si tua bangka juga untuk itu menyambut kedatangan tuan-tuan, tapi lembah ini tempatnya sangat kotor, tidak dapat dibandingkan dengan kediaman Taysu di gereja Siao lim-sie. Maka kalau kurang sempurna penyambutan Kami, harap minta dimaafkan banyakbanyak!" Sehabis berkata ia lantas perkenalkan mereka dengan semua orangnya, Kemudian serombongan anak-anak kecil menyuguhkan arak berikut cawannya. Setelah upacara penyambutan selesai para tetamunya diajak oleh Bo Pin untuk menemui Kaucunya. Mereka diajak mengasoh didalam satu kupel yang luas didalam lembah itu. Tidak diantara lama, tiba tiba muncul dua anak kecil yang tangannya masing-masing membawa panci berwarna kuning lantas berkata dengan suara nyaring: "Kaucu mengucapkan selamat datang kepada para Ciangbunjin sekalian!" Semua orang pada berdiri. hanya Gouw Ya Pa yang masih tetap duduk tidak bergerak. Sesaat kemudian, dari lembah bagian dalam muncul sebuah tandu kecil yang indah, dipikul oleh delapan orang laki-laki kuat. serta diiringi dua anak laki-laki kecil. Tandu itu dilarikan sangat pesat sekali, sebentar saja sudah berada didepan kupel. Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan itu diam-diam merasa terkejut. Diam-diam ia mengakui bahwa Jie Hui ini benar-benar bukan orang sembarangan, orang-orang bawahannya saja kepandaiannya sudah demikian tingginya, apa lagi ia sendiri. Maka kalau Hian kau kauw tidak lekas dibasmi mungkin sepuluh tahun lagi akan merupakan bencana besar bagi rimba persilatan ! Pada saat itu tandu itu sudah diletakan ditanah dari dalamnya lalu kelihatan turun keluar seorang tua berbadan tegap dengan dandanannya yang sangat mewah. Orang-orang hian kui kauw yang bera da dalarn kupel semuanya membungknkkan badan memberi hormat Tiauw Goan Taysu dan lainnya cepat-cepat rangkapkan kedua tangan memberi hormat. Cian tok Jin mo dengan matanya yang tajam menyapu semua orang. kemudian lantas berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Hari ini entah angin apa yang telah membawa para ketua yang berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan kelembah yang seperti hutan belukar ini ?" Tiauw Goan lalu menjawab sambil tersenyum: "Lolap sekalian agak gegabah, harap Kaucu suka maafkan banyakbanyak." Cian tok Jin mo ketawanya bergelak gelak, suara ketawanya itu menggema lama didalam lembah. Mendadak Gouw Ya Pa menggeram, kemudian berkata: "Ketawai apa ? Ada apa yang lucu? Kita datang untuk mencari sotori bukan untuk mengandalkan tali persahabatan, kau tua bangka ketawai apa ?" Ucapan itu telah menggusarkan semua orang-orang Hian Kui kauw, Cian tok Jin mo menghentikan ketawanya, dengan sorot mata dingin ia mengawasi Gouw Ya Pa sejenak. "Apakah Tuan ini adalah Gouw Insu yang membawa Kui hoan leng ?" ia bertanya. "Kalau tokh sudah tahu, mengapa tidak lekas keluar saudara Ho kita perlu apa masih berlagak?" jawab Gouw Ya Pa dengan sikapnya yang angkuh. Tiba-tiba Cian tok Jin-mo ketawa dengan perlahan, ia memasuki kupel seraya berkata, "GOuw losu ada seorang yang polos dan berbicara seraya terang-terangan. Aku situa bingka sangat merasa kagum." Sehabis berkata ia mempersilahkan Tiauw Goan Taysu dan lain-lain dnduk ditempat masing-masing dan ia sendiri duduk di atas kursi kulit macan. Setelah semuanya sudah minum, Tiauw Goan Taysu berbangkit dan berkata sembari memberi hormat: "Aku si tua bangka sudah lama mendengar nama besar Kaucu, hari ini sungguh beruntung dapat menjumpai sendiri. Lolap ada sedikit urusan, mohon Kaucu suka memberi muka untuk memberi bantuan." "Taysu ada seorang pemimpin rimba persilatan dan seorang beribadat tinggi. Ada urusan apa yang ingin minta bantuank ? jika aku si tua bangka masih mampu melakukan. sudah tentu tidak merasa keberatan." jawab Cian tok Jin mo. "Dulu kami sembilan partai telah membuat Seng leng dan disumpah, siapa jang memegang Seng leng itu adalah pemimpin dari sembilan partai kami. Lolap sekarang sebagai muridnya sambilan partai itu, sudah tentu tidak dapat tidak mentaati perintah Seng leng. Sekarang kita telah mendapat kabar bahwa Kiu hoan leng Ho Siaohiap tiga hari berselang telah datang kesini dan sampai sekarang masih tidak ada kabar beritanya. Lolap sekalian hari ini dengan menebalkan muka menjumpai kaucu, sadikah kiranya kaucu memandang muka kita untuk memberi petunjuk. dimana adanya Ho Siaohiap sekarang? Mengenai perselisihan antara Ho Siohiap dengan Kaucu, lolap sekalian bersedia menjadi orang pertengahan untuk membereskan soal permusuhan itu." Cian tok Jin mo yang mendengar itu, tiba-tiba kerutkan alisnya dan berkata dengan heran: "Perkataan Taysu ini, sungguh membuat aku siorang tua tidak mengerti, partai kami selamanya tidak mencampuri urusan permusuhan dalam dunia Kang-ouw, juga tidak mempunyai musuh seorang she Ho. juga tidak tahu bahwa beberapa hari ini ada Ho siaohiap yang kesasar dalam perkumpulan kami, apakah Taysu hanya mendengar berita saja yang belum pasti kebenarannya ?" Gouw Ya Pa yang mendengar jawaban itu lantas menjadi gusar, mendadak ia berbangkit dan membentak dengan suara bengis: "Enak saja kau pungkir. Saudara Ho tiga hari berselang sudah datang, sampai sekarang belum kelihatan bayangannya. sudah tentu kalian yang sudah mencelakakan jiwanya. SeKarang kau apakan dia? Hari ini kalau kau serahkan orangnya, kita masih bisa berunding dengan cara baik-baik. kalau tidak, aku akan mengubrak-abrik sarangmu Hian kui kauw ini." Kaucu Hian kui kauw yang merasa terhina demikian rupa, sudah menunjukkan sikap kurang senang, tetapi ia tidak menjawab, hanya dengan matanya ia melirik Siang Seng sejenak. Siang Seng mengerti, ia lalu maju dan berkata dengan suaru dingin. "Lembah Kui kok apa kau kira bisa dibuat sembarangan oleh manusia tolol seperti kau ini? Kalau merasa tidak puas, aku si orang she Siang nanti suruh kau tahu tingginya langit dan tebalnya bumi." Gouw Ya Pa lantas beringas, sambil mengeluarkan pecutnya ia memaki dengan gusar: "Jahanam, Gouw Toayamu sedang bicara dengan Kauwcu kalian, kau adalah makhluk apa begitu berani turut campur mulut?" "Gouw Losu ini matanya tidak memandang orang tentunya mempunyai kepandaian tinggi. Siang-heng boleh coba-coba main-main beberapa jurus dengan dia," kata Cian tok Jin mo sambil tertawa seram. Perkataan Kaucu ini tidak bedanya dengan menyuruh Siang Seng turunkan tangan jahat untuk membinasakan Gouw Ya Pa yang mulutnya bawel itu. Siang Seng terima perintah dari kaucunya, lalu dengan senjatanya ia menantang Gouw Ya Pa. Kalau bicara tentang kepandaiannya, sekali pun sepuluh Gouw Ya Pa juga masih bukan tandingan Siang Seng, tetapi Gouw Ya Pa tidak mau perdulikan itu semua. Dengan suara gusar ia menceburkan dirl kedalam kalangan, tanpa banyak rewel lagi ia lantas menghajar Siang Seng dengan pecutnya. Siang Seng hanya mengganda ketawa dingin, lalu mengangkat senjata pentungannya untuk menangkis pecut Gouw Ya Pa. Tangan Gouw Ya Pa merasakan kesemutan. pecutnya hampir terlempar dari tangannya. Hatinya terkejut. badannya mundur sampai empat tindak. Orang-orang Hian kui kauw tidak menyangka bahwa pemuda wajah hitam yang galak itu ternyata tidak ada gunanya, baru segebrakan saja sudah mundur oleh Siang Seng maka lantas semuanya pada ketawa. Wajah Gouw Ya Pa menjadi merah, dengan mata mendelik ia menggeram hebat, kemudian menyapu lagi dengan pecutnya ia sudah berlaku nekad, tidak memikirkan lagi apa akibatnya, ia terus menjerbu Siang Seng dengan pecutnya. Kembali Siang Seng hanya mengganda dengan ketawa dingin, dengan cepat ia berkelit, kemudian senjatanya setelah menyingkirkan pecut Gouw Ya Pa lalu mengnajar pundak kiri si tolol. Serangan Siang Seng itu amat gsnas, pada pikirannya anak tolol itu kalau tidak binasa, pasti akan terluka parah. Tetapi apa yang telah terjadi sesungguhnya sangat diluar dngaan semua orang. Meskipun serangannya itu sudah berhasil mengenakan dengan telak tetapi Gouw Ya Pa hanya kelihatan mundur beberapa tindak, sedikitpun tidak terluka. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu pada terheran-heran tidak akan menyangka bahwa pemuda tolol itu menpunyai kepandaian ilmu kebal yang sudah sempurna. Selagi masih kesima, Siang Seng sudah diserang lagi dengan pecutnya Gouw Ya Pa. Siang Seng dalam kagetnva menyambuti pecutnya Gouw Ya Pa dengan senjatanya sendiri, pikirnya, ia hendak membikin pecut itu terlepas dulu, baru kemudian membinasakan jiwanya, siapa nyana bahwa perbuatannya itu sudah masuk perangkapnya Gouw Ya Pa. Kiranya, Meskipnn Gouw Ya Pa adalah orang yang kasar, tetapi juga masih mempunyai akal licik. Dalam gebrakan pertama tadi ia telah mendapatkan kerugian, maka sekali ini hendak menarik keuntungan dengan menggunakan akal licik. Serangannya tadi tidak dilakukan dengan sungguhsungguh, maka ketika ada sambutan senjata Siang Seng, pecut itu lantas terpental ditengah udara, Saemua orang pada ketawa geli menyaksikan ketololannya Gouw Ya Pa. Siapa tahu, selagi ketawanya belam lagi sirna, pecut Gouw Ya Pa yang ada ditangan kanannya dengan kecepatan bagai kilat sudah merabu dada Siang Seng. Siang Seng yang sedang merasa bangga tidak mengira kalau Gouw Ya Pa bisa berbuat demikian, ia baru kaget ketika pecut baja itu sudah berada didepan dadanya. Cepatcepat ia mendongakkan badannya, tetapi pecut yang sudah didepan dadanya itu lantas didorong oleh Gouw Ya Pa sehingga sudah menyodok janggutnya Siang Seng hingga terhuyung-huyung rubuh. Siang Seng kesakitan. ketika ia lompat bangun, ternyata giginya sudah copot empat atau lima biji, darah mengucur dari mulutnya. Meskipun luka itu tidak berarti apa-apa baginya tetapi nama Siang Seng sebagai jago kenamaan telah ludes ditangan pemuda itu. Gouw Ya Pa menarik kembali serangannya, sambil ketawa dingin ia berkata: "Kau bukan tandingan. Aku ampuni jiwamu. Suruh orang lain yang maju." Siang Seng, jago yang kenamaan telah terjatuh ditangan Gouw Ya Pa, jangan kata orang-orangnya Hian Kui kauw, sekali para ketua dari sembilan partay semuanya melongo heran. Mendadak terdengar suara bentakan bengis: "Bocah she Gouw, kau jangan jual lagak. Aku si orang tua bangka ingin menemui kau main-main berapa jurus." Gouw Ya Pa menoleh, keringat dingin mengucur seketika karena rasa kagetnya .... APA YANG IA LIHAT? Kiranya ada seorang laki-laki tinggi besar dengan bengis dan rambut merah. Tangan kirinya membawa senjata kecer dan tangan kanannya membawa sebuah tombak berujung tajam, sedang mengawasi dirinya dengan mata mendelik. Meskipun Gouw Ya Pa orangnya bernyali besar, tetapi ketika melihat wajah orang yang seperti setan itu, dengan tidak terasa badannva sudah gemetaran. Tetapi kemudian ia dapat berpikir lain, ia sekarang sebagai Lengcu, masakah bisa kaget oleh orang semacam begitu saja, maka ia bungkukan badanya dan maju sambil membentak; "Bocah! Kau siapa? Manusia atau setan?" "Aku adalah salah satu Tongcu dari Hian kui-kauw, Namaku Siang Hong Siang." "Kau bukan tandinganku. aku harap supaya kau mundur saja." Tetapi belum habis ucapannya, orang ita sudah membentak dengan nyaring: "Ngaco. kau orarg macam apa, begitu berani menghina aku si orang tui ?" "Perlu, a apa kau ribut2! Kau hendak berkelahi atau perlu ribut ?" "Bocah jumawa, rasakan senjataku!" orangnya membentak, lalu tombaknya menyerang kearah Gouw Ya Pa. Gouw Ya Pa miringkan badannya, lalu menangkis dengan pecutnya, tetapi tangannya dirasakan sakit seketika dan pecut yang tinggal satu-satunya itu telah terbang ketengah udara. Siang Hong Siang ketawa terkekeh-kekeh lalu maju menyerang Goaw Ya Pa dengan kedua senjatanya berbareng. Gouw Ya pa sekarang sudah tidak memegang senjata ditangannya. cepat-cepat ia lompat mundur sambil berteriak: "Bocah, tahan dulu!" Siang Hong Siang terkejut, maka dengan terpaksa ia menarik kembali serangannya dan berkata: "Kau sudah mau mampus masih mau meninggalkan pesan apa lagi ?" Gouw Ya Pa putar matanya sambil berkata: "Kau hanya merupakan salah satu Tongcu dari Hian kui kauw dan aku adalah Lengcu. Bagaimana bisa berpikir seperti itu? Kau tunggu sebentar, aku nanti perintahkan orang lain untuk melayani kau." Siang Hong Siang gusar, senjatanya diangkat dan sudah hendak turun tangan lagi ... Mendadak Gouw Ya Pa putar tubuhnya dan lompat balik kedalam kupel dan kemudian mengeluarkan Kiu hoan lengnya yang diangkat tinggi-tinggi. Cian tok Jin mo yang menyaksikan Kiu hoan leng itu, seketika matanya terbuka lebar lalu saling pandang dengan Bo Pin agaknya merasa terheran-heran. Mereka sungguh tidak habis pikir, mengapa malam itu, sehabis menewaskan Ho In Bo dan menghajar anaknya, Kiu hoan leng yang dicari-cari setengah mati itu mengapa bisa terjatuh ditangan bocah tolol ini. Tetapi Kiu hian leng itu memang benar yang aslinya, sedikitpun tidak salah. Pada saat itu Gouw Ya Pa sudah berkata dengan suara nyaring: "Ketua Tiam Khong pay. dengar perintah !" Tio Tian Ek terperanjat, terpaksa ia harus berdiri sambil menyahut. "Orang she Tio disini menantikan perintah Leng Cu." "Kau ambil kepalanya itu bocah !" perintah Gouw Ya Pa sambil menuding Siang Hong siang. Tio Thian Ek. karena ia sudah mengetahui bahwa Siang Hong Siang sangat tinggi kepandaiannya, ia merass sangsi apakah ia dapat menandinginya, tetapi Gouw Ya Pa sudah berkata pula: "Kalau kau berani melanggar perintah. bawa kepadamu sendiri kemari !" Ucapan itu telah membuat Tiaw Goan Taysu sendiri juga diam-diam merasa kaget. Tetapi perintah sudah dikeluarkan, siapa yang berani menentang ? Terpaksa Tio Thian Ek keraskan kepala, lantas menyerbu kedalam kalangan, Ia sudah tahu bahwa pertempuran ini bukan saja ada menyangkut jiwanya sendiri, tetapi juga ada hubungannya dengan nama baiknya Tiam khong pay. Kalau ia tidak bisa merebut kemenangan. dimana harus menaruh mukanya? Maka selagi masih melayang di tengah udara. pedang Tui hun kiamnya sudah dihunus dari serangkanya. Ia menghampiri Siang Hong Siang. Tio Thian Ek, sebagai ketua dari salah satu partai besar ilmu pedangnya sudah terkenal dalam dunia persilatan, Orang-orang dan Hian kui kauw diam-diam pada kuatirkan Siang Hong Siang mempunyai kepandaian tinggi dan tangannya telengas maka diam2 mereka kuatirkan dirinya Tio Thian Ek. Hanya Gouw Ya Pa, setelah keluar perintahnya dapat bernapas lega, dengan tenang ia duduk kembali. Dengan mata mendelik Siang Hong Siang memandang Tio Thian Ek. "Orang she Tio." katanya, "Kau adalah ketua dari salah satu partai. mengapa mau diperintah oleh satu bocah tolol?" "Perintah dan Seng leng tidak dapat kubantah, aku tidak bisa berbuat apa-apa." jawabnya. "Kalau kau ingin ada jiwa dengan aku siorang she Siang, jangan sesalkan kalau aku nanti berlaku telengas!" "Kau boleh keluarkan semua kepandaianmu." Sebelum ucapannya selesai, Siang Hong Siang sudah keluarkan bentakan nyaring yang segera maju menyerang Tio Thian Ek dengan senjata tumbaknya. Tio Tian Ek geser kakinya, dengan ujung pedang ia sambut tumbak Siang Hong Siang. Kemudian kedengaran suara beradunya senjata, orangnya masing-masing mundur dua tindak. Tio Thian Ek yang mendongkol mendadak berpekik nyaring, ia maju menyerang dengan pedangnya. Begitu turun tangan, ia sudah menggunakan ilmu pedangnya Tui hun kiam -hoat, yang terdiri dari dua belas jurus sehingga sebentar saja dirinya Siang Hong Siang sudah terkurung dalam sinar pedang. Tetapi Siang Hong Siang juga bukannya orang lemah, kecernya diputar bagaikan titiran sehingga menimbulkan suara berisik dengan itu ia bernasil membendung serangan pedangnya Thio Thian Ek. Ketua Tiam cong pay tidak berhasil dengan serangannya, selanjutnya serangannya mulai kendor, kesempatan itu telah digunakan se-baik2nya oleh Siang Hong Siang untuk rebut kedudukan berbalik sebagai penyerang. Pertempuran sengit itu sebentar saja sudah berlangsung dua atau tiga puluh jurus, kekuatan kedua pihak kelihatannya berimbang satu sama lain masih belum kelihatan siapa yang menang. Diantara 9 partai itu, hubungannnya ketua Khong tong pay Lim Co Ek dengan Tio Thian Ek paling rapat, maka ketika melihat Thio Tniang Ek masih belum mampu merubuhkan lawannya, ia berkali-kali sudah ingin turut campur tangan. Sebentar terdengar suara nyaring dari beradunya dua senjata, Tio Thian Ek dan Siang Hong Siang pada mundur tiga tindak, wajahnya berubah, pada kecerannya Siang Hong Siang terdapat lobang dalam bekas tusukkan pedang Tio Thian Ek. Siang Hong Siang merasa sakit hati, wajahnya yang jeiek nampak semakin jelek, dengan suaranya seperti gembreng pecah ia berkata: "Orang she Tio, kau sambuti lagi seranganku tumbak terbang!" Baru saja menutup kata-katanya, senjata tumbaknya yang bergigi tiga sudah meluncur keluar dari tangannya bagaikan terbang! Tio Thian Ek matanya ditujukan kearah tumbak, siapa nyana sebelum tumbak sampai matanya telah dibuat kabur oleh sinarnya yang gemerlapan menyilaukan matanya, sehingga tidak dapat menangkap kemana arahnya tumbak itu .... Ia terperanjat, sjeera mengetahui gelagat tidak baik. Maka lantas putar pedangnya, tapi ternyata sudah terlambat. Tiba-tiba ia merasakan sambaran angin dingin. Tio Thian Ek terpaksa berkelit, tapi pundak kirinya dirasakan sakit sekali, sehingga ia mengeluarkan seruan tertahan, badannya mundur sampai lima enam tindak. Tiauw Goan Taysu dan lain-lainnya semua pada pucat wajahnya sedang Lim Co Ek saat itu lantas loncat keluar sambil berseru: "Tio heng, jangan takut siaotee. . . ." Belum habis ucapannya itu. Tio Thian Ek sudah menarik tumbak yang menancap dipundak kirinya sehingga darah menyembur keluar seperti air mancur. Tio Thian Ek nampak pucat Wwajahnya, keringatnya keluar menetes, ia lalu mendongak keatas sambil berkata dengan suara bengis: "Tiam cong pay Khay-san Couwsu, teecu Thio thian Ek telah menbuat malu nama baik perguruan, tak ada muka untuk hidup, maka hanya ingin mati saja untuk menebus dosa!" Begitu habis mengucapkan perkataannya pedangnya lantas diangkat hendak menggorok lehernya sendiri.... Lim Co Ek segera berseru: "Tio heng, jangan!...." Ia coba melesat dan dengan jari tangannya ia coba menotok jalan darah Yang ko-hiatnya Tio Thian Ek, tapi sebelum jarinya sampai, Tio Thian Ek tiba-tiba menyerang dengan tangan kiri yang luka. Lim Co EK terkejut. selagi merandek, kepala Tio Thian Ek sudah menggelinding ditanah, sedang badannya masih tetap berdiri sambil memegang pedang.... Tiauw Goan Taysu rangkapkan dua tangannya. menyebut nama Buddha, sedang Hui Kak Siansu, Bu Wie Totiang dan lain-lainnya pada mengucurkan air mata. Orang-orang dari Hian kui kauw yang menyaksikan keadaan itu juga pada kesima. Siang Hong Siang sendiri juga merasa bergidik, tanpa berasa mundur dua tindak. Lim Co Ek dengan mata beringas membentak dengan suara bengis: "Orang she Siang jangan bergerak !" Siang Hong Siang terkejut, tapi ia masih berlaku tenang. "Kau mau apa ?" tanyanya. "Aku si orang she Lim ingin belajar kenal dengan tumbakmu yang terkenal namanya didunia Kang-ouw !" "Apa kau lihat karena ditanganku cuma ada kecer pecah ini, maka hendak mencari keuntungan?" "Ambil tumbakmu, mari kita bertempur lagi." Siang Hong Siang ketawa terkekeh-kekeh dengan perlahan menghampiri mayat Tio Thian Ek! Tiba-tiba ada berkelebat satu bayangan orang. "Siang Tongcu! Silahkan mengaso dulu, orang she Lim ini biarlah aku situa bangka yang melayani!" kata bayangan tadi. Lim Co Ek lintangkan pedang didadanya ia melihat orang itu sudah putih seluruh rambutnya, usianya mungkin sudah lebih enam pulah tahunan. Badannya kurus kering, kulit mukanya sudah keri^putan. ditangannya membawa tongkat bambu hijau. Orang tua itu menghadang didepannya Siang Hong Siang, lalu berkata: "Aku situa bangka adalah Cian Siu. salah satu Tongcu dari Hian kui kauw Kini ingin mewakili Siang Tiongcu untuk menyambuti ilmu silat Khong-tong pay!" "Kau tentunya ada itu orang tua yang bergelar orang tua sakti bertongkat hijau yang namanya sangat kesohor didunia Kang-ouw, bukan ?" "Julukkan yang tidak berarti itu. bagaimana bisa direndengkan dengan nama Lim-heng ?" "Baiklah aku si orang she Lim ingin belajar kenal dengan senjata tongkatmu yang ternama itu!" Lim Co Ek lalu angkat pedangnya, badannya bergerak laksana kilat menyerang lawannya. Cian Siu tidak menyambuti, dengan gesit ia egoskan dirinya untuk mengelakkan serangan tersebut. Tongkatnya sekali menotol ke tanah, dirinya lantas melesat keudara. Lim Co Ek menarik kembali serangannya dengan perasaan kagum, sambil memutar pedangnya ia bergerak mundur. Siapa tahu Cian Siu yang masih berada ditengah udara mendadak memutar tubuhnya. tongkatnya hendak mengemplang kepala Lim Co Ek. Sambil membentak keras, Lim Co Ek kerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkis serangan lawan. Sebertar kemudian, pedang dan tongkat saling beradu sehingga menimbulkan suara nyaring. Cian Siu melayang turun, lalu berkata sambil tertawa: "Tidak kecewa Khong tong pay termasuk salah satu partai besar. Dengan mengadu kekerasan ini, baru kelihatan kekuatan aslinya!" Dalam mengadu kekuatan tadi, Lim Co Ek sudah mengetahui bahwa orang tua itu. kecuali mempunyai ilmu mengentengkan tubuh yang luar biasa, ternyata kekuatan tenaga dalamnya tidak begitu mahir. Dengan tidak banyak bicara pula ia maju lagi menyerang. Benar saja, Cian Siu tidak berani menyambuti serangan secara kekerasan, ia selalu mencari kesempatan untuk melesat ke udara. Kedua orang itu sebentar saja sudah bertempur sepuluh jurus lebih. Lim Co Ek keluarkan seluruh kepandaiannya, setelah berhasil dengan pedangnya ia menyingkirkan tongkat lawannya, tangan kirinya secepat kilat mengirim satu serangan kearah Cian Siu yang sedang berada ditengah udara. Cian Siu sudah tidak mempunyai tem-pat lagi untuk berkelit, maka terpaksa harus menyambuti dengan kekerasan. Karena Lim Co Ek mengeluarkan seluruh kekuatan tenaganya, maka Cian Siu tidak sanggup menyambuti serangan itu dirinya terpental sampai jungkir balik tiga kali, lalu melayang turun sejauh tujuh tombak. Ketika kakinya menginjak tanah. badannya sempoyongan. . . . Tiba-tiba timbul pikiran keji Lim Co Ek. ia lalu mengambil senjata tombak Siang Hong yang dilemparkan oleh Tio Thian Ek, kemudian membentak dengan suara keras: "Orang she Cian, kau juga boleh menyambuti tombak terbang ini." Ia lantas menyambit dengan tombak itu orangnya berbareng juga melesat menerjang Cian Siu yang sudah terluka didalam barusan berhasil menyingkirkan senjata tombak, tahu-tahu Lim Co Ek sudah berada didepan matanya yang hendak menikam dengan pedangnya. Kelihatannya terhadap serangan tersebut Cian Siu sudah tidak mempunyai daya untuk menyambutnya. Lim Co Ek yang sudah bernapsu hendak membalas sakit hati Tio Thian Ek, ia memutar pedangnya untuk mengurung dirinya Cian Siu supaya tidak mempunyai tempat untuk meloloskan diri lagi. Siapa tahu, selagi ia hendak turun tangan, dibelakang dirinya tiba-tiba merasa ada sambaran angin kuat. -ooo0dw0ooo- Jilid 11 LIM CO Ek tahu bahwa dibelakangnya ada orang yang membokong dengan senjata gelap, dilam gusarnya ia menyampuk dengan tangan kirinya, pedang ditangan kanannya tetap meneruskan serangannya. Sesaat lalu terdengar suara jeritan ngeri, darah berhamburan. Telapak tangan Lim Co Ek dirasakan seperti ada benda yang menembus dalam. Sambil kertak gigi, ia menarik kembali pedangnja dada kiri Cian Siu sudah berlubang dan badannya lantas rubuh ditanah. Lim Co Ek ketika memeriksa tangannya, ternyata ada jarum halus, Hong bwee ciam yang sangat berbisa menancap ditelapak tangannya. Racunnya kelihatan sudah mulai menjalar. Ia keluarkan suara ketawanya yang menyeramkan, lantas mengangkat pedangnya untuk membacok tangan kirinya, kemudian ia menutup jalan darah dilengan kirinya itu dan lantas membentak dengan suara bengis; "Manusia keparat. siapa yang tidak tahu malu, membokong orang dengan senjata gelap. Lekas unjukkan diri!" Dari dalam kupel saat itu lantas muncul seorang yang menjawab dengan suara dingin. "Sungguh mengecewakan kau menjadi ketua dari partai yang baik-baik. Ternyata begitu kejam turun tangan terhadap lawan. Aku hanya memberikan kau sebuah jarum kecil sekedar untuk memberi peringatan padamu, itu hanya terhitung sebagai suatu tanda peringatan saja." Lim Co Ek melihat orang itu, usianya tidak lebih dari empat puluh tahun, dipunggungnya terlihat sebuah golok tanto. Diketiak kanan dan kirinya tergantung tujuh atau delapan kantong kulit. "Kiranya adalah Siek Lek Losu. Aku si orang she Lim cuma tinggal satu tangannya. Apakah Losu berani mengeluarkan senjatamu untuk kita main-main beberapa jurus?" demikian Lim Co Ek menantang. Siek Lek ketawa dingin, ia lantas menghunus golok tantonya. Siapa tahu, Lim Co Ek pada saat itu sudah gusar benarbenar, begitu Siek-lek muncul, diam-diam ia sudah mengambil keputusan untuk membinasakan orang-orang yang membokong dirinya itu. Saat itu, Siek-lek sedang mengangkat lengannya untuk merghunus golok, hingga ketiak kanannya terbuka satu lowongan. Lim Co Ek ketawa dingin, mendadak pundaknya bergerak, ia menggunakan kesempatan itu, ujung pedangnya menotok jalan darah Ciang bun-hiat dibawah ketiak kanan! Perbuatan itu sudah tentu berlawanan dengan peraturan Kang-ouw, juga membikin jelek nama baiknya Khong tong pay. Tapi Lim Co Ek yang hendak membalas sakit hati Tio Thian Ek, dalam keadaan gusar ia sudah tidak perdulikan itu semua. Siek Lek sama sekali tidak menduga perbuatan Lim Co Ek, maka bukan kepalang kagetnya. Dalam keadaan gugup ia buru-buru loncat mundur, berbareng dengan itu ia gerakkan pundak kirinya dan bawah pundaknya meluncur keluar batang senjata rahasia yang sangat berbisa. Siek Lek yang mempunyai julukan manusia biruang berlengan, hampir sekujur badannya terdapat senjata rahasia, Dalam keadaan kepepet demikian ia masih bisa menolong dirinya, dengan melepaskan tiga batang senjata rahasia, yang mengarah muka dan dada Lim Co Ek. Lim Co Ek terpaksa menangkis dengan pedangnya. tapi dengan demikian Siek Lek sudah dapat kesempatan untuk singkirkan dirinya dari ancaman pedang. Selagi Siek Lek hendak menyerang musuhnya. tiba-tiba berkelebat bayangan merah menghalang ditengah mereka, kemudian terdengar suaranya: "Orang she Lim, percuma saja kau menjadi ketua dari satu partay besar. apakah kau sudah tidak tahu malu ?" Orang itu badannya tegap, suaranya seperti genta, rambutnya diikat dengan benang emas, berpakaian seperti taoto, ia adalah Tongcu dari Hian kui-kauw. Ang-in Taoto tan-liang. Tiauw Gouw Taysu dengan suara perlahan-lahan berkata kepada Hui kak Siansu yang berada disampingnya. "Urusan hari ini barangkali tidak bisa dibereskan dengan baik. Liu Sicu sudah terluka, tolong Siansu bawa balik dia !" Hui kak Siansu lantas bangkit dari tempat duduknya menghampiri mereka dan berkata kepada Tan Liang sambil rangkapkan kedua tangannya: "Apa Taysu menpunyai kegembirapn untuk main-main beberapa jurus dengan pinceng ?" Ang-in Taoto melirik sejenak, hatinya bercekat. Sebab ia tahu bahwa ketua partay Ngo-bie-pay ini bukan saja sangat tinggi kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga dalaamnya. tapi juga merupakan satu ahli senjata rahasia yang kenamaan. Dengan munculnya ia, Siek Lek barangkali akan terancam kedudukannya. Saat itu, Lim Cu Ek sudah bertempur sengit dengan Siek Lek. Angin Taoto lantas menghadang didepan Hui kak Siansu sambil berkata, "Sudah lama aku mendengar nama Ngo-bie pay sudah tentu suka sekali menerima pelajaran Siansu!"' Keduanya lalu saling menyerang. Mendadak terdengar suara bentakan, kemudian disusul dengan suara beradunya senjata. Ketika Ang-in Taoto menoleh, ternyata Siek Lek sudah terpukul mundur oleh Lim Co Ek. Oleh karena hatinya tergoncang, pundak kirinya telah terkena serangan Hui Kak Siansu, dirasakan sakit sekali dan kekuatan dalamnya juga lantas merasa buyar, maka buruburu lompat mundur! Hui Kak Siansu tidak mau mendesak, ia membiarkan lawannya itu berlalu, kemudian menyerbu Siek-lek. Badannya masih ditengah udara, tangan kanannya diayun mengirim empat buah Pho-tih cu, untuk mengempur panah beracun yang dilancarkan oleh Siek Lek, hingga jatuh berhamburan ditanah. Lim Co Ek semakin kalap, ia sudah seperti banteng mengamuk. Dalam serangannya yang sangat hebat, lengan kanan Siek Lek telah terkutung dan terlepas dari badannya. Lim Co Ek masih belum mau berhenti, pedangnya masih hendak menyambar kepala musuhnya. Hui Kak Siansu yang melayang turun lalu mencegah: "Lim-sicu, kalau kita masih bisa mengampuni, ampunilah jiwanya. Dia bukan penjahat utamanya, biarlah tinggalkan dia hidup !" Melihat dalam sekejapan saja sudah ada orangnya terluka. Cian tok Jin-mo wajahnya mendadak berubah, ia sudah hendak berbangkit untuk turun tangan sendiri. Tapi Bo Pin lantas maju kedepan dan berkata: "Bo Pin minta izin untuk menemani Hui Kak Siansu dari Ngo bie pay!" Cian tok Jin mo ketawa dan ia angguk-anggukkan kepalanya. "Siansu adalah seorang beribadat tinggi, namun kesohor dalam kalangan rimba persilatan. Bo kongcu harap hati-hati menghadapi dia, dan suruh mereka semua balik." Bo Pin terima baik pesan cukongnya, lalu masuk kekalangan pertempuran. Setelah suruh Ang-in Taoto dan lain-lainnya balik kedalam kupel, ia lantas berkata kepada Hui Kak Siansu: "Aku siorang she Bo sudah lama mendengar lihaynya ilnu silat Thay hun Jin khiu-hoat dari dari Ngo-bie pay yang namanya ke sohor diseluruh dunia, hari ini dengan berani mati ingin mendapat sedikit pelajaran dari Siansu!" Ucapan Bo Pin ini merupakah satu tantangan terangterangan terhadap diri Hnu Kak Siansu, siapa lantas menjawab sambil merangkapkan tangan; "O Mie To Hud, orang beribadat tidak mempunyai kepandaian apa-apa, bagaimana bisa dibandingkan dengan Tongcu?" "Kita hanya belajar kenal dengan kepandaian masingmasing, perlu apa Siansu merendahkan diri? Silahkan!" si tangan geledek kata dengan suara dingin. Perkataan yang terakhir itu baru saja keluar dari mulutnya, mendadak badannya sudah bergerak maju, dengan kecepatan kilat telah melancarkan serangan. Ia menggunakan tenaga kekerasan serta menerjang secara tidak kepalang tanggung, kesombongannya orang she Bo itu benar-benar sangat nyata. Kalau Hui Kak Siansu tidak menyambuti keras lawan keras bukan saja akan memalukan Ngo bie pay, tapi juga akan kehilangan kesempatan untuk menyerang dan selanjutnya orang she Bo itu pasti akan mendesak terus. Hui Kak Siansu meski seorang beribadat tinggi, melihat musuhnya yang bersikap congkak dan tidak memandang mata, seketika itu juga lantas marah. Ia lantas tancap kaki, tidak menyingKir dan berkelit, lengan kirinya dikibaskan untuk menyingkirkan kekuatan serangan Bo Pin, sedang tangan kanannya digunakan untuk menyambuti serangan. Bo Pin tertawa, kekuatannya mendadak ditambah 3 bagian lagi. ketika kedua kekuatan beradu, lantas terdengar suara benturan keras. Bo Pin merasa kesemutan tangannya orangnya mundur tiga tindak. Tapi Hui Kak Siansu terkena serangan telah terpental mundur sampai tujuh delapan tindak, dadanya bergolak dan mulutnya menyemburkan darah segar. Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan kejadian itu, bukan kepalang kagetnya. Tapi sebelum turun tangan untuk memberi pertolongan, Bo Pin sudah mengirim satu serangan lagi. Hui Kak Siansu dengan sisa tenaganya yang masih ada, mengeluarkan ilmunya Toy-hud Khiu in dari Ngo-bie pay, pada menyambut serangan Bo Pin. Getaran angin pukulan telah membuat rontok daun-daun diatas pohon yang jauhnya dua tombak lebih. Kedua orang itu terpental mundur masing-masing empat tindak. Hui Kak Siansu sudah kehabisan tenaga tidak mampu menahan bergolaknya dada, maka kembali menyemburkan darah segar .... Ketua Bu tong pay Siong Leng Totiang yang menyaksikan kejadian itu lantas kerutkan alisnya, kemudian berkata dengan suara nyaring: "Biarlah pinto menyambut serangan Bo Tongcu !" Dengan cepat ia sudah menghadang didepannya Hui Kak Siansu, Ketua Ngo bie pay itu mengawasi padanya dengan sorot mata bersyukur. lantas duduk ditanah sambil pejamkan mata untuk mengatur pernapasannya. Bo Pin sendiri setelah mengadu kekuatan dua kali itu juga sudah mendapatkan luka tidak ringan. dan sekarang harus menghadapi Bu tong pay yang kekuatannya cuma dibawah Siao lim sie, sudah tentu tidak berani gegabah. maka segera menjawab: "Maksud Totiang, apakah juga hendak mengadu kekuatan tangan ?" "Kekuatan tangan Bo Tongcu barusan pinto sudah menyaksikan sendiri. sayang pinto selamanya tidak suka menggunakan tangan. sudilah kiranya tongcu mengadu kekuatan memakai senjata ?" Tanpa memperdulikan orang she Bo itu setuju atau tidak, ia sendiri sudah menghunus pedangnya. Dengan demikian, terpaksn Bo Pin harus melayani dengan senjata juga dan lantas mengelurkan goloknya yang tebal. Sambil menenteng golok emasnya yang tebal Bo Pin berjalan berputaran, matanya terus mengawasi Siong Leng Totiang. Siong Leng Totiang tetap tidak bergerak, ia hanya berdiri tenang sambil memegang pedangnya, siap sedia untuk menghadapl segala kemungkinan. Sebentar saja Bo Pin sudah berpular tiga kali. Tetapi Siong Leng Totiang hanya mengawasi tingkah lakunya orang itu sambil tersenyum, sehingga Bo Pin tidak mempunyai kesempatan untuk menerjang. Kembali ia memutar lagi tiga kali, keadaan demikian telah memperhatikan suasana yang sangat tenang, tetapi bagi orang yang mengerti satu diantara kedua orang itu juga sudah mengeluarkan serangannya, sudah pasti sangat hebat. Ilmu pedang Bu tong pay, meskipun hebat, tetapi Bo Pin yang dalam dua gebrakan telah menjatuhkan diri ketua Ngo bie pay, juga bukan orang sembarangan. Orang banyak dalam kupel itu tidak ada seorang pun yang berani buka suara, masing-masing menguatirkan pihaknya sendiri. Sang waktu sedikit demi sedikit berjalan terus, dalam suasana sesunyi itu mendadak terdengar suara bentakan keras, golok Bo Pin dengan mengeluarkan sinar kekuningkuningan dibarengi sambaran angin yang hebat sekali telah menyerang diri Siong Leng Totiang. Siong Leng Totiang ketawa dingin, ia menantikan serangan itu dengan tenang sampai ujung golok sudah berada dekat dirinya, baru ia bertindak secara mendadak. Secepat kilat pedangnya menangkis, sehingga suara beradunya kedua senjata kedengaran njaring sekali. Masing-masing lalu mundur serta memeriksa senjatanya.... Begitu memeriksa goloknya mendadak kelihatan Bo Pin menjadi gusar. Kiranya golok emas yang sangat di sayangnya itu ternyata sudah dibikin gompal oleh pedang Siong Leng Totiang. "Sungguh tidak kusangka. ketua dari Bu tong pay ternyata hanya mengandalkan tajamnya pedang saja!" ia mengejek dengan muka beringas. Siong Leng Totiang lalu menjawab sambil ketawa dingin: "Meskipun senjata ini tajam sakti, tetapi masih harus dilihat berada ditangan siapa. Meskipun pinto tidak menggunakan senjata, apa kau kira pinto takut padamu?" sambil simpan pedangnya. Diam-diam Bo Pin merasa terheran-heran iapun lantas menyimpan goloknya dan menyerang hebat dengan tangan kosong. Siong Leng Totiang melindungi dadanya dengan tangan kirinya, tangan kanannya dengan mendadak melancarkan serangannya. Sambaran angin yang tajam dan sangat hebat telah menyambar diatas kepala Bo Pin. Bo Pin terperanjat, ia mundur dua langkah. Ketika ia memeriksa kepalanya, ternyata rambutnya yang panjang sudah terpapas oleh karena serangan Siong Leng totiang tadi. Bukan kepalang kagetnya siorang she Bo, Ia selamanya sangat jumawa, ia menganggap kecuali Cian tok Jin mo seorang didunia ini sudah tidak ada orang lain yang mampu menandingi dirinya. Tidak nyana, diantara para ketua dari sembilan partai besar itu ternyata masih ada juga orang yang mampu menandingi dia. Ia merasa keder, hanya kuncup seketika, sikap jumawanya lantas lenyap dengan sendirinya. Karena mengingat bahwa dirinya merupakan ketua penjara Hian Kui kauw, kalau hari ini terguling ditangan Siong Leng Totiang, bagimana masih ada muka untuk unjukan muka didunia Kang-ouw, Maka sekarang ia tidak berani memandang ringan musuhnya, kekuatannya dipusatkan seluruhnya, setindak demi setindak ia berjalan mendekati Siong Leng. Siong Leng Totiang masih tetap seperti tadi, menantikan musuhnya dengan tenang, sedikitpun tidak menunjukkan sikap jumawa. Diam-diam sudah mengerahkan ilmu Bu-sie biat kut ciang leknya baru-baru ini dipelajari dari Cian tok Jin mo yang dipusatkan pada kedua lengannya. Kemudian, diantara gerakan tangannya yang melancarkan serangan, ada sambaran angin yang berbau amis. Siang Leng Totiang mengetahui benar nsampai dimana kelihayan seorang she Bo itu, sebentar kemudian ia membentak keras, lalu tangannya diayun. Ia mengeluarkan kekuataa tenaga dalam yang sangat dahsyat. Bo Pin perdengarkan suaranya yang menyeramkan, kedua tangannya bergerak dengan cepat, sekaligus sudah melancarkan tujuh atau delapan kali serangan, sehingga Siang Leng Totiang terpaksa harus mundur. Sebentar saja pertandingan sudah berlangsung sepuluh jurus lebih. Siong Leng Totiang dengan tenang menghadapi Bok Pin, setelah diserang begitu gencar dan setelah berhasil mengalahkan semua serangan itu, barulah ia melancarkan serangan simpanannya dari partai Bu-tong, ia balas menyerang dengan kekuatan yang hebat. Perlahan-lahan mundur sampai setumbak lebih jauhnya. Kekuatan tenaga keras dan lunak dari dua orang itu saling bentur, kesudahannya ternyata seri. Setelah bertempur lima puluh jurus Bo Pin kelihatan sudah mulai kewalahan. Selagi Siong Leng sudah mau turun tangan terhadap lawannya yang sudah tidak berdaya itu, mendadak terdengar suara bentakan seram. "Tahan !" Meskipun suara itu tidak begitu keras tetapi Siong Leng Totiang yang mendengar itu terperanjat, dengan sendirinya serangannya lantas ditarik kembali dan segera lompat mundur. Ketika ia dongakkan kepalanya, didalam kalangan ada bediri Cian tok Jin mo sendiri. Dengan wajah seram Cian tok Jin-mo berkata sambil kebutkan lengan bajunya: "Bo Tongcu mundur biarlah aku sendiri, jangan kau menemui para ketua partal besar ini." Si tangan geledek Bo Pin lantas undurkan diri. Cian tok Jin-mo setelah berada dikalangan, lalu berkata kepada Siong Leng Totiang sambil menjoya; "Jie Hui ada seorang pegunungan yang kasar, mendirikan perkumpulan Hian kui kaw maksudnya cuma hendak mencari suatu tempat untuk tancap kaki didalam masyarakat. Totiang sekalian yang anggap diri sebagai ketua dari golongan orang baik-baik hari ini dengan beramai-ramai telah memasuki lembah Kui kok, kalau Jie Hui tidak menyambut sendiri tentunya akan ditertawakan oleh orang-orang dari rimba parsilatan, harap Totiang suka memberi pengajaran, tak usah merendah." "Sudah lama pinto mendengar nama besar dan kepandaian yang luar biasa dari Kauwcu, hingga selamanya tidak pandang mata kepada 9 partai, justru inilah maka pinto ingin minta pelajaran dari Kauwcu sendiri." jawabnya Siong Leng Totiang. "Totiang ada seorang yang berterus terang, kalau begitu tidak perlu banyak berkata yang tidak ada gunanya lagi, silahkan To tiang turun tangan !" Dengan gerakannya yang sangat gesit, Kauwcu itn sekeiap saja sudah berada didepan lawan lawannya. Siong Leng Totiang terkejut menyaksikan gerakan demikian gesit. ia buru-buru mundur dua tindak sambil bersiap-siap. Meskipun ia belum pernah bertanding dengan Kauwcu Hian kui kauw ini namun sudah lama ia dengar kepandaiannya, maka ia tidak berani gegabah. "Totiang mengapa tidak lekas turun tangan?" tanya Cian tok Jin Mo sambil ketawa aneh. "Pinto adalah tamu, bagaimana berani lancang tangan." jawab Siong Leng. "Kalau Totiang begitu merendah. jangan heran kalau lohu berlaku kurang ajar!" berkata Ciau tok Jin Mo sambil ketawa. Kemudian dengan tiba-tiba kebutkan lengan bajunya, entah dari mana datangnya angin yang mengandung bau amis tahu-tahu sudah menyambar muka Siong Leng Totiang ! Sudah tentu Siong Leng Totiang tidak berani menyambuti dengan kekerasan. Ia geser kakinya, badannya segera bergerak hendak menyingkir. . . . Tapi ia lantas dengar suara bentakkan Cian tok Jin Mo. "Totiang hendak kemana ?" Siong Leng Totiang merasakan suara itu seolah-olah keluar dari belakang dirinya dalam kagetnya, buru-buru melesat tinggi keatas ! Tapi baru saja melesat tinggi kira-kira tiga kaki, mendadak merasakan ada bau amis luar biasa menusuk hidungnja, rasa mual segera menusuk ulu hati, sehingan seluruh kekuatannya menjadi buyar, Ia masih hendak mengatur pernapasannya, tapi sudah tidak bisa lagi ! Badannya tampak bergoyang, wajahnya pucat, kakinya lemas, dan lantas rubuh ditanah. Dari dalam kupel segera melayang turun seseorang yang lantas menghadang didepannya. Cian tok Jin Mo, sambil anggukan kepala orang itu berkata: "Kaucu benar-benar lihay, Pinto tidak mengukur kekuatan sendiri, ingin meminta sedikit pelajaran dari kauwcu !" Cian tok Jin Mo mengawasi orang yang baru datang itu, ternyata ia adalah ketua dari Kun lun pay. Bu Wie Totiang. "Kedatangan Totiang sangat cepat, mengapa tidak bimbing dulu dirinya Siong Leng Totiang kedalam kupel?" berkata Cian tok Jin Mo dengan suara kaku. Bu wie Totiang wajahnva merah, lalu ia menyambar lengan Siong Leng Totiang kemudian dengan sekali gentak, ia sudah berhasil mengangkat tubuh Siong Leng Totiang, yang besar kedalam kupel, Tubuh Siong Leng Totiang segera disambut oleh Tiauw Goan Taysu, lalu diletakkan diatas kursinya dan diberi pertolongan sebagai mana mestinya. Cian tok Jin Mo yang menyaksikan perbuatan Bu wie Totiang ini, bukan saja tidak terkejut, sebaliknya malah ketawa menhhina, "Benar tidak kecewa Totiang sebagai seorang gagah dalam rimba persilatan, lohu sangat kagum. Tapi entah Totiang bisa menggunakan senjata kebutanmu ini untuk membikin lohu menggeser sampai dua tindak atau tidak?" demikian katanya. "Coba saja!" jawab Bu wie sangat mendongkol. Segera maju dan kebutannya digunakan untuk menotok jalan darah Kian kin-hiat, Kun lun pay yang selamanya mengutamakan ilmu kekuatan tenaga dalam atau lweekang, maka meski begitu kecil tidak berarti seperti kebutan itu, didalam tangan Bu wie Totiang bisa berubah menjadi senjata yang tidak kalah tajamnya dengan pedang atau pecut baja. Cian tok Jin Mo lantas kebutkan lengan bajunya, badannya menggeser, berada dikirinya Bu wie Totiang , Kemudian ulur tangan kirinya, sehingga kelihatannya kaku dari lima jari tangannya. dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar geger lawannya, Bu wie yang gagal serangannya pertamanya, dalam hati merasa kaget, buru-buru ia memutar tubuhnya, kebutan ditangannya berbalik menyapu. Tapi Cuma dengan suara ketawanya Ciat tok Jin Mo. orangnya sudah menghilang dari samping dirinya. Mendadak angin keras menyambar punggungnya. Belum sampai memikirkan apa akan terjadi, pundak kiri Bu wie Totiang tiba-tiba merasa sakit, ternyata sudah kena ditepok oleh tangan Cian tok Jin Mo. Ia lantas keluarkan seruan tertahan, badannya sempoyongan, keringat dingin mengucur keluar. Dengan perasaan malu Bu wie Totiang terpaksa balik ketempat duduknya sambil tundukkan kepalanya. Dari kupel kembali melayang keluar dua imam tua, Dengan berdiri berendeng kedua imam itu maju kedepan Cian tok Jin Mo. "Kaucu benar-benar seorang gagah yang bukan cuma nama kosong belaka. Pinto berdua dengan tidak memikir diri sendiri. ingin minta sedikit pelajaran dari Kauwcu!" demikian mereka berkata sambil memberi hormat. Cian tok Jin Mo memandang dengan mata dingin, mereka ternyata adalah ketua Ceng shia pay Liao Tim Totiang dan ketua Kiong lay pay Goan Hie Totiang. "Di daerah Sucuan benar ada terdapat banyak orang gagah, diantara sembilan partay besar Ngo bie dan Kiong lay sudah mendapati dua bagian. Ini benar-benar merupakan suatu pertemuan yang jarang terjadi!" Cian tok Jin Mo berkata sambil ketawa. "Kita hendak adu tenaga, tidak ingin adu lidah." Goan Hie Totiang membentak. Dengan tidak sungkan-sungkan lagi, keduanya lantas melancarkan serangan dari kanan dan kiri dengan berbareng. Jie Hui perdengarkan suara ketawanya yang aneh, kemudian mengebutkan kedua lengan bajunya, badannya dengan gesit sudah mundur lima kaki, sehingga serangan kedua imam itu mengenai tempat kosong. Sebaliknya, karena terpengaruh oleh kekuatan kebutan Jie Hui, kedua kekuatan Goan Hie dan Liauw Tim terdorong sehingga keduanya harus mundur sejauh dua tindak. Kedua imam itu meujadi gusar, mereka lalu maju lagi dan sekali lagi melancarkan serangan berbareng. Serangan yang dilancarkan karena dengan tenaga penuh, anginnya saja sudah menyambar hebat bajunya Cian tok Jin Mo. Orang-orang Hian kui kauw yang menyaksikan itu pada terperanjat dan beruban wajah seketika. Meskipun mereka semuanya orang-orang yang selamanya mengagulkan dirinya sendiri, tetapi melihat serangan yang demikian hebatnya, mau tidak mau jadi merasa sangsi atas kesanggupan kauwcunya menghadapi serangan tersebut. Mendadak Cian tok Jin Mo mengebutkan kedua tangannya, tapi badannya kelihatannya terdorong mundur oleh kekuatan serangan tadi. Bo Pin sendiri ketika menyaksikan kejadian itu merasa terkejut, ia kuatirkan kalau nanti kauwcu akan kalah, Hian kui kauw pasti akan ludes Siapa tahu, badan Cian tok Jin Mo yang terhuyunghuyung mundur itu, setelah kekuatan kedua imam tadi ditarik kembali lagi, badannya juga sudah melesat balik lagi. Bersamaan dengan itu, dalam medan pertempuran lantas tercium bau busuk yang sangat hebat, Goan Hie Totiang dan Liaw tim totiang berdua yang tengah kegirangan, tidak menduga sudah kena diserang oleh kekuatan membalik yang dibareng dengan bau busuk tadi. maka pada saat itu juga rasa mual lantas mengaduk dadanya, kepala mereka dirasakan puyeng, sehingga harus mundur sempoyongan sampai lima tindak jauhnya. Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan kejadian itu, mereka tidak puas, kemudian ia melesat dan turun sendiri di medan pertempuran. Dengan tangan kirinya ia melancarkan serangannya jarak jauh untuk mencegah sambaran bau busuk, sedangkan tangan kanannya mengeluarkan ilmu kekuatan tenaga dalamnya untuk mendorong diri Goan Hie dan Liau tim. Dengan denikian, kedua imam itu telah terhindar dari serangan Cian tok Jin Mo yang amat dahsyat. Melihat kedatangan Tiauw Goan Taisu sendiri, Cian tok Jie mo lantas berkata; "Apakah Taysu juga ingin main-main dengan aku ?" "Kauwcu, kau dalam waktu sekejapan saja sudah merubuhkan empat ketua partai. Kepandaian semacam ini sungguh jarang didapatkan. Kepandaian lolap yang tidak ada artinya ini, bagaimana bisa dibandingkan dengan kepandaian Kauwcu? Segala apa didalam dunia ada batasnya dan takdirnya, tapi Kauwcu telah berlaku sewenang-wenang dengan mengandalkan kepandaian sendiri untuk mencelakakan banyak jiwa, hal ini barangkali tidak diinginkan oleh Tuhan," jawab Tiauw Goan Taysu sambil rangkapkan kedua tangannya. "Lohu bukan orang dari golongan Buddha, maka tidak mengerti apa artinya welas asih segala, aku hanya tahu bahwa rimba persilatan selama ini telah dikuasai oleh sembilan partai besar, sehingga orang-orang gagah dan golongan orang kasar tidak mendapat tempat untuk tancap kaki. Bukannya aku si orang she Jie bicara takabur, taysu sekalian hari ini telah memasuki lembah Kui kok cuma ada dua jalan yang dapat kalian tempuh, kecuali jika taysu dengan kepandaian sesungguhnya dapat menandingi Lohu, kalau tidak . . . Ha...,ha...Hanya tinggal satu jalan, ialah kematian saja !" Perkataan Cian tok Jin mo yang terakhir itu seolah-olah suara geledek ditengah hari bolong, sampai-sampai Gouw Ya Pa yang sejak tadi tidak pernah buka mulut juga lantas lompat bangun dan membentak dengan suara keras. "Kentut ! Kau kehendaki kami mati, kami juga akan suruh kau tidak bisa hidup lagi." Pemuda dogol itu selain memaki kalang kabut, tangannya tidak tinggal diam. Sepasang pecutnya bergerak, sehingga poci dan cawan arak dimeja pada hancur berantakan. Ia masih belum puas agaknya, maka sambil angkat hiu hoan lengnya tinggi-tinggi, ia mengeluarkan perintah dengan suara nyaring: "Para ketua dari sembilan partai dengar! Kalian tidak perlu banyak mulut dengan dia. Semua harus maju berbareng." Tetapi pada saat itu, diantara ketua dari sembilan partai tersebut, selain Tio Thian Ek yang sudah binasa, Tiauw Goan Taysu berhadapan dengan Cian tok Jin mo, disitu yang masih ada dan bisa dengar perintahnya hanya Lim Co Ek, Bu Wie Totiang dan Thian Hian Totiang bertiga. Sementara Siong Leng, Liauw Tim dan Goan Hie serta Hui Kak Siansu semuanya masih terluka dan dalam keadaan pingsan, Tadi mereka datang dengan sebarisan dari sepulah orang dan sekarang, yang masih bisa bergerak hanya tinggal lima orang lagi. Dengan demikian, kerugiannya adalah separuhnya, sedangkan pihak Hian kui kauw kecuali Cian Sin yang binasa dan Siang Hong bersama Siang seng yang terluka, masih ada lagi Kaucunya sendiri yang belum mendapatkan tandingan yang setimpal, maka dalam pertandingan itu selanjutnya, sudah terang bahwa sembilan partai itu yang akan menderita kerugian besar. Tiauw Goan Taysu yang mengetahui keadaan dipihaknya sendiri, sangat menguatirkan Gouw Ya Pa keluarkan perintah tidak karuan, maka cepat-cepat menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga orang, ia berkata kepada Wie Totiang sekalian: "Lim Sicu dan Jiwie Totiang harus melindungi yang terluka, berdaya keluar dari lembah ini. Disini lolap akan berusaha mencegah tindakan mereka selanjutnya." Thian hian Totiang dan Bu Wie Totiang berdua cepatcepat menghampiri Siong Leng dan Goan Hie, bersedia hendak menerjang keluar. Tetapi Gouw Ya Pa yang menyaksikan itu, lantas marah dan berkata dengan suara keras: "Semua jangan bergerak sembarangan. Kalau tidak bisa berhasil menolong keluar saudara Ho, kalian juga jangan harap bisa hidup terus!" Bu Wie Totiang dan lain-lainnya jadi saling pandang, terpaksa urungkan maksud mereka. Dilain pihak, Bo Pin sudah memimpin orang-orang Hian kui kauw keluar dari kupel sambil menghunus senjata masing-masing. Keadaan demikian telah membayangkan segera akan terjadinya suatu pertempuran hebat. Tiauw Goan Taysu hanya bisa berkata sambil menghela napas, "Siancay, siancay, begitu dimulai, pembunuhan ini akan merupakan suatu malapetaka untuk selama -amanya." Cian tok Jin-Mo sambil tertawa dingin kebutkan lengan bajunya, dirinya mundur setombak lebih, sedangkan dua belas anak buahnya yang berada dibelakangnya lantas maju mengurung dirinya Tiauw Goan Taysu. Para ketua yang berada didalam kupel, semua sudah terkurung rapat oleh orang-orangnya Hian kui kauw. Gouw Ya Pa sedang berdiri diatas meja sambil angkat Kiu goan lengnya tinggi-tinggi. Pada saat itu, Bo Pin lantas keluarkan suara: "Para ketua dari sembilan partai, dengar, Kalau sudah separuh lebih yang terluka dan terbinasa semuanya sekarang terkurung didalam kupel yang sudah ditanami bahan peledak maka mati atau hidup kalian hanya dalam waktu sekejapan saja. Kalau tidak segera menyerah, begitu bahan peledak dinyalakan, semuanya akan hancur lebur." Bu Wie Totiang terperanjat, ia berkata keoada kawankawannya dengan suara perlahan: "Benar saja kita sudah kena jebakan. Kopel ini pasti tempat yang berbahaya, mari kita menerjang keluar" sehabis berkata, ia lantas bertindak cepat, tetapi baru saja badannya bergerak, mendadak didengarnya suara bentakan nyaring. Ang-in Taoto dan Hui tun Thian cun sudah bergerak berbareng melancarkan serangan tangan dari jarak jauh. Bu Wie Totiang lantas menyambuti dengan tangannya, setelah kedua kekuatan itu beradu, meskipun Ang-in Taoto dan Hui tun Thian cun terpental mundur, tetapi Bu Wie Totiang sendiri yang dengan seorang diri harus melawan dua orang, sudah terpental mundur lagi kedalam kupel. Lim Co Ek lantas membentak keras, kembali bergerak hendak menerjang keluar, tetapi segera dicegah oleh Siek Lek dan Ong Hoa Cie yang sejak tadi belum pernah turun tangan. Thian hian Totiang merasa gelisah, ia berkata denpan suara perlahan: "Kita harus bergerak bsrbareng. masingmasing menerjang keluar." Ketiga orang itu lalu menerjang keluar kupel sambil menghunus pedang masing-masing, tetapi baru saja mereka melangkah keluar, dari empat penjuru sudeh dihujani oleh rupa-rupa senjata gelap, maka Thian hian Totiang dan kawan-kawannva terpaksa harus kembali lagi kedalam kupel. Sementara itu orang-orang Hian kui kauw juga tidak mendesak. asal musuhnya balik kedalam kupel, mereka juga menghentikan serangannya, hanya mengurung dari jarak jauh. Gouw Ya Pa sendiri juga sangat gelisah mulutnya memaki-maki kalang kabut. Baru saja ia hendak mengeluarkan perintahnya lagi, mendadak mendengar suara Tiaw Gaon taysu berseru: "O mie to hud! Maafkan lolap akan memDuka pantangan membunuh !" Padri tua itu lantas kebutkan lengan jubahnya memukul mundur bocah yang yang mengurung dirinya kemudian melayang keluar dengan tangan kirinya melancarkan dari jarak jauh menyerang Ang-in taoto. Ang-in taoto coba menyambuti serangan itu, tetapi kesudahannya ia mundur sampai 5 tomdak. Tiauw Goan Taysu melancarkan serangannya bagaikan kilat cepatnya setelah memukul mundur dirinya Ang-in Toato, tangan kanannya melancarkan tinjunya kim kong cie, salah satu ilmu terhebat, 2 macam ilmu kepandaiannya Siao lim pay, menyerang dirinya Siek Lek. Tidak ampun lagi Siek Lek lantas keluarkan seruan tertahan, tubuhnya mundur sempoyongan Sebentar saja Tiauw Goan Taysu sudah berada dipinggir kupel. Lalu berkata kepada kawan-kawannya: "To-heng sekalian. lekas ikut lolap menerjang kepungan !" Lim CnoEk sambil menggeram lebih dulu menerjang keluar dengan pedang terhunus. Thin Hian Totiang dan Bie wa Totiang juga lantas bergerak. Gouw Ya Pa mengawasi keadaan disekitarnya, ia cuma dapat melihat diri Tio Thian Ek yang sudah menjadi bangkai dan Hui kak siansu. Liao Ham. Siong Leng serta Goan Hie Totiang yang sudah terluka tidak ingat orang. Saat itu ia sudah tidak perdulikan mereka lagi, sambil tenteng pecutnya, juga lompat keluar dari dalam kupel. Baru saja Gouw Ya Pa berlalu, mendadak terdengar suara ledakan hebat, sampai Gouw Ya Pa tidak bisa berdiri dan jatuh tengkurap. Setelah suara ledakan berhenti, ia baru angkat kepalanya. Ketika ia melihat keadaan kupel tadi, ternyata sudah menjadi tumpukan puing. Tidak usah dikatakan lagi, dirinya para ketua Ngo bie pay, Bu tong-pay dan Kiong-lay pay beserta bangkainya Tio Thian Ek juga sudah menjadi hancur lebur. Ini ada suatu pembunuhan yang sangat keji partai besar didunia Kang-ouw, dalam waktu sekejapan saja sudah kehilangan lima ketuanya ! Semua kejadian ini seolah-olah ditimbulkan oleh Gouw Ya Pa seorang. Dengan perasaan tertegun pemuda tolol itu memandang sekitarnya, orang-orangnya Hian kui kauw ternyata sudah tidak kelihatan bayangannya. Dalam keadaan sunyi itu, Gouw Ya Pa melihat Tiauw Goan Taysu dan Bu Wie Totiang berlutut ditanah sembari membaca doa. Lim Co Ek keadaannya seperti orang gendeng ia duduk bersila ditanah pedangnya menggeletak ditanah matanya keluar airnya. Gouw Ya Pa tiba-tiba ingat dirinya Thian Hian Totiang dari Hoa san pay. Ketika ia mencari-cari ditempat sejauh sepuluh tombak lebih ia dapat lihat dirinya seorang'imam yang tubuhnya tengkurap tidak bergerak pedangnya terlempar jatuh ditempat sejauh satu tombak lebih. Dengan cepat Gouw Ya Pa menghampiri tapi ia lantas merendek. Karena imam tua itu digegernya sudah terpantek oleh sepotong kayu yang menembus sampai kedadanya . . . Lembah Kui kok telah berubah menjadi lembah neraka, saat itu yang tertampak hanya reruntuhan puing. Tapi kemana perginya orang-orang dari Hian kui-kauw ? Mungkin mereka sudah pada meninggalkan tempat itu untuk menghindarkan diri dari ledakan. kalau benar demikian halnya, mereka tentunya masih berada didekat situ, belum berlalu jauh. Sekarang orang-orang sembilan partay cuma ketinggalan tiga orang kalau terpegat oleh mereka, benar-benar sangat Sulit untuk meloloskan diri. Gouw Ya Pa merasa pilu hatinya ia lalu berkata dengan cemas: "Taysu kalian lekas pergi!" Tiauw Goan Taysu perlahan-lahan mengangkat kepalanya, dengan sorot mata tajam ia menjawab dengan suara dingin: "Pergi ? Kau suruh kita pergi kemana ?" "Kalian sudah mengeluarkan sepenuh tenaga untuk kepentingan partai semua, sekarang boleh keluar dari Kui kok." Tiauw Goan Taysu mendadak matanya kelihatan merah beringas, ia berkata dengan suara gusar. "Perbuatannya Hian kui kauw begitu kejam. Mereka telah membunuh banyak kawan-kawan kita, Kalau kita lantas pergi begitu saja, apa masih ada muka berkelana didunia Kang-ouw ? Kalian boleh berusaba keluar dari Kui kok, tetapi lolap belum puas sebelum bertanding dengan Cian tok Jin mo." Lim Co Ek juga lantas lompat bangun dan berkata dengan suara bengis, "Benar! Aku si orang she Lim rela mengorbankan jiwaku yang tua ini, biar bagaimana juga aku harus menuntut balas sakit hati kawan-kawan kita ini." Sehabis berkata demikian. sambil menenteng pedangnya, ia berjalan menuju kedalam lembah dengan tindakan lebar. Tindakannya ia segera di ikuti oleh Bu Wie Totiang. Tiauw Goan Taysu berkata pula: "Gouw Sicu yang membawa tanda pusaka dan minta pertolongan buat kawan2 sekarang ternyata telah mendapat kekalahan begitu hebat, lolap sungguh merasa malu, Mengapa sicu tidak mau meninggalkan tempat yang berbahaya ini dulu, lalu dengan tanda pusaka itu mengumpulkan lagi semua orang gagah didunia untuk kembali lagi kesini?" Alisnya Gouw Ya Pa kelihatan berdiri, ia menjawab dengan suara gagah: "Kalian semua telah bersedia mengorbankan jiwa untuk membela kawan, kalian yang sudah binasa, apakah kalian kira aku Goaw Ya Pa yang juga hendak membela sahabatku harus sayangi selembar jiwaku ?" Sehabis berkata begitu, ia lantas lari menyusul Bu Wie Totiang. Empat manusia yang keras kepala ini meskipun sudah mengalami kekalahan yang hebat, tetapi ternyata masih bertekad bulat hendak mencapai maksud mereka. Lim Co Ek yang keadaannya sudah mirip dengan banteng terluka, berjalan lebih dulu. dengan kecepatan bagaikan kilat sebentar saja sudah berada dilembah Kuikok. Tetapi, apa yang mengherankan. ialah disepanjang jalan itu mereka tidak menemukan orang2nya Hian kui kauw. Kalau begitu mungkin orang-orang itu sudah mempersiapkan diri lebih dulu maka keadaan yang kelihatannya sesunyi itu mungkin sebenarnva ada lebih berbahaya. Mungki juga mereka dengan sengaja hendak menjebak musuhnya sampai masuk ke dalam, kemudian dibasmi semuanya. Tetapi orang sisa-sisa dari sembilan partai dan Gouw Ya Pa itu semua sudah tidak menghiraukan lagi semua bahaya yang akan mengancam mereka, dengan berani pula mereka terus menerjang maju. Tidak berapa lama, mereka sampai didepan serentetan bangunan rumah, tetapi disitu pun keadaannya sangat sunyi. Lim Co Ek lantas membentak dengan suara keras: "Kawanan penjahat dari Hian kui kauw! kalau tidak lekas unjukkan diri. jangan sesalkan kalau aku si orang she Lim nanti akan membakar habis tempat ini." Perkataan baru saja ditutup, mendadak terdengar suara orang yang berkata sambil tertawa dingin: "Kalian sudah dekat mampus, masih mau jual lagak?" Lim Co Ek lantas mencari-cari darimana datangnya suara tadi. Ia sudah mengetahui bahwa suara itu adalah suaranya Bo Pin, tetapi suara itu sebentar kedengarannya dari sebelah kiri sebentar kemudian dari sebelah kanan sehingga hal ini telah membuat orang sukar mendapatkan tempat sembunyinya yang jitu. Pada saat itu, ia sudah tidak mampu lagi mengendalikan hawa amarahnja. dengan tidak ayal lagi ia lantas mengeluarkan alat pembakarannya, dan sudah bersedia hendak membakar rumah. Siapa tahu, tiba-tiba kedengaran suara aneh seperti burung hantu yang keluar dari rumah tinggi dan kemudian disusul oleh melayang turunnya bayangan orang. Lim Co Ek setelah mengawasi, baru kenali orang yang baru tiba itu ternyata adalah satu nenek-nenek berambut putih yang membawa tongkat kepala naga. Lim Co Ek dengan tidak berpikir panjang gerakan pedangnya menikam nenek-nenek itu. Perbuatannya itu telah mengejutkan si nenek. Sebab dalam suatu ilmu silat, orang harus mengutamakan keadaan dirinya sendiri lebih dahulu, kemudian baru melakukan serangan terhadap musuhnya. Tetapi, bagi Lim Co Ek yang kesetanan tidak ada pikiran demikian. Serangan tongkat sinenek tidak digubris, ia malah menyerang dengan pedangnya, maksudnya ialah supaya sama-sama rubuh, Maka, sekalipun serangan nenek itu bisa melukai dirinya, tetapi nenek itu sendiri juga mungkin akan binasa oleh karenanya. Dalam keadaan yang membahayakan demikian, terpaksa si nenek harus melindungi dirinya lebih dulu, maka tongkatnya lantas memapak pedang lawannya! Suara 'trang', lalu terdengar nyaring, Lim Co Ek merasakan kesemutan pada lengannya, kakinya mundur tiga langkah. Tetapi nenek itu lantas lompat mundur sejauh setumbak lebih, kemudian berkata sambil ketawa dingin : "Lim Co Ek kenalkan kau padaku?" Lim Co Ek lantas memandang, lalu ketawa bergelakgelak. "Aku kira siapa." jawabnya, "Tidak tahunya adalah kau, Kauw hun Lie mo, manusia tidak tahu malu itu, Apa kau juga menyerahkan dirimu menjadi budak Hian-kui kauw untuk sesuap nasi! Jangan pergi! Sambuti seranganku ini..." setelah berkata, dengan cepat ia maju menyerang. Tiauw Goan Taysu yang pada saat itu juga sudah sampai disitu lantas mencegah perbuatan Lim Co Ek seraya berkata. "Lim Sicu, silahkan mundur dulu. Biarlah serahk.an iblis ini padaku." Kauw hun Lie mo ketawa terkekeh-kekeh sejenak. "Pantas didepann tadi ada begitu ramai. Tenyata kalian kawanan kepala gundul dan hidung kerbau telah datang semuanya...." Perkataannya diteruskan setelah berhenti sejenak, "Aku situa bangka sudah banyak tahun tidak mau campur urusan luar, tetapi hari ini kita harus bertempur sampai puas he...he..." Tiauw Goan Taysu tidak menjawab. ia segera menentang kedua tangannya dan menjambar pundak Kauw hun Lie mo. Ternyata padri tua itu sudah membuka pantangan membunuhnya. begitu turun tangan ia sudah menggunakan ilmu Liong-jiauw-kangnya yang sangat hebat. Dari ujung jarinva saja sudah mengeluarkan suara yang hendak menembusi badan orang. Kauw hun Lie mo. sebangsa orang berkepala batu juga, tetapi ia tahu benar kelihayan padri tua itu, maka ia tidak berani bertindak gegabah dihadapannya, dengan tongkat kepala naganya ia mencoba menangkis serangan Tiauw Goan Taysu. Ketua Siao-lim-pay itu ketawa dingin, mendadak gerakan tangannya dirubah, kali ini tidak menyambar pundak orang, tetapi menyekal dan merebut tongkat. Kedua orang itu sama-sama mengeluarkan seluruh kekuatannya dan disalurkan ke tongkat sehingga seketika itu keduanya lantas berkutetan. Gouw Ya Pa yang menyaksiksn itu, karena menganggap sudah hendak nekad-nekadan maka tidak perdulikan peraturan dunia Kang-ouw lagi. Setelah berpikir sejenak ia lantas memutar pecutnya sambil menggeram hebat ia menghajar kepala Kauw hun Lie mo. Pada saat itu, Kauw hun Lie mo sedang memusatkan kekuatannya pada tongkatnya untuk mengadu kekuatan dengan Tiauw Goan Taysu, bagaimana dapat menahan serangan Gouw Ya Pa ini, maka sebentar saja pecut Gouw Ya Pa sudah hampir menghajar punggungnya. Ternyata Kauw hun Lie mo cukup lihay sebelum pecut Gouw Ya Pa mengenai dirinya, mendadak ia membentak dan melepaskan tangan kirinya untuk menyerang balik, sehingga Gouw Ya Pa sampai jungkir balik. Tetapi ia sendiri yang melepaskan tangan kirinya itu, telah terdesak oleh kekuatan Tiauw Goan Taysu, sehingga darah segar keluar dari mulutnya. Gouw Ya Pa merayap bangun lagi, kembali menyerbu dengan pecutnya. Kauw hun Lie mo yang sudah luka didalam tidak dfj-Et n enjirgl ir diri. maka serangan Gouw Ya Pa kali ini telah mengenai dirinva dengan telak. Ia lalu mundur sempoyongan lagi beberapa tindak, kembali memuntahkan darah segar. Lim Co Ek tidak mau tinggal diam, pedang ditangannya bergerak hendak mengambil kepala Kauw hun Lie mo. Mendadak terdengar suara bentakan keras: "Tahan!" yang lain disusul oleh munculnya dua bayangan orang. Lim Co Ek terpaksa menarik kembali serangan pedangnya, pada saat itu dilihatnya didepannya berdiri satu padri dan satu imam tua. Pada pundaknya imam tua itu menggemblok dua batang genta, jenggotnya yang putih panjangnya sampai dada, Ternyata ia adalah seorang gagah yang terkenal dari golongan hitam pada tiga puluh tahun berselang namanya Song Pin bergelar Tiok beng le su, Disampingnya, ada seorang padri berjubah merah yang membawa sebuah bokor tembaga, yang sangat berat kelihatannya. Dengan ketawa dingin padri itu berkata: "Kalian semua adalah orang-orang ternama dari golongan orang-orang baik, tetapi ternyata hendak mengandalkan jumlah yang banyak untuk meraih kemenangan, sekarang aku ingin mencoba kepandaian kalian." Bu Wie Totiang segera maju menghampiri seraya berkata: "Toa Ho Siang ini apa bukan Tong Pun Hwesshio yang pada empat puluh tahun berselang diusir dari Ngo tap san ?" Si Paderi merah wajahnya, ia menjawab dengan suara bengis: "Manusia sombong, kau berani membikin jelek namaku, hari ini aku nanti suruh kau merasai bokor tembagaku !" Baru habis berkata, bokor tembaganya yang berat sudah melesat keluar dari tanggannya dan menyambar diri Bu Wie Totiang. Bu Wie Totiang terperanjat, ia buru-buru menyontek dengan pedangnya. Siapa nyana dalam bokor itu ternyata ada rahasianya, ketika ujung pedang Bu Wie Totiang menotol badan bokor, badan itu lantas berputaran, lalu menyemburkan barang cair berwarna hijau. Bukan kepalang kagetnya Bu Wie Totiang dengan cepat ia menggunakan lengan bajunya untuk menutupi wajahnya, kemudian lompat mundur. Tapi gerakannya itu ternyata masih agak terlamoat, sebab barang cair itu sudah jatuh dilehernya laksana air hujan. Sebentar saja kulit leher Bu Wie Totiang sudah terbakar. Bu Wie Totiang kesakitan setengah mati, ia lantas bergelidingan ditanah. Tong Pun Hweeshio maju menghampiri, dengan tangan kirinya ia menyambuti bokornya, tangan kanannya sudah bersedia hendak menghantam kepala Bu Wie Totiang. Tapi Lim Co Ek sudah lompat maju merintangi sambil membentak: "Padri ganas, kau berani melukai sahabatku ?" Gouw Ya Pa buru-baru memondong dirinya Bu wie Totiang, siapa nyata sudah terkena racun jahat, napasnya memburu, lehernya penuh air kuning berbau busuk. Tiauw Goan Taysu gelengkan kepala. dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah obat pil. lalu dimasukkan kedalam mulut Bu wie Totiang sembari berkata: "Gouw sicu, kau baik-baik melindungi dirinya lolap akan menuntut balas untuk dia." Gouw Ya Pa mengangguk. Tiauw Goan Taysu lalu keluarkan pekikan nyaring. dari dalam pinggangnya ia mengeluarkan sepasang roda terbang yang menancarkan sinar gemerlapan. Tatkala sepasang roda terbang itu dirangkap lantas terdengar suara yang amat nyaring. Kemudian ia berkata dengan suara bengis: "Hian kui kauw telah menggunakan senjata beracun yang sangat ganas, jangan sesalkan lolap hendak turun tangan jahat !" Secepat kilat ia sudah menerjang diri Tong Pun Hweeshio! Siok Beng le su lantas berseru: "Taysu apa juga ingin aku turun tangan sekalian?" Ia lantas maju sambil lintangkan kedua gaetannya. Tiauw Goan Taysu tidak menjawab, roda ditangan kirinya diputar, tapi roda ditangan kanannya yang melesat keluar. Siok Beng le su tidak tahu sampai dimana kelihaian sepasang roda itu, ia tidak berani menyambuti dengan kekerasan. Ia putar tubuhnya, kedua gaetannya dipakai untuk melindungi tubuhnya. Tiauw Goan Taysu ketawa dingin. tangan -knannya menggapai, roda terbang itu segera balik kembali berbareng dengan itu, roda ditangan kirinya lantas melesat keluar! Siok Beng le su mencoba beberapa kali melindungi diri dengan gaetannya. Melihat sepasang roda itu cuma beterbangan bergantian, tidak ada apa-apanya yang luar biasa, dalam hati mulai merasa lega. Diam diam hati mulai berpikir: "Ilmu kepandaian Siao-lim pay ternyata cuma begitu saja." Karena ia pandang ringan senjata lawannya, sekarang ia coba menyambuti dengan kekerasan. -ooo0dw0ooo- Jilid 11 SIAPA tahu dengan demikian ia telah terjebak ! Ketika kedua senjata itu beradu, lantas terdengar suara 'crak' sepasang gaetannya Siok-beng Ie su lantas dibabat olah rodanya Tiauw Goan Taysu. Siok-beng Ie su terperanjat, ia kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, hendak menarik kembali senjatanya. Siapa tahu saat itu dari samping ada angin tajam yang menyambar badannya. Ternyata Tiauw Goan Taysu ketika roda ditangannya sedang melibat senjata lawannya tangan kanannya lantas bergerak, roda yang tajamnya luar biasa itu dengan cepat lantas menyambar Song Pin ! Siok beng Ie su tidak keburu menyingkir, bawah ketiaknya lantas terbelah, setelah mengelurkan jeritan ngeri, ia lantas rubuh. Tong Pun hweeshio yang menyaksikan kejadian tersebut, bukan kepalang kagetnya, hampir saja tertikam oleh pedang Lim Co Ek. Setelah menyingkirkan serangan Lim Co Ek ia buru-buru mundur tubuhnya dan loncat naik keatas genteng. Lim Co Ek tidak mau menperti, ia memburu dan lompat naik keatas genteng juga. Tapi baru saja menginjak genteng, dari empat penjuru lantas terdengar suara riuh: "Lepaskan anak panah 1" Sebantar saja, anak panah dari berbagai panjuru lantas menyambar seperti hujan. Betapapun tingginya kepandaian Lim Co Ek. apa lagi lengan kirinya sudah kutung dan mengeluarkan banyak darah serta sudah lama bertempur, sudah tentu tidak sanggup melayani datangnya anak panah seperti hujan. Sebentar saja sudah ada beberapa batang anak panah yang menancap dibadannya. Ia merasa pundaknya yang kena anak panah itu seperti kesemutan, maka lantas mengerti kalau anak panah itu ada racunnya. ia lalu lompat melesat keatas genteng yang berdekatan, pedangnya diputar laksana titiran, ia menyerbu kepala orang-orang yang melepaskan senjata gelap itu. Sebentar saja dari sana sini terdengar suara jeritan saling berganti, ternyata sudah ada kira-kira delapan orang binasa dibawah pedangnya. Tapi badannya Lim Co Ek sendiri juga sudah seperti binatang landak, penuh dengan anak panah yang menancap. Sebentar saja dari sana sini terdengar suara jeritan saling berganti, ternyata sudah ada kira-kira delapan orang binasa dibawah pedangnya. Tapi badannya Lim Co Ek sendiri juga sudah seperti binatang landak, penuh dengan anak panah yang menancap. Sambil dongakkan kepala dan ketawa bergelak-gelak ia berseru: "Puas ! Puas. .. . !" kemudian badannya menggelinding dari atas genteng. Sekarang diantara ketua sembilan partai itu, keculi Bu Wie Totiang yang terluka, cuma tinggal ketua Siao-lim pay, Tiauw Goan Taysu seorang saja yang masih hidup dalam keadaan utuh. Gouw Ya Pa mengucurkan air mata, dalam hati berkata; "Saudara Ho, jangan salahkan aku tidak bisa menolong dirimu, siapa nyana ketua dari sembilan partai, hari ini hampir semuanya binasa dilembah Kui kok." Diluar dugaan, dalan keadaan putus asa itu, tampak satu bayangan orang yang muncul dari lembah bagian belakang dan mendatangi kearah mereka dengan cepat sekali. Gouw Ya Pa berdin dengan mata beri- ngas, lalu berkata kcpada Tiauvv Goan Tay- su : "Taysu harap kau suka keluar dari lembah ini, biarlah aku yang adu jiwa dengan kawanan bangsat dari Hian kui kauw ini !" Sababis berkata, sambil menenteng pecutnya, ia maju menyambuti orang itu. Siapa nyana ketika orang itu sudah berada dekat lantas berseru: "Gouw Toako, apakah kau yang berada disitu ?" Gouw Ya Pa hampir saja menjerit kegirangan. . . . bukankah itu saudara Ho nya yang ia hendak ditolong ? Memang besar! Orang itu adalah Ho Kie yang pada tiga hari berselang menyerbu kelembah Kui kok dengan seorang diri. Gouw Ya Pa dalam girangnya lantas melompat keatas genteng, tapi baru saja kakinya menginjak genteng, anak panah sudah menyambar dari berbagai penjuru. Karena ia ada mempunyai ilmu kebal yang tidak takut segala senjata terhadap anak panah yang menyambar dirinya seperti hujan ia tidak hiraukan sama sekali. Bahkan ia lantas menerjang kearah orang-orang yang melepaskan anak panah itu. Maka sebentar saja sudah banyak jiwa melayang ditangannya, sisanya terpaksa pada melarikan diri. Gouw Ya Pa lantas menghampiri Ho kie dengan suara sember ia berkata: "Saudara Ho, aku mencari kau setengah mati !" Ho Kie belum sempat menjawab, tiba-tiba ada satu bayangan putih dengan kecepatan bagaikan kilat lari keluar dari belakang lembah. Ketika Ho Kie melihat siapa orangnya. wajahnya nampak aneh sambil menarik dirinya Gouw Ya Pa berkata: "Gouw Toako, mari kita lekas pergi!" Dari sikapnya Ho Kie rupa-rupanya merasa segan bertemu dengan orang baju putih itu. Ketika Gouw Ya Pa mengawasi, orang baju putih itu ternyata ada Lim Kheng, ia lantas berkata: "Saudara Ho, itu apa bukannya nono Lim Kheng?" "Dia bukan nona Lim, melainkan anak perempuannya Cian tok Jin Mo dari Hian kui kauw !" Gouw Ya Pa yang mendengar keterangan itu matanya lantas merah, ia berkata pelan "Kita jangan pergi dulu. para ketua dari partai telah binasa ditangan ayahnya, biarlah kita dari dirinya mencari sedikit modal." Sehabis berkata, ia lantas maju memapaki sambil menenteng pecutnya. Ho Kie buru-buru menarik tangannya seraya berkata: "Gouw toako mari kita pergi! Kita tinggalkan lembah Kui kok ini dulu!" Sebentar kemudian, Jie Peng sudah berada didepan mereka. Nona itu dengan air mata berlinang tanganya membawa sebuah panji kecil warna merah. Begitu berada didepan Ho Kie, lantas berkata dengan suara duka. "Engko Kie, sekalian kalau hendak pergi. seharusnya juga mengijinkan aku yang bernasib malang ini turut mengantarkan. Bendera kecil ini kau boleh bawa!" "Terima kasih atas budi kebaikan nona, budi kebaikanmu ini aku siorang she Ho tidak akan melupakan untuk selama-lamanya." "Sayang, kita satu sama lain berdiri sebagai musuh. Dengan perbuatanmu yang mencuri bendera untuk mengantarkan aku, apakah tidak takut nanti akan dapat marah Kaucu?" berkata Ho Kie dengan suara terisak-isak. "Aku merasa bersyukur bisa mendapat kecintaanmu, badanku ini mesti akan hancur lebur juga tidak mampu membalas kecintataanmu. Sekalipun untuk kau aku harus dihukum mati oleh ayah, aku juga rela !" Ho Kie merasa sangat terharu, ia tidak bisa menjawab apa-apa, kemudian berpaling dan berkata kepada Gouw Ya Pa: "Mari kita pergi !" DENGAN mata mendelong dan mulut menganga. Gouw Ya Pa merasa heran atas perhubungan nona itu. dengan sahabatnya, ada apa sebetulnya diantara mereka ? "Kau.... dia?" tapi apa yang hendak ditanyakan, ia kebingungan sendiri. Ho Kie nampak bimbang. tapi kemudian bisa mengambil keputusan dengan cepat, ia segera melompat melesat sambil mengajak kawannya; "Gouw-toako jangan sia-siakan waktu! Kita bisa masuk, masakah tidak bisa keluar?" Sehabis berkata, orangnya sudah berada tiga tombak lebih jauhnya. Tapi baru saja ia melayang turun, mendadak dari atas sebuah rumah ada melayang turun dua bayangan didepan matanya, kemudian berkata sambil ketawa dingin: "Bocah she Ho, kau anggap sepi lembah Kui kok ini ?" Dua orang itu satu adalah Hiantun Thian cun Cee Kong Han. seorang satunya lagi adalah seorang perempuan pertengahan umur berwajah putih kelimis, yang Ho Kie belum pernah lihat. Ia adalah Ong Hoa Cu, salah satu Tongcu dari Hian Kui kauw. Ho Kie yang sedang gusar dan cupat hatinya, dengan tanpa banyak bicara lantas menyerang kedua orang itu dengan hebat. "Anjing cilik, sungguh besar nyalimu!" bentaknya Cee Kong Han, seraya menyambuti serangan Ho kie, Tiauw Goan Taysu yang saat itu sudah menyusul lantas maju dan berkata dengan suara bengis; "Dengan berduaan mengerubuti satu orang apa itu perbuatan orang gagah? Marilah kalian mencoba mengadu dengan tulang-tulangku yang sudah bangkotan ini !" Sehabis berkata. lalu mendorong kedua tangannya. dari situ meluncur keluar satu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat. Hui tun Thian-cun ketawa terkekeh-kekeh bersama Ong Hoa Cu coba menyambuti serangan Tauw Goan Taysu. Setelah terdengar suara beradunya kekuatan tenaga dalam dari kedua pihak, ketiga orang itu nampak pada mundur satu tindak. Ong Hoa Cu sambil menenteng tongkatnya yang bentuknya aneh, maju memlbntak: "Kepala gandul, kematianmu sudah berada didepan mata, apa kau masih berani berlaku ganas?" Tiauw Goan Taysu dengan kedua rodanya. menyambuti tongkatnya Ong Hoa Cu. Hui tun Thian cun turut menyerbu, dengan berduaan mengerubuti Tiauw Goan Taysu. Pertempuran berjalan sepuluh jurus lebih. Tiauw Goan Taysu lalu mengeluarkan bentakan keras, sepasang rodanya melesat keluar dari tangannya. Ong Hoa Cu berdua lantas memencarkan diri, mereka lalu pentang jalannya yang terbuat dari benang baja untuk menjaring Tiauw Goan Taysu. Roda Tiauw Goan Taysu yang berbentuk jaring telah jatuh ditanah. Saat itu dari empat penjuru lantas muncul Siang Hong Siang, Bo Pin, Tong Pun Hweeshio Tio Go dan lain-lainnya mengurung Tiauw Goan Taysu. Tiauw Goan Taysu menampak keadaan demikian. telah menghela napas panjang, lalu berkata pada Gouw Ya Pa dan Ho Kie: "Lolap sudah keluarkan kepandaian dan tenaga, apa mau musuh terlalu kuat, rupa-rupanya agak sukar keluar dari kepungan ini, Biarlah Lolap korbankan jiwa sendiri biar bagaimana juga akan berusaha untuk melindungi sicu keluar dari bahaya!" "Bagaimana Taysu bisa berkata begitu? Kita bersamasama mati juga kita bersama-sama !" menjawab Ho Kie. "Ucapan Ho sicu benar. Kalau begitu biarlah lolap dengan sepasang tangan ini yang membuka jalan, untuk kawanan iblis ini..." berkata Tiauw Goan Taysu sambil anggukkan kepala, Kemudian keluarkan pekikkan nyaring dan gerakkan kedua tangannya, benar saja ia menerjang lebih dulu! Ho Kie dan Gouw Ya Pa cepat menyerbu untuk menerobos keluar dari kepungan. Orang-orang Hian Kui kauw jumlahnya semakin banyak. hingga mereka bertiga terkurung semakin rapat. Tapi karena Tiauw Goan Taysu bertiga sudah bertekad bulat hendak melawan sampai titik darah penghabisan, maka sedikitpun tidak merasa keder ! Bertempur sudah hampir satu jam lamanya badan Ho Kie bertiga sudah pada terluka. hingga darah membasahi tubuh mereka. Pertempuran demikian berlangsung terus sampai setengah hari lamanya, Tiauw Goan Taysu sudah membinasakan 5-6 hiucu, di badannya sudah penuh darah. Tapi orang-orang Hian Kui kauw bukan menjadi kurang, bahkan semakin banyak jumlahnya. Tiauw Goan Taysu lalu berkata sambil menghela napas: "Jika sicu kalau tidak mau dengar perkataan lolap, sekarang aku terkubur bersama-sama dalam lembah Kui kok. sehingga tidak seorang pun juga yang bisa menyampaikn kabar!" "Satu laki-laki bisa binasa dimedan perang. juga merupakan satu kehormatan besar. Taysu kita bunuh saja. ..." jawab Ho Kie. Tapi baru berkata sampai disitu, tiba-tiba terdengar seruan Gouw Ya Pa yang sudah terkena senjata bokornya Tong pun Hweeshio, sehingga badannya sempoyongan. Tiauw Goan Taysu buru-buru mendekati Gouw Ya Pa untuk memberi perlindungan. tiba-tiba didampingnya ada menyambar angin dingin, ia menyambuti, tangannya telah beradu dengan tangan Bo pin. Pada saat itu juga, lengan kiri Tiauw Goan Taysu mendadak merasa sakit, agaknva ada hawa dingin yang menyusup masuk terus masuk terus kedalam dada !" Tiauw Goan Taysu terperanjat, ia buru-buru kerahkan kekuatan tenaga dalamnya untuk menutup jalan darahnya. Dengan demikian ia cuma bisa melayani musuh2nya dengan satu tangan kanan saja. Tidak antara lama Ho Kie pundaknya juga keserempet senjatanya Hui tun Thian Cun dan ketika menerjang maju kebetulan berpapasan dengan Bo pin. Bo Pin lantas berkata sambil ketawa dingin. "Bocah, apa kau masih ingin menuntut balas? Orang she Bo akan suruh kau merasai rasanya Hui sie Biat kut Ciang !" Ucapan Bo Pin itu ditutup dengan satu serangan yang dinamakan Hui sie Biat kut-ciang itu. Ho Kie terpaksa menyambuti dengan kedua tangannya. Ketika tangan mereka beradu, bau amis lantas menusuk hidung Ho Kie. ia lantas merasa seperti ada hawa dingin menyerbu kedalam badannja, kepalanya pujeng, sehingga mundur sempoyongan. Siang Hong Siang yang menampak keadaan demikian, senjatanya lantas meluncur keluar dari tangannya mengarah geper Ho Kie. Tiauw Goan Taysu menampak Ho Kie seperti orang bingung, bukan main kagetnya. lalu menyambar senjata pecutnya Gouw Ya Pa, kemudian disambitkan menyambuti serangan Siang Hong Siang. Tatkala kedua senjata itu beradu, kedua duanya lantas jatuh ditanah. Saat itu mendadak terdengar suara bentakan nyaring halus, "Kaucu ada perintah, semua berhenti bertempur !" Hui-tun Thian cun yang mendengar itu, terpaksa urungkan maksudnya ketika ia berpaling, lantas dapat lihat Jie Peng berdiri diatas genteng sambil membawa lengkie (bendera perintah). Orang-orang Hian kui-kauw yang melihat Leng kie itu lantas pada berhenti dan bergerak mundur. Bo Pin lantas maju dan bertanya sambil menyoja: "Nona Peng, bukankah kau sedang tak enak badan? Mengapa tidak mengaso dikamar, sebaliknya datang kemari menyampaikan perintah ?" "Kaucu ada perintah, supaya mengantar keluar Ho Siaohiap bertiga dari lembah Kui-kok siapa saja dilarang merintangi, barang siapa yang melanggar perintah ini akan mendapat hukuman berat," jawab Jie Peng sambil ketawa hambar. Semua orang yang mendengar itu pada saling memandang. Ho Pin agaknya tidak percaya tapi ia tidak berani mengutarakan hanya serunya: "Benarkah Kauwcu ada perintah mengeluarkan mereka bertiga dari lembah ini?" "Bo Tongcu, ucapanku mungkin bisa bohong, tapi apakah lengkie ini juga palsu?" Bo Pin merah wajahnya. tapi ia masih merasa sangsi. Maka diam-diam memberi isyarat kepada salah satu hiocu supaya berlaku dengan diam-diam untuk mencari keterangan pasti, kemudian ia berkata pula sambil ketawa: "Kalau benar nona Jie ada membawa perintah kaucu, sudah tentu Kita akan turut," Sehabis berkata, ia lantas ulapkan tangannya, hingga orang-orang yang mengurung Ho Kie bertiga lantas membuka jalan. Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan orang-orangnya Hian kui kauw benar saja lantas pada mundur, lalu ajak Gouw Ya Pa berlalu. Gouw Ya Pa meski tolol. tapi dalam saat bahaya masih ingat sahabatnya. Ketika hendak berlalu ia masih ingat dirinya Ho Kie yang dalam keadaan pingsan. Ia lantas gendong sahabatnya itu, lalu berjalan dengan tindakan lebar. Jalan belum berapa jauh tiba-tiba dibelakangnya ada suara orang berkata, "Taysu harap suka tunggu sebentar!" Tiauw Goan Taysu hentikan tindakannya, ia dapat lihat bahwa orang yang menyusul itu ternyata Jie Peng adanya, Karena belum tahu apa maksudnya, paderi itu diam-diam sudah waspada. Jie Peng menyaksikan Tiauw Goan Taysu masih bersangsi. ia tahu bahwa paderi itu ternyata salah faham, maka lalu berkata padanya, "Taysu jangan bingung, aku datang ada membawa obat buat Ho Siaohiap." Ia lalu mengeluarkan dua botol kecil dan diberikan kepada Tiauw Goan Taysu. Setelah menyambuti obat itu, Tiauw Goan Taysu sudah hendak berlalu lagi. "Taysu tunggu dulu aku hendak bicara." Jie Peng berkata pula dengan cemas. "Harap Li sicu lekas sedikit, pinceng tidak bisa tunggu lama-lama!" "Obat dalam botol itu ada obat pemunah racun khusus bikinan kami, sebetulnya sangat berbisa, maka hanya khusus untuk menyembuhkan orang yang kena serangan Hu sie Biat kut ciang. Kalau digunakan buat penyakit lainnya, bukan saja tidak berhasil. bahkan sangat membahayakan jiwanya. Dan lagi kalian hendak keluar dari depan ada sangat sukar karena disana telah terjaga ketat. Tapi dibelakang kosong. . . ." Jie Peng selagi masih bicara mendadak bernenti, kemudian berkata pula dengan perasaan gelisah, "Mereka sudah mengejar lagi, lekas ikut aku." iauw Goan Taysu pasang telinga, benar saja ada suara riuh. yang makin lama makin dekat. maka lantas menarik tangan Gouw Ya Pa, mengikuti jejaknya Jie Peng lari kebelakang lembah. Bo Pin sebetulnya mencurigai perbuatan Jie Peng, tapi takut kepada Lengkie, ia tidak berani merintangi berlalunya Tiau Goan Taysu bertiga. Pada saat itu mendadak orang yang disuruh oleh Bo Pin sudah balik sambil berseru, "Bo Tongcu, celaka. perintah norn Jie Peng tadi adalah palsu, lengkie juga ia dapat mencuri. Kaucu kini sedang gusar, perintahkan kita supaya lekas kejar mereka !" Bo Pin sangan gusar, ia segera perintahkan semua orang2 Hian kui kauw mengejar serta menjaga semua tempat, jangan sampai mereka lolos. Sedang ia sendiri bersama dua dua hiocu lari mengejar kebagian belakang. Jie Peng yang memimpin Tiaow Goan Taysu bertiga, ketika tiba dibelakang lembah telah dapat lihat ada empat anak buah Hian kui kauw yang menjaga. Jie Peng memberi isyarat kepada Tiauw Goan Taysu, paderi tua itu mengerti, lalu kerahkan kekuatan tenaga dalamnya. sebentar kemudian sambaran angin hebat menyerang pada empat orang itu. Kasihan bagi mereka yang belum tahu apa yang sedang terjadi. tahu-tahu sudah dibikin terpental oleh serangan Tiauw Goan Taysu bersama Jie Peng sampai empat tombak jauhnya dan lantas binasa seketika itu juga. Menampak empat orang itu sudah binasa. Jie Peng buruburu berkata: "Mereka segera akan mengejar kalau terlambat barangkali sulit keluar dari lembah ini. Tolong Taysu lindungi Ho Siaohiap berlalu dari sini, Biarlah disini aku yang merintangi mereka." Tiauw Goan Taysu memandang Jie Peng sejenak, lalu menjawab. "Bagaimana nona bisa berkata demkian? Menolong Ho sicu adalah kewajiban lolap, kalau nona berada disini sendiri, lolap merasa tidak enak, mengapa tidak bersama lolap keluar dari lembah kui kok ini, kemudian kita mencari daya upaya lagi!" "Taysu tidak boleh berdiam disini terlalu lama, kalau terlambat sedikit, barangkali tidak bisa keluar lagi. Aku memang aaa orang Hian kui kauw. mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap diriku. Aku cuma ada sedikit perkataan, tolong Taysu sampaikan kepada Ho Siaohiap, katakanlah saja bahwa aku Jie Peng yang bernasib malang akan menantikan padanya di lembah Kui kok. ..." Belum habis perkataannya, Jie Peng sudah menangis sedih sekali. Sesaat itu, suara riuh sudah semakin dekat, maka Jie Peng lantas mendesak Tiauw Goan Taysu supaya lekas berlalu. Ketika Bo Pin bersama orang-orang Hian kui kauw tiba disitu, Tiauw Goan Taysu bertiga sudah berada enam tombak lebih dari lembah kui kok, maka terpaksa ia balik ke Kui kok untuk memberi laporan. Setelah berada jauh dari Kui kok dan melihat sudah tidak ada orang mengejar. Tiauw Goan Taysu baru bisa bernapas. Tapi ketika menampak Ho Kie Keadaannya sangat payah, lantas berkata kepada Gouw Ya Pa; "Gouw sicu, aku lihat Ho sicu lukanya sangat parah, mari kita mencari tempat untuk menolongi Ho sicu lebih dulu." Gouw Ya Pa mendengar perkataan Tiauw Goan Taysu, baru ingat kalau Ho Kie masih pingsan, maka lantas menjawab: "Aku tidak mempunyai pikiran apa-apa. asal bisa menolong jiwanya saudara Ho, bagaimana saja kehendak Taysu, aku menurut." Tidak antara lama, mereka menemukan sebuah kuil tua yang sudah rusak keadaannya, mungkin sudah banyak tahun tidak pernah ada orang menempati. Tiauw Goan Taysu tidak mau ambil perduli, ia buru2 menbersihkan meja bekas sembahyang, lalu letakkan diri Ho Kie diatasnya, ia suruh Gouw Ya Pa yang menjaga sedang ia sendiri pergi mencari air. Setelah kembali dengan air, ia lantas keluarkan obat pemberian Jie Peng, kemudian dimasukkan kedalam mulutnya Ho Kie. Gouw Ya Pa menampak Ho Kie yang sudah minum obat, tapi masih saja belum segar hatinya sangat gelisah. Sebentar duduk sebentar bangun dan sebentar berjalan mondar-mandir sambil menghela napas. Sebentar lagi mendadak perutnya Ho Kie terdengar keruyukan, baru saja Gouw Ya Pa hendak melihat apa yang terjadi, Ho Kie sudah menyemburkan air warna hitam darinya, air itu berbau busuk. Sebentar kemudian dari lubang pantatnya juga mengeluarknn air yang serupa. Muntah dan berak air hitam berbau busuk itu kira-kira satu jam lamanya baru berhenti. Kasihan bagi Gouw Ya Pa yang hendak membela kawannya, dengan tanpa merasa jijik, ia membersihkan semua kotoran yang ada dibadan dan pakaian Ho Kie, kemudian diganti dengan pakaian baru Setelah semua selesai, ia baru duduk disampingnya. Tapi, Ho Kie meski sudah muntah-muntah dan berakberak begitu banyak, namun masih belum mendusin, bahkan tidur pulas. Saat itu cuaca sudah gelap, Tiauw Goan Taysu telah selesai bersemedi, sedang Gouw Ya Pa baru meram hendak tidur Mendadak terdengar Ho Kie menjerit, "Aduh mati aku!" Gouw Ya Pa yang baru saja pejamkan matanya mendadak kaget dan lantas menghampiri dan bertanya: "Saudara Ho, apa kau sudah baikan ?" Ho Kie membuka mata memandang keadaan sekitarnya. Ia telah dapatkan dirinya berada didalam kuil tua, disampingnya ada Gouw Ya Pa dan Tiauw Goan Taysu. Ia merasa heran maka lantas bertanya pada Gouw Ya Pa: "Gouw Toako. bagaimana kita bisa berada disini. Dimana orang-orang yang lainnya?" Ia hendak bangun, tapi baru saja badannya bergerak, ia sudah pingsan lagi. Ilmu Hui se Biat kut-ciang, ciptaan Cian tok Jin mo benar-benar lihay, Ho Kie meski sudah makan obat dan mengeluarkan banyak racun, tapi kekuatannya belum bisa lantas pulih. Gouw Ya Pa yang menyaksikan keadaan demikian, sudah ketakutan setengah mati. sehingga menangis menggerung-gerung seperti anak kecil. Tiauw Goan Taysu terkejut, ia buru-buru memeriksa keadaan Ho Kie, ternyata Ho Kie cuma tidur, tidak ada halangan apa-apa maka lantas berkata kepada Gouw Ya Pa: "Gouw sicu, harap sedikit tenang, Ho-sicu yang terluka karena serangan ilmu Hui- se Biat kut ciang, barusan sudah muntah2 dan berak, sehingga tenaganya keluat terlalu banyak. untuk sementara tenaganya belum bisa pulih kembali. Tidak ada bahaya apa-apa, kau boleh tak usah kuatir," Gouw Ya Pa masih belum mau percaya, tapi ketika melihat wajah Ho Kie perlahan-lahan berubah merah, ia baru merasa lega. Kira-kira setengah jam Ho Kie telah siuman lagi, ia coba gerakkan badannya ternyata sudah tidak terasa sakit maka lantas duduk. Gouw Ya Pa nampak sahabatnya sudah sembuh, lalu menceritakan bagaimana ia telah terluka dan bagaimana sudah terlolos dari Lembah Kui kok. Ho Kie buru2 menghampiri Tiauw Goan Taysu ia berlutut seraya berkata, "Terima kasih atas pertolongan Taysu, selama Ho Kie masih hidup budi ini tidak akan Ho Kie lupakan." Tiauw Goan Taysu buru2 pimpin bangun Ho Kie, ia menjawab: "Lolap terhadap Ho sicu tidak melepas budi apa-apa, hanya anak perempuannya Jie Hui, nona Jie Peng ia sudah keluarkan banyak tenaga untuk memberi sicu Budi. kecintaan nona itu kepada sicu benar-benar sungguh besar sekali." Paderi itu lalu menceritakan bagaimana Jie peng dengan tidak menghiraukan segala bahaya sudah memerlukan mengantar obat. Setelah berhenti sejenak. Tiauw Goan Taysu melanjutkan perkataannya: "Gadis itu sungguh mulia hatinya tidak boleh disamakan dengan orang-orang Hian kui kauw lainnya. Kali ini barang kali akan menanggung dosa atas perbuatannya yang sudah mengkhianati ayahnya dan perguruannya. mungkin agak sukar terhindar dari bahaya. Maka dikemudian hari Ho Sicu harus baik-baik perlakukan padanya." Ho Kie tundukkan kepala tidak menjawab, sedang hatinya berpikir Jie Peng ada begitu cinta terhadap diriku, beberapa kali ia telah turun tangan menolong, tanpa menghiraukan bahaya apa yang menimpa dirinya sendiri. Jika di ingat bagaimana kejamnya orang-orang Hian kui kauw. barangkali jiwanya kini ada terancam bahaya. Tapi, ia sendiri sekarang keadaannya masih lemah sekalipun hati ingin menolong si nona, percuma saja tidak mempunyai kemampuan. Ho Kie ada seorang yang berbudi luhur serta penuh cinta, terhadap kecintaannya Jie Peng, bagaimana ia tidak tahu. Maka akan ia ingat itu semua, air matanya lantas mengalir turun. Tiauw Goan Taysu lantas menghibur padanya. "Ho sicu harus pentingkan kesehatan sendiri, kita tidak boleh meneruti perasaan hati. Soal membalas budi masih ada banyak waktu." "Aih! Lantaran urusanku seorang, dari sembilan partay sudah ada delapan yang kehilangan ketuanya didalam lembah kui kok." jawab Ho Kie sambil menghela napas. Gouw Ya Pa yang mendengarkan lalu nyeletuk: "Saudara Ho, perkatannmu ini salah, kau harus tahu bahwa mereka telah datang karena takut tanda pusaka Kiu hoan leng hal ini tidak bisa menyalahkan kau." "Tapi bagaimara dengan nona Jie Peng? Apa sebabnya ia membela aku? Pendak kata aku Ho Kie meski binasa masih belum mampu membalas budinya!" kata Ho Kie. "Saudaraku yang baik, jangan sekali-sekali kita berbicara tenang kematian. Apa yang kau ucapkan tadi sebetulnya sangat mudah dibereskn. Tunggu kalau lukamu sudah sembuh betul, kita pergi kepuncak gunung Sin-heng, minta kepada Dit cie Sin liong locianpwee supaya mau mengajari ilmu silat yang ada didalam kitab bagian pertama. Lalu kita balik lagi ke lembah Kui kok. bunuh habis semua orang Hian kui kauw dan tolong diri nona Jie Peng, kemudian kawin padanya. Bukankah sudah beres ?" Ho Kie selagi hendak berkata. tiba-tiba terdengar suara orang ketawa kemudian disusul oleh munculnya dua orang didalam kuil tua. Tiauw Goan Taysu mengira ada orang-orangnya Hian kui kauw yang datnng hendak menantikan mereka, maka bersama Ho Kie dan Gouw Ya Pa, hampir dalam saat berbareng telah melancarkan satu serangan yang hebat. Tapi kedua orang itu tidak menyingkir atau berkelit, bahkan maju menghampiri mereka dengan kecepatan bagaikan kilat. sudah menyekal pergelangen tangan Tiauw Goan Taysu kemudian berkata dengan suara perlahan, "Taysu jangan kaget. akulah yang datang." Sehabis berkata lantas keluarkan ketawanya bergelak-gelak. Ketika ketiga orang itu menegasi lantas pada berdiri melongo. Oo0dw0ooO KIRANYA ORANG YANG menyekal tangan Tiauw Goan Taysu tadi adalah seorang tua yang berambut putih. tapi mukannya masih kelihatan merah segar. Orang tua itu memakai pakaian ringkas warna kelabu, alisnya jang putih meletak itu panjang sekali hingga hampir menutupi matanya. Tongkat kanannya lebih panjang dari pada tangan kirinya. Dengan mata yang tajam ia mengawasi ketiga orang didepannya. Ketiga orang itu tidak kenal pada orang tua yang baru datang itu. Selagi mereka masih pada merasa keheranheranan, dibelakang orang tua itu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa: Gouw Ya Pa yang adatnya tolol beranggasan tidak memikirkan apa yang akan terjadi, sudah lantas lompat mau menghajar orang yang ketawa barusan. Tapi. . . ketika melihat siapa orangnya ia bengong sejenak, kemudian berseru: "Saudara Ho, apakah orang ini bukannya nona Lim Kheng yang kau pikiri siang hari malam?" Pada saat itu. Ho Kie baru bisa melihat tegas bahwa orang tua itu memang bukan lain Lim Kheng adanya, dengan girang ia lantas berseru: "No. . .." Lim Kheng tidak menantikan Ho Kie melanjutkan pertanyaannya, dengan wajah merah jengah ia menegur: "Saudara Ho Kie, kau bagaimana sih !" Ho Kie mengerti, maka ia lantas merubah perkataannya. "Lim. . .Lim Hiantee, apa selama ini kau ada baik?" Lim Kheng lalu menjawab sambil kedipkan matanya: "Apa saudara Ho juga baik-baik saja ?" Ho Kie menanya pula sambil menunjuk si orang tua beralis putih: "Cianpwee ini apakah. . .." Dengan cepat Lim Kheng menjawab, "Oh, ia. . . Aku belum perkenalkan kepada kalian. Ini adalah suhuku." Ia lalu menunjuk, Ho Kie dan berkata kepada suhunya. "Ini adalah Ho Siaohiap, Ho Kie." Ho Kie juga diperkenalkan Tiauw Goan Taysu dan Gouw Ya Pa kepada Cit-cie Sin ong. Orang tua itu lalu berkata; "Aku siorang tua pernah mendengar Kheng-jie berkata bahwa kau ingin pergi ke Kui kok untuk menuntut balas sakit hati ayahmu. Sayang aku datang terlambat, sampai Taysu sekalian mengalami kesulitan. Harap Taysu dapat memaafkan." Kemudian ia berkata kepada Ho Kie, "Kau sungguh sangat berani. Dengan seorang diri berani menerjang Kui kok, benar-benar nyalimu tidak dapat dibandingkan dengan orang biasa, cuma. . . ." Ho Kie tidak menantikan orang tua itu berkata sampai habis, ia segera memotong: "Boanpwa bukan tidak tahu akan kekuatan diri sendiri, karena Cian-tok Jin Mo itu dengan Boanpwee mempunyai permusuhan yang sangat dalam. Boanpwee juga tahu bahwa diri sendiri tidak bisa menandingi dia, tapi Boanpwee baru merasa puas jika sudah menyerbu Kui kok sekalipun harus mengorbankan jiwa." "Apa dengan tindakanmu ini tidak menyia-nyiakan harapan dari ayahmu dialam baka?" Ho Kie tidak bisa menjawab, ia berdiri sambil menundukkan kepala. Tiba-tiba ia ingat kembali akan kematian ayah dan suhunya maka dengan tidak terasa lagi air matanya mengalir deras. Cit cie Sin ong melihat keadaan yang mengharukan demikian, lalu menghela napas berulang-ulang. kemudian berkata pula, "Urusan sudah menjadi begini, sebaiknya tidak perlu menyalahkan kau, Lohu yang masih bertetangga dengan suhumu dan dengan Kheng-jie kau juga bersahabat, biarlah aku sekarang menbantukan supaya kau dapat mencapai maksudmu. Semua pelajaran terdapat dalam Hian kui pit kip bagian pertama lohu akan ajarkan kepadamu." Tetapi Ho Kie lantas menjawab: "Maaf Locianpwee, suhu boanpwee Toan-theng Lojin, sebelum menutup mata telah memerintahkan boanpwee menyelesaikan satu urasan besar. Sampai kini belum sempat Boanpwee melaksanakan, maka andaikata Boanpwce turut locianpwee ke Sin-hong, rasanya tidak tidak mempunyai hati untuk belajar, oleh karenanya mungkin akan mengecewakan jerih payah boanpwe. Tentang pelajaran ilmu silat itu, terpaksa boanpwe akan terima setelah boanpwe kembali dari Lam hay." "Aiyaa, kau sungguh berbakti. Toan-theng Lojin yang mempunvai murid seperti kau ini, aku percaya arwahnya dialam baka tentu merasa puas," kata Cit cie Sin ong sambil menghela napas. Ho Kie lalu berkata kepada Gouw Ya Pa: "Gouw-toako, kau boleh temani taysu ikut Cit cie Locianpwe pergi ke puncak gunung Sin hong untuk berdiam sementara waktu lamanya. Kalau nanti aku berdiam sementara lamanya. Kalau nanti aku sudah kembali dari Lam hay, nanti aku akan mencari kau lagi. . . ." Tetapi Gouw Ya Pa lantas menjawab sambil menggoyang-goyangkan tangannya: "Tidak bisa, tidak bisa kau mau suruh aku tinggal seorang diri, aku tidak mau. Kemana saja kau pergi aku mau ikut. Sekali pun kau pergi mati, aku juga mau turut terus..." Lim Kheng mendengar ucapan orang tolol itu yang mengoceh tidak keruan, lantas membentak! Gouw Ya Pa mendelikkan matanya dan berkata dengan suara gusar: "Ada urusan apa dengan kau lelaki palsu? Saudara Ho adalah sahabat karib. Aku boleh sesuka hati mengucapkan apa saja, ada hubungan apa dengan kau ?" Perkataan Gouw Ya Pa ini membuat Lim Kheng malu dan gusar, maka ia jadi sengit dan menyerang. Gouw Ya Pa yang diserang Lim Kheng. jatuh jungkir balik dan membentur tembok, tetapi Gouw Ya Pa segera lompat bangun lagi dan berkata pula dengan suara gusar: "Kau berani-berani permainkan aku? Apa kau kira Gouw Toayamu takut padamu?" Cepat-cepat ia mencabut pecutnya lalu dengan senjata ini ia menantang Lin Kheng berkelahi. Ho Kie yang menyaksikan keadaan demikian lalu menarik tangan Gouw Ya Pa. "Gouw Toako," katanya. "Kau benar-benar keterlaluan. Sedikit-sedikit hendak marah. Masih banyak urusan yang harus kita selesaikan dan nona Lim ini tokh tidak mengatakan apa-apa kepadamu, buat apa kau jadi gusar serupa ini ?" Tetapi Gouw Ya Pa yang hatinya masih mendongkol, lantas menjawab: "Kenapa dia maki-maki orang, aku Gouw Ya Pa tokh bukan anak kemarin sore ?" Ho Kie sudah mengetahui, memang begitu tolol adatnya sahabatnya ini, maka hanya bisa gelengkan kepala sermbari berkata, "Sudah, sudah. Aku ajak kau jalan sama-sama, jangan ribut-ribut lagi dengan nona Lim." Gouw Ya Pa baru kegirangan, lalu simpan kembali senjatanya. Lim Kheng yang masih mendongkol, lalu menarik tangan suhunya sambil berkata: "Suhu, mari kita pergi. Kelihatannya mereka tidak bisa ikut kita." Tapi Cit cie Sin ong lantas menjawab sambil tersenyum: "Kheng-jie. kau jangan marah dulu. Bocahh she Gouw itu tidak jahat, cuma adatnya agak kasar, lagi pula tolol." "Suhu masih mengatakan dia tidak jahat. tadi dia memaki Kheng-jie begitu rupa, nanti Kheng-jie akan hajar mulutnya sampai giginya rontok." "Kheng-jie jangan membawa adatmu sendiri, kalau kau tidak mau dengar perkataan suhumu, nanti suhumu tidak sayang lagi padamu." Lim Kheng justru paling takut kalau tidak disayang oleh Suhunya maka ketika mendengar ancaman suhunya itu lantas diam. Cit cie Sin ong lalu berkata kepada Ho Kie. "Begitu juga baik, kalau kau sudah kembali dari Lam hay, lekas datang ke puncak gunung Sin hong mencari aku, jangan membuang-buang waktu." Sehabis berkata begitu, bersama Tiauw Goan Taysu dan Lim Kheng meninggalkan kuil tua itu. Beberapa lama kemudian Ho Kie bersama Gouw Ya Pa juga berangkat menuju ke Lam-hay. Hari itu mereka tiba disatu kota dipantai laut. Kota itu sangat ramai. tapi Ho Kie tidak mempunyai kegembiraan menikmati keramaian kota, ia hanya mencari rumah penginapan untuk bermalam. Esok paginya setelah menanyakan kepada pelayan rumah penginapan tentang jalanan yang menuju ke Lam hay, lantas berlalu. Tiba-tiba dibelakangnya ada orang yang memanggil: "Ho Siaohiap, apakah kau hendak ke Lam-hay ?" Ho Kie terperanjat, mengapa ada orang yang tahu kalau ia hendak ke Lam hay? Ketika ia berpaling ternyata orang yang menegur padanya itu adalah Auw yang Khia. "Auw yang Cianpwce, mengapa kau juga berada disini ?" ia balik bertanya. "Aku barusan tanya kau, sekarang sebaliknya kau yang tanya aku. Sungguh bagus sekali perbuatan kalian, kabur keluar dari Kui-kok meninggalkan aku sendirian disana. hampir saja tulang-tulangku yang bangkotan ini hancur dilembah Kui kok." Ho Kie tidak bisa menjawab, mukanya merah seketika. "Kau.jangan kesal dulu." Auw Yang Khia berkata pula. "Masih ada soal yang mengenaskan, aku nanti beritahukan kepadamu. Hmm, asal kau jangan gelisah." "Auw Yang Cianpwee,..soal apakah ini?" Ho Kie bertanya. Auw Yang Khia lalu menceritakan bagaimana Jie Peng telah berhasil mencuri Leng-ki dan kemudian mengeluarkan perintah palsu untuk menolong Ho Kie dan kawankawannya keluar dari Kui kok. Setelah Ho Kie dan kawankawannya berlalu Cian-tok Jien mo lalu mengejar sendiri, tapi tidak berhasil menyandak diri mereka. Dalam gusarnya, ia lantas tangkap Jie Peng dan dimasukkan kedalam penjara. Ho Kie yang mendengar berita itu lantas naik darah. Tapi ia tahu bahwa saat itu meskipun ia kembali ke kui kok juga tidak ada gunanya, bahkan akan mengantar jiwa saja. Maka lalu berkata kepada Auwyang Khia : "Lo Cianpwee, kita sekarang hendak mencari perahu itu untuk ke Lam hay. Loo-cianpwee hendak kemana silahkan !" Tapi Auw yang Khia lantas menjawab sambil tertawa: "Ho Siaohiap, aku juga akan ke Lam-hay." "Apa ? Kau juga akan ke Lam-hay?" Ho Kie melengak. "Aku bahkan sudah menyediakan perahu untuk kalian." Ho Kie memandang Auw Yang Khia dengan sorot matanya penuh keheranan. "Apa kau tidak percava? Baiklah aku beritahukan padamu. Setelah aku kabur dari Kui kok, aku terus mengikuti jejakmu. Tadi malam ketika kau dan Gouw Ya Pa menumpang dirumah penginapan, aku lantas pergi kepantai menyewa satu perahu besar, untuk kita pakai belayar hari ini. Sekarang kau tentunya akan percaya ucapanku!" Ho Kie sangat girang. berulang-ulang ia berkata: "Locianpwee kau begitu baik terhadap aku, sungguh aku tidak tahu harus bagaimana aku membalas budimu ini." "Kita berkenalan bukan satu hari saja, apaka perlu bicara tentang budi? Mari kita jangan menyia-nyiakan waktu lagi kita segera berangkat." Bertiga lalu naik perahu yang sudah disewa oleh Auw Yang Khia lalu belayar. Dalam perjalanan di atas air itu. Auw-yang Khia dengan duduk dibagian kepala perahu sambil menenggak arak sepuas-puasnya. Ketika sang malam tiba, Auw Yang Khia masih saja belum mau masuk kedalam, nampaknya ia sudah mulai mabuk. Saat itu mendadak geledek berbunyi kemudian disusul oleh jatuhnya badai dan angin puyuh. Tapi, Auw Yang Khia tetap enak-enakan minum arak, tidak perdulikan datangnya hujan dan angin, seolah-olah itu semua tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan dirinya. Hujan dan angin makin lama makin lebat. Tukang perahu berusaha sebisa-bisanya untuk menahan perahunya jangan sampai terkena oleh ombak tapi nampaknya tidak berhasil. Setelan keadaan sudah sangat berbahaya sekali. tukang perahu lantas memanggil Ho Kie supaya ekas ajak Auw-yang Khia masuk kedalam. Ho Kie nampak orang tua itu sudah basah kuyup dengan air hujan, tapi nampaknya masih tidak ambil perduli, ia masih enak-enak minum araknya. Terpaksa Ho Kie pondong padanya dan setelah berada didalam, lalu disuruh tukar pakaiannya. Mendadak seperti ada benda keras menimpa badan perahu, kemudian disusul oleh suara tukang perahu yang memberikan peringatan. "Tuan-tuan...hati-hati...!" Tapi kemudian perahu itu lantas disapu oleh badai, setelah terdengar suara jeritannya tukang perahu, badan perahu itu lantas hancur berkeping-keping. Ho Kie hendak menolong kedua kawannya tapi sudah tidak keburu, maka lantas menyambar sepotong kayu yang mengembang diatas air. Meski mengamuknya badai itu tidak lama, tapi sudah tidak dapat menolong nasibnya tukang perahu itu. Ho Kie seorang diri terumbang ambing sambil peluki sepotong kayu dalam keadaan setengah pingsan. Tidak tahu sudah berapa lama sang waktu sudah berlalu tahu-tahu sinar matahari sudah kelihatan disebelah timur. Tatkala ia mendusin dan membuka matanya, ia telah dapatkan dirinya sudah menggelatak di pantai. Ia tahu saat itu ia masih belum aman. Ia ingin berduduk, tapi ketika menggerakkan tangannya ia merasa tidak bertenaga. Bahkan seperti terikat oleh tambang lemas. Ia merasakan mulutnya kering dengan susah payah ia baru keluarkan perkataannya: "Air, aku mau minum !" Lapat-lapat ia seperti mendengar suara orang berkata: "Hati2, dia sudah mendusin." Ia lantas merasa ada setetes air masuk ditenggorokannya. Air dingin itu telah membuat Ho Kie sadar benar-benar. Ia telah dapat kenyataan bahwa disekitarnya ada enam atau tujuh orang wanita muda dalam pakaian setengah telanjang. Rambutnya yang panjang dan hitam, kelihatan terurai melambai-lambai. Mendadak ia mendengar orang berkata: "Kalian gotong orang ini dan bawa kedalam rumahku." Ramai terdengar suara orang banyak, Ho Kie mendapatkan dirinya diletakkan diatas sepotong papan, tapi tidak begitu keras seperti papan biasanya. Ho Kie tidak merontak, ia membiarkan dirinya digotong. Tak antara lama, Ho Kie sudah digotong masuk kedalam sebuah kamar, ia lalu diletakkan diatas sebuah pembaringan yang empuk. Bau harum lantas menusuk hidungnya, ia merasakan sangat segar. Sekarang ia sudah sadar benar-benar, diam-diam telah mengeluh. Apa maksudnya kawanan wanita itu membawa dirinya kedalam kamar itu? Bau harum tadi sangat mencurigakan hatinya, entah apa namanya tempat ini? Dan sahabat Gouw Ya Pa serta Auw yang Khia apakah sudah mati tertelan oleh ombak? Apa yang mengherankan, ialah kenapa tidak tertampak barang satu orang laki-laki? Apakah itu suatu pulau kaum hawa seperti apa yang pernah ia dengar dari cerita orang? Kalau demikian halnya, ini sesungguhnya akan menyulitkan dirinya. Pikiran Ho Kie tidak keruan.. .. Tiba-tiba terdengar suara wanita yang dipinggir pantai tadi: "Melihat sikap kalian, tidak beda seperti kucing menemukan tikus. Orang tokh sudah dibawa masuk, perlu apa kalian berdiri disini?" Sebetulnya beberapa wanita itu sedang pada berebutan menonton diri Ho Kie. Mereka nampak ramai membicarakan diri Ho Kie, meski keadaan mereka setengah telanjang, tapi nampaknya tidak malu. Ketika mendengar perkataan tadi. agaknya mereka merasa takut maka lantas pada berlalu. Kembali terdengar suara itu lagi. "Kalian jangan cuma memikirkan baiknya saja, kalau yang satunya itu nanti sampai mendapat kesempatan meloloskan diri, hati-hati dengan tulang-tulangmu." Ho Kie terperanjat, dalam hatinya berpikir, dalam mulut mereka yang dikatakan yang satu tadi entah siapa orangnya? Gouw Ya Pa ataukah Auw yang Khia? Rasanya dua-duanya tidak mungkin, karena ketika perahu yang ditumpangi tadi malam telah hancur, ia masih ingat benar bahwa Gouw Ya Pa masih tidur menggeros, sedang Auwyang Khia masih dalam keadaan mabuk, bagaimana bisa ingat dirinya? Selagi Ho Kie memikirkan perkatan-perkataannya wanita tadi, tiba-tiba seorang dengan suara kasar berkata: "Hai! Kau sudah mendusin atau belum? Bagaimana enak-enakan tidur saja? Kita disini bukan rumah penginapan, lho?" Ho Kie tidak tahu suara kasar itu ditujukan kepada siapa, ia lantas bangun dan duduk, melihat kearah bicara orang tadi. Tapi ketika ia menampak keadaan orang itu, wajahnya merah seketika, hatinya berdebaran, buru-buru tundukan kepalanja. Kiranya orang yang suaranya kasar itu juga seorang wanita. Alisnya tebal, matanya lebar, badannya gemuk dan kulitnya hitam persis seperti tong leger, rambutnya mengurai panjang sampai dikibulnya. Seperti juga yang lainnya, wanita ini juga dalam keadaan telanjang. Sambil pentang lebar sepasang matanya yang gede, terus mengawasi diri Ho Kie. Wanita itu ketika melihat Ho Kie duduk dan lantas tundukan kepala serta tidak bicara apa-apa, bahkan memandang saja tidak berani, mendadak menjadi marah. Dengan suara yang keras dan kasar ia berkata pula: "Bocah! nonamu sedang bicara dengan kau, kau dengar apa tidak? Mengapa kau tidak menggubris?" Ho Kie masih tidak berani angkat kepala hanya gerakan sedikit badannya lantas menjawab: "Nona ada disini, aku merasa kurang leluasa. Harap nona keluar dulu, aku baru menjawab pertanyaan nona." Wanita itu ketawa geli. "Kau hendak berbuat apa suruh aku keluar? Apa hendak kabur ?" "Nona jangan salah mengerti, aku sekali pun ada mempunyai pikiran itu, ditempat yang masih asing ini, sekalipun ada sayap juga lidak bisa terbang. Harap nona jangan kuatir." "Kalau begitu apa sebabnya?" "Tidak apa-apa, cuma kalau nona ada disini aku merasa tidak leluasa saja." "Apa yang tidak leluasa? Tocu kita suruh aku bawa kau kekamar penjara untuk diperiksa, Perlu apa bicara leluasa atau tidak ?" Ho Kie menampak wanita itu ngotot membawa caranya sendiri, dalam hati merasa mendongkol, maka lantas berkata dengan sengit: "Aku maksudkan, kau tidak memakai pakaian, aku tidak enak melihat kau, kau sudah mengerti atau tidak !" Tapi wanita itu malah ketawa terkekeh-kekeh. "Kau ini sungguh keterlaluan." katanya dengan terangterang, "kuberitahukan padamu, pulau kami ini semua penduduknya adalah kaum wanita, tidak pernah melihat orang lelaki. Kedatangan kalian berdua adalah untuk pertama kalinya ini. Kami sejak kanak-kanak sudah biasa dalam keadaan begini, apa yang tidak enak atau leluasa ?" Ho Kie yang mendengar keterangan wanita itu, merasa setengah percaya dan setengah tidak, dalam hatinya berpikir tapi barusan ketika berada dipantai, sebetulnya memang tidak pernah melihat ada satu orang laki-laki kalau tidak bagaimana mereka bisa tidak kenal malu seperti ini? Memikir sampai disitu, Ho Kie cuma bisa gelengkan kepala dan lantas turun dari pembaringan. Sebentar lagi tiba-tiba ia sudah diserbu oleh 5-6 orang yang membawa pergi dirinya. Ho Kie coba memberontak, tapi badannya merasa lemas tak bertenaga maka terpaksa mudah dibawa oleh mereka. Sebentar kemudian Ho Kie telah tiba disatu ruangan besar, ia didudukan diatas sebuah kursi, wanita wanita yang membawa dirinya itu lantas pada berlalu. Ruangan itu dihiasi sangat mewah, terutama gambargambar yang tergantuhg didinding, semua merupakan buah tangannya ahli seni lukis yang terkenal. Dibawah digelari permadani hijau muda, begitu pula semua meja dan kursinya juga berwarna hijau muda. Selain dari itu, dalam ruangan itu ada tersiar bau harum menyegarkan semangat. Ditengah tengah ruangan, diatasnya sebuah kursi besar, ada duduk seorang wanita muda berusia kira-kira dua puluh tahun, sedang mengawasi padanya sambil bersenyum. Wanita itu berbeda dengan yang lain ia mengenakan pakaian sutera putih, alisnya lentik. bibirnya kecil merah, matanya hitam jeli cantik menarik dilihatnya. -oo0dw0oo- Jilid 13 HO KIE saja yang memandang sejenak, hatinya lantas merasa berdebaran, hingga tidak berani memandang lagi. Wanita itu memanggil Ho Kie, baru membuka mulutnya berkata, "Kongcu datang dipulau kami, mendapat perlakuan selayaknya, harap Kongcu tidak kecil hati." Ho Kie tidak bisa menjawab. Dalam hatinya diam-diam berpikir, wanita ini sungguh cantik sekali, budi bahasanya juga sangat sopan santun, adakah mungkin ia sebangsa peri. Berpikir sampai disitu Ho Kie menggigil dan tak berani memandang wajah sinona. Wanita itu ketika menampak Ho Kie tundukkan kepala tidak menjawab perkataannya telah menduga Ho Kie tentu merasa malu karena disekitarnya ada banyak wanita muda dalam keadaan setengah telanjang. Maka buru-buru memberi isyarat kepada orang-orangnya sambil berkata: "Kalian mundur dulu, kalau aku tidak panggil jangan sembarangan masuk." Setelah orang-orang bawahannya berlalu, wanita itu berkata pula: "Sudah, sekarang mereka sudah pergi semua kau tak usah malu lagi. Dipulau kami ini, kecuali tidak ada orang lelakinya, yang lainnya tak ada yang kelewat aneh." Hok Kie angkat kepala perlahan setelah mengawasi wanita yang sangat misterius itu sejenak, baru menjawab: "Aku yang rendah bernama Ho Kie, hendak pergi ke Lam hay, apa mau dikata telah terdampar oleh badai, sehingga perahunya pecah. Aku yang rendah sangat bersyukur telah mendapat pertolongan tocu, disini aku ucapkan terima kasihku." Ho Kie Coba berdiri hendak memberi hormat. siapa nyana baru saja bergerak, dalam badannya merasa sakit sekali sehingga ia urungkan berdiri. Wanita itu buru-buru berbangkit menghampiri Ho Kie, lalu ulur tangannya diletakan diatas pundak Ho kie dengan suara seolah-olah orang yang sedang merayu ia berkata. "Kongcu jangan bergerak dulu. ketika kau kecebur kedalam laut, sudah lima hari lima malam berada didalam air, Maka tentu saja lantas merasa sakit dadamu kalau mau bergerak." Ho Kie pikirannya lantas bekerja wanita ini mengapa tahu begitu banyak, apakah ia juga seperti mengerti ilmuu silat ? Apa yang diduga oleh Ho Kie tidak salah wanita muda itu bukan cuma pandai ilmu silat saja. bahkan ilmu silatnya tinggi sekali. Ketika Ho Kie terdampar dipulau itu dan dapat ditolong oleh orang-orangnya, begitu melihat ia sudah tahu bahwa pemuda itu adalah seorang gagah yang berkepandaian tinggi. maka tidak menunggu sampai Ho Kie sadar, diam-diam sudah dikerjai, maka Ho Kie merasa lemas sekujur badannya, kalau bergerak sedikit saja lantas merasa sakit. Wanita itu ketika menampak wajah Ho Kie berubah. lantas mengerti apa yang sedang dipikiri, tapi ia tidak berkata apa-apa. Dengan tindakan perlahan ia balik lagi ke tempat duduknya, lalu berkata pula: "Kongcu jangan takut. Penduduk dipulau ini bukan sebangsa peri atau iblis, cuma mereka sejak kecil dibesarkan dalam pulau tanpa laki-laki, tidak pernah melihat orang laki-laki lebih-lebih tidak kenal urusan suami-isteri, maka jadi tidak kenal perasaan malu. Sebetulnya ini juga tidak apa-apa, harap Kongcu legakan hatimu." "Aku ada sesuatu urusan, ingin bertanya kepada tocu. . . ." menyahut Ho Kie sambil anggukan kepala. tapi perkataannya itu lantas dipotong oleh si nona. "Kita semua adalah orang yang mengerti pelajaran ilmu silat, maka Kongcu tak usah terlalu merendah. Kongcu kalau ingin menyatakan apa-apa, harap bicara saja terus terang supaya kita bisa merundingkan bersama." Aku sudah ditolong oleh tocu, budi ini aku tidak bisa lupakan, Tapi entah apa sebabnya setelah aku sadar, telah dibikin tidak berdaya, apakah ini memang merupakan sesuatu peraturan memperlakukan tetamu dari pulau tocu ini ?" Wanita itu agaknya tidak merasa kaget dari atas pertanyaan Ho Kie, bahkan menjawab sambil ketawa: "Kongcu, jangan gusar, ini adalah perbuatannya orangorangku itu yang tidak kuketahui pada sebelumnya. Sebentar aku pasti suruh mereka minta maaf kepada kongcu. Ada suatu hal yang ingin aku menyatakan, tapi rasanya susah membuka mulut. Asal kongcu terima baik semua urusan mudah dirundingkan," "Asal aku Ho Kie mampu melakukan, seharusnya aku suka memberi bantuan, harap tocu sebutkan saja." Sepasang mata wanita itu memandang Ho Kie dengan tidak berkedip, wajahnya nampak merah seringah, tiba-tiba tundukkan kepalanya, nampaknya sangat malu untuk membuka mulut. Ho Kie yang menyaksikan sikapnya wanita itu, dalam hatinya juga timbul rasa heran, tetapi ia hanya sebentar saja lantas berkata: "Tocu hendak memerintahkan apa? Silahkan." Setelah didesak oleh Ho Kie, wanita muda itu rupanya baru tersadar, kemudian baru kembali kepada keadaan semula. "Urusanku ini mudah sekali. Asal kau mempunyai hati jujur. segera bisa dilaksanakan. Kalau kau sudah terima baik soal ini, aku tanggung kau akan dapat mencicipi segala kesenangan dunia," demikian si nona berkata sambil melirik Ho Kie. Ho Kie yang diperlakukan secara demikian, hatinya berdebaran, ia menundukkan kepala, tidak bisa menjawab. iba-tiba terdengar suara si nona pula, "Bagaimana? Apa kau tidak sudi ?" Ho Kie didalam hati berpikir. Wanita ini sebenarnya mau apa? Mengapa tidak mau menjelaskan persoslannya secara terus terang. Berpikir demikian ia lantas menjawab: "Tocu masih belum menjelaskan persoalannya bagaimana aku sudi atau tidak menerima tocu sudah ketahui?" Wanita itu melirik kepada Ho Kie kemudian berkata sambil gertak gigi: "Baiklah aku jelaskan padamu Kongcu. Aku berdiam di pulau ini sudah beberapa puluh tahun, selamanya belum pernah ada orang laki-laki yang datang kemari. Beberapa hari berselang, setelah angin puyuh mengamuk, anak buahku telah memberikan laporan bahwa banyak papan dan barang-barang yang mengapung diatas permukaan laut. Kala itu aku lantas berpikir. tentu ada perahu yang hanyut atau tenggelam, maka aku lantas menyuruh mereka memeriksa diseluruh pulau untuk mencari jika ada orang yang terdampar di pulau ini. Benar saja. mereka lantas memberi laporan pula bersama seorang laki-laki kasar hitam. Ini seolah-olah ada pemberian dari Tuhan yang merasa kasihan kepada umatnya yang hidup tersendiri dipulau ini, sehingga telah mengantarkan kau kemari. kalau kau suka berjanji mau berdiam disini, aku tidak akan mengecewakan kau. Aku rasa kau tentunya tidak akan menampik," Sehabis berkata, nona itu lantas unjukkan ketawanya yang menggiurkan. tetapi Ho Kie lantas menjawab sambil menggoyangkan tangannya. "Tocu terhadap diriku yang merendah telah membuang budi yang sangat besar, budi ini dikemudian hari pasti akan kubalas.. . Tetapi kalau tocu menyurah aku tinggal disini, ini bagiku merupakan soal yang berat, sebab aku masih ada dendam sakit hati atas kematian ayahku yang sampai sekarang masih belum bisa dibalas. Disamping itu, juga pesan suhuku untuk menyelesaikan satu urusannya juga belum kulaksanakan, maka dalam hal ini aku harap agar Tocu suka memberi maaf." Wanita itu lantas nyeletuk: "Semua urusan ini tidak perlu Kongcu urus sendiri. Beritahukan saja nama dan alamatnya musuhmu itu, nanti aku akan menyuruh orang-orangku pergi untuk menyelesaikan. Harap Kongcu tidak usah banyak pikiran." "Urusan ini hanya aku sendiri yang dapat melaksanakan, kalau meminjam tangan orang lain, sudah tentu akan gagal, maka harap tocu memberi maaf saja." Wanita muda itu melihat Ho Kie bersikap keras, tidak mau menerima permintaannya, maka lantas memberi perintah kepada orang-orangnya membawa keluar kawan Ho Kie yang turut ditawan disitu juga. Sebentar kemudian, rombongan wanita muda telah menggotong seorang lelaki yang terikat kencang, kemudian dilemparkan ketengah ruangan. Ketika Ho Kie menegasi, lelaki yang dilemparkan itu bukan lain adalah Gouw Ya Pa. Melihat Ho Kie juga berada disitu. Gouw Ya Pa lantas uring-uringan: "Saudara Ho, aku tidak tahu, kawanan perempuan liar ini pada menggunakan ilmu gaib apa. sehingga ilmuku sendiri menjadi tidak berguna lagi. . ." Ho Kie kuatirkan kawannya yang tolol ini nanti mengacau belo tidak karuan. maka lantas pendelikan matanya supaja ia jangan banyak bicara. Gouw Ya Pa mengerti, Maka ia lantas menutup mulutnya. Wanita muda itu lantas berkata kepada Ho Kie dan Gouw Ya Pa berdua. "Ho Kongcu orang ini barangkali juga kau kenal." "Benar, ia adalah sahabatku." jawab Ho Kie "Kalau bsgitu, soal ini mudah sekali dipecahkan. Tapi bukankah kau mengatakan bahwa masih ada urusan yang masih belum kau selesaikan? Sekarang aku mendapat suatu cara yang paling baik, asal kau setuju. aku boleh mengantar pulang sahabatmu ini dan urusanmu itu dipasrahkan saja padanya. suruh dia yang membereskan." "Dalam hal apa saja aku suka menerima tetapi hanya dalam soal ini aku tidak dapat menyetujui." jawab Ho Kie. "Demikian juga dengan aku. segala apa bisa dibereskan. hanya tidak akan membiarkan kau berlalu dari pulau ini." wanita itu juga kukuh. Ho kie melihat si nona kukuh hendak memendam ia dalam pulau itu, maka ia segera berkata dengan suara gusar: "Mengapa Tocu memaksa orang yang sedang berada dalam kesulitan? Aku sekalipun harus binasa,tidak nanti akan menurut permintaanmu." Wanita muda itu tertawa terkekeh-kekeh. "Aku tidak takut kau tidak menurut, kalau kau tidak percaya, tunggulah saja. sekali pun kau mempunyai dua sajap juga jangan harap bisa keluar setengah tindak saja dari pulau ini." Setelah berkata, ia lalu gapaikan tangannya orangorangnya dan memerintahkan supaya pemuda itu dikurung dalam kamar tahanan. Rombongan wanita muda itu dengan cepat telah bertindak. mereka menggotong dirinya Ho Kie dan Gouw Ya Pa kesebuah rumah batu yang letaknya tidak berjauhan dengan pantai laut. PADA saat itu, hari sudah gelap Ho Kie dan Gouw Ya Pa yang ditutup dalam kamar batu itu, sudah merasa agak dingin, ketika hendak bersemedi untuk melawan hawa dingin ternyata jalan darahnya sudah tertotok. "Saudara Ho, nasib kita sesungguhnya sangat jelek dalam waktu beberapa hari ini, rupa-rupa kejadian yang sial telah menimpa diri kita, dan sekarang kembali terjatuh kedalam tangan kawanan kaum wanita liar ini." berkata Gouw Ya Pa. "Gouw toako biar bagaimana kita harus bersabar, jangan sembarangan bertindak, kita sudah tertotok jalan darah kita, kalau kita salah bertindak. akibatnya lebih hebat." Ho kie menasehati. Gouw Ya Pa pikir perkataan Ho Kie itu memang benar sekalipun ia mempunyai ilmu kebal tapi sekarang dalam keadaan tidak berdaya, dan juga tidak ada gunanya. Bahkan kalau sampai menimbulkan kegusaran para wanita itu, salah-salah bisa mati konyol. Maka ia lantas bertanya kepada Ho Kie. Ho Kie, saat itu sebetulnya juga sudah tidak berdaya, terpaksa cuma menghela napas. dan menjawab dengan perlahan: "Terpaksa kita melihat peruntungan kita sendiri bagaimana, siapa tahu kalau masih ada harapan!" Mendadak pintu terbuka, lalu disusul oleh suara seorang wanita: "Ho kongcu bolehkah aku masuk untuk beromongomong?" Ho Kie dengar seperti suara wanita lagi, maka ia segera menjawab: "Asal nona tidak takut badanmu kotor silahkan masuk saja." Kamar batu itu biasanya untuk menyekap orang yang membuat salah maka didalamnya tak ada perlengkapan apa-apa. Wanita muda itu ketika berada didalam. lalu mencari tempat sembarangan untuk duduk, lantas berkata pada Ho Kie. "Dengan demikian kita berlaku tidak pantas terhadap kongcu, harap kongcu tidak kecil hati." "Mana bisa begitu, aku yang rendah sudah ditolong oleh nona, sehingga tidak binasa didalam laut, untuk mengucapkan syukur dan terima kasih saja rasanya masih belum cukup!" Wanita itu perdengarkan suara ketawanya yang manis. "Aku sengaja menengoki kau, apakah kongcu merasa betah berada didalam tanah ini? Barusan permintaanku terhadap kongcu, harap kongcu suka pikir baik-baik, besok saja kau beri jawabannya." berkata wanita. itu, yang lantas memandang Ho Kie dengan sorot mata yang mengandung arti. Kemudian lantas berbangkit dan meninggalkan kamar itu. Ho Kie tundukan kepala tidak berkata apa-apa. Sebenarnya ia merasa sangat jemu terhadap kelakuan wanita yang terus menerus mengganggu. Gouw Ya Pa yang menampak kawannya begitu kesal, memberi nasehat padanya: "Saudara Ho, kau terima baik saja permintaannya! Kalau dia sudah melepaskan aku nanti, aku datang lagi untuk menolong dirimu. Kalau tidak, kita berdua tak ada yang hidup satupun." Perkataan Gouw Ya Pa ini benar telah membuat sadar pikiran Ho Kie maka ia lantas berkata; "Benar, kalau kau tidak katakan, aku tidak tahu akan akal ini, besok aku akan bicara padanya." Dua orang itu selagi enak ngobrol, tiba-tiba terdengar suara nyaring, kemudian muncul diri seorang. Ho Kie mengira orang yang datang itu adalah itu wanita muda, selagi hendak berkata tiba-tiba ia melongo mengawasi orang yang datang itu. Kiranya orang yang baru muncul itu adalah si pencuri sakti Auw yang Khia. Dalam keadaan demikian Ho Kie bertemu dengan Auw-yang Khia, bukan main girangnya. "Saudara Ho, ini bukankah Auw-yang locianpwee? Sekarang kita telah tertolong." begitulah Gouw Ya Pa lantas berseru ketika munculnya orang tua itu. Auw yang Khia buru-buru taruh telunjuk dimulutnya, untuk memberi isyarat supaya mereka jangan berisik. Setelah berada didalam, ia lantas rapatkan pintu, baru mendekati Ho Kie dan berkata dengan suara perlahan, "Ho Siaohiap bagaimana nona-nona ini tokh boleh juga ? Ha ha !. . ." Ho Kie membiarkan dirinya digoda, ia balas bertanya: "Locianpwee bagaimana bisa terlepas dari bahaya ?" "Kau jangan cemas, nanti aku ceritakan dengan perlahan," jawab orang tua itu sambil tersenyum, Kiranya, ketika badai mengamuk hebat, Auw-yang Khia sedang mabuk arak. Tapi ketika terdampar oleh air laut, ia telah tersadar. Dan ketika melihat perahunya sudah pecah serta dirinya telah ditelan ombak, keinginan untuk hidup telah membuat ia terus berusaha mencari potongan kayu. setelah mendapatkan kayu pecahan perahu, dengan itu ia terus mengambang di atas lautan. Di lautan ia terumbang ambing tiga hari tiga malam lamanya. seperti juga Ho Kie, ia juga terdampar ke pulau kaum Hawa itu. Ia juga melihat bagaimana ketika Ho Kie dan Gouw Ya Pa ditolong dan dibawa pergi oleh gerombolan wanita muda itu. Ia kuatir dirinya dapat dilihat oleh kawanan wanita itu, maka dengan sisa kekuatannya tenaga yang masih ada, ia coba selulup didalam air. Kira-kira setengah jam lamanya, ia baru berani muncul lagi. Setelah dapat kenyataan kawanan wanita muda itu sudah berlalu, ia baru berani muncul lagi dan mencari tempat untuk sembunyikan diri. Ditempat sembunyinya ia mencari buah-buahan untuk tangkal perutnya dan tempat tidurnya diatas pohon. Ketika ia bangun, ternyata itulah hampir malam. Ia buru-buru lompat turun, memakai pakaiannya, dan coba atur pernapasannya ternyata tidak mendapat halangan suatu apa, hingga hatinya mulai merasa lega. Mendadak ia ingat diri Ho Kie dan Gouw Ya Pa, bakankah dibawa pergi oleh kawanan kaum wanita itu ?" Auw-yang Khia bisa mengambil keputusan dengan cepat, sebentar saja sudah tiba di sebuah perkampungan. Dengan akalnya yang cerdik akhirnya ia dapat menemukan tempat tawanannya Ho Kie dan Gouw Ya Pa. Disekitar batu itu berputar-putaran sambil mencari pikiran untuk menolong diri Ho Kie dan Gouw Ya Pa. Kebetulan pada saat itu teorang wanita muda dengan anak kuncinya yang khusus dibuat telah memasuki kamar tawanan, setelah agak lama berdiam didalam, lalu keluar. Sebagai seorarg pencuri ulung, dengan mudah saja Auwyang Khia dapat mengambil anak kunci dari tangannya wanita yang sedang bertugas itu. Begitulah ia akhirnya dapat masuk ke kamar tahanannya Ho Kie dan Gouw Ya Pa. Setelah mendengarkan cerita Auw-yang Khia. Goaw Ya Pa lantas berkata: "Locianpwee, dengan sejujurnya aku Gouw Ya Pa semula tidak menandang mata atas perbuatanmu sebagai pencuri itu, tapi kali ini aku sungguh merasa sangat kagum atas kecerdikanmu." "Kepandaian yang cuma sebegitu saja apa lagi artinya, Kau terlalu memuji " jawab Auw-yang Khia sambil ketawa. "Auw-yang Cianpwee, sekarang sudah masuk, tapi sebaiknya cianpwee mencari akal lagi bagaimana supaya kita bisa lolos dari sini." kata Ho Kie. "Hal ini tidak usah kalian kuatirkan. Aku sudah siap. . , ." "Apa? Kau sudah siap hendak lari dengan kita?" tanya Gouw Ya Pa kaget. Dengan tidak memikirkan keadaan sendiri ia lantas hendak berdiri. Tetapi baru saja ia bergerak, lantas ia menjerit dan lantas roboh pingsan. Auw-yang Khia tidak mengetahui apa sebabnya ia hanya mengira bahwa Gouw Ya Pa mendapat sakit keras. maka sesaat itu ia serdiri tertegun. Ho Kie cepat-cepat memberikan keterangannya. "Locianpwee, Gouw toako bukan karena sakit, dia sama keadaannya dengan boanpwee entah dengan cara bagaimana jalan darah kita telah dikuasai. Begitu bergerak lantas merasakan sakit sekali. Barusan Gouw toako karena menggunakan tenaga terlalu banyak, maka lantas jatuh pingsan. Sebentar dia pasti bisa siuman sendiri." Auw-yang Khia coba membuka totokan mereka, ternyata telah berhasil. Ho Kie dan Gouw Ya Pa lantas berdiri keduanya, setelah menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, begitu pula jalan pernapasannya, ternyata sudah tidak ada halangan apa lagi, maka legalah perasaan hati mereka. Auw-yang Khia segera mengajak Ho Kie dan Gouw Ya Pa lantas berlalu tetapi Ho Kie lantas memegang tangan Auw-yang Khia sembari berkata: "Sabar dulu, para wanita yang menjaga disekitar rumah ini, mungkin akan mengetahui semua gerakan kita." Gouw Ya Pa juga tidak menantikan sampai siorang itu menjawab lantas sudah nyeletuk: "Saudara Ho. kau sebetulnya terlalu hati-hati. Dulu aku Gouw Ya Pa tertotok jalan darahku oleh orang-orang perempuan itu, sehingga tidak berdaya terhadap mereka tetapi sekarang aku sudah bebas, kalau mereka mau cobacoba merintangi aku nanti akan menghajar mereka dengan pecut bajaku ini supaya mereka juga tahu rasa !" "Auw-yang Khia yang mendengar Gouw Ya Pa nyerocos terus, cepat-cepat berkata sambil goyangkan tangannya: "Jie-wie jangan terlalu ribut. Tempat yang sebetulnya tidak ada orang. kalau saudara Gouw begitu ribut, bukanlah berarti menarik perhatian mereka? Ji-wie tidak usah gelisah. wanita yang menjaga disekitar kamar tahanan satu persatu telah kubikin tidak berdaya. Kita boleh jalan dengan leluasa." Orang tua itu lalu memimpin kedua kawanannya dan diam-diam mereka meninggalkan kamar tahanan tersebut. Belum jauh mereka berjalan tiba-tiba terdengar suara riuh. "Celaka, kedua orang itu sudah kabur. Lekas laporkan kepada Tocu!.. ." Suara itu lantas disusul dengan suara tanda bahaya. Sebentar seluruh pulau itu sudah menjadi ramai sekali. Ho Kie bertiga ketakutan mereka lari semuanya kedalam rimba. Sekali hendak bersembunyi mendadak terdengar suara bentakan: "Manusia goblok yang tidak tahu diri. Apakah kalian ingin cari kematian?" Ho Kie lalu memasang matanya, yang bicara itu ternyata adalah perempuan muda yang sekarang sedang berdiri didepannya sejauh kira-kira satu tombak. Ia mengawasi ketiga orang itu dengan wajah dingin. Ho Kie mundur tiga langkah lalu berkata: "Nona jangan terlalu mendesak. Harus kau ketahui bahwa Ho Kie juga bukan sembarang orang yang boleh kau perlakukan seenaknya saja." "Nonamu justru kepingin tahu sampai dimana kepandaianmu. kalau kau tahu gelagat lekas balik kekamar batu kalau tidak, berarti mencari mampus sendiri." "Adakah nona yakin benar kalau usaha nona itu akan berhasil?" "Dalam pulauku ini ada satu ketentuan orang-orang yang datang kepulau ini, barang siapa yang menurut kehendakku hidup, dan yang melawan berarti mati. Nonamu tidak percaya kau mempunyai sayap bisa terbang dari sini," kata si nona dengan mata melotot. Menampak sikap si nona yang membawa caranya sendiri. Ho Kie juga menjadi tidak senang, maka ia lalu menjawab. "Aku si orang she Ho kepingin melihat kepandaian nona, aku kepingin coba, bisa keluar dari pulau ini atau tidak?" Sehabis berkata, ia memberi isyarat kepada Auw-yang Khia dan Gouw Ya Pa supaya masing-masing siap sedia. Wanita itu dengan tanpa bicara apa-apa lagi, lantas maju kira-kira lima tindak didepannya Ho Kie kemudian menyerang dengan tangannya. Ho kie menyaksikan serangan wanita itu begitu ganas, tidak berani menyambuti, buru-buru mengelakkan dirinya dari serangan tersebut. Tetapi kasihan bagi Gouw Ya Pa yang berdiri dibelakang Ho Kie. Ia mengira Ho Kie akan menyambuti diri. hingga serangan wanita itu dengan telak mengenakan dirinya. sampai ia terpental satu tumbak jauhnya dan jungkir balik. Kalau ia tidak mempunyai ilmu kebal. niscaya sudah binasa seketika itu juga. Dengan wajah dan badan penuh debu, Gouw Ya Pa segera melonpat bangun, kemudian menerjang ke arah si wanita sambil berkata dengan gusarnya. "Perempuan liar, kau berani menghina orang, aku Gouw Ya Pa kepingin mencoba sampai dimana kepandaianmu." begitu berkata lantas hendak mengeluarkan senjata pecut bajanya. tapi ternyata pecutnya sudah tidak ada ditempatnya. Kiranya pecut Gouw Ya Pa sudah terbawa oleh ombak ketika terjadi kecelakaan dilaut betul-betul lucu lagaknya si tolol. Wanita itu rupanya tidak mau memberi hati kepada lawannya, begitu melihat Gouw Ya Pa tercengang lalu maju menyerang lagi. Serangan itu hebat sekali, Gouw Ya Pa hendak menyingkir, tapi sudah tidak keburu. Selagi dalam keadaan sangat berbahaya, Ho Kie, dari samping dengan menggunakan kekuatan tenaga dalamnya, menyambuti serangan wanita itu. Ketika kekuatan itu beradu, lalu menimbulkan suara gemuruh, batu-batu dan daun-daun pohon pada berterbangan, Sedang badannya Gouw Ya Pa yang turut kesambar anginnya juga tidak bisa berdiri tegak dan jatuh di tanah. Ho Kie merasa dadanya bergolak, mulutnya menyemburkan darah segar. Wanita itu yang maksudnya hendak membinasakan diri Gouw Ya Pa tidak nyana mendapat perlawanan begitu hebat dari Ho Kie, Untung ia berlaku gesit, sebelum serangan Ho Kie mengenakan dirinya dengan telak sudah mundur beberapa tindak sehingga terhindar dari kematian, Tapi tidak urung serangan Ho Kie, ia sendiri juga lantas terpental sejauh satu tombak lebih, lantas duduk sambil menyemburkan arah dari mulutnya. Ho Kie buru-buru menghampiri Gouw Ya Pa untuk menanyakan keselamatannya. Ketika menampakkan pemuda tolol itu tidak terluka apa-apa baru merasa lega. Tapi apa yang disaksikan pada saat itu? Kiranya ada beberapa ratus wanita penduduk pulau tersebut, ketika menampak tocunya terluka, setiap orang nampaknya sangat gusar dengan membawa anak panah dan gendawa. mereka telah mengurung diri Ho Kie bertiga. Ho Kie yang menyaksikan keadaan demikian, diamdiam mengeluh. Kalau kawanan wanita itu nanti benarbenar melepaskan anak panahnya bagi Gouw Ya Pa yang mempunyai ilmu kebal masih tidak mengapa. tapi ia sendiri dan Auw Yang Khia pasti akan terpanggang dibawah hujan panah itu. Mengingat akan diri Auw Yang Khia. ia lantas berpaling mencari orang tua itu, tapi ternyata sudah tidak kelihatan batang hidungnya, Ho Kie semakin cemas. "Saudara Ho. perla apa kau merasa gelisah, ilmu kebalku justru dapat digunakan untuk menghadapi senjata anak panah ini. Masih ada aku disini, perlu apa takut?" Dalam keadaan terpaksa, Ho Kie lalu panggil Gouw Ya Pa, mereka lalu berdiri saling membelakangi, Jika benar kawanan wanita itu nanti menghujani anak panah Ho Kie akan melindungi depannya dengan sepasang tangannya, Sedang Gouw Ya Pa melindungi bagian belakang. Para wanita sembari memegang gendewa masing-masing dan mengawasi Ho Kie dan Gouw Ya Pa dengan mata mendelik perlahan geser maju kakinya, Kepungan makin lama jadi makin ciut. Sebentar kemudian, pulau misterius itu telah diliputi oleh hawa peperangan dan kekuatiran. Mendadak terdengar suara bentakan nyaring, kemudian disusul dengan menyambarnya anak panah yang datang seperti hujan kearah Ho Kie dan Gouw Ya Pa. Ho Kie menampak lawannya sudah mulai melakukan serangannya anak panah, dengan kedua tangannya yang digunakan secara bergantian untuk menangkis setiap anak panah yang menyambar kearah dirinya. Sedangkan Gouw Ya Pa juga tidak tinggal diam dengan kedua tangannya juga ia repot menyambuti setiap batang anak panah yang meluncur kebadannya. Tapi karena jumlah musuh makin lama makin banyak kedua orang itu perlahan-lahan sudah mulai kewalahan. Selagi dalam keadaan ripuh demikian, mendadak terdengar suara riuh yang mengatakan: "Api, api.... Kebakaran! Kebakaran! Ada orang melepas api!" Wanita-wanita itu ketika mendengar jeritan ada api, wajahnya pada berubah kaget dan khawaiir, dengan tanpa menghiraukan Ho Kie dan Gouw Ya Pa, mereka lantas bubar. pada lari kekampung untuk menolong bahaya api. Ho Kie buru-buru menarik tangan Gonw Ya Pa, juga hendak lari menuju kekampung. Gouw Ya Pa mengira Ho Kie mau ajak bantu menolong memadamkan api, maka lantas menolak sambil berkata: "Saudara Ho, apa sudah gila! Kita baru saja terlepas dari keganasan mereka, mengapa kau hendak lari kesana? Apakah kau sudah tidak ingin pergi ke Lam-hay?" Ho Kie tidak sempat memberi keterangan, ia hanya berkata: "Lekas kita cari kesana, entah dia ada atau tidak?" Jawaban Ho Kie tambah membikin bingung Gouw Ya Pa. Ho Kie baru hendak menjelaskan bahwa ia hendak mencari Auw-yang Khia, tiba-tiba orang tua itu ternyata sudah muncul didepan matanya. Ho Kie menampak Auw-yang Khia dalam keadaan selamat, hatinya merasa lega. Orang tua itu dari badannya mengeluarkan sebuah benda. lalu diberikan kepada Ho Kie sambil berkata: "Ho Siaohiap, barang ini tentunya ada kepunyaanmu!" Ho Kie terperanjat, karena barang yang ditunjukkan itu adalah tanda pusaka Kiu-hoan leng yang berada dilehernya. "Locianpwee, dari mana kau dapatkan barang ini?" demikian ia bertanya. "Barusan kau dan saudara Goaw Ya Pa melayani musuh, aku telah menyingkir, diam-diam nyelundup kekampung. Maksudku semula ialah hendak mencari barang makanan, tak nyana aku ketemukan barang ini, maka aku lantas bawa balik untuk dikembalikan padamu." Berulang-ulang Ho Kie menyatakan terima kasihnya. Ia masih ingin menyatakan apa-apa lagi Gouw Ya Pa yang berdiri disamping sudah merasa tidak sabaran lagi, maka lantas berkata. "Saudara Ho, orang-orang perempuan itu kini sudah berlalu semua, perlu apa kita masih berada disini mengobrol saja, bukan lekas pergi menyelamatkan diri?" Auw-yang Khia lalu berkata; "Kalian tidak usah cemas, hal ini aku sediakan, mari ikut aku!" Orang tua itu lalu ajak mereka kesatu tempat dekat jurang, lalu berkata pula sambil menunjuk kesana. "Dibawah sana aku telah dapatkan beberapa potong kayu, sekarang kita tinggal cari talinya untuk mengikat kayu-kayu itu, kita duduk diatasnya bukankah urusan akan menjadi beres?" Selagi mereka repot mencari-cari tali, tiba-tiba terdengar suara keresekan. Itu ternyata suara sebuah sampan yang didayung oleh seorang tua. Ho Kie lalu pentang mulutnya, berkata dengan suara nyaring. "Locianpwee tolong bawa sampanmu kemari!" Tapi orang tua itu seperti tidak mendengar, ia masih mendayung sampannya sambil menyanyi, tidak menghiraukan panggilannya Ho Kie. Ho Kie menganggap orang tua itu mendengar, maka lantas lari turun mendekati, lantas berkata pula; "Locianpwe tolong dekatkan sampanmu, boanpwe Ho Kie disini menjumpai Locianpwe." 0rang tua itu angkat kepalanya, lalu menjawab dengan suara seperti gusar. "Orang begitu muda, mengapa terlalu bawel ?" Ho Kie agak mendelu, tapi ia lantas berkata pula. "Loncianpwe jangan marah. Tolong dekatkan sampanmu nanti boanpwe beritahukan lagi tentang pengalaman boanpwe sekalian." Orang tua itu meskipun tadi nampaknya, gusar ia tidak urung ia dayung juga sampannya menghampiri Ho Kie. Tatkala sudah berada dekat, Ho Kie baru tahu bahwa sampan itu ternyata cuma kira-kira satu kaki lebarnya, panjangnya kira-kira satu tumbak lebih. Kalau orang biasa. jangan kata buat berlayar dilautan, sedang buat berdiri saja rasanya masih sulit. Orang tua itu rambutnya sudah putih seluruhnya, pelipisnya nampak sangat menonjol tinggi, sinar matanya tajam sekali begitu melihat sudah dapat diduga kalau ia itu ada orang rimba persilatan yang bukan sembarang orang. Ho Kie buru-buru memberi hormat, dengan sikapnya yang sangat sopan ia berkata pula: "Locianpwee, boanpwee Ho Kie dengan kedua kawan, tadinya hendak ke Lam-hay dengan menumpang sebuah perahu, apa lacur ditengah jalan perahu telah tenggelam diterjang badai, sehingga kita bertiga terdampar sampai kesini. Entah locianpwee bisa memberikan pertolongan untuk memecahkan kesulitan kita atau tidak." Orang tua itu tertawa tergelak-gelak, suara ketawanya itu begitu lama tidak bisa buyar, sehingga membuat pemgng telinga yang mendengarnya. Setelah merasa puas ketawa barulah ia berkata: "Bocah cilik kau berkata setengah harian selalu mengucapkan cianpwee boanpwee, aku siorang tua sesungguhnya tidak dapat menangkap maksudmu. Bicaralah yang terang supaya orang bisa mengerti !" Ho Kie mengerti bahwa orang tua itu sengaja berlagak pilon, maka juga lantas berkata dengan sewajarnya. "Boanpwee bertiga ingn pergi ke Lam-hay. disini tidak ada perahu, bolehkah kau si orang tua tolong antarkan kami kesana, entah kau orang tua sudi utau tidak?" "Kau tanya aku sudi atau tidak? Aku sekarang beritahukan padamu, aku siorang tua tidak sudi carilah orang lain!" Menampak orang tua itu tidak mau, Ho Kie tidak bisa berkata apa-apa. Selagi masih berada dalam kesangsian, Gouw Ya Pa tiba tiba berkata dengan suara gusar: "Hai tua bangka, tidak perduli kau mau atau tidak aku Gouw Ya Pa juga hendak menumpang sampanmu!" Sehabis berkata, lantas lompat dan berdiri didalam sampan. Ho Kie menampak perbuatan Gouw Ya Pa yang sangat ceroboh. Ia kuatirkan akan membikin gusar orang tua itu hingga tambah tidak mau ditumpangi, maka lantas membentak kepada kawannya itu: "Gouw-toako jangan berlaku tidak pantas terhadap orang tua. Kalau Locianpwee ini tidak sudi, kita juga tidak bisa memaksa." sehabis berkata lalu berkata pula kepada orang tua itu: "Barusan sahabatku ini berlaku kasar terhadap Locianpwee, boanpwee disini mohon locianpwee supaya suka memberi maaf." Jawaban orang tua itu sungguh-sungguh diluar dugaan orang bukan saja tidak gusar terhadap Gouw Ya Pa yang perlakukan padanya begitu kasar sebaliknya malah berkata kepada sitolol itu sambil tertawa: "Mendingan sitolol yang berterus terang, aku siorang tua justru tidak suka banyak pernik. Mari, mari aku nanti antar kau kesana." menggapai kepada Ho Kie dan Auw-yang Khia. "Mengapa kalian berdua masih berdiri seperti patung? Apakah kalian masih ingin mencari isteri dipulau ini?" Ho Kie dan Auw-yang Khia lantas lompat kedalam sampan. Selagi hendak mencari tempat duduk mendadak orang tua itu berkata pula: "Aku antar kalian kesana tidak apa tapi kalian haras menpunyai liangsim, tidak boleh mencuri barangbarangku." Auw-yang Khia yang mendengar perkataan si orang tua itu, hatinya merasa tidak boleh mencuri barang-barangku. Auw-yang Khia yang mendengar perkataan siorang tua itu hatinya merasa tak enak, wajahnya merah seperti kepiting direbus. Siapa tahu orang tua itu malah menggoda padanya: "Hai, laoko ini bagaimana sih? Apakah terserang penyakit panas mendadak? Mengapa wajahnya begitu merah?" Auw-yang Khia sejak melihat orang tua itu belum pernah membuka mulut. Ia merasa seperti pernah kenal dengan orang tua ini, tapi tak ingat lagi dimana pernah bertemu. Tatkala dengar perkataan orang tua itu yang seolah-olah menggoda dirinya, ia sadar maka cepat ia memberi hormat seraya berkata: "Locianpwee. ini tentu adalah orang tua yang disebut mempunyai gelar Nelayan empat penjuru lautan yang namanya sangat kesohor! Disini Auw yang Khia memberi hormat!" Orang tua itu lantas tertawa bergelak-gelak, kemudian berkata: "Auw-yang Khia, aku kira kau sudah tidak kenal aku siorang tua lagi!" "Boagpwee tadi kesalahan mata, kalau tidak locianpwee yang mengingatkan, hampir saja tidak berani mengenali." jawab Auw-yang Khia sambil tertawa. Kiranya si Nelayan empat penjuru lautan ini adatnya sangat kukoay ia benci sekali terhadap kejahatan, asal saja urusan begitu terjatuh ditangannya, Kalau tidak binasa pasti orang bersangkutan akan cacad seumur hidupnya. Tapi, ia sebaliknya ada orang yang paling gemar menolong orang yang berada dalam kesulitan. Ho Kie bertiga kali ini kalau tidak bertemu dia, jangan kata bisa sampai ke Lam bay, mungkin jiwanya sudah hilang ditengan jalan. Tidak sampai setengah hari, Nelayan empat penjuru lautan itu sudah mengantarkan Ho Kie. Kala hendak meninggalkan padanya, ia masih memberi pesanan demikian: "Kau sampaikan kepada Cit-cie Sin ong bahwa aku si nelayan tua tidak lama kemudian hendak menjumpai padanya." Ho Kie bertiga setelah mengucapkan terima-kasih, lantas berjalan menuju ke Pho-tho untuk mencari si Nikouw tua Thian sim Sin-ni . . Tidak antara lama dari jauh mereka sudah dapat melihat ada sebuah kuil yang dikelilingi oleh banyak pohon, hingga nampaknya seperti rimba. Saat itu cuaca sudah mulai gelap, didalam kuil lapatlapat ada sinar lampu. Ho Kie lalu berkata kepada Auw-yang Khia: "Auw-yeng cianpwee, tempat ini terpisah dari Pho tho rasanya sudah tidak jauh lagi, bagaimana kalau kita jalan cepat sedikit?" Belum sampai Auw-yang Khia menjawab, Gouw Ya Pa sudah nyeletuk, "Pergilah kalian berdua. aku Gouw Va Pa memang ada seorang yang tidak ada gunanya, pergi dangan kalian tidak beda sebagai rintangan, ada lebih baik kalian jalan dengan jalan kalian sendiri, dan aku akan jalan dengan jalan sendiri." Ho Kie menampak ia ngadat, buru-baru lompat mencegah padanya seraya berkata: "Gouw toako, kau kecapa? Tanpa sebab mengapa kau ngambek?" Gouw Ya Pa sebetulnya belum pernah berani ngambek terhadap Ho kie, kali ini entah apa sebabnya ia mendadak jadi demikian. "Kau masih tanya aku mengapa tidak tanya dirimu sendiri? Kalian berdua dengan mengandalkan ilmu lari pesat yang lebih atas dari padaku si orang she Gouw. sengaja lari semaunya, ini masih tidak apa, dan sekarang setelah sudah dekat ditemgat tujuannya, kau lantas minta orang jalan lebih lekas, bukankah ini berarti kau sengaja hendak meninggalkan aku si orang she Goow ?" Ho Kie pikirannya selalu ditunjukan kepada Thian Sim Sin-nie, sehingga tidak memperhatikan keadaannya Gouw Ya Pa. Dan setelah Gouw Ya Pa mengucapkan demikian ia baru lihat bahwa sahabatnya ini memang benar keadaannya sudah sangat lelah sekali, keringatnya sudah membasahi sekujur badannya, napasnya memburu seperti kerbau. Maka ia buru-buru menghibur: "Gouw toako, barusan karena aku memikiri ingin lekaslekas bisa menemui Thian sim Sin-nie sehingga tidak memperhatikan keadaan toako, harap toako maafkan saja kekeliruanku ini." Auw-yang Khia juga membujuk supaya Gouw Ya Pa jangan mengambil dihati terus. Dengan demikian barulah sitolol itu menjadi tenang. Tiga orang itu sekarang terpaksa jalan perlahan-lahan, ketika sudah gelap baru tiba didepan kuil. Kuil itu dibangun dibawah kaki bukit, ternyata ada merupakan bangunan yang megah. Disamping kuil yang sangat besar, masih ada bangunan rumah yang tidak kurang dari ratusan jumlahnya. Ruangan sembahyang berada ditengah-tengah kuil kamar tempat semedi terpisah di kedua sisi. Disamping itu masih ada lagi ruangan belakang yang terpisah beberapa tombak dengan ruangan tengah, mungkin untuk kepentingan menginap para tamu. Kuil itu terpancang sebuah papan nama yang tertulis dengan huruf emas PHO THO SIE. Ketika mereka bertiga tiba didepan pintu kuil, selainnya suara ketokan bokhie dan suara membaca kitab, tidak terdengar suara lainnya juga tidak kelihatan ada orang berjalan mundar mandir. Ho Kie diam-diam lantas berpikir, nampaknya disini ada tempatnya orang-orang beribadat tinggi kalau kita bertiga masuk sekarang sembarangan para padr yang tidak tahu apa sebabnya, mungkin akan menimbulkan kesalah paham.Lebih baik aku masuk dulu untuk menyampaikan maksud kita semua, Ia lalu minta Auw Yang Khia dan Gouw Ya Pa menunggu dulu diluar. Auw Yang Khia adalah seorang kang-ouw ulung, sudah tentu mengerti. Tapi Ho Kie kuatir nanti Gouw Ya Pa ngambek lagi, maka ia lantas memberi penjelasan. Dengan seorang diri Ho Kie masuk kedalam kuil. Dalam kuil itu ternyata sunyi sekali, tidak kelihatan satu orang pun juga. Tapi lampu didalam kamar pada menyala. hingga keadaannya terang benderang. Sedang suara orang membaca kitab bisa terdengar sangat nyata. Ho Kie tidak berani berlaku semberono, tapi kalau menunggu terlalu lama ia kuatir Gouw Ya Pa dan Auw Yang Khia tidak sabar. Oleh karenanya, maka terpaksa memberanikan diri. ia ulurkan tangannya untuk mengetok pintu dengan perlahan. tapi tidak ada jawaban apa-apa. Pada saat itu, entah sejak kapan Goaw Ya Pa sudah berada dibelakang dirinya, menampak ketokan pintu Ho Kie tidak dapat mendapat jawaban. sebagai seorang yang beradat kasar menyaksikan keadaan demikian. sudah tentu lantas menjadi gusar. Maka dengan tidak banyak bicara, ia lantas mengetok pintu dengan kepalan tangannya sedang mulutnya lantas berkaok-kaok: "Hei, didalam ada orang apa tidak? Lekas bukakan pintu! Aku Gouw Toaya ada sedikit urusan hendak menanya kalian." Kuil Pho tho sie yang selamanya tenang malam ini entah dari mana telah dapat kunjungan orang sembrono yang gembar-gembor sembari mengetok-ngetok didepan pintu., Kalau hal ini terjadi ditempat lain, mungkin sudah bisa menirmbulkan kerewelan. Namun para paderi didalam kuil ini semuanya ada orang-orang beribadat tinggi-tinggi, selamanya tidak pernah menyampuri urusan luar, juga tidak ada orang yang datang Kesitu untuk mencari satori. Dan kini perbuatan sitolol yang tidak tahu diri itu benarbenar mengejutkan para paderi didalam kuil tersebut. Sebentar kemudian pintu yang besar dan tebal itu telah terbuka, dari dalam keluar seorang paderi tua yang usianya kira-kira sudah seratus tahun lebih. Paderi tua itu lantas dapat melihat seorang muda sedang mengomeli seorang pemuda tinggi besar berwajah hitam: "Gouw toako, bagaimana kau berbuat begini sembrono? tahukah kau ini tempat apa? Apakah kau kira boleh kita memasuki secara sembarangan? Kalau toako berbuat demikian, bukan saja menggagalkan pesan suhu, tapi juga akan membahayakan jiwaku dan toako sendiri. Selanjutnya aku harap toako suka berpikir dulu sebelum bertindak." Gouw Ya Pa rupanya tahu kalau dirinya telah bersalah, maka ia diam saja diomeli oleh Ho Kie. Padri tua itu yang menyaksikan keadaan demiklan kembali melihat dandanannya sang tetamu lantas mengetahui kalau mereka dari tempat jauh, maka ia juga tidak terlalu menpermasalahkannya. Sambil merangkapkan kedua tangannya padri tua itu lalu memberi hormat seraya berkata: "Sicu datang dari mana dan ada keperluan apa mengunjungi gereja kami ini?" Ho Kie menampak padri itu memperlakukan padanya dengan sikap yang sopan santun, ia juga tidak berani berlaku ayal, dengan cepat ia menghampiri untuk memberi hormat kemudian baru menjawab. "Boanpwee Ho Kie. datang dari lembah Patah Hati, atas perintah suhu almarhum, datang kegereja ini hendak mencari Thian sim Sin-nie Locianpwee. entah Losiansu sudi memberitahukan atau tidak ?" Padri tua itu setelah mendengar perkataan Ho Kie nampak berpikir kemudian baru berkata pula: "Sicu datang dari tempat yang sangat jauh lagi pula juga ada membawa tugas suhu. lolap seharusnya. . . ." Ho Kie yang melihat padri tua itu agaknya mempunyai kesulitan apa-apa yang tidak bisa dijelaskan kepada orang lain, ia mengetanui bahwa dalam hal ini pasti ada sebabsebabnya maka lantas baru-buru berkata: "Losiansu, ijinkan boanpwee memberi sedikit keterangan lagi. Suhu boanpwee adalah Toan-theng Lojin, ketika hendak menutup mata telah memberikan pesan terakhir, Boanpwee diminta dengan sangat agar setelah suhu meninggalkan dunia, boanpwee harus mengunjungi gereja ini untuk menjumpai Thian sim Sin-nie untuk menyampaikan berita tentang kematian suhu. Lain dari itu boanpwee tidak mempunyai niat apa-apa lagi. Mohon Losiangu memaafkan banyak-banyak." Padri tua itu melihat Ho Kie berkemauan keras dengan sujud, maka lantas berkata: "Lolap bukannya tidak mau mengantarkan sicu kesana, hanya orang yang hendak kau ketemui itu adatnya sangat aneh luar biasa. Sejak datang kegereja kami ini, sampai sekarang sudah dua puluh tahun lebih lamanya, selama itu ia tidak suka menemui siapa saja. Barangkali sicu juga tidaK akan dikecualikan." "Ucapan Locianpwee memang benar. Suhu boanpwee sebelum menutup mata juga pernah menyebutkan tentang adatnya Thian sim Sin-nie Locianpwee, maka ia memesan boanpwee harus bisa menahan sabar?" Paderi tua itu menghela napas dan akhirnya berkata, "Baiklah, kalau sicu berkeras hendak menemui dia, lolap akan mencoba membantu sebisanya." lalu ia panggil paderi kecil seraya berkata: "Kau ajak ketiga sicu ini pergi ke Pek-in-gay dibelakang gunung untuk menemui Thian-sim Sin-nie. Kau antar mereka sampai ditepi bukit dan segera balik." Selanjutnya paderi tua itu berpesan kepada Ho Kie, "Ho sicu, jika dia berkeras tidak suka menerima kau. kau juga tak usah memaksa, lekas kembali saja." "Losiansu tidak usah kuatir. boanpwee sudah mengerti." jawab Ho Kie sambil menjura. Paderi tua itu lalu memberi hormat. "Sicu pergilah, Hati-hati sedikit, segala hal semua tergantung pada kemauan Tuhan. maaf lolap tidak bisa mengawani kau lama-lama." Setelah berkata begitu si padri tua itu lantas masuk kedalam gereja lagi. Si paderi kecil yang mengantarkan Ho Kie bertiga tidak lama kemudian sudah sampai dibelakang bukit yang dimaksud. Paderi kecil itu lalu menunjuk kesebelah kiri bukit dan berkata kepada Ho Kie: "Itu adalah Pek-in gay. Silahkan sicu pergi sendiri Siaoceng tak berani mengawani lebih lanjut." Ho Kie mengucapkan terima kasihnya pada paderi kecil ini dan kemudian berkata kepada Gouw Ya pa dan Auwyang Khia: "Disini adalah kediamannya Thian Sim Sin-nie locianpwee. Kalau kita mengunjungi bersama-ama, Locianpwee pasti tidak suka menemui kita. Aku lihat lebih baik jiewie suka bersabar sedikit aku akan menjumpai seorang diri. Jika Thian sim Sin-nie mengijinkan aku mengunjungi padanya, itu ada lebih baik. Seandainya tidak, aku pasti akan memberitahukan kepada jiewie." Auw-yang Khia lalu berkata: "Adat orang tua itu kalau betul-betul begitu aneh, barangkali tidak berhasil, kau harus berusaha sedapat mungkin agar tak kecewa pesan Suhu." Kala itu Ho Kie hatinya berduka maka ia hanya menjawab sambil pejamkan mata: "Aku mengerti." Ketika Ho Kie sudah dekat berada dimulut goa, keadaan disekitarnya sangat indah pemandangannya dan tenang suasananya. Pohon-pohon kembang dengan menyiarkan bau harum yang semerbak hampir memenuhi sekitar lapangan didekat goa itu. Di kedua sisi mulut goa terdapat air mancur yang mengalirkan airnya yang jernih. Diam-diam Ho Kie berpikir: "Diluar goa saja yang mempunyai pemandangan yang begini menarik hati, siapa sangki didalamnya di diami seorang luar biasa dari rimba persilatan yang dirundung nasib malang." Ho Kie sudah tidak mempunyai kegembiraan untuk menikmati pemandangan disekitar tempat itu maka lantas berjalan menuju kemulut goa! Baru saja kakinya menginjak mulut goa tepat didepan Ho Kie kira-kira tiga tindak jauhnya Ho Kie dengan cepat mundur beberapa tindak, diamdiam ia merasa bersyukur yang kepalanya tidak kena ketimpa batu besar itu. Selagi hendak berjalan terus, tiba-tiba dari dalam goa terdengar suara wanita yang sangat dingin: "Bocah dari mana? Apakah kau tidak tahu kalau Pek-in gay tidak mengijinkan orang luar menginjakkan kakinya disini?" Ho Kie yang mendengar suara itu diam-diam merasa bergidik. Setelah berpikir sejenak, ia lalu menjawab dengan suara nyaring: "Boanpwee adalah Ho Kie, dengan membawa pesan suhu boanpwee sengaja datang kemari untuk menemui Locianpwee hendak menyampaikan soal pentingnya dihadapan Locianpwee sendiri." "Tidak perduli kau datang dari mana juga. aku tetap melarang kau masuk kemari. Lebih baik kau lekas berlalu. Kalau tidak, Kau nanti hendak pergi juga sudah tidak keburu lagi." katanya pula dari dalam goa dengan suaranya yang tetap dingin. -oo0dw0oo- Jilid 14 Tamat KALAU DIRINYA ditolak untuk menemui Nikouw tua itu. hal itu menang sudah diduga oleh Ho kie semula, maka ia tak terlalu susah hati dan masih bisa menjawab dengan tenang: "Boanpwee hanya ingin menemui Cianpwee sekejap saja. Jika boanpwee sudah menyampaikan pesan suhu. boanpwee akan segera berlalu, tidak mempunyai permintaan lainnya." Suara dari dalam goa itu menjawab dengan gusar, "Aku suruh kau segera pergi! Dengar atau tidak. Perlu apa mesti banyak rewel?" Ucapan itu lalu disusul oleh suara bentakan dan sambaran angin kuat kearah diri Ho Kie. Ho Kie yang tidak berjaga-jaga, selagi hendak maju lagi setindak mendadak merasa disambar oleh angin yang kuat. Cepat ia memutar tubuhnya hingga terhindar dari sambaran angin dahsyat itu. Sesaat itu hampir saja Ho Kie naik darah menghadapi perlakuan yang agak keterlaluan dari Thian-sim Sin-nie, tetapi ketika ia ingat pula pesan suhunya almarhum, maka sebisanya ia menahan perasaan gusarnya. Dengan tekad bulat, perlahan-lahan Ho Kie masuk lagi kedalam goa seraya berkata, "Locianpwe, sekalipun kau binasakan boanpwee dissni, boanpwee juga ingin menjumpai kau dulu barang sekejap." "Baiklah! Kalau kau benar-benar tidak takut mati, bolehlah coba-coba!" "Boanpwee bukannya tidak takut mati, kalau Lociapwee menghendaki boanpwee mati, terpaksa boanpwee akan menantikan kematian itu dengan pejamkan mata." Selagi bicara itu. Ho Kie berjalan sudah semakin dekat sehingga suara itu terdengar semakin jelas. Selagi Ho Kie hendak maju lagi, mendadak terdengar suara bentakan bengis, "Berdiri disitu! Tidak boleh maju setengah langkah lagi. Kalau tidak, aku akan benar-benar bikin kau binasa." Ho Kie tundukkan kepala, tidak menjawab masih tetap berjalan kedalam goa. Pada saat itu terdengar pula ketawa dinginnya Thian sim Sin-nie yang lalu disusul oleh ucapannya. "Baik! Kau benar-benar tidak takut mati!" Sebentar saja kelihatan debu berbamburan keadaan dalam goa itu menjadi sangat gelap. Ho Kie mengetahui bahwa kekuatan tenaga dalam itu sangat hebat sekali. maka ia tidak berani menyambari. Cepar-cepat ia mendekati dinding goa dan dia berpegangan teguh pada dindingnya sambil mempersiapkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Tapi pada saat hendak bersiap-siap, kekuatan yang hebat itu sudah menyambar kearah dirinja. Ho Kie hanya merasakan seperti ada batu ribuan kati beratnya yang menerjang dari depan dadanya, sehingga dadanya dirasakan bergolak hebat dan lantas hilang ingatannya. Ternyata Ho Kie yang terpental oleh kerena serangan tangan Thian Sim Sin-nie tadi telah melayang seperti layang-layang yang putus talinya dan akhirnya jatuh ditanah tidak ingat orang lagi. Entah berapa lama, ketika Ho Kie siuman kembali. ia merasakan badannya sudah tidak mempunyai kekuatan jang berarti lagi, ia coba merayap bangun, tetapi akhirnya jatuh lagi. Dadanya dirasakan sakit darah segar keluar dari mulutnya. sehingga membasahi sekujur badannya dan lantai didalam goa. Tetapi semua penderitaan itu tidak mau membuat Ho Kie melupakan pesanan suhunya. Asal jiwanya masih ada ia pasti tidak akan mengecewakan mendiang suhunya. Keadaan Ho Kie saat itu sesungguhnya sangat mengenaskan, ia kertak gigi untuk mempertahankan dirinya jangan sampai terseret oleh tangan maut, Dengan sempoyongan ia coba masuk kedalam goa lagi. tetaoi baru saja jalan beberepa tindak. kembali jatuh tengkurap. Mulutnya menyemburkan darah segar. Entah sudah beberapa banyak waktu dibuang dengan jatuh bangun ia terus memasuki goa. Ketika ia membuka matanya yang lain, dilihatnya didalam goa itu ada sedikit penerangan. Lapat-lapat ia dapat melihat seorang wanita berbaju hijau sedang duduk bersila pejamkan mata, ia pikir, ia tidak boleh membiarkan wanita itu mengetahui keadaan mukanya, karena hal itu mungkin akan menunjukkan kelemahannya sendiri. Sesuatu pikiran yang kuat telah memaksa Ho Kie terus bertahan. Sambil kertak gigi dan mengerahkan sisa tenaganya yang tersisa ada ia paksa berdiri. Dengan badan sempoyongan ia berjalan maju lagi, apa alia kemudian ketika lima tindak didepan Thian sim Sinnie, mendadak kepalanya dirasakan puyeng dan akhirnva jatuh rubuh. Thian sim Sin-nie yang sedang bersemedi, agaknya dikejutkan oleh suara jatuhnya Ho Kie, ketika ia membuka matanya mengawasi Ho Kie, lantas berbangkit dan dari sakunya ia mengeluarkan sebuah botol Kecil, ia keluarkan dua butir obatnya dimasukkan kedalam mulut Ho Kie, setelah mana ia duduk lagi ditempat semula. -oo0dw0oo- APA sebabnya Thia sim Sin-nie yang semula begitu dingin turunkan tangan telengas pada Ho Kie, sekarang ketika melihat Ho Kie dalam keadaan pingsan lantas memberikan obat untuk menolong jiwanya ? Sejak ia meninggalkan Toan-theng Lojin. dengan hati patah ia telah datang kegereja Pho tho ini. tetapi ia tidik mau tinggal didalam gereja yang dianggapnya masih ramai, ia mengasingkan dirinya didalam goa Pek-in gay yang sunyi tenteram. Sudah dua puluh tahun lebih lamanya ia berdiam didalam goa yang sunyi itu. diam-diam telah bersumpah tidak akan menemui siapa juga. Selama dua puluh tahun ini hatinya sudah tenang jernih seolah-olah air dari sumber mata air. ia sudah bisa hidup menyendiri secara demikian, tidak menghendaki orang lain datang mengganggu padanya. Ho Kie baru tiba didepan mulutnya goa, ini sudah mencegah sedapat mungkin. Karena peringatannya tidak digubris, maka dalam gusarnya ia lantas melancarkan serangan tangannja. Tetapi setelah ia melancarkan serangan lantas timbul perasaan penyesalnya, ia menyesalkan dirinya sendiri yang tidak seharusnya turunkan tangan begitu berat terhadap orang yang belum dikenalnya. Semula ia mengira Ho Kie pasti binasa karena serangannya tadi, Maka ia tadi pejamkan mata untuk menghilangkan rasa menyesalnya. Tiba-tiba ia telah dikejutkan oleh rubuhnya badannya Ho Kie. ia girang si korban tak sampai binasa, maka ia lantas memberikan obatnya. Setelah menelan obat pilnya Thian sim Sin-nie yang sangat mujarab, tidak berapa lama kemudian Ho Kie sudah siuman kembali. Ia coba menjalankan pernapasannya, ia merasa tidak ada yang sakit urat-urat dan darahnya sudah jalan seperti biasa. Ketika ia mendongak, dilihatnya Thian-sim sin-nie tengah mengawasi dirinya maka lantas hendak berbangkit. Tetapi baru saja hendak menggerakkan badannya. Thian sim Sin-nie sudah berkata padanya, "Lukamu sangat parah nak, meskipun sudah makan obatnya yang sangat mujarab, tetapi untuk sementara belum bisa memulihkan kesehatanmu." Ho Kie melihat wanita itu tidak begitu dingin lagi sikapnya, bahkan katanya sudah memberi obat kepadanya, hatinya merasa sangat terharu, maka lantas berkata dengaan suara terputus-putus. "Locianpwee, kau....kau....kau...." Thian Sim Sin-nie lantas cepat-cepat mencegah: "Sudah, sudah, kau mengaso dulu sebentar. Nanti aku hendak bertanya beberapa hal kepadamu." Sehabis berkata ia lalu memejamkan lagi matanya membisu. Ho Kie melihat Thian sim Sin-nie memejamkan mata tidak berani mengganggu. terpaksa hanya bisa duduk didepannya sambil bersemedi untuk memulihkan kekuatan tenaga. Hanya oleh karena merasa badannya terlalu letih, dengan tidak terasa ia telah tertidur kepulasan. Ketika ia mendusin dilihatnya Thian-sim Sin-nie masih duduk bersila. sambil pejamkan mata. Ho Kie tidak berani mengganggu, terpaksa ia menantikan lagi didepannya. Lama sekali sang waktu berlalu..,. Tiba-tiba Thian sim Sin-nie membuka matanya dan bertanva kepada Ho Kie: "Kau kata kau bernama Ho Kie sebetulnya atas perintah siapa kau datang kemari?" Ho Kie cepat-cepat berlutut dan menjawab: "Kedatangan boanpwee adalah atas pesan suhu untuk menyampaikan beberapa kata dihadapan Locianpwe" "Siapa suhumu itu? Pesan apa yang hendak disampaikan kepadaku? Dan bagaimana dia mendapatkan kematiannya. coba kau jelaskan." "Suhu boanpwe adalah Toan-theng lojin." Thian sim Sin-nie ketika mendengar disebutnya nama Toan-theng Lojin. wajahnya yang dingin kelihatan berobah. Tetapi sesaat kemudian sudah pulih menjadi tenang kembali. "Dengan cara bagaimana dia mendapat kematiannya? Dan pesan apa yang dia suruh kau sampaikan padaku?" Ho Kie lantas menceritakan bagaimana Toan-theng Lojin telah dibikin celaka oleh Hian kui-kauw. Ia menuturkan ceritanya itu sembari menangis terisak-isak, sehingga orang yang berhati bajapun rasanya juga tidak dapat menahan rasa pilunya. Akhirnya Ho Kie berkata, "Sesaat sebelum menarik napas yang penghabisan Suhu telah berkata demikian; 'Aku telah hidup menyendiri telah beberapa puluh tahun lamanya, Aku merasa sangat menyesal terhadap semua kesalahan yang sudah lalu. Tetapi yang sudah aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya memperbaiki kesalahanku untuk menebus dosa. dosaku yang sudah lalu." Thian sim Sin-nie yang mendengarkan bicaranya Ho Kie tadi, sesaat seolah-olah seperti sudah berobah menjadi seorang yang linglung, mulutnya berkemak-kemik berkata pada dirinya sendiri, "Sudan dua puluh tahun. Ya sekejap saja dua puluh tahun sudah berlalu, dilain penitisan hendak memperbaiki kesalahan. Sekalipun ada lain penitisan. apa yang akan bisa diperbaiki?" Setelah mengeluarkan kata-kata ini matanya kelihatan mengembang air matanya. Thian sim Sin-nie adalah seorang wanita yang kukuh dengan adatnya sendiri apa yang sudah dilakukan selamanya belum pernah ia merasa menyesal. Tetapi dalam soal itu, rupa2nya ia mempunyai sedikit penjelasannya itu, apakah patut diceritakan kepada pemuda yang berada didepannya sekarang ini? Tidak! Riwayat yang mengenakan atas dirinya itu akan disimpan didalam lubuk hatinya sendiri untuk selamanya, juga terpaksa seperti apa yang dikatakan oleh Toan-theng Lojin, ia akan memperbaiki dilain penitisan. Setelah ia menenangkan pikirannya kembali, lalu ia berkata kepada Ho Kie. "Yang kau sebutkan Hia kui kauw tadi sebetulnya ada orang berupa apa? Mengapa partai besar pada peluk tangan saja ?" "Cianpwee masih belum tahu, boanpwe karena berusaha hendak menolong diri suhu telah masuk kelembah Kui-kok dengan menempuh bahaya, sedangkan diantara sembilan ketua partai besar yang juga datang kelembah Kui Kok itu, delapan diantaranya sudah binasa. Menurut pikiran boanpwee, untuk dewasa ini barangkali sudah tidak ada orang lagi yang dapat menandingi Hian kui kauw lagi." "Apa kau tidak ingin menuntut balas untuk suhumu ?" "Boanpwee bukan saja hendak menuntut balas bagi suhu tetapi juga hendak menuntut balas sakit hati ayah serta jiwanya delapan ketua partai besar yang binasa dilembah Kui kok." "Apa kau yakin kuat menandingi Hian kui kauw ?" "Sekalipun boanpwee harus binasa dilembah Kui kok juga akan mencoba." Thian sim Sin-nie berpikir sejenak, lalu berkata: "Aku seharusnya juga mesti turut membantu kau terapi sudah berapa puluh tahun lamanya aku tidak muncul didunia Kangouw, lagi pula aku juga tidak ingin ceburkan diri dalam kancah pergolakan itu. Tetapi biar bagaimana juga aku tidak akan membiarkan kedatanganmu ini secara cuma-cuma. Beberapa puluh tahun lamanya, kediamanku ini aku tidak ijinkan dimasuki oleh seekor burungpun. Tetapi ketulusan hatimu terhadap suhumu sehingga tidak menghiraukan jiwanya sendiri kau telah masuk kedalam goaku ini, kuanggap kau berjodoh denganku, maka aku hendak memberikan sedikit bantuan padamu dengan beberapa pil obat ini yang mungkin ada paedahnya bagimu dikemudian hari." Ia lalu mengeluarkan dua botol yang berwarna merah dan kuning, Sambil perlihatkan dua botol itu ia berkata; "Aku telah gunakan waktuku beberapa puluh tahun lamanya, baru berhasil membuat dua macam obat ini. Obat dalam botol kuning ini isinya hanya tiga butir pil kalau kau hendak bertanding dengan musuh, lebih dulu kau ambil satu butir, taruh dalam mulutmu. Ia adalah pemunah terhadap segala macam racun berbisa. Sedangkan obat yang berada dalam botol merah ini tadi kau sudah makan. Dalam botol ini masih ada delapan butir. Asal orang yang terluka masih bernapas sesudah minum pil ini dalam waktu satu jam pasti akan bisa sembuh kembali." Selagi hendak menyerahkan dua botol obat itu, mata Thian Sim Sin-nie menatap wajah Ho Kie. "Aku seperti merasakan," katanya pula, "dirimu telah diliputi napsu membunuh yang sangat hebat, maka obat ini setelah kuberikan padamu. kau harus ingat betul nasehatku." "Nasehat Cianpwee, sudah tentu boanpwee akan memperhatikannya baik-baik." "Sebetulnya juga bukan apa-apa, hanya kali ini kau pergi menuntut balas, sedapat mungkin jangan sampai membinasakan jiwa orang yang tak berdosa. Kau harus tahu bahwa dalam pelajaran Buddna ada kepercayaan adanya hukum timbal balik. Apakah dalam hal ini kau sanggup menerima?" Ho Kie menyahut sambil angguk kepala: "Nasehat Cianpwe yang sangat berharga akan boanpwee ingat selamanya." Thian sim Sin-nie lalu menyerahkan kedua botolnya itu. Ho Kie menyimpan dua botol itu dalam sakunya dan mengucapkan terima kasih kepada Thian sim Sin-nie. Baru saja ia hendak berlalu tiba-tiba dipanggil oleh Thian sim Sin-nie. Ho Kie merasa heran, ia mengira Nikow tua itu masih mempunyai pesanannya apa-apa lagi, maka buru-buru urungkan maksudnya berlalu. Ia lihat Thian sim Sin-nie dengan air mata berlinang memandang dirinya, Ho Kie dengan hati haru bertanya, "Locianpwce, masih ada yang hendak dipesan kepada hoanpwee?" Ditegor demikian, Thian sim Sin-nie agaknya tersadar dari lamunannya, maka buru-buru menjawab, "Aaa.. ! Tidak apa-apa, pergilah!" tetapi kemudian ia berkata pula. "Yah, Ho-siaohiap kepergianmu ini entah kapan kau akan balik lagi untuk menengok aku?" Pertanyaan ini diluar dugaan Ho Kie. hingga ia tidak bisa menjawab. Sesaat lamanya ia berdiri terpaku. Thian sim Sin-nie mengira anak muda itu masih ingat perlakuannya yang kurang pantas barusan, maka dengan tak terasa telah mengucur air mata. Ho Kie merasa aneh orang tua itu telah mengucurkan air mata, buru-buru berkata: "Locianpwee, jangan terlalu bersedih hati. Ho Kie asal urusan pribadinya selesai pasti akan balik lagi untuk menengok Locianpwee." Mendengar jawaban jang sungguh-sungguh itu, Thiansim Sin-nie agaknya merasa puas, maka lantas berkata pula sambil angguk-anggukkan kepala. "Sudah. kau pergilah! Asal kau sudah berkata demikian, aku mati juga mataku meram ...." Sekarang kita balik melihat Go Ya Pa dan Auw-yang Khia yang menunggn Ho kie dipinggir goa Dengan tanpa dirasa, dua hari dua malam sudah berlalu, tapi masih belum kelihatan Ho Kie Keluar dari dalam goa. Selagi mereka hendak menerjang masuk untuk mendapat kepastian tentang nasibnya Ho Kie, pada saat itu justru telah dapat melihat anak muda itu berjalan keluar dari dalam goa. Begitu melihat Ho Kie keluar dalam keadaan selamat. Gouw Ya Pa lantas maju menghampiri dengan lagak seperti arak kecil. "Saudara Ho apa kau tidak mendapat halangan? Mengapa begitu lama kau berada didalam? membuat aku gelisah. Karena tidak mendapat izinmu. aku tak berani masuk ke goa. Kini setelah dapat melihat kau, barulah lega hatiku!" Ho Kie lantas bercerita pengalamannya didalam goa kepada kedua kawannya. Auw-yang Khia lalu bertanya: "Nikouw tua tu adalah seorang yang beradat sangat aneh luar biasa. Biasanya untuk dapat menemukannya saja sangat sulit. Bagaimana dia mau memberikan ooat yang telah berhasil dibuatnya selama seumur hidupnya." Ho Kie lantas menjawab sambil menghela napas: "Auw-yang Cianpwee. kita dulu hanya mendengar saja, Thian Sim Sin-nie Cianpwee ternyata seorang ketus. Kali ini aku setelah menemui orang tua itu telah merasa bahwa dia sebetulnya adalah seorang yang penuh cita rasa. Cuma oleh karena terpengaruh oleh terjadinya sesuatu perubahan dalam hidupnya sehingga telah membuat dia merubah sifatnya demikian rupa." "Aih, kalau begitu, kita juga tak boleh salahkan dia. Memang nasib manusia kadang-kadang dapat merubah jalan penghidupan dan siapakah yang dapat menduga hari akhir kita nanti?" kata Auw-yang Khia sambil menghela napas. Ho Kie lalu mengalihkan perkataannya kelain soal, ia berkata kepada Auw-yang Khia dan Gouw Ya Pa, "Kita sudah hampir tiga bulan lamanya meninggalkan Cit cie Sin ong Locianpwee. Barangkali ia sudah merasa kesal menantikan kedatangan kita. Aku pikir, sebaiknya kita lekas pulang." Malam itu juga mereka kepantai, kebetulan saat itu ada perahu besar yang menunggu muatan Ho Kie lalu berunding dengan kapten kapal, mereka segera berangkat keteluk Tin-hay. Oleh karena tidak ada gangguan angin dan ombak, perjalanan mereka kali ini sangat lancar, maka belum cukup satu hari sudah sampai kekota yang dituju. Dari teluk Tin-hay ini Ho Kie bertiga lantas berjalan kaki menuiu bukit Sin hong. Belum berapa lama bukit Sin hong itusudah kelihatan nyata didepan mereka. Mendadak sesosok bayangan putih dengan melompat kilat kelihatan lari turun dari atas bukit Sin hong menuju kearah datangnya mereka. Goaw Ya Pa yang pertama-tama dapat melihatnya lantas berkata: "Apa itu bukannya silelaki palsu Lim Kheng ?" "Gouw Toako, kau jangan begitu." sahut Ho Kie, "Mengapa kau begitu buka mulut lantas mau melukai orang? Kalau perkataanmu tadi didengar olehnya bukankah akan menimbulkan keonaran lagi?" Gouw Ya Pa coba memikir, ia merasa bersalah maka ia tidak berani menjawab. Kedua orang itu selagi masih bicara, bayangan putih itu sudah berada didepan mereka. Ketika melihat sibaju putih memang benar nona Lim Kheng, bukan main rasa girangnya Ho Kie, maka ia cepat-cepat bertanya, "Lim-hiantee. bagaimana kau tahu kalau kami akan kembali hari ini?" Lim Kheng segera menyahut: "Siapa yang mengetahui kalian pulang hari ini. Aku hanya kebetulan saja menjumpai kalian disini." Ho Kie yang mendengar jawaban itu, merasa seolah-olah kepalanya diguyur air dingin. Kedengaran Lim Kheng sebetulnya memang hendak menyambut Ho Kie, tetapi karena melihat Gouw Ya Pa dan Auw-yang Khia yang juga ada disitu, maka ia merasa malu untuk mengakui maksud sebenarnya. Sebaliknya, Gouw Ya Pa yang merasa mendongkol. lantas nyap-nyap (menggerutu) yang bukan-bukan. hingga Lim Kheng panas hatinya. "Tolol ! Siapa suruh kau banyak mulut." bentaknya. Gouw Ya Pa tidak mau mengalah. sehingga keduanva lantas bertengkar dan hampir berkelahi. Auw-yang Khia yang menyaksikan keadaan demikian, hanya bisa geleng-gelengkan kepala dan minta supaya Ho Kie yang memisahkan. Sebetulnya Ho Kie juga tidak berdaya menghadapi Gouw Ya Pa, maka hanya bisa memberi nasehat dengan perkataannya yang layak. Siapa tahu, Gouw Ya Pa yang biasanya dengar segala perkataan Ho Kie, kali ini entah apa sebabnya ia tidak mau mendengar lagi, bahkan ia menganggap Ho Kie mengeloni Lim Kheng sehingga keadaan jadi semakin runyam. Auw-yang Khia terpaksa turut campur tangan, dengan susah payah akhirnya baru bisa meredakan amarah kedua pihak, Dengan demikian, mereka berempat lalu berjalan menuju ke bukit Sin hong. Disana kedatangan mereka sudah dinantikan oleh Cit cie Sin ong dan Tiauw Goan Taysu. Setelah memberi hormat kepada mereka, Ho Kie lantas menceritakan semua pengalamannya. Cic ki Sin ong yang mendengar penutur- an itu lantas berkata sambil menghela napas: "Asmara . . .Manusia karena asmara banyak yang menjadi rusak dirinya dan namanya. Laki-laki yang betapapun keras hatinya. juga tidak akan luput dari cengkramannya. . ." Kemudian ia berkata kepada Ho kie: "Kelihatannya kalian semua sudah terlalu lelah, sebaliknya pergi mengaso dulu, sebentar kita berunding lagi." Ho Kie bertiga lalu masuk kekamar belakang untuk beristirahat. Esok harinya. pagi-pagi sekali Ho Kie sudah menemui Cit cie Sin ong dan Tiauw Goan Taysu diruang depan. Tidak lama kemudian Auw Yang Khia, Gouw Ya Pa dan Lim Kheng juga pada datang saling susul. Cit cie Sin-ong setelah mengawasi semua orang dengan matanya yang tajam lalu berkata: "Lohu telah mendengar kabar bahwa pengaruhnya Hian kui kauw makin lama makin besar. Banyak orang kuat yang ditarik olehnya. Sebetulnya bukan orang kuat sembaringan dari dunia Kang Ouw yang dapat ditandingi. Bukan Lohu hendak mengecilkan artinya kekuatan diri sendiri menurut kemampuan kita dewasa ini. kalau hendak menggempur Hian kui kauw. sebetulnya seperti telur membentur batu dan akan mengantarkan jiwa dengan secara cuma-cuma." Ho Kie tidak menantikan Cit-cie Sin ong berkata habis sudah lantas berbangkit dan berkata: "Locianpwee, meskipun boanpwee tahu benar tidak mampu menandingi Cian tok Jit-mo, tetapi setiap kali boanpwee teringat kematian ayah, dan delapan ketua partay besar yang binasa ditangan mereka, boanpwee merasa sangat gemas dan ingin segera menuntut balas bagi mereka." Setelah mengatakan demikian. air matanya mengalir bercucuran. Cit cie Sin ong lalu berkata sambil menghela napas. "Barusan ucapan lohu masih belum habis, Lohu bukannya hendak merintangi pergi menuntut balas pada Hian kui kauw, lohu hanya menganggap bahwa soal ini sangat penting. Kita harus rundingkan baik-baik supaya gerakan kita kali ini nanti jangan sampai gagal." "Kali ini menuntut balas kelembah Kui kok, boanpwee tidak ingin merembet-rembet orang lain lagi. Dulu karena soal ini telah mengakibatkan binasanya delapan ciangbunjin dari partai besar. boanpwee merasa tidak enak terhadap sembilan partai besar itu, maka kalau boanpwee ingin menuntut balas seorang diri saja kelembah Kui kok." Lim Kheng yang berdiri disamping lantas berkata. "Ho Kie. kau sudah gila? Apakah kau hendak antarkan jiwa secara cumu-cuma?" Ho Kie mengawasi Lim Kheng dengan matanya yang guram, lalu menjawab dengan suara duka: "Ho Kie masih belum ingat mati, cuma Ho Kie tidak ingin merembet-rembet diri orang lain. Sekalipn lembah Kui kok merupakan sarang macan dan sarang naga Ho Kie juga akan menyerbunya." Tiauw Goan Taysu lantas berkata. "Ho Kie, harap kau suka sedikit tenang. Soal ini bukan hanya menyangkut dirimu seorang saja, tetapi juga ada hubungannya dengan keselamatannya seluruh orang-orang rimba persilatan, terutama kami dari sembilan partai besar yang sudah mempunyai permusuhan yang begitu dalam terhadap Hian kui-kauw. Sekalipun orang lain hendak peluk tangan tetapi bagi kami, Siao-lim pay. tidak gampang menghapuskan permusuhan begitu saja. Kalau kau berbuat tanpa perhitungan, bukankah seperti apa yang dimaksudkan dengan Cit cie Locianpwee tadi, bahwa perbuatanmu ini seperti juga telur membentur batu?" Auw-yang Khia lantas turut berkata juga: "Aku sipencuri sakti ada satu akal tetapi entah boleh dijalankan atau tidak?" "Coba kau sebutkan. Nanti kita pelajari bersama-sama," jawab Tiauw Goan Taysu. "Maksudku ialah kalau menurut pendapat Ho Siaohiap hendak membiarkan dirinya dengan sendirian menyerbu kelembah Kui kok, ini sesungguhnya memang sangat berbahaya dan selali-kali jangan sampai dilakukan. Tetapi kelihatannya dia tidak bolen tidak pergi. maka disini aku ada mempunyai satu akal yang rasanya cukup sempurna, tetapi terpaksa harus minta pertolongan Tiauw Goan Taysu untuk capaikan hati mengundang orang-orang kuat dari sembilan partai supaya semua berkumpul dibukit Sin hong ini Untuk sementara, Ho Siaohiap boleh tinggal disini, belajar kepandaian ilmu yang tertera dalam Hian-kui pit kip kepada Cit cie Locianpwe. Setelah orang-orang yang diundang oleh Tiauw Goan Locianpwee itu semua datang berkumpul kepandaian yang dipelajari oleh Ho Siaohiap juga mungkin sudah berhasil, saat itulah baru nanti kita pergi bersama-sama. Bagaimana kalian pikir rencanaku ini?" "Caramu itu cocok beasr dengan pikiranku." Cit cie Sin ong berkata, "Baiklah, begitu saja kita atur," ia lalu menoleh dan berkata kepada Tiaow Goan Taysu, "Pikiran Taysu bagaimana? Kalau setuju harap Taysu suka capaikan hati sedikit." Tiauw Goan Taysu juga menyetujui pikiran itu, maka ia lantas berbangkit dan berkata kepada semua orang. "Selambat-lambatnya satu bulan dan secepat-cepatnya dua puluh hari lolap akan balik lagi kesini beserta orangorang kuat dari berbagai partai, sekarang Lolap hendak minta diri dulu." Dan saat itu juga ia lantas meninggalkan ruangan untuk berlalu melakukan tugasnya. Ho Kie juga sejak hari itu dibawah pengunjukan Cit cie Sin ong setiap hari sampai malam bertekun menyakinkan ilmu kepandaian yang terdapat dalam Hian kui kip jilid pertama. Dalam Hian kui pit kip jilid pertama itu ada satu tipu serangan yang dinamakan San Pek Tui hun ciang. Ini adalah tipu serangan dengan tangan kosong yang hanya terdiri dari tiga jurus, tetapi setiap jurusnya mengandung rupa-rupa tipu yang sangat luar biasa hebatnya dan setiap jurus juga mempunyai rupa-rupa perubahan. Mula-mula belajar, memang Ho Kie menemukan beberapa kesulitan, tetapi ia seorang yang cerdik, ditambah lagi dengan pengunjukan yang cermat dari Cit cie Sin ong maka dalam waktu beberapa hari saja ia sudah berhasil mempelajari ilmu serangan yang sangat hebat itu, selain dari pada itu, semua pelajaran yang terdapat dalam Hian kui pit kip jilid pertama itu juga selama beberapa puluh hari itu sudah dapat dipelajari seluruhnya dengan baik. Pada suatu hari, Tiauw Goan Taysu telah kembali bersama para ketua delapan partai besar yang menggantikan ketua lama mereka yang telah binasa. Cit cie Sin ong telah mengajak para tetamunya berkumpul disebuah ruangan besar. lalu menuturkan maksud dikumpulkannya orang-orang kuat dari berbagai partai besar itu, alah hendak diajak bersama-sama menumpas Hian kui kauw yang semakin lama hidupnya merupakan bencana bagi rimba persilatan. Pengganti ketua dari partai Kun lun pay Leng Hie Totiang lantas berbangkit dan berkata: "Hian kui kauw sangat ganas dan bermaksud hendak menguasai dunia Kangouw sudah diketahui oleh semua orang rimba persilatan maka setiap orang boleh membinasakan pada mereka. Jangan kata Cit cie sicu mengajak kami, sekalipun tidak diajak juga kami tentu akan pergi kelembah Kui kok untuk menuntut balas atas kematian Ciangbunjin kami yang lalu." Para ketua partai lainnya juga semuanya menyatakan setuju atas ucapan ketua partai Kun lun pay ini dan ingin segera pergi kelembah Kui kok. Maka oleh Cit cie Sin ong ditetapkan bahwa besok pagipagi akan berangkat kelembah Kui-kok. Keesokan paginya, Cit cie Sin-ong lantas mengusulkan supaya orang itu dibagi menjadi dua rombongan. Tiauw Goan Taysu bersama delapan ketua partay besar dalam rombongan yang menyusul dari belakang lembah untuk menyerepi keadaan Hian kui kauw. Jika belum mendapat tanda dari orang-orang dari sebelah depan, tidak boleh bergerak. Ho Kie. Gouw Ya Pa, Auw Yang Khia dan Lim Kheng dibawah pimpinan Cit cie Sin ong sendiri masuk dari lembah depan. Ho Kie ditugaskan yang keluar menantang perang. Setelah pertempuran terjadi, lalu dengan api sebagai tanda akan memberitahukan kepada rombongan Tiauw Goan Taysu. dengnn demikian lembah kui kok akan diserbu diri dua jurusan dengan berbareng. Demikian rombongan orang-orang kuat dalam waktu beberapa jam saja sudah tidak jauh terpisahnya dari lembah Kui kok. Sekarang kita ajak pembaca menengok keadaannya Hian kui kauw. Sejak mereka berhasil menbinasakan ketua dari delapan partai mereka telah mengatur penjagaan sangat kuat untuk menjaga pembalasan dari delapan partai besar itu. maka kedatangan mereka untuk kedua kalinya ini bukan merupakan soal luar biasa. Tidak heran kalau kedatangan Cit cie Sin ong dan kawan-kawannya sudah disambut oleh orang-orang Hian kui kauw dalam keadaan siap, Si tangan geledek Bo Pin dengan memimpin para Tongcu yang lainnya, berdiri diatas bukit kira-kira sepuluh tumbak jauhnya dari mulut lembah. Ketika melihat kedatangan orang-orang yang dipimpin oleh Cit cie Sin ong sendiri. lantas maju menghampiri dan berkata sambil memberi hormat: "Hian kni kauw ada mempunyai kebijaksanaannya sampai mendapat kunjungan Cit cie Locianpwee, Bo Pin sekalian belum menyambut kedatangan Locianpwee sekalian hanya mewakili Kauwcu minta maaf sebesarbesarnya." Orang she Bo ini meskipun mulutnya berkata, tapi sepasang matanya terus mengawasi orang2 kaucu dengan bergiliran. Maka diam2 ia merasa begitu aneh, mengapa orang tua ini hanya membawa beberapa gelintir bocah cilik, mengapa tak kelihatan bayangan orang-orang dari sembilan partai besar? Tapi siorang she Bo ini seorarg yang sangat lihay, setelah berpikir sejenak, ia lalu mengambil keputusan dengan diamdiam. Karena ia adalah seorang yang sangat licin, meski dihati heran, tapi diluarnya tidak menunjukkan perubahan, bahkan masih ber-kata2 manis terhadap Cit cie Sin ong. Gouw Ya Pa yang berdiri di samping nyeletuk: "Bo Pin, kau tak perlu jual lagak, kedatangan kami ini hendak ambil batok kepalamu. Kematian sudah didepanmu, perlu apa pura2 tak tahu?" Dengan sorot matanya yang tajam dan dingin, Bo Pin mengawasi Gouw Ya Pa sejenak tapi ia tidak berubah sikap apa-apa, ia hanya memberi isyarat kepada Hui tun Thian cun, yang berdiri disamping. Hui tun Tnian cun lantas lompat maju dan berkata sambil tertawa dingin: "Kui kok ada tempat apa? Apa kira orang macam kau ini boleh bertingkah? Aku siorang she Cek hendak memberi hajaran pada orang goblok seperti kau ini." Gouw Ya Pa yang dimaki-maki sebagai orang goblok, darahnya naik seketika, ia lalu mencabut senjatanya pecut yang khusus dibuat oleh Cit cie Sin ong, dengan tanpa banyak rewel lantas menghajar kepala orang she Cek itu. Serangan Gouw Ya Pa itu tidak memakai peraturan lagi ia merasa senjata ganas, sebab hatinya sudah merasa panas terhadap orang Hian kui kauw. Sebagai seorang Kang-ouw kawakan, Cek Kong Han. atas segala tingkah laku Gouw Ya Pa, ia hanya berkelit kesana kemari untuk menghindarkan serangan pecutnya. dan setelah dapat kesempatan baik, ia lalu meluncurkan senjata perisai ditangan kanannya menyodok pundak kiri GouW Ya Pa. Gouw Ya Pa keluarkan seruan tertahan, badannya mundur sempoyongan sampai beberapa tindak, akhirnya jatuh ditanah. Hui tun Thian cun Cek Kong Han yang sangat ganas, segera lompat maju hendak menghabiskan jiwa Gouw Ya Pa. Ho Kie yang menyaksikan dari samping lantas mengirim satu serangan yang amat dahsyat. Karena tujuannya hendak menolong jiwa sahabatnya, maka serangannya itu ditujukan kedada siorang she Cek. Bo Pin terlambat memperingatkan kawannya, sebab serangan Ho Kie sudah bersarang didada Cek Kong Han, sehingga orang she Cek itu badannya lantas terpental satu tumbak jauhnya, kemudian jatuh ditanah untuk tidak bangun lagi. Gouw Ya Pa ternyata tak terluka, ketika ia merayap bangun. ia telah menyaksikan bahwa musuhnya sudah binasa ditangan Ho Kie. Maka ia lantas berseru: "Saudara Ho, tindakanmu sangat tepat, mari kita maju!" Pada saat itu, seorang yang berwajah mirip dengan setan, tiba-tiba sudah muncul didepan Ho Kie. Ho Kie mengawasi manusia seperti setan itu sejenak, lalu berkata; "Orang-orang Hian kui kauw dengar hari ini Siaoya menyerbu kelembah Kui-kok untuk kedua kalinya, hanya ditujukan kepada Cian tok Jin-mo dan Bo Pin berdua. Aku tidak akan membunuh orang2 yang tidak berdosa, maka siapa yang kenal gelagat harap lekas keluar dari Hian kui kauw. Mungkin aku dapat mengampuni jiwa kalian. Tapi jika masih tetap kepala batu, saat itu nanti jangan sesalkan aku siorang she Ho kalau berlaku keterlaluan!" Siang Hong Siang yang mendengar perkataan Ho Kie, lantas membentak: "Bocah sombong, jangan kau agulkan diri, mari rasakan tumbak yayamu!" Ho Kie melihat datangnya serangan yang begitu ganas, buru-buru berkelit kesisi. Siang ketika nampak serangannya mengenakan tenpat kosong, lalu maju lagi setindak, kemudian ia putar senjatanya, sehingga Ho Kie terkurung dalam putaran senjata tombaknya. Tapi Ho Kie dengan tenang-tenang saja melayani dengan ilmunya Hoan ing Sie sek, bukan saja sudah dapat menyingkirkan serangannya Siang Hong Siang, bahkan sudah berhasil mengirim sekali serangan tangannya yang dahsyat. Siang Hong Siang yang tidak berhasil menyenggol diri Ho Kie, lantas menjali kalap serangannya. Ho Kie yang menampak Siang Hong Siang sudah seperti binatang terluka, lalu mengerti bahwa orang she Siang ini tidak mau diberi pengertian begitu saja, maka ia lancarkan serangan dahsyat. Badan Siang Hong Siang melesat tinggi sambil menjerit, darah berceceran sepanjang jalan. Kiranya setelah lengan Siang Hong Siang sudah terkutung oleh serangan Ho Kie tadi. Cit cie Sin ong tahu bahwa pertempuran sudah dimulai. maka buru-buru bisiki Auw-yang Khia, supaya menyalakan api pertandaan untuk memberi tanda kepada rombongan yang dipimpin oleh Tiauw Goan Taysu, agar segera bergerak, Bo Pin menyaksikan Auw Yang Khia rmenyalakan api, lantas mengetahui bahwa gelagat tidak baik, maka buru2 suruh beberapa Tongcu pergi kelembah belakang disamping itu ia mengirimkan orang untuk melaporkan kepada Kauwcunya. MENAMPAK dalam waktu sekejap saja sudah membikin luka dua musuh2nya, Ho Kie semangatnya makin meluap-luap. Pada saat itu, mendadak terdengar suara orang ketawa dingin, kemudian disusul oleh sesosok bayangan orang yang segera berdiri di depan Ho Kie. Ketika Ho Kie mengawasi. ternyata dia adalah musuh besarnya Bo Pin ! Seketika itu juga darah Ho Kie lantas mendidih sambil kertak gigi dan mata mendelik ia berkata: "Bo Pin. ajahku dengan kau mempunyai permusuhan apa? Mengapa kau dengan menggunakan pengaruh Jie Hui telah membinasakan ayahku ? Karena perbutanmu itu maka hari ini aku datang hendak menagih hutang!" "Bocah yang tidak tahu diri. Tempo hari aku sudah mengampuni jiwamu. juga karena peruntunganmu yang bagus sehingga kau tidak binasa. Hari ini rupanya kau datang untuk mengantarkan jiwa. Apa boleh buat aku terpaksa membantu keinginanmu." Sehabis berkata demikian, dengan gerakannya yang cepat luar biasa ia sudah menyerang Ho Kie. Serangannya itu kelihatannya sangat bernapsu, agaknya ingin sekali pukul saja sudah dapat membinasakan musuh. Ho Kie yang datang dengan tekad yang bulat serta dengan persiapan yang cermat maka sebelum menghadangi Bo Pin, ia sudah menelan obat pil yang diberikan oleh Thian Sim Sin-nie, begitu ia melihat Bo Pin menjerang dengan sengaja ia hendak memperlihatkan kelihayannya dihadapan Bo Pin. Ia tidak menyingkir atau berkelit, hanya mengibaskan tangan kirinya untuk menghalaukan sebagian tenaga lawannya dan dengan tangan kanannya ia menyambuti serangan Bo Pin. Bo Pin yang melihat Ho Kie tetap berdiri ditempatnya, diam-diam merasa girang. ia lalu menambah kekuatannya. Ketika kekuatan kedua pihak beradu Ho Kie merasakan lengan kanannya kesemutan, ia mundur tiga tindak baru bisa berdiri tegak. Tetapi keadaan Bo Pin sungguh mengenaskan, ia telah terpental mundur sepuluh tindak lebih oleh kekuatan Ho Kie, dadanya dirasakan bergolak, hampir saja muntah darah, hampir tidak percaya hanya dalam beberapa bulan saja kekuatan Ho Kie sudah bertambah demikian pesatnya. Sebagai seorang Kang-ouw kawakan sekalipun hatinya tidak percaya. tetapi ia tidak berani memandang ringan lagi pada lawannya itu. Ia lantas kertak gigi dan memusatkan seluruh kekuatannya, setindak demi setindak ia maju menghampiri Ho Kie lagi. Ho Kie juga mengerahkan seluruh kekuatannya.ia memandang segenap gerakan musuhnya, dengan penuh perhatian. Secara diam-diam Bo Pin sudah mengerahkan ilmu Hu sie hiat kut ciang pada kedua tangannja. Ketika ia melancarkan serangannya, sambaran angin yang keluar dari tangannya itu mengandung bau busuk dan semua rumput dan daun-daun pohon yang kena diterjang sambaran angin itu telah berubah menjadi hitam. Tetapi Ho Kie yang sudah mengisap obat pemberian Thian sim Sin-nie, ternyata masih berdiri tegak tidak mengalami perubahan apa-apa. Kemudian dengan mendadak Ho Kie membentak keras, tangan kanannya diputar mengirim satu serangan yang dahsyat kearah Bo pin. Pertempuran berlangsung dengan sengit, kelihatannya kekuatan kedua pihak seimbang. Bo Pin tidak akan menyangka bahwa bocah kemarin sore itu ternyata merupakan tandingannya yang amat kuat, maka dengan tidak ayal lagi ia mengeluarkan serangannya yang paling ampuh, sebentar saja pertempuran sudah berjalan beberapa puluh jurus lamanya. Ho Kie memberikan lawannya terus beraksi setelah serangan ber-tubi2 itu sudah agak reda, barulah ia mengeluarkan ilmu serangan Tay liek kim kong ciang yang terdapat dalam kitab Hian kui kip. Dengan kecepatan sangat luar biasa Ho Kie sekaligus sudah melancarkan tiga kali serangannya Serangannya makin lama semakin hebat. Semula Bo Pin masih kelihatan berimbang kekuatannya, tetapi serangannya yang dilancarkan bertubi-tubi itu tidak berdaya menggerakkan musuhnya, hatinya mulai ciut, perlahan2 ia mulai keteter. Tan Liang yang berdiri disamping sebagai penonton telah dapat menyaksikan seluruh pertempuran itu dengan tegas maka lantas berseru; "Bo Tongcu, aku Tan Liang mesti bantu kau!" Sambil menenteng golok Kayto ini orang she Tan itu sudah menyerbu kedalam kalangan. Auw-yang Khia yang menyaksiksn perbuatan Tan Liang itu lantas menggeram. "Toako. kalau kau merasa gembira, aku Auw-yang Khia nanti menemani kau !" Ia lalu mengeluarkan senjatanya untuk melayani Tan Liang. Tio Go dan dan Cian Su dari pihaknja Hian kui kauw yang turut menyerbu lantas sudah disambut oleh Gouw Ya Pa dan Lim Kheng. Hanya Cit cie Sin ong yang kelihatan dari penonton. Sekarang kita tengok Tiauw Goan Taysu dengan rombongannya yang masuk dari bagian belakang lembah. Kedatangan mereka itu telah disambut oleh Siok lek Ong hoa Cie dan Siang Seng serta orang2 kuat lainnya. Siang Seng adalah orang yang pertama bertempur dengan It Sin Tojin. ketua Hoa san pay yang baru. Kedua orang itu kelihatannva sama-sama kekuatannya sehingga pertempuran berlangsung dengan amat sengitnya. Sedangkan ketua dari Thiam cong pay, Tio Thian Kui yang mendapatkan musuh Si ek tek ternyata kelihatannva agak unggul sehingga Si ek tek tidak berdaya. ia hanya bisa melawan sambil mundur, napasnya senin kemis, badan berkeringat. It Hie Totiang dari Ceng shia pay dan Leng Hie Totiang dari Kan lun pay berdua mengerubuti Ong Hoa Cie. Belum sampai sepuluh jurus, Ong Hoa Cie napasnya sudah senin kemis juga. Orang-orang kuat Hian kui kauw lainnya telah disambut oleh para ketua dari Kiong-lay pay, Bu tong pay dan Khong tong pay hingga pertempuran kelihatannya kalut. Karena jumlah orang-orang Hian kui-kauw lebih banyak maka mereka bisa bertempur bergiliran. Tapi pihak sembilan partai yang sudah diliputi perasaan dendam. Maka selama pertempuran berlangsung suara jeritan korban terdengar dimana-mana, korban tangan para ketua partai itu. Pertempuran belum lagi berlangsung satu jam, pihak Hian kui kauw sudah separuh lebih yang binasa atau terluka, tetapi orang-orang Hian kui kauw terus menerus mendapat bala bantuan, maka para ketua dari sembilan partai itu dengan terpaksa berlaku seperti kerbau gila, membunuh setiap orang. Sebentar saja lembah Kui-kok merupakan tempat jagal manusia, bangkai berserakan dimana-mana. Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara bentakan keras. "Anjing! Kau bendak lari kemana? Serahkan jiwamu!" Tiauw Goan Taysu terkejut mendengar suara bentakan tadi, ketika ia menengok, ia melihat Bo Pin dengan rambut riap-riap dan pakaian compang camping serta badan yang penuh dengan darah telah lari kepihaknya seperti anjing kena pukul. Ho Kie mengejar sambil berseru pada Tiauw Goan Taysu: "Harap Taysu tolong pegat anjing buduk itu. Jangan kasih dia lolos!" Tiauw Goan Taysu lantas mengangkat tangannya merintangi kaburnya Bo Pin. Kiranya Ho Kie dan rombongan Cit Cie Sin ong dibagian depan, dalam pertempuran sengit telah membinasakan beberapa tongcu. Bo Pin sendiri telah terluka parah karena merasa tidak sanggup melawan musuhnya, maka ia hendak kabur. Dalam keadaan tergesa-gesa ia lari sekenanya dan akhirnya terjatuh ditangan rombongan Tiauw Goan Taysu. Bo Pin yang mengetahui dirinya sudah terkurung, lantas menghela napas panjang, kemudian mengayunkan tangannya menghajar batok kepalanya sendiri sehingga kepalanya hancur berantakan dan mati seketika. Ho Kie lantas mengambil kepala Bo Pin kemudian berlutut dan berdoa kepada arwah ayahnya. Pada saat itu mendadak terdengar suara orang dengan bentakannya yang menyeramkan: "Semua berhenti!" Suara itu tidak keras, tetapi semua orang yang berada disitu terkejut, dengan tidak terasa semua menghentikan gerakannya. Ketika semua mata ditujukan kepada orang yang baru datang itu, semua orang pada berubah wajahnya. Kiranya orang itu adalah Cian tok Jie-mo sendiri. Orang itu dengan mata yang tajam mengawasi semua orang sejenak, lalu perdengarkan suara ketawanya yang bisa membuat bulu roma berdiri. Sesudah itu dengan tindakan perlahan ia menghampiri Tiauw Goan Taysu, lalu berkata sambil angkat tangan menyoja memberi hormat: "Jie Hui cuma ada seorang kasar. Kalau Jie Hui berani mendirikan perkumpnlan Hian kui kauw ini, maksudnya hanya ingin mencari tempat meneduh dikalangan masyarakat ini. Tuan-tuan semua merupakan orang-orang dari golongan orang baik-baik serta beribadat tinggi, mengapa berkali-kali menyatroni lembah Kui kok dan membinasakan anak muridku. Jie Hui meskipun merupakan orang yang tidak berguna, tetapi ingin minta keadilan dari tuan-tuan. Kalau tidak, jangan harap satu pun bisa keluar dari lembah Kui kok ini!" Sebelum ada orang yang menjawab, tiba2 terdengar suara orang ketawa, yang kemudian disusul oleh munculnya sesosok bayangan orang yang berdiri beberapa tindak jauhnya didepan Jie Hui, orang itu berkata: "Benar saja Tidak kecewa kau sebagai Kauwcu dari suatu perkumpulan. Barusan ucapanmu yang kau katakan, aku si orang tua yang mendengarkannya juga merasa sangat kagum. Cuma aku si orang tua juga ingin mengajukan beberapa pertanyaan harap Kaucu suka menjawab terlebih dahulu." Sehabis berkata orang tua itu lalu tertawa pula. Cian tok Jin mo yang mendengar itu semula merasa sangat heran, tetapi kemudian pikirannya tenang kembali. Setelah mengetahui siapa adanya orang yang baru datang ini, diam-diam juga ia merasa kaget. Ia lalu membungkukan badan sambil menjawab: "Cit cie Locianpwee, mengapa tidak menikmati kesenangan dipuncak bukit Sin-hong? Ada urusan apakah yang menuntun Locianpwee datang ke lembah Kui kok ini? Harap Cianpwee suka maafkan yang Jie Houi tidak menyambuti dari jauh." Cit cie Sin ong lantas menjawab sambil ketawa. "Kauwcu tidak perlu merendahkan diri. Lohu hanya ingin bertanya sedikit urusan. harap Kauwcu suka memberikan sedikit petunjukmu." "Cianpwe hendak menanyakan apa? Silahkan. Kalau Jie Hui mengetahui. tentu Jie Hui akan memberikan jawaban sepuasnya." "Ada tiga hal yang lohu tidak habis mengerti, Pertama, beberapa tahun berselang, salah satu tongcu dari perkumpulan yang bernama Ho In Bo, apa sebabnya Kauwcu membinasakan dia?" "Ho In Bo itu sebetulnya adalah seorang penghianat dari perkumpulan kami, sudah seharusnya mendapatkan kematian. Mengapa cianpwe menyebutkan orang itu?" "Sungguh bagus ucapanmu itu. Kalau Ho In Bo adalah seorang penghianat dari perkumpulanmu, memang seharusnya dihukum mati, tetapi anaknya Ho In Bo ini yang kala itu belum dewasa apa dosanya terhadap perkumpulamu? Mengapa kau juga hendak membinasakannya sekarang Lohu ingin tahu. Aii, ketika anaknya Ho In Bo terkurung dilembah Kui kok, para ketua dari sembilan partai yang hendak menolong diri bocah itu telah kau binasakan delapan diantaranya. kalau kau tadi minta keadilan dari mereka. apakah kau sendiri juga tidak harus memberikan keadilan kepada mereka?" Cian tok Jin-mo Jie Hui yang mendapat teguran demikian wajahnya merah padam, akhirnya cuma bisa menjawab secara serampangan. "Anaknya Ho In Bo telah mencuri barang pusaka perkumpulan kami, sudah tentu kami hendak minta kemhali. tidak bermaksud untuk membinasakan jiwanya. sementara mengenai urusan para ketua dari sembilan partai mereka tidak memandang mata pada perkumpulan kami maksud mereka ialah hendak membasmi perkumpulan kami, sehingga berkali-kali menyetroni tempat ini. Kalau delapan orang ketua itu binasa ditempat kami itu adalah karena kepandaian mereka yang pangpak (rendah) bagaimana bisa menyalahkan aku siorang she Jie?" It Siu Totiang dari Hoa-san pay mendengar jawaban yang melantur itu harus maju kedepan Jie Hui dan membentak dengan suara gusar. "Manusa tidak tahu malu! Kembalikan jiwa suhengku!!" Ia lalu menyerang dengan pedangnya sampai tiga kali. Cian tok Jin-mo ketawa, entah dengan cara bagaimana ia bergerak. hanya terlihat pundaknya saja sedikit bergerak. ia sudah berhasil memusnahkan serangan It Siu yang hebat itu, kemudian ia membalas menyerang dengan tangan kosong Mendadak It Siu Totiang mencium bau yang amis menusuk hidung dalam kagetnya cepat-cepat ia melesat keatas, Tetapi baru saja ia lompat kira-kira tiga kaki, bau amis itu seperti memenuhi dadanya maka dengan tidak ampun lagi It Siu Totiang lantas rubuh ditanah. Jie Hui ketawa girang, selagi hendak mengajukan tangannya lagi tiba-tiba seorang lompat menghadang dihadapannya sambil berkata, "pinto ingin melayani kauwcu beberapa jurus saja." kemudian kebutannya digerakan menuju jalan darah kiun kin-hiat. Imam itu adalah Leng Hie Totiang dari Kun lun pay. Jie Hui memandang padanya dengan sorot mata dingin, kemudian berkata sambil ketawa hambar: "Aku kira siapa, tidak tahunva cuma satu manusia yang tidak berguna. Baiklah Kauwcu nanti akan membantu kau." Belum habis ucapan Jie Hui itu, tangannya sudah bergerak dengan kecepatan luar biasa, dengan jari kukunya yang tajam itu menyambar pinggangnya Leng Hie Totiang. Belum sempat Leng Hie Totiang memutar tubuhnya. pinggang kirinya dirasakan sakit sehingga sempoyongan beberapa tindak kebelakang, dadanya dirasakan bergolak, muluynya lantas menyemburkan darah. Belum turun tangan Jie Hui dengan mudah telah dapat melukai dua orang kuat. Selagi masih merasa bangga, sesosok bayangan orang telah berkelebat didepan matanya sembari keluarkan bentakannya yang keras, "Cian tok Jin-mo serahkan jiwamu!" Orang itu ternyata bakan lain adalah si jago muda Ho Kie sendiri. Dengan mata mendelik dan gigi bercatrukan Ho Kie mengawasi Cian tok Jin-mo dengan tidak berkedip. Begitu pun keadaan Cian tok Jin-mo. Kedua-duanya saling pandang dengan mata beringas. siapapun tidak berani mulai turun tangan secara sembarangan. Setelah berhadapan beberapa menit lamanya kedua musuh besar itu lalu mulai bergebrak. Sementara suara keras dari beradunya kekuatan kedua pihak telah terdengar nyaring, masing-masing telah terpental mundur. Cian tok Jin-mo mundur tiga tindak baru bisa berdiri tegak dadanya dirasakan sakit, hampir saja ia tidak tahan. Sedangkan Ho Kie terpental tujuh atau delapan tindak, mulutnya mengeluarkan darah segar. Cepat-cepat ia mengeluarkan obat pemberian Thian sim Sin-nie dan dimamah dalam mulut. Semua orang yang menonton tidak dapat melihat dengan tegas, dengan cara bagaimana mereka berdua bertempur. Setelah Ho Kie menenangkan pikiran lantas lompat maju lagi. Tetapi tidak demikian halya dengan Cian tok Jin-mo. Orang tua itu berpikir keras, 'Bocah ini beberapa hari tidak kulihat, mengapa kekuatan tenaga dalamnya bertambah begitu pesat?' Serangannya Ho sie biat kut ciang ternyata tidak dapat melukai padanya. Benar-benar sangat mengherankan. Ketika ia melihat Ho Kie maju lagi, ia tidak berani berlaku ayal. Dengan tidak banyak bicara Ho Kie lantas melancarkan ilmu Sam Pek Tui bun yang baru didapatkan dari Cie cie Sin ong, Dengan sekaligus ia melancarkan tiga kali serangan. Baru saja Jie hui hendak balas menyerang mendadak ia merasakan suatu kekuatan yang hebat secepat kilat telah menghantam dirinya. Jie Hui terkejut ia hendak menyingkirkan diri, tetapi sudah terlambat, maka terpaksa sambil kertak gigi ia menyambuti serangan tersebut. Mendadak terdengar suara amat nyaring sampai menggetarkan tempat sekitar satu tormbak dan sebetar kemudian dalam kalangan pertempuran itu telah terjadi kekacauan hebat! Kiranya Cian-tok Jien Mo yang mendapat serangan Ho Kie dengan sekaligus melancarkan tiga jurus, telah terpental dua tumbak jauhnya dan lantas jatuh mendekam ditanah. Didekatnya kelihatannya darah berceceran terang Kwaucu itu sudah terluka didalamnya oleh karena serangan Ho Kie tadi. Gouw Ya Pa yang menyaksikan itu lantas lari menghampiri leher Jie Hui sehingga kepala Cian tok Jien Mo kutung seketika itu juga. Melihat Cian tok Jien Mo binasa anak murid Hian kui kauw lantas menerjang seperti kerbau gila. Ho Kie dan kawan-kawannya terpaksa harus melawan sehingga terjadi lagi pertempuran kalut. Tidak sampai setengah jam kemudian orang-orang Hian kui kauw itu sebagian besar telah binasa. Siapa yang masih hidup terpaksa melarikan diri serabutan. Selagi pertempuran sudah hendak siap, sesosok bayangan manusia telah melayang dihadapan Ho Kie yang berkata sambil ketawa, "Bocah yang masih muda begini mengapa melakukan pembunuhan besar-besaran? Sudahlah, Berhenti saja," Ketika Ho Kie mendongak, baru diketahui bahwa orang itu adalah si Nelayan Empat Penjuru Lautan maka ia lantas berseru: "Loeianpwee, kau. . . ." "Tidak usah. tahukah kau pelajaran kaum buddha? Sudahlah! Hentikan pertempuran." Saat itu Cit cie Sin ong juga sudah menghampiri lalu berkata sambil tertawa: "Aku kira siapa, kiranya adalah kau nelayan tua bangka yang belum mati ini, angin apa yang membawa kau kemari ?" "Aku belum tanya, kau, sebaliknja kau sudah menanya aku, sebetulnya aku hendak kebukit Sin hong hendak melihat kau, Tidak nyana sudah terlambat dan kau sudah datang kelembah Kui kok ini, maka terpaksa aku menyusul kau kemari, Kau memimpin banyak orang dan merusak rumah tangga orang. Apakah kau juga tega hati?" "Jo ! Sejak kapan kau menganut agama Buddha? Mengapa hatimu menjadi begini welas asih? Kalau kau si tua bangka ini datang yang lebih siang sedikit saja. Lembah Kui-kok ini barangkali tidak ada sejengkal tanah yang masih utuh." Kedua orang tua itu berkelekar sambil ketawa bergelakgelak. Pada saat itu hari sudah mulai malam. Tiauw Goan Taysu dengan para ketua partai lain-lainnya sudah pada berlalu. Cit cie Sin ong juga mengajak Ho Kie dan lain-lainnya balik kembali ke Sim hong. "Celaka ! Hampir saja aku lupa !" Mendadak Ho Kie berseru. Tanpa penjelasan persoalannya, ia lantas lari menuju ke pusat Hian kui kauw. Semua orang yang tidak mengerti terpaksa mengikuti saja dibelakangnya. Setibanya Ho Kie ditempat pusat perkumpulan itu, kelihatannya tengah mencari apa-apa. Tidak lama kemudian ia lantas lari kebagian taman dan berhenti didepan sebuah kamar batu. Kamar batu itu tertutup dengan pintu besi yang terkunci secara istimewa, sekitarnya tertutup rapat. hanya ada sebuah lubang kecil yang digunakan untuk memasukkan barang makanan. Ho Kie kelihatannya sangat gelisah, merasa tidak ungkulan membuka pintu besi itu, tapi ia coba menggempur dengan tangannya, pertama kali tidak berhasil. setelah menggunakan seluruh kekuatannya, akhirnya pintu itu terbuka juga. Dengan tidak memperdulikan didalamnya ada bahaya atau tidak, Ho Kie lantas lompat masuk kedalam. Keadaan dalam kamar itu sangat gelap, hawa demak memasuki hidungnya. Dengan tidak menghiraukan itu semua Ho Kie terus berjalan masuk. Tiba-tiba kakinya membentur satu tubuh orang hingga Ho Kie sangat terperanjat. Ketika ia jongkok memeriksa, kiranya Jie Peng dalam keadaan yang sangat mengenaskan tengah meringkuk didalam kamar itu, kelihatannya sudah payah betul. Ho Kie dengan rasa sangat terharu lalu memondong tubuh Jie Peng. dibawa keluar dan diletakkan di atas rumput. Wajah Jie Peng sudah kotor penuh tanah matanya kelihatan pada benggul, mungkin karena ia menangis setiap hari dan malam. Ho Kie sangat pilu menyaksikan keadaan si nona, saat itu tidak bisa berkata apa-apa hanya air matanya yang mengalir turun bercucuran. Ketika air mata Ho Kie netes diwajah Jie Peng, nona itu lantas membuka matanya tetapi setelah mengawasi Ho Kie sejenak lalu pejamkan matanya pula. Ho Kie lalu berkata dengan suara parau; "Adik Peng, kau mendusinlah. Apa kau masih kenal aku? Aku adalah Ho Kie ?" Dengan pejamkan matanya Jie Peng berkata dengan suara terputus-putus: "Ho . . .Kie kau adalah, . . Ho Kie. .. bagaimana . . bisa datang kesini?" Ho Kie yang mendengar ia bisa bicara, hatinya sangat girang, maka lantas menjawab, "Ya. aku adalah Ho Kie, adik Peng, aku datang hendak menolong kau ..." "Kau . . Benarkah engko Ho Kie . . Mengapa . .kau . . sudah tidak membenci aku lagi?" "Adik Peng, aku bukan saja tidak benci padamu bahkan aku suka padamu. Cinta padamu. Mendusinlah. bukalah matamu untuk melihat aku." Ho Kie menyerocos. Jie Peng sudah kehabisan air matanya, maka ia cuma bisa menghela rapas, kemudian berkata dengan suara terputus-putus; "Tetapi.. engko Ho Kie...kedatanganmu. . sudah terlambat . aku.. aku.. sudah tidak ada harapan lagi. Cuma.. .sebelum... aku mati aku bisa . .melihat... kau lagi, aku . . .sudah merasa puas...." "Adik Peng, kau mendusinlah! Kau tidak boleh mati. Aku akan menolong kau keluar dari sini, kau bisa sembuh. Adik Peng, adik Feng!"' ia menggoyang-goyang tubuh sinona. Tetapi benar seperti apa yang dikatakan oleh Jie Peng, Kedatangan Ho Kie sudah terlambat, sekalipun Ho kie menjerit sampai pecah tenggorokannya atau menangis sampai kering matanya juga percuma saja, sebab pada saat itu Jie Peng sudah putus jiwanjy. Ho Kie memeluk jenazah Jie Peng sambil menangis menggerung-gerung seperti anak kecil. Pada saat itu Cit cie Sin ong dan lain-lainnya juga sudah sampai disitu. Ketika mereka melihat Ho Kie memeluk jenazahnya Jie Peng sambil menangis gegerungan mereka juga pada mengucurkan air mata turut berduka atas kematian nona yang berhati mulia itu. Setelah diberi nasihat oleh Cit-cie Sin ong, Ho Kie membuat lubang untuk mengubur jenazahnya Jie Peng, sehabis itu Ho Kie seperti orang yang kalap telah membakar pusat Hian kui kauw. Sebentar saja pusat Hian kui kauw yang megah telah menjadi abu dimakan si jago merah. Ho Kie diantara berkobarnya api telah perdengarkan ketawanya yang aneh, kemudian menghilang ditempat gelap. Cit cie Sin ong cuma bisa menghela napas sambil berkata. "Ooh asmara. Oleh karena soal asmara entah berapa banyak pemuda dan pemudi yang menjadi korbannya, Berapa banyak orang yang gagah dalam rimba persilatan karena soal asmara telah hancur lebur nama baiknya. Ho Kie dan Jie Peng juga lantaran asmara. Yang mati, tinggal mati, tetapi yang hiduap kemana perginya. Ah! Manusia...." Cit cie Sin ong sehabis menghela napas berulang-ulang lantas mengajak orang-orangnya yang masih ada pulang kebukit Sin-hong. -T A M A T